PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan suatu inntervensi untuk
Goals (SDGs) tahun 2016. Berdasarkan pada hasil Open Working Group
kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang
pembangunan kesehatan adalah angka kematian bayi dan anak balita yang
dan anak balita pada tahun 2013 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa.
1
2
penyakit menular di dunia adalah ISPA, kematian bayi dan anak balita
ISPA) sebesar 935.000 (15%), diare (9%), dan malaria (7%) (WHO,
kelamin, status gizi, berat badan lahir, ASI Eksklusif, status imunisasi),
meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya disebabkan oleh infeksi
angka kematian sangat tinggi pada bayi, dan anak balita, terutama di
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau
seseorang. ISPA dapat mudah sekali terjadi pada anak yang mengalami
gizi buruk dan gizi kurang, dengan gizi buruk anak akan lebih sering
penyakit ISPA pada balita, hal ini terlihat dari 139 balita yang meninggal
ibu tentang penyakit ISPA. Hasil dari penelitian Tri Andrianto (2011) juga
tentang ISPA yang dimiliki oleh masyarakat khususnya ibu, karena ibu
keluarga pada masa baita dimana balita masih sangat tergantung kepada
menyikapi lebih dini segala hal-hal yang berkaitan dengan ISPA itu
sendiri.
Menurut hasil penelitian Widarini (2009) Air Susu Ibu (ASI)
berhubungan sangat kuat dengan kejadian ISPA pada balita. ASI sangat
dan alergi apabila dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan ASI
menurunkan angka kesakitan pada balita yang diberi ASI khususnya pada
berat badan lahir rendah terhadap gejala ISPA pada balita yaitu sebanyak
12 dari 21 (57,1%) balita lahir dengan berat badan lahir rendah atau
5
dari 71 (16,9%) balita lahir dengan berat badan normal dan tidak
lahir rendah dengan kejadian ISPA. Menurut Wiwoho (2005) bayi yang
lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki resiko ISPA 3 kali lebih
besar daripada bayi yang lahir dengan berat badan normal.Berat badan
masa balita. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal,
ISPA pada balita dan dari hasil analisis di temukan OR: 2,917 artinya
6
peluang 2,917 akan terkena ISPA dibandingkan dengan balita yang tidak
adalah 25,0% tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada tahun 2007
sebesar 25,5%. Prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4
tahun sebesar 25,8% dan <1 tahun sebesar 22,0% (Mutiara dkk, 2016).
Prevalensi kejadian ISPA di Kalimantan Selatan menurut data
memiliki kasus ISPA pada bayi dan balita yang masih tinggi pada tahun
7
yaitu sebesar 92,6% (Dinkes Kota Banjarbaru, 2014). Sampai saat ini dari
kasus ISPA pada bayi dan balita dengan total 2.103 kasus pada tahun
2016, dan 1.138 kasus pada bulan Januari – Agustus tahun 2017 (Dinkes
diperoleh balita yang menderita penyakit ISPA pada bulan Agustus 2017
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi karakteristik ibu pada anak balita (usia,
control.
b) Mengidentifikasi karakteristik anak balita (usia dan jenis
diet ISPA.
d) Mengidentifikasi pemberian ASI Eksklusif pada balita
e) Mengidentifikasi berat badan lahir pada balita
f) Mengidentifikasi perilaku merokok keluarga pada balita
g) Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan giziibu dan
sigap.
3. Bagi Peneliti lain
Diharapkan dapat dijadikan pedoman dan referensi dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
9