Anda di halaman 1dari 5

Ibadah puasa yang dijalankan dengan benar akan menghasilkan orang-orang yang

setidaknya memiliki 3 (tiga) kesalehan sebagai cerminan dari ketakwaan kepada


Allah subhanahu wata‘ala . Ketiga kesalehan tersebut adalah:

1. Kesalehan Personal

Kesalehan personal adalah kesalehan invidual yang berupa penghambaan pribadi kepada
Allah subhanahu wata‘ala seperti menjalankan shalat, puasa itu sendiri, dzikir, i’tikaf dalam
masjid, tadarus Al-Qur’an dan sebagainya. Kesalehan seperti ini sesungguhnya lebih mudah
dicapai di bulan Ramadhan karena selama bulan ini Allah mengkondisikan situasi dan kondisi
sedemikian kondusif, seperti memberi reward (penghargaan) kepada siapa saja atas ibadah
yang dilakukannya berupa pahala 70 kali lebih besar dari pada di luar bulan Ramadhan,
sekaligus memberikan punishment (hukuman) yang lebih berat bagi yang melakukan
kemaksiatan. Maka di bulan Ramadhan orang-orang cenderung meningkatkan ibadahnya
dan bersikap hati-hati agar tidak melakukan kemaksiatan.

Selain pahala, Allah juga menjanjikan terampuninya dosa-dosa di masa lampau sebagaimana
hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah radliyallahu ‘anhu sebagai berikut:

‫غ ِف َر لَهُ َما تَقَد ََّم ِم ْن ذَ ْن ِب ِه‬


ُ ‫سابًا‬ ْ ‫ضانَ ِإ ْي َمانًا َو‬
َ ِ‫احت‬ َ ‫ام َر َم‬
َ ‫ص‬َ ‫َم ْن‬
Artinya: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena dorongan iman dan mengharap (pahala)
maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Hadits diatas memberikan jaminan kepada setiap Muslim tanpa terkecuali, bahwa ibadah
puasa yang dijalankan secara benar yang didasari keimanan bahwa puasa Ramadhan
adalah benar-benar kewajiban dari Allah subhanahu wata‘ala, disertai harapan mendapat
pahala dari Allah subhanahu wata‘ala, tanpa berharap apapun dari manusia, misalnya pujian
atau pemberian sedekah dan zakat atau hadiah Lebaran seperti THR dari orang-orang
tertentu, maka orang tersebut oleh Allah subhanahu wata‘ala akan diampuni seluruh dosanya
di masa silam. Artinya, semakin banyak usia seseorang akan semakin banyak dosa-dosa
yang diampuni Allah subhanahu wata‘ala.
Oleh karena itu, beruntunglah mereka yang sudah tua tetapi masih mau dan mampu
menjalankan ibadah puasa Ramadhan secara penuh dan baik, sebab semakin dekat dengan
ajal, semakin sedikit sisa-sisa dosa mereka sebagai imbalan atas ibadah puasa yang
dijalankannya. Betapa indahnya kehidupan seseorang jika diakhiri tanpa dosa atau sedikit
dosa saja. Selain itu, mereka yang berpuasa akan mendapatkan prioritas dalam memasuki
surga lewat pintu yang disebut Ar-Rayyan sebagaimana disebutkan dalam hadits yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim:

َ‫ أَيْن‬:ُ‫ يُقَال‬،‫غي َْر ُه ْم‬


َ ٌ ‫ ََل يَد ُخ ُل ِم ْنهُ أ َحد‬،‫صائِ ُم ْونَ َي ْو َم ال ِقيَا َم ِة‬ َّ َ ‫ ا‬:ُ‫إن فِي اْل َجنَّ ِة بَابًا يُقَا ُل لَه‬
َّ ‫ يَدَ ُخ ُل ِم ْنهُ ال‬،‫لريَّان‬ َّ
ٌ‫ فَإِذَا دَ َخلُ ْوا أ ُ ْغ ِلقَ فلم يَد ُخ ْل ِم ْنهُ أ َحد‬، َ‫صائِ ُم ْونَ ؟ َفيَقُ ْو ُم ْونَ فَيَ ْد ُخلُ ْون‬
َّ ‫ال‬

Artinya: “Sesungguhnya di surga terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang-orang


yang berpuasa akan masuk melalui pintu itu pada hari Kiamat. Tidak ada seseorang pun
yang akan masuk melalui pintu ini kecuali mereka. Dikatakan: Mana orang-orang yang
berpuasa? Lalu mereka semua berdiri. Tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu ini
selain mereka. Apabila mereka semua telah masuk, pintu ini akan ditutup dan tidak ada
seorang pun yang akan masuk melaluinya.”

Jamaah Jumat hafidhakumullâh,

2. Kesalehan Sosial

Kesalehan sosial adalah kesalehan seseorang terhadap orang lain dalam kerangka ibadah
kepada Allah subhanahu wata‘ala. Puasa yang dijalankan dengan benar dan dihayati
sepenuhnya akan menghasilkan orang-orang yang peka terhadap persoalan sosial seperti
kemiskinan, pengangguran, kebodohan, dan sebagainya. Mereka juga akan memiliki
solidaritas sosial terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan, baik berupa barang
maupun jasa, karena terkena bencana, seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, kebakaran,
tsunami dan sebagainya. Namun, kepekaan dan solidaritas seperti itu sulit dicapai ketika
orang yang berpuasa tidak bisa menghayati makna lapar, dahaga dan kesulitan atau
kesusahan lain yang dihadapinya.
Memang, sangat diharapkan orang-orang yang sedang berpuasa menghayati rasa lapar dan
dahaga yang dirasakannya sehingga terbuka kesadaran bahwa dalam masyarakat masih ada
orang-orang yang dalam kehidupan sehari-harinya mengalami kelaparan seperti itu. Bukan
karena mereka sedang berpuasa tapi karena memang tidak memiliki apa-apa untuk dimakan.
Mereka miskin karena tidak memiliki pekerjaan atau karena menjadi korban bencana. Atau
menjadi korban penggusuran karena kesewenang-wenangan penguasa. Dari penghayatan
seperti itu diharapkan akan tumbuh kesadaran untuk membantu meringankan penderitaan
mereka.

Dalam konteks seperti itulah, maka zakat fitrah diwajibkan bagi setiap orang Islam untuk
dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu. Zakat fitrah ini harus
sudah diberikan kepada yang berhak sebelum Shalat Idul Fitri dilaksanakan. Diharapkan, dari
zakat fitrah ini akan ada kepastian atau jaminan bahwa setidaknya pada hari Idul Fitri tidak
ada orang yang kelaparan di tengah-tengah kaum Muslimin merayakan hari itu dengan suka
cita. Syukur-syukur jika zakat fitrah yang diterima orang-orang yang tidak mampu itu
jumlahnya cukup besar sehingga dapat menjamin anak-anak mereka atau orang-orang tua
yang sudah udzur dalam keluarga itu dapat makan setiap harinya.

Selain zakat fitrah, ada zakat mal yang banyak orang mengeluarkannya pada akhir bulan
Ramadhan. Jika zakat fitrah dimaksudkan untuk konsumsi, maka zakat mal lebih dimasudkan
untuk pemberdayaan yang produktif. Ada pendapat pribadi bahwa memberikan zakat mal
kepada sedikit orang dalam jumlah cukup besar untuk tujuan produktif, misalnya untuk
pemberian modal usaha, dengan harapan di tahun depan mereka tidak lagi menjadi penerima
zakat tetapi menjadi wajib zakat karena telah berubah menjadi orang mampu, itu lebih baik
dari pada memberikan zakat mal dalam jumlah besar kepada orang banyak tapi masing-
masing mendapat bagian dengan nilai sangat kecil dan tidak berarti apa-apa. Dengan cara
seperti itu, menurut pendapat tersebut, angka kemiskinan dapat dikurangi sedikit demi
sedikit.

Jamaah Jumat hafidhakumullâh,

3. Kesalehan Lingkungan
Kesalehan lingkungan adalah kesalehan dalam hubungannya dengan ekologi atau
lingkungan dalam kerangka ibadah kepada Allah subhanahu wata‘ala. Dalam Al-Quran, surat
Ar-Ruum, ayat 41, Allah subhanahu wata‘ala berfirman:

َ‫ِي َع ِملُوا لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ِجعُ ْون‬


ْ ‫ض الذ‬ ِ َّ‫ت ا َ ْيدِي الن‬
َ ‫اس ِليُ ِذ ْيقَ ُه ْم َب ْع‬ ْ ‫س َب‬ َ
َ َ‫ظ َه َر الف‬
َ ‫سا ُد فِي ال َب ِر َو ال َبحْ ِر ِب َما َك‬

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-
tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Dalam ayat diatas Allah subhanahu wata‘ala mengingatkan kita bahwa kerusakan-kerusakan
di bumi sebenarnya disebabkan ulah manusia sendiri. Misalanya, pencemaran udara
disebabkan karena kita terlalu banyak memproduksi sampah berupa asap sebagai efek
samping dari kegiatan kita memenuhi kebutuhan dan keinginan kita yang berlebihan, baik
melalui cerobong-cerobong pabrik, cerobong rumah tangga, asap kendaraan bermotor, asap
rokok dan sebagainya. Dampak dari kerusakan itu akan ditimpakan kepada manusia agar
mereka menyadari kesalahannya dan kembali ke jalan yang benar. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pencemaran udara menyebabkan jumlah orang yang menderita
penyakit saluran nafas terutama asma dan bronchitis meningkat.

Secara jelas, puasa akan membentuk kesalehan lingkungan karena selama berpuasa banyak
hal yang berpotensi merusak atau mencemari lingkungan dapat kita kurangi. Sebagai contoh,
di bulan Ramadhan kita dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang tidak ramah
lingkungan dengan berkurangnya aktivitas-aktivitas seperti menurunnya mobilitas dengan
kendaraan bermotor karena merasa lemas di siang hari. Ini artinya berkurangnya pemakaian
BBM. Berkurangnya konsumsi makanan, minuman dan rokok berarti menurunnya sampah-
sampah dan asap yang mencemari lingkungan. Menurunnya permintaan bahan-bahan
makanan dan minuman berarti berkurangnya eksploitasi terhadap alam.

Jamaah Jumat hafidhakumullâh,


Ketiga kesalehan diatas, yakni kesalehan personal, kesalehan sosial dan kesalehan
lingkungan akan benar-benar menjadi kesalehan yang nyata apabila selepas bulan
Ramadhan, yakni selama 11 bulan berikutnya, kita benar-benar dapat meneruskan apa yang
sudah kita capai selama Ramadhan tersebut. Jika ketiga kesalehan itu hanya berlangsung
selama bulan Ramadahn saja, maka puasa Ramadhan yang kita jalani belum mampu
merubah kita menjadi orang-orang istiqamah yang secara konsisten mampu meningkatkan
kesalehan dari waktu ke waktu. Tetapi mereka yang mendapatkan keutamaan lailatul qadar
tentu tidak akan sulit untuk mencapai peningkatan ketakwaan seperti itu.

Karena itulah, kita berharap dan berdoa semoga lewat puasa Ramadhan tahun ini kita semua
dimudahkan oleh Allah subhanahu wata‘ala dalam mencapai ketiga kesalehan tersebut
secara istiqamah. Amin...amin... ya rabbal ‘alamin.

Anda mungkin juga menyukai