Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENERAPAN SELF AFFIRMATION TERHADAP

PENURUNAN BODY DISSATISFACTION PADA MAHASISWI STIKES


KARYA HUSADA KEDIRI

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

DELLIA PARAMITA
NIM. 201601021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap individu, baik itu

kesehatan fisik maupun psikologis. Namun ternyata masih banyak individu

yang cenderung lebih mementingkan kesehatan fisik dan mengesampingkan

kesehatan psikologis. Kesehatan psikologis dapat menjadikan manusia merasa

puas sehingga dapat memaksimalkan apa yang ada dalam dirinya, potensi-

potensi yang ada dalam dirinya dapat dikembangkan secara maksimal dan

dapat membangun hubungan yang baik dalam lingkungan sosialnya, karena

tidak fokus untuk melihat kekurangan atau ketidakpuasan yang ada didalam

dirinya semata (Kartikasari, 2013). Dimensi-dimensi kesehatan dan

kesejahteraan psikologis diantaranya adalah penilaian positif terhadap diri

sendiri, dapat bertindak secara otonomi, dapat menguasai lingkungannya,

memiliki tujuan dan makna hidup, serta mengalami tahapan perkembangan

kepribadian dalam dirinya (Ryff & Singer, 2008).

Penampilan merupakan hal yang paling sering diperhatikan lebih oleh wanita

dan mayoritas selalu memiliki keinginan untuk tampil sempurna, dimana

sering dikaitkan dengan tubuh langsing atau proporsional. Hal ini tidak dapat

dipungkiri melihat pada era sekarang banyak pengaruh dari berbagai media

sosial maupun media lain seperti majalah, iklan dan berbagai acara televisi

yang sering menonjolkan figur wanita langsing sehingga mendorong kaum

wanita untuk meletakkan standar ideal dirinya pada kecantikan dan

kesempurnaan fisik (Nirani Asih, 2017). Kesenjangan mengenai standar


kecantikan yang berlaku dimasyarakat tentang bentuk fisik tubuh membuat

banyak wanita merasa tidak puas terhadap penampilan dan tubuhnya. Istilah

yang digunakan untuk ketidakpuasan terhadap tubuh adalah Body

Dissatisfaction. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Cash & Pruzinsky

(2002) yang mendefinisikan Body Dissatisfaction sebagai pemikiran dan

perasaan terhadap ketidakpuasan dan terhadap tubuh.

Body Dissatisfaction menjadi suatu fenomena yang terus terjadi pada wanita,

mulai dari remaja sampai dewasa. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan Setyorini (2010) yang menyebutkan bahwa remaja putri

sebanyak 48,4% merasa tidak puas dengan bentuk dan ukuran tubuh yang

dimiliki. Hasil survei majalah Gadis Tahun 2010, menunjukkan bahwa dari

4.000 remaja perempuan, telah didapatkan hanya 19% yang merasa puas akan

tubuhnya dan sebanyak 81% merasa tidak puas dan cenderung melakukan

diet. Menurut penelitian Dieny (2014) menyebutkan remaja sebanyak 68,2%

menginginkan bentuk tubuh tinggi langsing dan 50,4% pernah melakukan

upaya pencapaian bentuk tubuh ideal secara tidak tepat, antara lain dengan

diet yang salah (22,2%) konsumsi obat atau teh pelangsing (9,3%) diet dan

olahraga berlebih (37%). Dilansir dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2018 menyatakan bahwa “Remaja putri di Indonesia masih ada yang

memiliki pandangan mengenai body image yang kurus dan kecil seperti pensil

itu dianggap cantik”.

Menurut Kartikasari (2013) penyebab terjadinya ketidakpuasan terhadap

tubuh antara lain : first impression culture, standar kecantikan yang tidak

mungkin dapat dicapai, rasa tidak puas yang mendalam terhadap kehidupan
dan diri sendiri serta kebutuhan akan kontrol. Salah satu faktor utama

terjadinya Body Dissatisfaction adalah berat badan, tetapi terdapat beberapa

faktor lain yang menyertai seperti warna kulit, bentuk hidung, ukuran

payudara dan sebagainya. Kesenjangan yang terjadi mengenai persepsi atau

standar kecantikan yang sering disalah artikan menyebabkan berbagai dampak

negatif yaitu akan banyak individu merasa insecure dengan kondisi tubuhnya.

Bentuk tubuh telah sesuai dengan yang diharapkan, maka akan menumbuhkan

rasa percaya diri dan sebaliknya jika bentuk tubuh tidak sesuai yang

diharapkan maka akan mempengaruhi rasa percaya dirinya. Bentuk dan

ukuran tubuh ideal merupakan impian semua wanita dan tentu membuat

wanita berusaha untuk mencapai tuntutan tersebut. Dampak negatif lain yang

terjadi adalah dapat menyebabkan individu menjadi rentan mengalami harga

diri rendah, kecemasan diri dan sosial yang mana jika tidak diatasi akan

mengarah dalam kondisi depresi (Nirani Asih, 2017). Pernyataan tersebut

diperkuat oleh hasil penelitian Troisi (2006) bahwa Body Dissatisfaction

memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan kecemasan. Menurut

Sejcova (2008) dampak yang terjadi dari Body Dissatisfaction adalah

gangguan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa.

Setiap orang perlu menanamkan pemikiran positif mengenai berbagai hal,

termasuk mengenai tubuhnya. Self Affirmation atau Afirmasi diri atau

penegasan diri merupakan teknik yang bertujuan untuk membantu proses

penerimaan diri seseorang terhadap suatu informasi atau suatu intervensi

(Sweeny & Moyer, 2014). Individu sebaiknya menanamkan pikiran positif

dalam dirinya, maka perlu dilakukan Self Affirmation yang pada akhirnya
diharapkan dapat merubah pikiran negatif seseorang agar tidak selalu tercipta

pikiran negatif secara otomatis. Penghayatan secara positif dapat menurunkan

perasaan tidak puas di dalam individu (Sony Laksana, 2018). Teknik Self

Affirmation bekerja dengan cara mengubah negative thinking seseorang,

dengan cara mengucapkan kalimat positif mengenai potensi diri seseorang

sehingga dapat mereduksi kecemasan dan ketidakpuasan seseorang terhadap

diri sendiri. Dalam penelitian sebelumya oleh Eva Setiani (2019) yaitu metode

Self Affirmation yang dilakukan guna meningkatkan kepercayaan diri

memperoleh hasil yang positif dan terbukti benar. Self Affirmation dapat

bekerja dengan optimal jika diikuti dengan penghayatan atau imajinasi positif

mengenai diri sendiri. Self Affirmation untuk mengurangi tingkat Body

Dissatisfaction dapat dilakukan dengan menggunakan kata positif seperti “I

love and respect myself, a goal weight is just a number, how I feel is what’s

important” dan kalimat-kalimat positif lainnya. Sebenarnya teknik atau

metode Self Affirmation bukan satu-satunya teknik untuk meningkatkan dan

mengubah pola pikir seseorang, terdapat pula Cognitive Behavior Therapy

(CBT), Terapi Rasional Emotif (TRE) dan lainnya. Tetapi Self Affirmation

adalah pilihan terapi yang paling sederhana.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan menggunakan teknik Self Affirmation untuk menurunkan

ketidakpuasan seseorang. Dan peneliti mengangkat fenomena ini dengan judul

“Pengaruh Self Affirmation dalam Penurunan Body Dissatisfaction Mahasiswi

STIKes Karya Husada Kediri”


1.2 Rumusan Masalah

Body Dissatisfaction dapat diartikan sebagai suatu rasa tidak puas terhadap

tubuhnya yang mana jika dibiarkan akan membuat seseorang merasa cemas

dan depresi. Seseorang dengan tingkat body dissatisfaction yang tinggi akan

cenderung pesimis dan setiap saat berhadapan dengan konflik dalam

lingkungannya akan selalu merasa dan berpikir negatif. Salah satu intervensi

yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan tingkat body

dissatisfaction adalah dengan self affirmation.

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti ingin mengetahui ”Adakah pengaruh

Self Affirmation terhadap penurunan tingkat Body Dissatisfaction?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh self affirmation terhadap penurunan tingkat body

dissatisfaction

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi body dissatisfaction sebelum diberikan self affirmation

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

1.3.2.2 Mengidentifikasi body dissatisfaction setelah diberikan self affirmation

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

1.3.2.3 Menganalisis pengaruh self affirmation terhadap penurunan tingkat body

dissatisfaction
1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberi pengetahuan dan informasi bahwa salah satu

intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan Body Dissatisfaction

pada seseorang adalah dengan melakukan penerapan Self Affirmation.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan pemikiran yang bermanfaat

bagi institusi dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai pengaruh

self affirmation terhadap penurunan body dissatisfaction.

1.4.2.2 Bagi Peneliti

Sebagai tambahan referensi bagi peneliti dalam memperkuat penelitian self

affirmation dan sebagai pengalaman untuk meneliti serta memotivasi

untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.4.2.3 Bagi Responden

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang cara

menurunkan body dissatisfaction dengan melakukan self affirmation.

1.5 Relevansi

Pada era sekarang telah mengalami peningkatan komunikasi dengan media

dan teknologi digital secara terus menerus. Hal tersebut membuat setiap orang

mempunyai akses dengan mudah untuk mendapatkan informasi atau suatu

yang dianggap trend setter. Karena mudahnya akses tersebut ternyata tanpa
disadari dapat menyebabkan seseorang mudah mempunyai bahkan

menanamkan anggapan negatif tentang dirinya. Objektifikasi wanita yang

langsing dan putih menjadi tolok ukur kecantikan bagi berbagai kalangan.

Selain dikarenakan suatu akses yang membuat seseorang dengan mudahnya

mendapat informasi tersebut, perlu diketahui bahwasannya dari individu

tersebut yang memegang peranan penting dalam suatu proses berpikiran

negatif. Seseorang yang sering berpikir negatif cenderung memiliki tingkat

kecemasan yang tinggi, terlebih persepsi mengenai tubuhnya sendiri.

Ketidakpuasan terhadap diri sendiri meliputi bentuk tubuh, ukuran tubuh,

warna kulit dan sebagainya merupakan suatu hal yang cukup menggangu dan

membuat seseorang tidak nyaman. Ketidakpuasan terhadap tubuh tersebut

dapat menimbulkan masalah bagi seseorang, terutama wanita. Karena wanita

memegang peranan paling maksimal mengenai penampilan dan bentuk tubuh.

Penjelasan di atas sejalan dengan pernyataan dari Riskesdas (2018) mengenai

pandangan yang salah tentang body image seorang remaja perempuan.

Anda mungkin juga menyukai