KELOMPOK 1B
BLOK 3.2
DOSEN PENGAMPU:
dr. Anati Purwakanthi, M. Sc
ANGGOTA KELOMPOK:
Meitri Diyah Indriasih G1A118145
Nur Afni Lestari G1A118146
Khairi Wilda Prihati G1A118048
Tara Ayu Kinanti Hariyono G1A118058
Adelia Nisa Putri Gusna G1A118092
Muhammad Rizky Devandy G1A118093
Muhammad Rizaldi Nauval G1A118118
Muhammad Anggamguna G1A118119
Ikhlas Amal Al Makhaddani G1A118121
Nurhanisah Dalimunthe G1A118147
Ny. C 29 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat mendadak di daerah
pinggang. Nyeri mulai dirasakan sejak 3 hari yang lalu yang sifatnya hilang timbul. Nyeri
timbul selama lebih kurang 15 menit dan kemudian hilang secara tiba-tiba. Nyeri seperti saat
menstruasi tetapi dirasa lebih berat. Riwayat menstruasi teratur dan riwayat trauma didaerah
pinggang disangkal. Sejak seminggu yang lalu Ny. C merasakan BAK tidak lancar, tidak
tuntas, dan terasa nyeri. Keluhan disertai demam terus menerus, rasa terbakar pada perut
bagian bawah. Sehari-hari pasien jarang minum air putih dan lebih banyak mengkonsumsi
minuman bersoda. Ny. C juga memiliki kebiasaan menahan BAK. Dokter menduga ada
gangguan di saluran kemih Ny. C, sehingga dokter melakukan pemeriksaan fisik dan
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis secara akurat. Dokter menganjurkan
agar Ny. C dirawat untuk mendapat penatalaksanaan yang optimal sehingga dapat terhindar
dari komplikasi yang tidak diharapkan.
1
I. KLARIFIKASI ISTILAH
2. Menstruasi : keadaan fisiologik dan siklik berupa pengeluaran sekret yang terdiri
dari
darah dan jaringan mukosa dari uterus nongravid melalui vagina.1
2
II. IDENTIFIKASI MASALAH
3
III. BRAINSTORMING
Histologi
Renal
- Terdiri dari korteks dan medula.
- Di korteks terdapat glomerulus, tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus
distal yang dilapisi epitel kuboid selapis.
Ureter dan vesika urinaria terdiri dari 3 lapisan :
- Tunika mukosa
- Tunika muscularis
- Tunika adventisia
Fisiologi
Secara umum fisiologi dari sistem urinari, yaitu untuk membuang produk sisa
metabolisme yang tidak dibutuhkan tubuh (ureum, kreatinin, dan bilirubin).
Menjaga keseimbangan air dan elektrolit.
4
2. Mengapa Ny. C merasakan nyeri hebat mendadak dan hilang timbul di daerah
pinggang?
Jawab :
Nyeri hebat mendadak terjadi karena ada stimulus merangsang organ viscera
yang dapat menimbulkan nyeri viscera → nyeri perangsangan hebat.
Nyeri hebat mendadak terjadi karena obstruksi organ berlumen sehingga terjadi
respon hiperperistaltik yang mengakibatkan spasme pada otot organ dan
meningkatkan tekanan intraluminal sehingga menyebabkan nyeri hebat. Setelah
itu terjadi penurunan spasme otot polos, dan nyeri yang dirasakan hilang timbul.
Nyeri hebat mendadak terjadi karena gangguan berkemih, nyeri dipinggang
karena berasal dari ginjal (sudut costo vertebral).
4. Mengapa Ny. C merasakan BAK tidak lancar, tidak tuntas, dan terasa nyeri?
Jawab :
BAK tidak lancar : karena kekurangan cairan, adanya obstuksi pada
saluran kemih.
BAK tidak tuntas : sumbatan pada urethra.
Terasa nyeri : obstruksi bisa berupa batu, saat miksi ada tekanan
sehingga nyeri; bisa juga karena ada inflamasi mukosa
urethra.
5
5. Mengapa keluhan disertai demam dan rasa terbakar pada perut bagian bawah?
Jawab :
Demam menandakan infeksi/inflamasi saluran kemih dan infeksi/inflamasi bisa
menyebabkan timbulnya rasa terbakar.
6. Apakah hubungan jarang minum air putih, banyak mengkonsumsi minuman bersoda
dan kebiasaan sering menahan BAK dengan keluhan Ny. C?
Jawab :
Jarang minum air putih
Jarang minum air putih akan meningkatkan kepekatan urin, sehingga
kemungkinan terbentuk batu lebih besar.
Kurang minum air dapat mengakibatkan kekurangan aliran urin atau volume urin
6
8. Apa diagnosis sementara dan dignosis banding dari Ny. C?
Jawab :
Diagnosis sementara
- Urolithiasis
- ISK
Diagnosis banding
- Cystitis
- Pyelonephritis
7
11. Jelaskan patofisiologi dari penyakit Ny. C!
Jawab :
Bakteri E. coli masuk ke urethra
ISK atas (pyelonephritis) :
E. coli, Proteus dan Pseudomonas memecah urea menjadi amonia dan menjadi
urin alkali sehingga meningkatkan resiko terbentuknya batu.
ISK bawah (cystitis) :
E. coli dan Staphylococcus mengkontaminasi bakteri pada urin yang normalnya
steril.
12. Apa perbedaan gejala infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran kemih
bagian bawah?
Jawab :
Learning Issues
8
15. Apa saja komplikasi dari penyakit Ny. C?
Jawab :
Gagal ginjal
Supurasi (abses ginjal)
9
IV. ANALISIS MASALAH
a. Ginjal
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12cm dan lebar 2,5cm
pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram
dan kira-kira sebesar kepalan tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian
belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada
hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang
cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran,
seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf, dan ureter.
10
Lapisan-lapisan pembungkus ginjal :
1) Bagian dalam : capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan
ureter.
2) Bagian tengah : capsula adiposa yang merupakan jaringan lemak untuk
melindungi ginjal dari trauma.
3) Bagian luar : fascia renalis (jaringan ikat) yang membungkus ginjal dan
menghubungkannya dengan dinding abdomen posterior. Jaringan fleksibel ini
memungkinkan ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu
bernafas, mencegah penyebab infeksi dari ginjal ke bagian tubuh lainnya.
Anatomi internal ginjal dari dalam keluar, renal pelvis, medulla dan korteks :
1) Renal pelvis, merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan
medula dengan ureter. Renal pelvis memiliki percabangan yaitu kaliks mayor
dan kaliks minor. Masing-masing ginjal memiliki sekitar 2-3 kaliks mayor dan
8-18 kaliks minor.
2) Medulla renalis, merupakan bagian tengah ginjal, terdiri dari 8-18 piramida.
Bagian apeks dari piramida adalah papilla. Piramida terdiri dari tubulus dan
duktus kolektifus dari nefron. Tubulus pada piramida berperan dalam
reabsorpsi zat-zat yang terfiltrasi. Urin berjalan dari medulla ke kaliks minor,
kaliks mayor dan renal pelvis. Dari renal pelvis urin ke ureter dan masuk
kandung kemih. Satu ginjal memiliki kurang lebih 1 juta nefron.
3) Cortex renalis, merupakan bagian paling luar dari ginjal yang terdiri dari area
kortikal dan area juxtamedullari. Mempunyai kapiler-kapiler menembus
medula melalui piramid membentuk renal kolum. Kolum terdiri dari tubulus
ginjal yang mengalirkan urin ke kalliks minor.
11
b. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
c. Vesika urinaria
Vesika urinaria atau kandung kemih terletak dibelakang simfisis pubis,
berfungsi menampung urin untuk sementara waktu. Organ ini berbentuk seperti
buah pir(kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Terdapat segitiga bayangan yang terdiri atas 3 lubang yaitu 2 lubang ureter
dan satu lubang uretra pada dasar kandung kemih yang disebut dengan
trigonum/trigon. Lapisan dinding kandung kencing (dari dalam keluar): lapisan
mukosa, submukosa, otot polos, dan lapisan fibrosa. Lapisan otot disebut dengan
otot detrusor. Otot longitudinal pada bagian dalam dan luar dan lapisan sirkular
pada bagian tengah.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran yang mengeluarkan urin keluar tubuh. Uretra
terbentang dari dasar kandung kencing ke orifisium uretra eksterna. Pada laki-laki
panjangnya sekitar 20 cm sedangkan pada wanita panjangnya sekitar 3-5 cm.
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan:
1) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar
urethra tetap tertutup.
12
2) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3) Lapisan mukosa.3
Gambar 4: Uretra
Histologi
a. Ginjal
Terdiri atas korteks dan medulla
Bagian luarnya dilapisi simpai jaringan ikat fibrosa kolagen/kapsula fibrosa
Diluar dari jaringan ikat kolagen terdapat simpai jaringan lemak
Terdapat struktur cekung yang disebut hilus sebagai tempat keluar ureter dan
keluar masuknya pembuluh darah
Korteks
Glomerulus
o Bentuknya bundar dengan warna yang lebih tua dari sekitarnya
o Permukaan luar dilapisi epitel selapis gepeng (kapsula bowman pars parietal)
o Diantara kapsul bowman parietal dengan tubulus kontortus proksimal
terdapat tautan yang disebut kutub tubular
o Di bawah simpai bowman parietal terdapat ruang kosong yang disebut ruang
bowman (hidup berisi cairan ultrafiltrat)
o Pada sisi yang berlawanan dengan kutub tubular terdapat kutub vaskular
(tempat keluar masuknya arteriol glomerulus)
o Arteriol yang masuk : vasa afferen
o Arteriol yang keluar : vasa efferen
13
o Vasa afferen masuk kemudian bercabang-cabang menjadi pembuluh kapiler
lalu bergelung-gelung membentuk glomerulus
o Pembuluh darah kapiler pada glomerulus dilapisi podosit yang merupakan
kapsul bowman lapis visceral
Medulla ginjal
Jaringan medulla terdiri dari saluran-saluran berjalan lurus membentuk daerah
seperti piramid
Jaringan medulla yang menjorok ke korteks membentuk berkas-berkas radier
yakni processus fereini
14
Di dalam medulla dan processus fereini terdapat ansa henle segmen tebal turun,
ansa henle segmen tipis, ansa henle segmen tebal naik, dan duktus koligens
Jika processus fereini terpotong melintang, tampak saluran-saluran berlumen lebih
kecil dengan dinding tipis
Duktus koligens
o Mirip tubulus kontortus distal, dinding sel epitelnya jauh lebih jelas
o Sel penyusunnya kuboid, inti sel bulat kebiruan, sitoplasma jernih, batas
antar sel jelas
o Sel-selnya lebih tinggi dan lebih pucat dari TKD
b. Ureter
Tunika mukosa : dilapisi epitel transisional dengan jaringan ikat longgar yang
membentuk lamina propria di bawahnya
Tunika muskularis: terdiri dari 3 lapisan jaringan otot polos yaitu lapis otot
longitudinal (dalam), sirkular (tengah), longitudinal (luar)
Tunika adventisia: jaringan ikat longgar
15
c. Vesika urinaria
Tunika mukosa: dilapisi epitel transisional dengan jaringan ikat longgar yang
membentuk lamina propria di bawahnya
Tunika muskularis: terdiri dari serat otot polos yang tersusun berlapis-lapis
tidak beraturan, diantara berkas otot polos terdapat jaringan ikat longgar
Tunika adventisia: terdiri dari jaringan ikat longgar yang sebagian diliputi
peritoneum dan disebut tunika serosa.4
Fisiologi
a. Ginjal
Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan
keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.5
b) Proses Reabsorpsi
Urine yang dihasilkan setelah proses reabsorpsi disebut urine sekunder (filtrat
tubulus). Reabsorpsi adalah proses penyerapan kembali filtrat glomerulus yang masih
bisa digunakan oleh tubuh. Bagian yang berperan dalam proses ini meliputi sel-sel
epitalium pada tubulus kontrotus proksimal, lengkung henle dan tubulus distal.
Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal, pada
tubulus kontortus proksimal lebih diutamakan reabsorpsi glukosa, asam amino, dan
16
air yang dilakukan dengan proses osmosis. Sedangkan reabsorpsi yang terjadi di
tubulus kontortus distal yaitu reabsorpsi ion natrium dan air, air yang di reabsorpsi
tergantung dari kebutuhan. Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transfor
aktif dan difusi. Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif di reabsorpsi adalah
garam-garam tertentu, asam amino, glukosa, asam asetoasetat, hormon, dan vitamin.
Zat-zat tersebut di reabsorpsi secara aktif di tubulus proksimal sehingga tidak ada lagi
di lengkung henle.
c) Proses Augmentasi
Proses terakhir yaitu augmentasi (penambahan), berlangsung di tubulus distal.
Pada proses ini terjadi penyerapan air dan penambahan zat-zat seperti H+, K+, keratin
dan urea dalam urine sehingga urine hanya berisi zat-zat yang benar-benar sudah tidak
berguna lagi. Dari tubulus distal, urine dikumpulkan melalui pembuluh pengumpul
dan selanjutnya masuk ke pelvis (rongga ginjal), kemudian dialirkan ke kandung
kemih atau vesica urinaria melalui saluran ureter.6
Ekskresi Produk Sisa Metabolik, Bahan Kimia Asing, Obat, dan Metabolit
Hormon.
Ginjal merupakan cara utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang
tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk-produk ini meliputi ureum (dari
metabolisme asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam
nukleat), produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan metabolit
berbagai hormon. Produk-produk sisa ini harus dibersihkan dari tubuh secepat
produksinya. Ginjal juga membuang sebagian besar toksin dan zat asing lainnya yang
diproduksi oleh tubuh atau dimakan, seperti pestisida, obat-obatan, dan zat aditif
makanan.
6. Sintesis Glukosa.
Ginjal menyintesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya selama masa
puasa yang panjang, proses ini disebut glukoneogenesis. Kapasitas ginjal untuk
menambahkan glukosa pada darah selama masa puasa yang panjang dapat menyaingi
hati. Pada penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal akut, fungsi homeostatik ini
terganggu, dan kemudian terjadi abnormalitas komposisi dan volume cairan tubuh
yang berat dan cepat. Pada gagal ginjal total, dalam beberapa hari saja dapat terjadi
akumulasi kalium, asam, cairan, dan zat-zat lainnya dalam tubuh sehingga
menyebabkan kematian dalam beberapa hari, kecuali jika ada intervensi klinis seperti
hemodialisis dimulai untuk memulihkan, paling tidak sebagian, keseimbangan cairan
tubuh dan elektrolit.7
b. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin
dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Setiap ureter pada orang dewasa
memiliki panjang kurang lebih 20 cm, memiliki dinding yang terdiri atas mukosa
yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang
dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) untuk mengeluarkan urin ke
kandung kemih.
c. Kandung kemih
Kandung kemih berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Kandung kemih
19
mempunyai kapasitas maksimal dalam menampung urin, dimana pada orang dewasa
besarnya adalah ± 300-450 ml.
d. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin ke luar dari kandung kemih
melalui proses miksi. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak
pada perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak
pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri atas otot
polos yang dipersarafi oleh sistem simpatetik sehingga pada saat kandung kemih
penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang
dipersarafi oleh sistem somatik.5
2. Mengapa Ny. C merasakan nyeri hebat mendadak dan hilang timbul di daerah
pinggang?
Jawab :
Nyeri hebat mendadak pada pinggang terjadi bisa berupa nyeri kolik ataupun non
kolik.
Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun
ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan sumbatan dari saluran kemih.
Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Nyeri hilang timbul biasanya terjadi karena nyeri kolik. Nyeri kolik terjadi akibat
spasmus otot polos ureter karena gerakan peristaltiknya terhambat, bisa dikarenakan
oleh batu, bekuan darah, atau oleh benda asing lain. Nyeri ini dirasakan sangat sakit,
hilang-timbul sesuai dengan gerakan peristaltik ureter.8
Karena adanya obstruksi organ berlumen sehingga akan terjadi respon
hiperperistaltik yang mengakibatkan spasme pada otot organ dan meningkatkan
tekanan intraluminal sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Setelah terjadi
kontraksi yang maksimal akan terjadi penurunan spasme otot polos dan nyeri tersebut
20
akan hilang, itulah yang menyebabkan nyeri tersebut hilang timbul. Tidak jarang nyeri
kolik diikuti dengan keluhan pada organ pencernaan seperti mual dan muntah.9
2) Masa Kerja
Masa kerja adalah lama seseorang bekerja dihitung dari pertama masuk hingga
saat penelitian berlangsung. Masa kerja ini menunjukan lamanya seseorang terkena
paparan di tempat kerja. Semakain lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena
paparan ditempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat
kerja.
3) Jenis Kelamin
Laki-laki dan wanita bekerja dalam kemampuan fisiknya. Kekuatan fisik tubuh
wanita rata-rata 2/3 dari pria. Poltrast menyebutkan wanita mempunyai kekuatan 65%
dalam mengangkat di banding rata-rata pria. Hal tersebut disebabkan karena wanita
21
mengalami siklus biologi seperti haid, kehamilan, nifas, menyusui, dan lain-lain.
Sebagai gambaran kekuatan wanita yang lebih jelas, wanita muda dan laki-laki tua
kemungkinan dapat mempunyai kekuatan yang hampir sama. Hal ini terjadi karena
secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria.
4) Kebiasaan Merokok
Perokok lebih beresiko terkena nyeri pinggang dibandingkan dengan yang bukan
perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke cakram
dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh darah
arteri. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan nyeri pinggang karena perokok
memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan pada peredaran darahnya,
termasuk ke tulang belakang.
Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru yang
diakibatkan adanya kandungan karbon monoksida sehingga kemampuan untuk
mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran menurun.
Apabila yang bersangkutan melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga maka
akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran
karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan asam laktat, dan akhirnya timbul nyeri
otot.
Faktor pekerjaan
1) Beban kerja
Beban kerja adalah setiap pekerjaan yang memerlukan otot atau pemikiran yang
merupakan beban bagi pelakunya, beban tersebut meliputi beban fisik, mental ataupun
22
beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaanya. Beban kerja dapat meningkatkan resiko
nyeri punggung bawah misalnya mengangkat beban yang terlalu berat.
2) Lama Kerja
Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Sisanya
(16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga atau masyarakat, istirahat,
tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut
biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan
produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit, dan
kecelakaan. Dalam seminggu biasanya seseorang dapat bekerja dengan baik selama
40-50 jam. Lebih dari itu terlihat kecenderungan untuk timbulnya hal-hal negatif.
Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan. Jumlah 40 jam kerja seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja
tergantung kepada berbagai faktor. Maksimum waktu kerja tambahan yang masih
efisien adalah 30 menit.
Sedangkan diantara waktu kerja harus disediakan istirahat yang jumlahnya antara
15-30% dari seluruh waktu kerja. Apabila jam kerja melebihi dari ketentuan tersebut
akan ditemukan hal-hal seperti penurunan kecepatan kerja, gangguan kesehatan,
angka absensi karena sakit meningkat, yang dapat mengakibatkan rendahnya tingkat
produktivitas kerja
3) Sikap Kerja
Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaa antara
lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja
tersebut dilakukan tergantung kondisi dari sistem kerja yang ada. Jika kondisi sistem
kerjanya yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan kerja, karena pekerja
melakukan pekerjaan yang tidak aman. Sikap kerja yang salah, canggung, dan di luar
kebiasaan akan menambah resiko cidera pada bagian sistem muskuloskeletal
Faktor Lingkungan
1) Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada
saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan
23
menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat
menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
2) Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah.
Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam
laktat meningkat, dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.10
4. Mengapa Ny. C merasakan BAK tidak lancar, tidak tuntas, dan terasa nyeri?
Jawab :
BAK tidak lancar dan tidak tuntas bisa terjadi karena adanya sumbatan pada
saluran kemih. Akibat dari kondisi ini dapat terjadi hidronefrosis, yaitu terjadinya
dilatasi pelvis atau kaliks ginjal.
BAK tidak tuntas juga disebabkan karena asupan air yang menurun sehingga
menyebabkan tidak lancarnya BAK. Ini terjadi dikarenakan tidak adanya
dorongan untuk mengeluarkan air kemih. Selain itu, BAK tidak tuntas juga bisa
terjadi karena adanya infeksi saluran kemih.
Rasa nyeri saat BAK biasanya disebabkan oleh inflamasi, tetapi juga bisa
disebabkan oleh batu pada saluran kemih yang bergesek sehingga mengakibatkan
nyeri saat BAK. Kemungkinan nyeri terjadi karena adanya batu kandung kemih,
benda asing, tumor, dan juga prostatitis akut.8
5. Mengapa keluhan disertai demam dan rasa terbakar pada perut bagian bawah?
Jawab :
Demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal, dapat disebabkan oleh
kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang memengaruhi pusat
pengaturan suhu. Sebagian besar protein, hasil pemecahan protein, dan beberapa zat
tertentu lainnya, terutama toksin liposakarida yang dilepaskan membran sel bakteri,
dapat menyebabkan peningkatan set-point pada termostat hipotalamus. Zat yang
menimbulkan efek seperti ini disebut pirogen. Pirogen yang dilepaskan bakteri toksik
atau pirogen yang dilepaskan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan
demam selama keadaan sakit. Ketika set-point di pusat pengaturan suhu hipotalamus
menjadi lebih tinggi dari normal, semua mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh
24
terlibat, termasuk penyimpanan panas dan peningkatan pembentukan panas. Apabila
bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat di dalam jaringan atau dalam darah,
keduanya akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan
bakteri dan melepaskan sitokin, berbagai kelompok molekul sinyal peptida yang
terlibat dalam respons imun bawaan dan adaptif. Salah satu yang paling penting dari
sitokin ini yang menyebabkan demam adalah interleukin-1 (IL-1) yang juga disebut
leukosit pirogen atau pirogen endogen. Interleukin-1 dilepas oleh makrofag ke dalam
cairan tubuh dan saat mencapai hipotalamus, hampir segera mengaktifkan proses yang
menimbulkan demam. Makna klinis jika sudah terjadi demam merupakan telah
terjadinya infeksi saluran kemih.7, 11
Jika sudah terjadi infeksi saluran kemih, maka bakteri akan menimbulkan reaksi
inflamasi yang salah satu responnya memberikan rasa panas di lokasi radang sehingga
menimbulkan rasa terbakar di pinggang.12
6. Apakah hubungan jarang minum air putih, banyak mengkonsumsi minuman bersoda
dan kebiasaan sering menahan BAK dengan keluhan Ny. C?
Jawab :
Jarang mengkonsumsi air putih akan menyebabkan pemasukan cairan ke dalam
tubuh sedikit sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah air kemih. Ketika
air putih dikonsumsi dengan jumlah yang sedikit ini akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan reaktan sehingga menimbulkan pengurangan aliran air kemih. Hal ini
akan mengakibatkan peningkatan dari keluhan Ny. C terkait nyeri yang dirasakannya.
25
Terlalu sering menahan buang air kecil juga dapat menimbulkan dampak buruk
bagi tubuh karena akan menimbukan infeksi sekaligus timbulnya batu struvit yang
disebabkan oleh kolonisasi dari bakteri pemecah urea. Batu struvit disebut juga
sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi
saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea
atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang
termasuk pemecah urea di antaranya adalah: Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. Meskipun E. coli banyak menimbulkan
infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea.8
Pemeriksaan Ginjal
1) Inspeksi
Lakukan pada daerah pinggang. Dengan meminta pasien duduk rileks dan
membuka penutup pakaian.
26
PERHATIKAN : pembesaran asimetris di daerah punggung/pinggang atas. Pada
keadaan ini bisa disebabkan karena hidronefrosis, tumor ginjal atau tumor organ
retroperitoneum yang lain.
2) Palpasi
Lakukan secara bimanual dengan 2 tangan tangan kiri di sudut kostovertebra
untuk mengakat ginjal ke atas tangan kanan meraba ginjal dari depan dibawah arcus
costa. Pada saat inspirasi ginjal akan teraba.
3) Perkusi
Lakukan dengan melakukan ketok ginjal pada daerah sudut kostovertebra (sudut
yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra) pembesaran ginjal karena
hidronefrosis atau adanya tumor ginjal akan teraba saat palpasi dan nyeri saat perkusi.
Pemeriksaan Buli-Buli
Perhatikan adanya benjolan/massa/jaringan parut di suprasimfisis yang mungkin
merupakan suatu tanda adanya tumor ganas buli atau terjadinya retensi urine. Vesica
urinaria yang terisi penuh dapat terlihat melewati batas atas umbilicus.8
27
Gambar 5: Bentuk sedimen sediaan urin
Pemeriksaan Darah
1) Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, laju
endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.
2) Faal ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar kreatinin,
kadar ureum atau BUN (blood urea nitrogen), dan klirens kreatinin. Pemeriksaan
BUN, ureum, atau kreatinin di dalam serum merupakan uji faal ginjal yang paling
sering dipakai di klinik.
Kenaikan nilai BUN atau ureum tidak spesifik, karena selain disebabkan oleh
kelainan fungsi ginjal dapat juga disebabkan karena dehidrasi, asupan protein yang
tinggi, dan proses katabolisme yang meningkat seperti pada infeksi atau demam;
sedangkan kadar kreatinin, relatif tidak banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tadi.
5) Kultur urine
Pemeriksaan kultur urine diperiksa jika ada dugaan infeksi saluran kemih. Pada
pria, urine yang diambil adalah sample urine porsi tengah (mid stream urine), pada
wanita sebaiknya diambil melalui kateterisasi, sedangkan pada bayi dapat diambil
urine dari aspirasi suprapubik atau melalui alat penampung urine.
Selain itu perlu diperhatikan adanya bayangan radio-opak yang lain, misalnya
bayangan jarum-jarum (susuk) yang terdapat disekitar paravertebra yang sengaja
dipasang untuk mengurangi rasa sakit pada pinggang atau punggung, atau bayangan
klip yang dipasang pada saat operasi untuk menjepit pembuluh darah.
29
2) Pielografi Intra Vena (PIV)
Pielografi Intra Vena (PIV) atau Intravenous Pyelography (IVP) atau dikenal
dengan Intra Venous Urography atau urografi adalah foto yang dapat
menggambarkan keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras radio-opak.
Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya kelainan anatomi dan kelainan fungsi
ginjal. Bahan kontras yang dipakai biasanya adalah jodium dengan dosis 300 mg/kg
berat badan atau 1 ml/kg berat badan (sediaan komersial). Setelah itu bahan kontras
disuntikkan secara intra vena, dan dibuat foto serial beberapa menit hingga satu jam,
dan foto setelah miksi.
Di samping itu foto PIV tidak boleh dikerjakan pada pasien gagal ginjal, karena
pada keadaan ini bahan kontras tidak dapat diekskresi oleh ginjal dan menyebabkan
kerusakan ginjal yang lebih parah karena bersifat nefrotoksik.
3) Sistografi
Sistografi adalah pencitraan buli-buli dengan memakai kontras.
4) Uretrografi
Uretrografi adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras. Bahan
kontras dimasukkan langsung melalui meatus uretra eksterna melalui klem broadnya
yang dijepitkan pada glans penis. Untuk menilai panjang struktura uretra dilakukan
pengambilan foto (bipolar) sistouretrografi, yaitu dengan melakukan pengambilan
foto sistografi dengan memasukkan kontras melalui sistostomi bersama-sama dengan
foto uretrografi.
30
5) Pielografi Retrograd (RPG)
Pielografi retrograd atau retrograde pyelography (RPG) adalah pencitraan sistem
urinaria bagian atas (dari ginjal hingga ureter) dengan cara memasukkan bahan
kontras radio-opak langsung melalui kateter ureter yang dimasukkan transuretra.
6) Pielografi Antegrad
Foto pielografi antegrad adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas dengan cara
memasukkan kontras melalui sistem saluran (kaliks) ginjal. Bahan kontras
dimasukkan melalui kateter nefrostomi yang sebelumnya sudah terpasang, atau dapat
pula dimasukkan melalui pungsi pada kaliks ginjal.
7) USG (Ultrasonografi)
Prinsip pemeriksaan ultrasonografi adalah menangkap gelombang bunyi ultra
yang dipantulkan oleh organ-organ (jaringan) yang berbeda kepadatannya.
Pemeriksaan ini tidak invasif dan tidak menimbulkan efek radiasi. USG dapat
membedakan antara massa padat (hiperekoik) dengan massa kistus (hipoekoik),
sedangkan batu non opak yang tidak dapat dideteksi dengan foto ronsen akan
terdeteksi oleh USG sebagai echoic shadow.
Ultrasonografi banyak dipakai untuk mencari kelainanan-kelainan pada ginjal,
buli-buli, prostat, testis, dan pemeriksaan pada kasus keganasan.
9) Sintigrafi
Dengan menyuntikkan bahan isotop (radioaktif) yang telah diikat dengan bahan
radiofarmaka tertentu, keberadaan isotop di dalam organ dideteksi dengan alat kamera
gama.
Sintigrafi mampu menunjukkan keadaan anatomi dan fungsi suatu organ.
Pemeriksaan ini sekarang banyak digunakan di bidang urologi, antara lain untuk
31
mengetahui faal ginjal (renografi), mengetahui anatomi ginjal pada pielonefritis
kronis, untuk mencari adanya refluks vesiko-ureter pada reflux study, mendiagnosis
varikokel, torsio testis, dan di bidang onkologi untuk mencari metastasis karsinoma
prostat pada tulang.8
Pembentukan batu membutuhkan (1) supersaturasi dari satu atau lebih garam
yang terdapat di dalam urin, (2) pengendapan daripada garam-garam urin tersebut, (3)
pertumbuhan batu melalui kristalisasi atau pengelompokan, (4) ada atau tidaknya
32
penghambat pembentukan batu. Supersaturasi merupakan presentasi dari tingginya
konsentrasi garam di dalam cairan (dalam kasus ini yaitu urin) daripada volume
pelarut untuk mempertahankan keseimbangannya.
Urin manusia mengandung banyak ion-ion positif dan negatif yang mampu
mengendap dari cairan sehingga membentuk garam. Garam–garam tersebut akan
membentuk kristal yang kemudian akan membentuk batu. Kristalisasi merupakan
proses pembentukan kristal dari suatu inti garam yang kemudian berkembang menjadi
besar pada urin yang mengalami supersaturasi.
Retensi daripada partikel kristal yang terbentuk terutama terjadi pada saluran
pengumpul. Meskipun sebagian besar kristal akan terbawa oleh aliran urin, namun
stasis pada saluran kemih, kelainan anatomis, atau peradangan epitel pada saluran
kemih dapat menghambat pengeluaran kristal tersebut sehingga meningkatkan risiko
terbentuknya kalkulus yang lebih besar.
Patofisiologi Pielonefritis
Infeksi pada pielonefritis bisa saja menyebar naik melalui saluran kemih bawah,
namun penyebaran juga mungkin terjadi melalui aliran darah. Proses inflamasi yang
terjadi biasanya terfokus dan ireguler, terutama menginfeksi pelvis renalis, kaliks, dan
medulla. Infeksi yang terjadi akan mengakibatkan infiltrasi leukosit ke dalam
medulla, edema renal, dan urin bernanah.
Pada kasus yang lebih parah, abses yang terlokalisasi bisa terbentuk di medulla
dan menyebar ke korteks, terutama mengenai tubulus–tubulus. Faktor predisposisi
pielonefritis antara lain batu ginjal, hal ini dikarenakan obstruksi dan stasis urin
berkontribusi pada bakteriuria dan hidronefrosis, serta iritasi epithelial dengan bakteri
yang terperangkap di dalamnya.13
33
12. Apa perbedaan gejala infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran kemih
bagian bawah?
Jawab :
Gejala ISK atas
Pielonefritis :
Demam, mual dan muntah, nyeri abdomen, dan diare
Nyeri tekan dan kemerahan pada sudut kostovertebra atau palpasi abdomen dalam
Urinalisis : ditemukan silinder leukosit
34
3) Teori Inhibisi yang Berkurang
Batu saluran kemih terjadi akibat tidak adanya atau berkurangnya faktor inhibitor
(penghambat) yang secara alamiah terdapat dalam sistem urinaria dan berfungsi untuk
menjaga keseimbangan serta salah satunya adalah mencegah terbentuknya endapan
batu. Inhibitor yang dapat menjaga dan menghambat kristalisasi mineral yaitu
magnesium, sitrat, pirofosfat, dan peptida. Penurunan senyawa penghambat tersebut
mengakibatkan proses kristalisasi akan semakin cepat dan mempercepat terbentuknya
batu (reduce of crystalize inhibitor).15
2) Cystitis
Kotrimoksazol 2 x 960 mg selama 3 hari.
Siprofloksasin 2 x 250 mg selama 3 hari.
Nitrofurantoin 2 x 625 mg selama 7 hari.
Co amoxiclav 2 x 625 selama 7 hari.14
Non farmakologi
1) Asupan cairan yang banyak.
2) Penggantian kateter yang teratur pada pasien yang menggunakannya.
3) Pecegahan rekurensi ISK : menjaga kebersihan dan hygiene daerah uretra dan
sekitarnya.14
Tatalaksana Urolitiasis
Pengeluaran batu baru diperlukan bila batu menyebabkan gangguan pada saluran
air kemih. Bila batu tersebut tidak menyebabkan gangguan fungsi gunjal, batu
tersebut tidak perlu diangkat, apalagi misalnya pada batu ureter diharapkan batu dapat
keluar sendiri. Penanganannya dapat berupa terapi medis dan simptomatik atau
35
dengan bahan pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindakan yang
kurang invasif, misalnya nefrostomi perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali
secara gelombang kejut.16
b. Pelarutan
Jenis batu yang dapat dilarutkan adalah batu jenis asam urat. Batu ini hanya
terjadi pada keadaan pH urin yang asam (pH 6,2) sehingga dengan pemberian natrium
bikarbonat disertai makanan alkalis, batu asam urat diharapkan dapat larut. Akan lebih
baik bila dibantu dengan upaya menurunkan kadar asam urat urin dan darah dengan
bantuan alopurinol.
Solutin G merupakan obat yang dapat diberikan langsung ke batu di kandung
kemih, tetapi biasanya pelaksanaannya sukar. Selain solutin G, juga digunakan obat
hemiasidrin untuk batu ginjal dengan cara irigasi, tetapi hasilnya kurang memuaskan,
kecuali untuk batu pascabedah yang dapat diberikan melalui nefrostomi yang
terpasang.16
36
c. Litotripsi
Pemecahan batu atau litotripsi dapat dilakukan dengan cara melihat langsung
dengan kemajuan teknik endoskopi. Untuk batu litotriptor secara mekanis melalui
sistoskop atau dengan memakai gelombang elektrohidrolik atau ultrasonik. Untuk
batu ureter digunakan uretroskop dan batu dapat dihancurkan menggunakan
gelombang ultrasonik, elektrohidrolik, atau sinar laser. Untuk batu ginjal, litotripsi
dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa transduser melalui
sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi perkutan.
Sering juga menggunakan gelombang kejut luar tubuh atau ESWL
(Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu tanpa
perlukaan di tubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui tubuh dan
dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan
keluar bersama urin. Pada hakikatnya, litotripsi gelombang kejut dapat dilakukan pada
setiap batu, tetapi sebaiknya tindakan dilakukan dalam tahapan untuk mengeluarkan
semua batu. Akan tetapi, bila terdapat kelainan saluran kemih, misalnya stenosis yang
akan menghalangi keluarnya batu yang telah dipecahkan, tindakan ESWL tidak akan
bermanfaat. Batu dapat dipastikan letaknya dengan bantuan sinar rontgen atau
ultraonografi yang terdapat pada setiap jenis ESWL.16
37
Gambar 9: Nefroskopi perkutan Gambar 10: ESWL
d. Pembedahan
Terapi bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang kejut,
atau bila cara non bedah tidak berhasil. Batu ginjal yang terletak di kaliks selain oleh
indikasi umum, perlu dilakukan tindak bedah bila terdapat hidrokaliks. Batu sering
harus dikeluarkan memalui nefrolitotomi yang tidak gampang karena batu biasanya
tersembunyi di dalam kaliks. Batu pelvis juga perlu dilakukan pembedahan bila
menyebabkan hidronefrosis, infeksi, atau menyebabkan nyeri yang hebat. Pada
umumnya batu pelvis terlebih lagi yang berbentuk tanduk rusa amat mungkin
menyebabkan kerusakan ginjal. Operasi untuk batu pielum yang sederhana disebut
pielolitotomi sedangkan untuk bentuk tanduk rusa dengan pielolitotomi yang
diperluas.
Bila batu ureter ukuran 0,4 cm terdapat pada bagian sepertiga proksimal ureter,
80 % batu akan keluar secara spontan, sedangkan bila terdapat pada sepertiga distal
ureter, kemungkinan keluar spontan 90%. Patokan ini hanya digunakan bila batu tidak
menyebabkan gangguan dan komplikasi. Oleh karena itu ureterolitotomi selalu
didasarkan atas gangguan fungsi ginjal, nyeri yang tidak dapat ditoleransi pasien, dan
penanganan medis yang tidak berhasil. Batu kandung kemih selalu menyebabkan
gangguang miksi yang hebat sehingga perlu dilakukan tindakan pengeluarannya
litotriptor hanya dapat memecahkan batu ukuran kurang dari 3 cm, batu diatas ukuran
ini dapat ditangani dengan ESWL atau sistolitotomi melalui sayatan pfannensistel.
Batu uretra harus dikeluarkan melalui tindakan uretratomi eksterna. Komplikasi yang
dapat terjadi sebaagai akibat operasi ini adalah striktur uretra.16
38
Gambar 10: Tindak Bedah untuk Urolithiasis
39
16. Bagaimana prognosis penyakit Ny. C?
Jawab :
Prognosis pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya merespon baik terhadap terapi antibiotik, dengan
kebanyakan pasien menjadi asimptomatik dalam kurun waktu tertentu. Untuk pasien
yang timbul gejala akut parah, harus dipastikan sudah menyelesaikan terapi antibiotik
sepenuhnya. Dengan terapi yang adekuat, pasien pyelonefritis akut akan menjadi
asimptomatik dan pyelonefritis tidak berulang.18
Prognosis urolithiasis
Tergantung dari besarnya batu, letak batunya, adanya infeksi, adanya obstruksi.
Makin besar batunya, prognosisnya buruk. Letaknya batu yang dapat menyebabkan
obstruksi dapat menurunkan fungsi ginjal dan menyebabkan prognosis yang jelek
pula.19
40
MIND MAP
Keluhan Utama:
Nyeri hebat
mendadak pada
pinggang
Keluhan
Tambahan:
Nyeri dirasakan hilang
timbul, BAK tidak
lancar, tidak tuntas,
dan terasa nyeri
GEJALA
PENYAKIT
SISTEM
URINARIA
Diagnosis Non-
Fisik Penunjang Medikamentosa
sementara: Diagnosis medikamentosa
pyelonephritis et banding:
causa cystitis
urolithiasis
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 29. Singapura: Elsevier; 2015.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia [Online]. April 2019. [disitasi pada 29 Agustus 2019];
Diunduh dari: URL:https://kbbi.kemdikbud.go.id/
3. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC; 2003.
4. Wonodirekso S, Martoprawiro M, Siswojo SK, dkk. Penuntun Praktikum Histologi.
Jakarta: Dian Rakyat; 2013.
5. Tena, HAB. Sistem perkemihan. Universitas Muhammadiyah Semarang; 2017.
6. Campbell, Neil, A., dkk. Biologi. Edisi ke-8. Jakarta : Erlangga; 2008.
7. Guyton dan Hall, E. Hall, Ph.D., John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC;
2018.
8. Purnomo, BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
9. Hadiansyah, Hilman, dkk. Nyeri Kolik dan Hubungannya dengan Lokasi Batu Ureter
Pada Penderita Batu Ureter Ureter Unilateral. Jakarta: FK UI; 2013.
10. Septiawan, Heru. Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Pada Pekerja Bangunan Di Pt Mikroland Property Development. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang; 2013.
11. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014
12. Kumar, Vinay. Abbas, Abul K. Aster, Jon C. Robbins, Stanley L. Basic Pathology. Edisi
9. Canada: Elsevier; 2013.
13. McCance KL, Huether SE, Brashers VL. Pathophysiology The Biologic Basic for
Disease in Adults and Children. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2010.
14. Arif, M. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi IV. Jakarta: Penerbitan Media
Aesculapius FKUI; 2014.
15. Grace P. A, Barley N. R. At a Glance Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: Erlangga; 2006.
16. Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong. Edisi ke-4. Vol.3. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC; 2017.
17. Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC; 2017.
18. Acute Pyelonephritis [Online]. 2019 [disitasi pada 15 Oktober 2019]; diunduh dari:
URL:https://online.epocrates.com/diseases/55151/Acute-pyelonephritis/Prognosis
19. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Edisi VI. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
42