Contoh PTK
Contoh PTK
PENDAHULUAN
peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Umaedi
proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan sumber daya manusia itu
sumber daya manusia Indonesia adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Sejalan
dengan perkembangan abad 21, yang dikenal dengan era globalisasi maka diperlukan
bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang dan diturunkan dalam praktek. Baik
dan buruknya kualitas pendidikan sangat berhubungan dengan kinerja guru dalam
menjalankan profesinya sebagai pembelajar. Dalam ruang ini, seorang guru selalu
ditantang untuk dapat menemukan format yang tepat dan memformulasikan dalam
strategi yang taktis suatu rancangan pembelajaran yang mencerahkan (Parman, 2005 :
9).
perlu ditemukan cara terbaik untuk menyampaikan konsep yang diajarkan di dalam
mata pelajaran tertentu, sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih
lama konsep-konsep tersebut sebagai suatu kompetensi yang berguna. Di samping itu,
1
guru dituntut kemampuannya untuk berkomunikasi secara efektif dengan siswanya.
pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan kekhasan mata
pelajaran tertentu.
Dalam kedudukannya sebagai sebuah disiplin ilmu sosial yang sudah relatif
semakin tanggap dan sensitif terhadap perkembangan di masyarakat dan selalu siap
dengan pemikiran kritis dan alternatif menjawab tantangan yang ada. Melihat masa
depan masyarakat kita, sosiologi semakin dituntut untuk tanggap terhadap isu
realitas sosial dan budaya berdasarkan etika. Tujuan pengajaran sosiologi Sekolah
Menengah Umum pada dasarnya mencakup dua sasaran yang bersifat kognitif dan
pengetahuan dasar sosiologi agar siswa mampu memahami dan menelaah secara
suatu sistem. Sementara itu sasaran yang bersifat praktis dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku siswa yang rasional dan kritis
2
dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan, situasi sosial serta
Jika hal ini terjadi, yang terjadi kemudian sebuah verbalisme pengetahuan belaka.
sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah. Dengan asumsi dasar pada batasan masalah tersebut, Problem-
menjadi menarik karena objek yang dipelajari situasi dunia nyata yang dekat dengan
kehidupan siswa. Di samping itu, konsep pengetahuan esensial yang dipelajari akan
menggerakkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan dengan sendirinya akan
B. Perumusan Masalah
3
1. Apakah dengan pendekatan Problem-Based Learning dapat meningkatkan
pembelajaran Sosiologi pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga
C. Tujuan Penelitian
Problem-Based Learning pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga.
D. Hipotesis Tindakan
pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga akan meningkat.
laku yang menyertai pembelajaran Sosiologi kelas XII IPS Madrasah Aliyah
Negeri 2 Salatiga.
4
E. Manfaat Penelitian
1. Dapat meningkatkan kompetensi dan aktivitas pembelajaran para siswa kelas XII
Learning.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
yang signifikan, yang disandarkan pada situasi keadaan yang nyata dan memberikan
masalah.
suatu kelompok kecil untuk membahas sesuatu masalah yang tidak dimengerti dan
6
penting, apa yang mereka tidak tahu dan berusaha untuk belajar memecahkan
Based Learning (PBL) merupakan salah satu metode pembelajaran dimana Authentic
siswa dalam menyusun pemecahan masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari
bermakna.
Terkait dengan penilaian tersebut, bahwa salah satu persoalan yang dijumpai
guru dalam penerapan KBK adalah menyangkut hal penillaian kompetensi dasar. Bila
kurikulum 1994 yang lalu penilaian banyak menekankan pada kemampuan kognitif
(pengetahuan) saja, maka dalam kurikulum 2004 (KBK), penilaian mencakup tiga
secara serempak. Untuk mencapai kompetensi dasar yang benar-benar maksimal baik
7
Strategi pembelajaran Problem-Based Learning, merupakan bagian dari
metode pembelajaran inquiri yang di dalamnya terdapat juga unsur kooperatif. Agar
belajar dapat bermakna secara signifikan diperlukan adanya inisiatif yang datang dari
pihak siswa itu sendiri, dan ia harus sepenuhnya terlibat. Hal ini akan dapat terjadi
dalam Asmawi, 2001 : 6). Teori ini membedakan dua jenis belajar yaitu Cognitive
dilakukan oleh siswa atau pembelajar, sedangkan pendidik (guru) hanya sebagai
menyediakan sumber belajar, berbagi rasa serta pemikiran dengan pembelajar tetapi
dalam pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh sifatnya yang terbuka, ada proses
8
demokrasi, dan peranan siswa yang aktif. Meskipun guru dan siswa melakukan
berbasis masalah, norma di sekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas
bukan guru yang ditekankan. (Nurhadi dan Agus Gerrad, 2003: 59).
kognitif saja. Aspek tersebut didasarkan pada teori kecerdasan majemuk (Multiple
(2) Bodily – Kinesthetic, (3) Musical – Rhytmical, (4) Interpersona, (5) Logical –
dalam rangka untuk mendapat kebermaknaan belajar. Untuk mengatasi hambatan atau
kendala dalam pembelajaran tersebut ada tiga tahap yang harus dilakukan yaitu:
analisis, penyelesaian, dan penilaian. Setiap tahap ada tujuan dan langkahnya yang
a. Problem Posing
Merupakan suatu proses memunculkan masalah, dan juga suatu langkah untuk
memecahkan masalah yang lebih rumit dari sebelumnya. Proses ini dapat
b. Problem Solving
9
Merupakan pemecahan masalah. Dalam problem solving ini meliputi dua aspek
(problem to prove).
2. Pengajuan pertanyaan masalah atau soal yang berfokus pada keterkaitan antar
(berpasangan, kelompok kecil atau kelompok besar sesuai dengan pilihan guru
dan siswa).
Uraian tersebut di atas merupakan proses yang harus dilakukan guru dalam
rangka membentuk suatu metode PBL dalam kelas. Penjelasan langkah berikut akan
berikut:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, guru melakukan studi pendahuluan baik terhadap materi yang
akan disampaikan maupun studi untuk penerapan metode yang akan diterapkan.
Apakah materi sesuai dengan metode atau tidak. Tindakan berikutnya adalah
10
acuan atau indikatornya yang akan diraih. Dan tahap berikutnya adalah
berkemampuan dan jenis kelaminnya berbeda disatukan dalam satu tim kecil yang
terdiri dari lima hingga enam anggota. Sesuai dengan pendapat Slavin (1995: 9)
bahwa jumlah sampai lima orang, menurut Manning (1992 : 69) terdiri dari empat
sampai lima orang, sedangkan Maltby (1995: 410) anggota setiap kelompok bisa
berkisar tiga sampai delapan orang. Menurut Percivall dan Ellington (1988: 79),
bahwa jumlah yang ideal untuk satu kelompok sebaiknya berkisar antara empat
hingga enam orang. Kemudian setelah guru menyajikan teori utama atau topik
Permasalahan dapat dimunculkan dari diri siswa maupun dari guru atau dapat
juga dari kenyataan hidup. Dalam penelitian ini sangat mungkin bahwa
Siswa diharapkan dapat berinvestigasi atau inquiri dalam kehidupan nyata terkait
dengan topik yang dibahas yaitu interaksi sosial. Setelah siswa menemukan
4. Presentasi Hasil
11
Presentasi hasil merupakan tahap terakhir untuk mengecek hasil karya atau
produk dari investigasi dan inquiri dalam rangka memecahkan masalah yang
sehingga kelompok siswa yang lain dapat ikut mengevaluasi produk yang
dihasilkan. Di sisi lain presentasi ini bagi guru adalah merupakan sarana untuk
dunia pendidikan, menekankan pada praksis belajad dengan memberikan ruang bagi
siswa untuk mengambil peranan secara aktif dalam belajar. Paradigma baru ini
pembelajaran yang memusatkan pada peserta didik. Di samping itu, model Problem-
Based Learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada
pada proses belajar siswa (Palina Pannen, Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu,
12
2001 : 89). Dengan kata lain, melalui PBL siswa ikut secara intensif dalam proses
masalah nyata, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan
yang lebih tinggi. Anies (2003 : 1) mengemukakan bahwa model PBL merupakan
sebagai sebagai konteks siswa yang mempelajari cara berpikir kritis serta
dasar pada permasalahan yang berbentuk narasi, kasus, atau dunia nyata yang
membutuhkan keahlian. Masalah tersebut tidak dapat didekati dengan solusi final
sebagai suatu yang salah atau benar, tetapi menekankan pada solusi bijak yang
Masalah yang menjadi pijakan proses belajar dalam pendekatan ini diambil
pada masalah nyata yang siswa dapat melihat, merasakan dan secara geografis dekat
dengan mereka. Dalam hal ini, masalah tidak serta merta ditentukan oleh guru.
secara paksa.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini berbasis kelas dengan lokasi kelas XII IPS Madrasah Aliyah
Negeri 2 Salatiga Propinsi Jawa Tengah. Akan dilaksanakan tahun 2005 – 2006 yang
B. Subyek Penelitian
Instrumen pengumpulan data dalam PTK ini ada dua, yaitu instrumen tes
dan nontes:
1. Tes
XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga tahun pelajaran 2005 – 2006. Pada
setiap siklus guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam
melaksanakan tes tertulis kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga tahun
14
pelajaran 2005 – 2006 yang berjumlah 40 siswa dibagi menjadi dua gelombang,
dimaksudkan agar peneliti lebih mudah melaksanakan tes tertulis secara objektif
2. Non Tes
Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini ada 3 yaitu observasi, wawancara,
dan jurnal. Observasi digunakan untuk mengetahui tentang respon dan sikap
respon dan sikap siswa terhadap pendekatan PBL, dan siswa yang menunjukkan
Jurnal digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul dan tercatat atau
terekam pada saat penerapan pendekatan PBL baik yang bersifat maju maupun
D. Validitas Data
Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes menentukan validasi
15
Untuk kepentingan keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat berbeda, dengan metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang tentang
E. Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini adalah teknik
1. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan
NK
NP = ------ x 100%
R
Keterangan:
NP = Nilai persentase
NK = Nilai komulatif
R = Jumlah responden
16
2. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara dan jurnal
F. Indikator Kinerja
dengan berbasis pada kelas. Dengan penelitian ini diperoleh manfaat berupa
perbaikan praksis yang meliputi penanggulangan berbagai masalah belajar siswa dan
kegiatan refleksi ini, diperoleh ketetapan tentang hal-hal yang telah tercapai menjadi
peningkatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada
siklus ke-2 kategori sangat paham lebih besar daripada siklus ke-1 berarti terjadi
17
Tabel 1. Tabel nilai hasil postes untuk tiga siklus
partisipasi responden (siswa) dan peningkatan sikap positif baik dari segi kualitas
siklus ke siklus. Jika terjadi sebaliknya maka sebagai indikasi kurang berhasil dalam
G. Prosedur Penelitian
(1) merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) mengamati (observasi), dan (4)
merefleksi.
Tindakan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus sebab setelah dilakukan
refleksi yang meliputi analisis dan penilaian terhadap proses tindakan, akan muncul
refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus ke-2. Sedangkan siklus ke-2 dilakukan
18
untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep modernisasi dalam pembelajaran
didasarkan pada refleksi siklus ke-2, yang dilanjutkan dengan siklus ke-3.
Kesimpulan diambil atas dasar perubahan hasil tes dan non tes antara siklus
ke-1 ke siklus berikutnya. Dari perubahan hasil tes, jika menunjukkan kenaikan
positif secara signifikan berarti terjadi peningkatan hasil pembelajaran. Tetapi jika
sebaliknya, maka perlu refleksi dan perbaikan pelaksanaan model pembelajaran yang
diterapkan antara siklus selanjutnya. Sedangkan perubahan hasil non tes baik dari
wawancara, angket maupun jurnal, diungkap apa adanya sesuai hasil yang telah
19
BAB IV
metode ceramah, mencatat, lalu memberikan kesempatan siswa untuk belajar dan
ulangan.
terlihat tidak ada peran aktif siswa. Kurang lebih 30 siswa dari 40 siswa atau kurang
lebih 75%. Rendahnya persentasi yang berperan aktif dalam pembelajaran ini
berdampak pada rendahnya hasil belajar sosiologi. Hasil belajar sosiologi dari nilai
ulangan harian I nilai tertinggi 76, nilai rata-rata sebesar 51 dan nilai terendah 25.
Sedangkan jumlah siswa yang hasil belajarnya memenuhi standar ketuntasan belajar
konvensional, dimana siswa tidak banyak terlibat aktif, berimplikasi pada hasil
20
Pertama: Penulis (peneliti/guru) melakukan studi pendahuluan baik terhadap
materi yang akan disampaikan maupun studi untuk penerapan metode yang akan
diterapkan. Apakah materi sesuai dengan metode atau tidak. Dalam hal ini, materi
Menurut penulis, materi ini sangat tepat bila digunakan pendekatan PBL, sebab
materi ini adalah cukup kontekstual. Banyak sekali masalah yang berhubungan
dengan modernisasi yang dapat dimunculkan oleh siswa / guru dan menarik untuk
berkisar tiga sampai enam siswa. 40 siswa penulis bagi menjadi 8 kelompok,
dimana setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Langkah berikutnya, penulis (guru)
dikaji dan dipahami oleh siswa. Penulis juga menggunakan berbagai visualisasi
menggunakan berbagai berita yang penulis peroleh dari majalah dan surat kabar.
Tindakan ini penulis lakukan sebagai stimulasi kepada siswa agar muncul
agar mencari masalah-masalah yang dekat dengan kehidupan mereka (tentu yang
21
berhubungan dengan isu-isu modernisasi) agar masalah tersebut kontekstual dan
bermakna bagi siswa akan berdampak pada daya tarik yang lebih kuat, sehingga
siswa akan belajar bukan berangkat dari keterpaksaan, tetapi berangkat dari
berbagai buku-buku rujukan atau melihat realitas sosial yang dekat dengan
investigasi dan inquiri, lalu menemukan pemecahan masalah yang tepat, mereka
tahap akhir untuk mengecek hasil karya atau produk dari investigasi dan inquiri
masing. Presentasi dilakukan di depan kelas sehingga kelompok siswa yang lain
dapat ikut mengevaluasi produk yang dihasilkan. Di sisi lain, presentasi ini bagi
guru adalah merupakan sarana untuk penilaian afektif dan psikhomotorik dengan
22
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
ketiga, dan keempat. Setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan tatap muka
sejawat. Sedang yang diobservasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa
siswa dalam pembelajaran Sosiologi diperoleh hasil seperti pada tabel 2, yakni
sebagai berikut:
100
23
Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat diketahui pada pembelajaran
siswa yang diteliti, ada 8 siswa yang telah mencapai kategori sangat paham
yang berarti ada sebesar 20%, sedangkan kategori paham sebanyak 24 siswa
atau sebesar 60%. Untuk kategori sedang sebanyak 8 siswa atau sebesar 20%
dan untuk kategori kurang, tidak paham dan buruk tidak ada atau 0%.
telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-rata
75,45. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar 75,45 itu berarti
cukup tinggi bagi siswa, suasana proses pembelajaran tampak hidup dan
PBL karena merasa menjadi bagian suatu kesibukan kolektif. Memang ada 5
siswa atau 12,5% yang terekam tampak kurang bersemangat saat proses
24
Di samping itu ada 4 siswa atau 10% yang bersikap pasif bahkan acuh tak
acuh atau asal ikut masuk kelas. Namun demikian, sebagian besar siswa yaitu
31 atau 77,5% sangat aktif dan serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
pendekatan PBL.
berkesan bahwa guru sosiologi menyenangkan, ada 30 siswa atau 75% yang
bagi para siswa, ada 31 siswa atau 77,5% menganggap penerapan pendekatan
PBL dapat meningkatkan semangat belajar. Ada 28 siswa atau 70% yang
menyatakan setuju jika pendekatan PBL ini juga diterapkan pada mata
PBL disambut baik oleh sebagian besar siswa yaitu 21 siswa atau 52,5% aktif
siswa yang aktif menanggapi pembahasan dalam diskusi tercatat ada 5 siswa
25
c. Refleksi Siklus I
dapat berlangsung lebih efektif yang ditunjukkan dari hasil tes dan non tes
walaupun prosentasenya kecil yang tidak ikut terlibat aktif dalam berbagai
kegiatan yang dilakukan. Kelihatan acuh tak acuh, pasif dalam berdiskusi
pendekatan PBL ini cukup menarik untuk dilakukan? Apakah ada langkah-
yaitu pertama: penerapan pendekatan PBL ini baru dilakukan pertama kali
metode monoton (ceramah, mencatat, dan latihan soal). Kedua, kalau penulis
anak seperti ini lebih baik diberi tugas-tugas yang bersifat individual, yakni
26
menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya. Dari dua jawaban sementara ini,
Rencana tindakan pada siklus II ini sama dengan rencana tindakan pada
siklus I, namun ada beberapa tambahan tindakan pada siklus II ini, yakni
bagaimana memberikan solusi terhadap beberapa siswa yang tidak aktif dan
‘cuek’ terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Tambahan itu bisa dua
kemungkinan tindakan, yakni: pertama, siswa-siswa yang terekam tidak aktif atau
menggantungkan kepada teman lain yang lebih aktif terpaksa harus ditanggalkan,
sebab tidak ada seorang siswa atau lebih yang aktif yang menjadi menjadi tempat
kerja yang harus mereka selesaikan bersama. Kedua, mendasarkan diri pada teori
(senang bekerja individual) dan lemah dalam interpersonal (kerja sama dengan
27
menyendiri untuk menemukan masalah, melakukan investigasi dan inquari, dan
siklus ke III, dengan catatan kalau pada siklus ke II belum menunjukkan hasil
yang lebih baik dibanding hasil pada siklus I atau kalaupun ada kenaikan belum
Tabel 3: Skor persentase aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa dalam
pembelajaran Sosiologi dengan pendekatan PBL pada siklus II
No Kategori Skor/nilai Responden Persentase Hasil Klasikal
1 Istimewa 91 – 100 0 0 - Skor rata-rata:
2 Sangat Paham 81 – 90 10 25 3140/40 = 78,5
3 Paham 71 – 80 25 62,5 - Persentase:
4 Sedang 61 – 70 5 12,5 78,5
5 Kurang 51 – 60 0 0 - Kategori : Paham
6 Tidak Paham 41 – 50 0 0 - SKBM : 66
7 Buruk 0 – 40 0 0
Jumlah 40 100
Catatan: Skor maksimal aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa 100
28
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui pada pembelajaran Sosiologi
yang diteliti, ada 10 siswa yang telah mencapai kategori sangat paham yang
berarti ada sebesar 25%, sedangkan kategori paham sebanyak 25 siswa atau
sebesar 62,5%. Untuk kategori sedang sebanyak 5 siswa atau sebesar 12,5%
dan untuk kategori kurang, tidak paham dan buruk tidak ada atau 0%.
yang telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-
sebesar 78,5. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar 78,5 itu
berarti berada pada kategori paham yang jika dipersentase mencapai 78,5%.
cukup tinggi bagi siswa, suasana proses pembelajaran tampak hidup dan
PBL karena merasa menjadi bagian suatu kesibukan kolektif. Masih ada 4
siswa atau 10% yang terekam tampak kurang bersemangat saat proses diskusi
29
demikian, sebagian besar siswa yaitu 36 atau 90% sangat aktif dan serius
berkesan bahwa guru sosiologi menyenangkan, ada 35 siswa atau 87,5% yang
bagi para siswa, ada 36 siswa atau 90% menganggap penerapan pendekatan
PBL dapat meningkatkan semangat belajar. Ada 35 siswa atau 87,5% yang
menyatakan setuju jika pendekatan PBL ini juga diterapkan pada mata
PBL disambut baik oleh sebagian besar siswa yaitu 23 siswa atau 57,5% aktif
siswa yang aktif menanggapi pembahasan dalam diskusi tercatat ada 7 siswa
c. Refleksi siklus II
30
Prestasi akademik yang ditunjukkan dari nilai tes mengalami
siswa yang cuek dan tanpak ogah-ogahan dalam melakukan kegiatan diskusi.
Boleh jadi, memang 4 siswa tersebut tidak suka bekerja sama. Secara teoritis,
ada anak-anak yang tidak suka kerja sama, yakni anak-anak yang lemah
dibanding dengan kerja sama. Maka ketika ada kegiatan diskusi, anak-anak ini
dengan baik. Penulis akan memberikan tugas secara mandiri kepada 4 siswa
Rencana tindakan pada siklus III ini sama dengan rencana tindakan pada
siklus II, namun ada beberapa tambahan tindakan pada siklus III ini, yakni
bagaimana memberikan solusi terhadap 4 siswa yang tidak aktif dan ‘cuek’
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Empat siswa tersebut akan diberi
31
tersebut dan akhirnya mempresentasikan sendiri atau setidaknya menyusun tugas
Tabel 4: Skor persentase aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa dalam
pembelajaran Sosiologi dengan pendekatan PBL pada siklus III
No Kategori Skor/nilai Responden Persentase Hasil Klasikal
1 Istimewa 91 – 100 0 0 - Skor rata-rata:
2 Sangat Paham 81 – 90 14 35 3196/40 = 79,9
3 Paham 71 – 80 24 60 - Persentase:
4 Sedang 61 – 70 2 5 79,9
5 Kurang 51 – 60 0 0 - Kategori : Paham
6 Tidak Paham 41 – 50 0 0 - SKBM : 66
7 Buruk 0 – 40 0 0
Jumlah 40 100
Catatan: Skor maksimal aspek pemahaman konsep modernisasi para siswa 100
pembelajaran pendekatan PBL pada siklus III sebagai berikut: Dari 40 siswa
yang diteliti, ada 14 siswa yang telah mencapai kategori sangat paham yang
berarti ada sebesar 35%, sedangkan kategori paham sebanyak 24 siswa atau
32
sebesar 60%. Untuk kategori sedang sebanyak 2 siswa atau sebesar 5% dan
untuk kategori kurang, tidak paham dan buruk tidak ada atau 0%.
telah diuraikan pada bagian teknik analisis data, diperoleh data skor rata-rata
79,9. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar 79,9 itu berarti
cukup tinggi bagi siswa, suasana proses pembelajaran tampak hidup dan
PBL karena merasa menjadi bagian suatu kesibukan kolektif. 4 Siswa yang
pada siklus II tidak aktif dalam diskusi, pada siklus ini ternyata dapat
berkesan bahwa guru sosiologi menyenangkan, ada 36 siswa atau 90% yang
33
menganggap bahwa model pembelajaran dengan pendekatan PBL ini tepat
bagi para siswa, ada 36 siswa atau 90% menganggap penerapan pendekatan
PBL dapat meningkatkan semangat belajar. Ada 37 siswa atau 92,5% yang
menyatakan setuju jika pendekatan PBL ini juga diterapkan pada mata
PBL disambut baik oleh sebagian besar siswa yaitu 23 siswa atau 57,5% aktif
siswa yang aktif menanggapi pembahasan dalam diskusi tercatat ada 7 siswa
bekerja sama dalam belajar (kooperatif learning). 4 siswa yang masih cuek
dan tampak ogah-ogahan dalam melakukan kegiatan di siklus II, setelah pada
siklus III ini diberikan tugas individual, ternyata mereka bisa menyelesaikan
34
tugasnya itu dengan baik. Benar dugaan penulis bahwa anak-anak tersebut
adalah intrapersonal (cerdas diri) dan lemah dalam interpersonal (kerja sama).
Memang ada anak-anak seperti ini. Mereka tidak boleh dibiarkan begitu saja,
tetapi harus tetap dilayani sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimilikinya.
Pendekatan, metode, model apapun tidak ada yang sempurna. Pasti ada anak-
anak yang tidak cocok dengan model atau pendekatan pembelajaran yang
E. PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang diperoleh dari kegiatan tes dan non tes (observasi,
akademik yang dapat dilihat dari hasil tes siswa. Dari sisi lain, ada perubahan
tingkah laku dimana siswa-siswa begitu antusias, aktif, dan mampu baradu
kelas tambah hidup. Mulai tampak siswa sebagai pusat pembelajaran (siswa
sebagai subyek). Tetapi pada siklus 1 hal ini belum optimal. Dimaklumi, siswa-
siswa belum terbiasa dengan kegiatan yang menuntut keaktifan mereka, karena
35
2. Pada siklus ke-2 tampak ada perubahan-perubahan yang signifikan baik dari
pendekatan PBL ini. Sekat-sekat kebiasaan lama yang hanya duduk diam,
namun dalam kenyataan masih ada siswa-siswa yang belum tampak aktif, bahkan
terkesan acuh tak acuh, diam, dan seolah tidak berani untuk bersuara. Padahal
Gardner, yakni teori Multiple Intelligences, bahwa ada anak-anak yang lemah
Siswa-siswa seperti ini tidak suka atau tidak bisa bekerja sama dalam belajar.
tugas dengan baik ketika mereka diberi tugas secara mandiri. Maka
36
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
pada Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2005 –
Sosiologi kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga tahun pelajaran 2005 –
2006 baik dari aspek kognitig, aspek psikomotor, dan aspek afektif.
Madrasah Aliyah Negeri 2 Salatiga tahun pelajaran 2005 – 2006 juga dapat
B. Saran
37
1. Guru hendaknya mulai mempelajari berbagai pendekatan pembelajaran yang
pembelajaran yang memberdayakan siswa. Oleh karena itu sangat baik untuk
kesungguan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Munib. 2004. KBK Sebuah Inovasi Kurikulum dalam Pembelajaran. Edukasi
Arnie Fajar. 2002. Portopolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Bloom, Menjamin S. 1982. Human Characteristic and School Learning. New York:
Fred Percival and Herry Ellington alih bahasa Sudjarwo. S. 1988. Teknologi
39
Hamzah, Upu. 2004. Makalah Workshop Metode-Metode Pembelajaran Problem
http://www.eudel.edu/pbl
Rosdakarya
Kependidikan.
40