Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PERSENTASI JURNAL

“A RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL OF ORAL


VERSUS INTRAVENOUS FLUIDS FOR LOWERING BLOOD
GLUCOSE IN EMERGENCY DEPARTMENT PATIENTS WITH
HYPERGLYCEMIA ”

Oleh

Weni Styoningrum

201710461011023

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula
darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa
akibat kekurangan insullin baik secara absolut maupun relatif (Munoz et al, 2011).
Menurut Menchin et al (2012), banyak pasien diabbetes mellitus yang menjadi
pasien di instalasi gawat darurat. Pasien diabetes mellitus yang memasuki IGD ini
biasanya mengalami hyperglikemia tetapi tidak sampai mengalami ketoasidosis
diabetikum.
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada
rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar
140 – 160 mg /100 ml darah (Corwin, 2009). Penyebab tidak diketahui dengan pasti
tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor
herediter yang memegang peranan penting.
Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke dalam
sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada sel sistem saraf
pusat).
Insulin diberikan dalam bentuk oobat-obatan yang berfungsi menurunkan kadar
glukosa darah seperti actrapid, humulin, levemir, dan lantus. Pasien hiperglikemiia
yang menerima terapi insulin berisiko mengalami hipoglikemia dan hipokalemia.
Menurut Munoz et al (2011), Pemberian terapi cairan tidak menyebabkan
hipoglikemia dan hipokalemia tetapi mampu menurunkan kadar glukosa darah.
Penelitian mengenai rute pemberian cairan yang efektif untuk menurunkan kadar
glukosa darah masih belum banyak diteliti.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan keefektifan pemberian
terapi cairan melalui rute oral dan pemberian cairan melalui intravena dalam
megurangi kadar glukosa darah pasien hiperglikemia.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan jurnal ini adalah untuk menganalisa tentang
keefektifan pemberian terapi cairan melalui rute oral dan pemberian cairan melalui
intravena dalam meguranngi kadar glukosa darah pasien hiperglikemia.

.
BAB II
JURNAL PENELITIAN
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profile penelitian


3.2.1 Judul :
A randomized, controlled trial of oral versus intravenous fluids for lowering
blood glucose in emergency department patients with hyperglycemia
3.2.2 Pengarang :
Sanjay Arora, MD; Marc A. Probst, MD; Laura Andrews, MD; Marissa
Camilion, MD; Andrew Grock, MD; Gregory Hayward, MD; Michael
Menchine, MD, MPH Reza Saeidi, Maryam Ziadi Lotf Abadi, Abolghasem
Saeidi, Mahbobe Gholami Robatsangi
3.2.3 Sumber :
https://www.cambridge.org/core/terms.
https://doi.org/10.2310/8000.2013.131082
3.2.4 Abstract :
Background : Objectives: Blood glucose can be lowered via insulin and/or
fluid administration. Insulin, although efficacious, can cause hypoglycemia
and hypokalemia. Fluids do not cause hypoglycemia or hypokalemia, but the
most effective route of fluid administration has not been well described. This
study compared the efficacy and safety of oral versus intravenous fluids for
reducing blood glucose in patients with hyperglycemia.
Methods : We conducted a prospective, nonblinded, randomized, controlled
trial. Inclusion criteria were blood glucose . 13.9 mmol/L, age . 18 years, and
ability to tolerate oral fluids. Subjects were excluded for critical illness,
contraindication to fluids, and/or hyperglycemia therapy prior to enrolment.
Subjects were randomized to receive oral bottled water or intravenous
normal saline (maximum 2 L) over 2 hours. The primary outcome of interest
was a change in blood glucose at 2 hours across treatment arms.
Results: The 48 subjects were randomized. Baseline blood glucose levels
and total amount of fluid received were similar between the two groups. The
mean decrease in blood glucose at 2 hours was similar for both treatment
arms: a mean decrease of 3.4 mmol/L (20.2 mmol/L to 16.8 mmol/L) in the
oral fluid group versus a mean decrease of 4.0 mmol/L (19.7 mmol/L to 15.7
mmol/L) in the intravenous fluid group. The mean difference between
groups was 20.6 mmol/L (95% confidence interval 22.3–1.2; p 5 0.51). No
adverse events were observed in either group.
Conclusion: In this unblinded randomized trial, oral and intravenous fluids
were equally efficacious in lowering blood glucose levels in stable
hyperglycemic patients and no adverse events were noted. Physicians should
be mindful that, although similar, the reduction in blood glucose was modest
in both groups
3.2 Deskripsi penelitian
3.2.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan keefektifan
pemberian terapi cairan melalui rute oral dan pemberian cairan melalui
intravena dalam megurangi kadar glukosa darah pasien hiperglikemia.
3.2.2 Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah Randomized Controlled Trial
3.2.3 Populasi
Populasi jurnal ini adalah pasien-pasien yang mengalami hiperglikemia
dan mendatangi IGD di Los Angeles County Medical Center. Sampel yang
memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian berjumlah 48
pasien. 25 pasien di kelompok 1 (cairan oral) dan 23 pasien di kelompok 2
(cairan intravena normal saline 0,9%)
Kriteria inklusi :
1. Blood glucose . 13.9 mmol/L
2. Usia >18 tahun
3. Mampu menkonsumsi cairan oral
4. Menulis informed consent dalam bahasa inggris/spanyol

Kriteria eksklusi :

1. Gangguan mental
2. Pasien yang menderita penyakit kritis
3. Kontraindikasi konsumsi cairan (gagal ginjal, hipervolemia,
dan gagal jantung kongestif)
4. Sudah mendapatkan terapi hiperglikemia sesaat sebelum
penelitian dilakukan atau mendapatkan terapi insulin 2 jam
sebelum masuk IGD
3.2.4 Intervensi
1. Memilih sampel secara random
2. Memeriksa kadar gula darah pasien dan jumlah cairan yang
dikonsumsi/didapatkaan sebelum dilakukan pemberian terapi
cairan (menit ke-0)
3. Kelompok intervensi 1 diberikan cairan oral berupa air di dalam
botol dan diberikan 1 liter dalam 1 jam dengan jumlah maksimum
konsumsi air sebanyak 2 liter dalam 2 jam
4. Kelompok intervensi 2 diberikan cairan intravena berupa normal
saline 0,9% dan jumlah maksimum pemberian normal saline via
intravena adalah 2 liter dalam 2 jam
5. Melanjutkan menghitung jumlah cairan yang dikonsumsi pada 2
kelompok intervensi mulai menit ke-30, ke-60, ke-90, dan menit ke-
120
6. Melanjutkan memeriksa kadar gula darah pasien pada menit ke-
30, ke-60, ke-90, dan menit ke-120
7. Memantau adverse effects seperti adanya sesak nafas, nausea,
muntah, dan perubahan status mental. Pemantauan dilakukan setiap
30 menit
8. Membandingkan kadar glukosa darah pasien di kelompok 1
(cairan oral), dan kelompok 2 (cairan intravena normal saline
0,9%).
3.2.5 Comparison
Membandingkan kadar glukosa darah pasien di kelompok 1 (cairan oral),
dan kelompok 2 (cairan intravena normal saline 0,9%). Kadar glukosa
darah dibandingkan mulai 0, 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit.
Selain itu, peneliti membandingkan kadar glukosa darah pada kelompok 1
dan kelompok 2 pada menit ke-120.
3.2.6 Outcomes
Sebanyak 48 sampel yang diacak mempunyai kadar glukosa awal yang
mirip. Rata-rata penurunan kadar glukosa darah setelah 2 jam pemberian
intervensi pada kelompok 1 (cairan oraal) adalah 3.4 mmol/L (20.2 mmol/L
menjadi 16.8 mmol/L), sedangkan pada kelompok 2 (cairan intravena
normal saline 0,9%) aadalah 4.0 mmol/L (19.7 mmol/L menjadi 15.7
mmol/L). Tidak terdapat adverse effects yang ditemukan selama proses
intervensi berlangsung sampai proses intervensi berakhir.
3.2.7 Critical thinking
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan
oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan herediter. Insulin
yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel.
Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam darah
meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon sehingga
terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan
penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi
glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel.
Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan
dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi).
Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton
yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton
dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis (Lanny, 2009).
Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat
sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan
sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan
penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah yang membentuk plak
sehingga pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak itu
telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus ini dapat
menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain
(tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke,
ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan
miocard infark, mata dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian
(Lanny, 2009).
Normal saline 0,9% adalah cairan kristaaloid yang tersusun
dari Na: 154 mmol/l,Cl:154 mmol/l. Kegunaannya antaraa lain:

 Mengganti cairan saat diare


 Mengganti elektrolit dan cairan yang hilang di intravaskuler
 Menjaga cairan ekstra seluler

Pemberian terapi cairan sebagai terapi hidrasi pada penderita diabetes.


Hidrasi adalah proses sewaktu ion atau molekul air tersusun secara
spesifik. Hidrasi terjadi dalam larutan dimana air merupakan pelarut yang
sangat baik untuk senyawa-senyawa ionik. Air dengan rumus molekul H2O
merupakan senyawa netral namun memiliki kedua ujung yang bermuatan poitif
pada atom H dan bermuatan negatif pada atom O. Ketika senyawa ionik larut
dalam air maka akan terbentuk larutan dengan ion bermuatan positif (kation)
dan ion bermuatan negatif (anion) terpisah, seperti pada senyawa ionik NaCl
ketika larut dalam air maka dalam larutan akan terdiri dari ion Na+ dan Cl-. Ion
Na+ akan dikelilingi molekul air yang ujung negatifnya, atom O mengarah ke
kation Na, sebaliknya pada ion Cl- akan dikelilingi molekul air yang ujung
positifnya mengarah pada anion Cl. Hidrasi ini dapat membantu menstabilkan
ion-ion yang terbentuk dalam larutan dan mencegah kedua ion bermuatan
positif (kation) dan ion bermuatan negatif (anion) bergabung kembali (Kadafi,
2017).

3.2.8 Kelebihan dan kelemahan jurnal


Kelebihan jurnal ini adalah menggunakan 2 kelompok intervensi serta
dijelaskan mengenai tindakan yang dilakukan pada ke-2 kelompok. Di
jurnal ini peneliti mengatakan menggunakan sampel dalam jumlah kecil
yaitu sebanyak 48 orang. Selain itu, peneliti juga mengatakan bahwa
peneliti tidak melakukan pemeriksaan kadar elektrolit pasien sebelum
dilakukan penelitian.
1) Manfaat Hasil Penelitian bagi Keperawatan:
a. Teoritis
Secara teoritis, jurnal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan perawat mengenai penatalaksanaan hyperglikemia
dengan terapi cairan yaitu normal saline 0,9% dan cairan via
oral berupa air minum.
b. Praktisi :
Manfaat jurnal ini bagi tenaga kesehatan terutama seorang
perawat sebagai care giver adalah perawat bisa
mempertimbangkan intervensi keperawatan dalam mengatasi
hyperglikemia pada pasien yang mengalami hyperglikemia
non-kritis yaitu dengan memberikan terapi cairan berupa
normal saline 0,9% atau air mineral. Hal ini juga bisa lebih
mengurangi pengeluaran pasien karena pasien tidak perlu
membayar obat-obatan penurun darah seperti insulin.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang
kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 –
160 mg /100 ml darah Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian cairan
normal saline 0,9% dan konsumsi air efektif menurunkan kadar glukosa darah
yang tinggi.

4.2 Saran
Perawat sebagai agent of change diharapkan bersikap terbuka terhadap perubahan
yang positif dalam dunia kesehatan dan perawat diharapkan terus menerus
melakukan penelitian yang dapat meningkatkan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dan keluarga pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E, J. (22009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC


Kadafi, K, T. (2017). Resusitasi Cairan. Jakarta: Salemba Medika
Lanny, S. (2009). Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Menchine MD, Wiechmann W, Peters A, et al. Trends in diabetes-related visits to US
EDs from 1997 to 2007. Am J Emerg Med 2012;30:754-8.
Munoz C, Villaneuva G, Fogg B, et al. Impact of subcutaneous insulin protocol in the
emergency department: Rush Emergency Department Hyperglycemia Intervention.
(REDHI). J Emerg Med 2011;40:493-8,

Anda mungkin juga menyukai