Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Hasil

Tipe emulsi M/A Tipe emulsi A/M

1. Tabel hasil pengamatan


a. Volume pemisahan
Tipe emulsi Vair (mL) Vminyak (mL) Vpemisahan (mL)

M/A 16,5 3,5 0,212

A/M 7,5 12,5 0,5

b. Waktu terdispersi
Tipe emulsi Waktu terdispersi

M/A 21 detik

A/M Lebih dari 1 menit

c. Tipe emulsi
Tipe emulsi HLB butuh

M/A 12
A/M 7

4.1.2 Perhitungan
1. Formula
a. Tipe M/A
R/ Fase minyak
Span 80 3,5985 ml
Minyak zaitun add 5 ml
Fase air
Tween 80 1,4015 ml
Air add 15 ml
Perhitungan bahan :
Minyak zaitun = 5 – 3, 5985
= 1, 4015
Air = 15 – 1, 4015
= 13, 59
b. Tipe A/M
R/ Fase minyak
Span 80 3,737 ml
Minyak zaitun add 15 ml
Fase air
Tween 80 1,263 ml
Air add 5 ml
Perhitungan bahan :
Minyak zaitun = 15 – 3, 3737
= 11,263 ml
Air = 5 – 1,263
= 3,74 ml
2. Aligasi
a. Tipe emulsi M/A
Tween 15 7,7
12
Span 4,3 3
HLB gabungan= 7,7 + 3 = 10,7
3
Tween 80 = 10,7 x 100 % = 28,03 %
28,03
= x 5 =1,4015 gr
100

Span 80 = 5 – 1,4016 gr
= 3,5985 gr

b. Tipe emulsi A/M


Tween 15 2,7
7
Span 4,3 8
HLB gabungan= 2,7 + 8 = 10,7
2,7
Tween 80 = x 100 % = 25,26 %
10,7
25,26
= x 5 = 1,263 g
100
Span 80 = 5 – 1,263 g
= 3,737 g
3. Volume Pemisahan
Tipe M/A
Dik. V2 = Vair = 16,5 ml
V1 =Vminyak = 3,5 ml
Dit. V0 = ….?
V1
Peny. V0 =
V2

4.2 Pembahasan
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok. Biasanya emulsi mengandung dua zat atau lebih yang
tidak dapat bercampur, misalnya minyak dan air. Zat pengemulsi (emulgator)
merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil
(Anief, 1996).
Tipe emulsi yang dihasilkan, M/A atau A/M terutama bergantung pada sifat
zat pegemulsi. Karakteristik ini dikenal sebagai keseimbangan hidrofil lipofil yakni
sifat polar dan non polar dari pengemulsi. Kenyataannya, apakah surfaktan adalah
selalu pengemulsi, zat tambahan, detergen, atau zat penstabil keseimbangan dan zat
hidrofilik dan sifat lipofilik dari suatu emulsi menentukan apakah akan dihasilkan
suatu emulsi M/A atau A/M (Martin, 1990).
Tujuan pada percobaan emusifikasi ini adalah menghitung jumlah emulgator
golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi., membuat emulsi
menggunakan emulgator golongan surfaktan. mengevaluasi kestabilan suatu emulsi.
Dan menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.
Pada percobaan ini disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan
digunakan. Adapun alat yang digunakan adalah batang pengaduk, cawan porselen,
gelas ukur, gelas beaker, penangas, dan pipet. Selain itu, bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah aquadest, aluminium foil, metilen blue, minyak zaitun, span 80,
tween 80 dan tisu.
Alat yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol 70 %
menurut Sylvia (2008), tujuannya adalah untuk membersihkan alat dari mikroba
selain itu alkohol 70% juga dapat berfungsi sebai antiseptik dan desinfektan.
Untuk emulsi tipe minyak dalam air, diukur tween 80 sebanyak 1,5 ml dan
span 80 sebanyak 3,5 ml yang sebelumnya telah dihitung HLB (Hydrophilic
Lipophilic Balance) dari minyak zaitun, tween 80 dan span 80. Menurut Arief (1998)
dalam suatu sistem HLB, harga HLB juga ditetapkan untuk minyak-minyak dari zat-
zat seperti minyak. Dengan menggunakan dasar HLB dalam penyiapan suatu emulsi
seseorang dapat memilih zat pengemulsi yang mempunyai harga HLB sama atau
hampir sama sebagai fase minyak yang dimaksud.
Panaskan air menggunakan penangas lalu tutupi dengan aluminium foil. Diukur
minyak zaitun sebanyak 1,5 ml dan air sebanyak 13,5 ml. Pada fase minyak dicampur
span 80 dan minyak zaitun pada cawan porselin. Sedangkan, pada fase air letakkan
cawan yang berisi tween diatas penangas kemudian tambahkan air sedikit demi
sedikit dan aduk hingga homogen. Hal ini bertujuan untuk dapat mendispersikan zat
terdispersi kedalam zat pendispersi (Agoes, 2006)
Tuang campuran minyak zaitun dan span kedalam cawan porselin yang bersisi
fase air. Diaduk menggunakan batang pengaduk hingga berbentuk emulsi yang
homogen, dipindahkan emulsi kedalam gelas ukur tujuannya agar kita lebih mudah
untuk melakukan evaluasi pada sediaan (Kurniawan, 2009)
Dilakukan evaluasi pada sediaan emulsi, evaluasi pertama yang dilakukan
adalah evaluasi volume pemisahan. Diambil sediaan emulsi, dikocok dengan cepat,
didiamkan hingga membentuk pemisahan antara fase minyak dan fase air, diukur
volume yang terpisah antara fase air dan fase minyak. Didapati hasil bahwa volume
pemisahan antara fase minyak dan fase air pada emulsi minyak dalam air adalah
0,212 ml.
Evauasi waktu terdispersi. Disiapkan sediaan emulsi, dikocok emulsi dengan
cepat, diukur waktu dengan menggunakan stopwatch. Didapati hasil bahwa waktu
terdispersi emulsi tipe minyak dalam air adalah selama 21 detik.
Evaluasi tipe emulsi. Disiapkan tipe emulsi, dikocok sediaan emulsi, ditetesi
dengan metilen blue sebanyak 2 tetes. Diamati apabila sediaan emulsi tercampur
dengan metilen blue dan didapati hasil bahwa metilen blue tercampur secara
homogen dengan emulsi tipe minyak dalam air. Hal ini menandakan bahwa emulsi
tersebut adalah emulsi tipe M/A. karena menurut Dirjen Pom (1995), metilen blue
larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam etanol.
Untuk emulsi tipe air dalam minyak, diukur tween 80 sebanyak 1,3 ml dan
span 80 sebanyak 4 ml yang sebelumnya telah dihitung HLB (Hydrophilic Lipophilic
Balance) dari minyak zaitun, tween 80 dan span 80. Menurut Arief (1998) dalam
suatu sistem HLB, harga HLB juga ditetapkan untuk minyak-minyak dari zat-zat
seperti minyak. Dengan menggunakan dasar HLB dalam penyiapan suatu emulsi
seseorang dapat memilih zat pengemulsi yang mempunyai harga HLB sama atau
hampir sama sebagai fase minyak yang dimaksud.
Panaskan air menggunakan penangas lalu tutupi dengan aluminium foil. Diukur
minyak zaitun sebanyak 11 ml dan air sebanyak 3,7 ml. Pada fase minyak dicampur
span 80 dan minyak zaitun pada cawan porselin. Sedangkan, pada fase air letakkan
cawan yang berisi tween diatas penangas kemudian tambahkan air sedikit demi
sedikit dan aduk hingga homogen. Hal ini bertujuan untuk dapat mendispersikan zat
terdispersi kedalam zat pendispersi (Agoes, 2006)
Tuang campuran minyak zaitun dan span kedalam cawan porselin yang bersisi
fase air. Diaduk menggunakan batang pengaduk hingga berbentuk emulsi yang
homogen, dipindahkan emulsi kedalam gelas ukur. Hal ini bertujuan agar kita lebih
mudah untuk melakukan evaluasi pada sediaan (Kurniawan, 2009)
Dilakukan evaluasi pada sediaan emulsi, evaluasi pertama yang dilakukan
adalah evaluasi volume pemisahan. Diambil sediaan emulsi, dikocok dengan cepat,
didiamkan hingga membentuk pemisahan antara fase minyak dan fase air, diukur
volume yang terpisah antara fase air dan fase minyak. Didapati hasil bahwa volume
pemisahan antara fase minyak dan fase air pada emulsi air dalam minyak adalah 0,5
ml
Evauasi waktu terdispersi. Disiapkan sediaan emulsi, dikocok emulsi dengan
cepat, diukur waktu dengan menggunakan stopwatch. Didapati hasil bahwa waktu
terdispersi emulsi tipe air dalam minyak adalah selama lebih dari 1 menit.
Evaluasi tipe emulsi. Disiapkan tipe emulsi, dikocok sediaan emulsi, ditetesi
dengan metilen blue sebanyak 2 tetes. Diamati apabila sediaan emulsi tercampur
dengan metilen blue dan didapati hasil bahwa metilen blue tidak tercampur secara
homogen dengan emulsi tipe air dalam minyak. Hal ini menandakan bahwa emulsi
tersebut adalah emulsi tipe A/M. karena menurut Dirjen Pom (1995), metilen blue
larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam etanol.
Menurut Diaz (1996), Tipe emulsi oil-in-water dan water-in-oil bisa dengan
mudah dibedakan dengan beberapa cara : (i) emulsi w/o bisa diberi cat pewarna
dengan zat pewarna larut minyak (Sudan III) dan emulsi o/w akan diwarnai dengan
cat pewarna larut air (methylene blue). (ii) uji dengan kertas saring, produksi tetesan
dari emulsi o/w sangat banyak dan cepat membasahi area kertas saring sedangkan
tetesan w/o tidak. Sudan III bersifat lipofilik dan metilen blue bersifat hidrofilik,
keduanya tidak mahal dan sangat mudah didapatkan untuk pengujian ini
Kemungkinan kesalahan yang terjadi pada praktikum ini yaitu kurang
ketelitian praktikan dalam mengukur larutan, pengadukan yang dilakukan tidak
konsisten dan adanya larutan yang masih tertinggal pada wadah yang menyebabkan
volume larutan menjadi berkurang.

Anda mungkin juga menyukai