Anda di halaman 1dari 30

POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI

PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

1.1.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test)


terhadap suatu material dengan beberapa metode.

1.1.2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan pengujian hardness mahasiswa diharapkan mampu:

1. Mahasiswa mampu melakukan Brinell. Pengujian kekerasan (hardness


test) terhadap suatu material dengan metode pengujian kekerasan.

2. Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test)


terhadap suatu material dengan metode pengujian kekerasan Vickers.

3. Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test)


terhadap suatu material dengan metode pengujian kekerasan Rockwell B.

1
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Kekerasan suatu bahan adalah kemampuan sebuah material untuk menerima beban
tanpa mengalami deformasi plastis yaitu tahan terhadap identasi, tahan terhadap
penggoresan, tahan terhadap aus, tahan terhadap pengikisan (abrasi). Kekerasan suatu
bahan merupakan sifat mekanik yang paling penting, karena kekerasan dapat digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat mekanik yang lain, yaitu strength (kekuatan). Bahkan nilai
kekuatan tarik yang dimiliki suatu material dapat dikonversi dari kekerasannya. Seperti
pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Sifat bahan yang berhubungan dengan kekerasan

2
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` Istilah kekerasan (hardness) sebenarnya sangat sulit untuk didefinisikan secara


tepat, karena setiap bidang ilmu memberikan definisinya sendiri-sendiri sesuai persepsi
dan keperluan yang melatar belakangi. Meskipun demikian dalam tinjauan teknik
(engineering) yang menyangkut logam, satu definisi yang cukup mewakili menyatakan
bahwa kekerasan adalah kemampuan suatu bahan untuk tahan terhadap identasi/penetrasi
atau abrasi.

Gambar 2.1.2 Sketsa Mesin Uji Hardness

Gambar 2.2 Sketsa Mesin Uji Hardness

3
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` Pengujian hardness dilakukan dengan mesin uji hardness yang sketsanya


sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.2 di atas. Ada beberapa metode pengujian
kekerasan yang digunakan untuk menguji kekerasan logam, yaitu :

1. Metode Pengujian Kekerasan Brinell

2. Metode Pengujian Kekerasan Vickers

3. Metode Pengujian Kekerasan Rockwell

4. Metode Pengujian Kekerasan Rockwell Superficial

5. Metode Pengujian Kekerasan Knoop

6. Metode Pengujian Kekerasan Shore Scleroscope

7. Metode Pengujian Kekerasan Sonodur

8. Metode Pengujian Kekerasan Moh

9. Metode Pengujian Kekerasan File

Dari kesembilan metode tersebut, hanya tiga saja yang akan dibahas kekerasan
untuk menguji kekerasan logam, yaitu :

1. Metode Pengujian Kekerasan Brinell

2. Metode Pengujian Kekerasan Vickers

3. Metode Pengujian Kekerasan Rockwell

4
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

2.2 Metode Pengujian Kekerasan Brinell

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengujian kekerasan brinell


adalah sebagai berikut :

1. Spesimen harus memenuhi persyaratan :

o Rata dan halus.

o Ketebalan minimal 6 mm.

o Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horizontal.

2. Identor yang digunakan adalah bola baja yang telah dikeraskan, namun untuk
bahan yang sangat keras (sampai 650 BHN) digunakan bola dari carbida
tungsten. Jarak antara titik pengujian minimal dua kali diameter tapak identasi.

3. Pemakaian beban (P) dan diameter identor (D) harus memenuhi persyaratan
perbandingan P/D2 = 30 untuk baja, 10 untuk tembaga dan paduannya, serta 5
untuk aluminium dan paduannya.

4. Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekan


identor pada permukaaan spesimen selama 10-15 detik, seperti pada Gambar
2.3 di bawah ini.

5
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

d1

b. Saat identasi
a. Sebelum identasi c. Setelah identasi d. Pengukuran diameter
identasi pada layar

Gambar 2.3 Metode Pengujian Kekerasan Brinell

5. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan BHN (Brinell Hardness
Number) yang dihitung berdasarkan diameter identasi dengan persamaan sebagai
berikut :
2P
BHN :

( D) D  D  d 2 2
 ……………………(2.1)

Dimana :

P = Gaya tekan (kgf)

D = Diameter identor bola baja (mm)

d = Diameter hasil identasi (mm)

6
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` Persamaan di atas diperoleh dari perhitungan dan Gambar 2.4 di bawah ini :

X2 = (½ D)2 – (½ d)2

= ¼ (D2 – d2)

X = ½ (D2 – d2)1/2 X

h=½D–X

= ½ D – ½ (D2 – d2)1/2

= ½ {D – (D2 – d2)}

A = π.D.H

= ½ (πD) {D-(D2 – d2)1/2} Gambar 2.4 Penampang Pengujian Brinell

HN = P/A

= 2P / (πD) {D-(D2 – d2)1/2}

6. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut :

320 HBS-2,5/187,5/20

Dimana : 320 = Nilai kekerasan.

HBS = Metode Pengujian Brinell

2,5 = Diameter Identor

187,5 = Gaya pembebanan (N)

7
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` 20 = Waktu pembebanan (detik)

7. Karena pengukuran dilakukan secara manual, maka terdapat peluang untuk


terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan itu mungkin terjadi pada saat pemfokusan
objek pada layar, peletakan alat ukur pada objek dan pembacaan pengukurannya.

2.3 Metode Pengujian Kekerasan Vickers

Pada dasarnya metode pengujian kekerasan Vickers hampir sama dengan


Brinell hanya identornya saja yang berbeda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada metode pengujian kekerasan Vickers adalah sebagai berikut :

1. Spesimen harus memenuhi persyaratan:

o Permukaan harus rata dan halus

o Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horizontal

2. Identor yang digunakan adalah pyramid intan yang beralas bujur sangkar dengan
sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan adalah 136o .

3. Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat yang tipis harus
digunakan beban yang ringan.

4. Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekan


identor pada permukaan spesimen selama 10 – 15 detik.

5. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan DPH (Vickers Diamond
Pyramid Hardness) yang dihitung berdasarkan diagonal identasi dengan
persamaan sebagai berikut :

8
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

`
DPH = { 2P sin (α/2) } / d2
……………..(2.2)
= 1,854 P/d2

Dimana : α = 136o

P = Gaya tekan (kgf)

d = Diagonal identasi (mm)

Persamaan ini didapatkan dari :

d = d1+d2

X = d Cos 45o

=½d 2

Y = ½ X / Cos 22o

= (½ d 2 ) / Cos 22o

L Δ AOB = ½ X.Y

= (½ . ½ d 2 . ½ d 2 ) / Cos 22o

= (1/8 d2) / Cos 220

A = 4 L Δ AOB

= 4 (1/8 d2) / Cos 220

= (½ d2) / Cos 22o

9
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` HVN = P/A

= 1,854 P/d2

Hasil Tapak Tekan Pengujian Vickers dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut :

136

d1

136
a. Identor piramida intan b. Tapak identasi c. Pengukuran
diagonal
indentasi pada
Gambar 2.5 Hasil Tapak Tekan Pengujian Vickers

6. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 DPH 150/10

Dimana : 150 = Nilai Kekerasan

DPH = Metode Pengujian Vickers

150 = Gaya Pembebanan (kgf)

10 = Waktu Pembebanan (detik)

7. Sama dengan pengujian kekerasan dengan Brinell, karena pengukuran dilakukan


secara manual maka terdapat kemungkinan terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan
itu mungkin terjadi pada saat pemfokusan objek pada layar, peletakan alat ukur
pada objek dan pembacaan pengukurannya.

10
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

2.4 Metode Pengujian Kekerasan Rockwell

Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers yang masih menggunakan


pengukuran manual, dengan metode Rockwell nilai kekerasan langsung dapat
dibaca pada skala yang terdapat pada mesin. Dengan metode ini nilai kekerasan
spesimen langsung dapat dibaca dari skala yang terdapat pada mesin. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Rockwell, yaitu:

1. Spesimen harus memenuhi persyaratan:

o Permukaan harus rata dan halus

o Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horizontal

2. Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran, dimana


pemakaiannya tergantung pada kombinasi jenis identor dan beban utama yang
digunakan. Ada tiga jenis identor dengan tiga jenis beban utama, sehingga
terdapat sembilan kombinasi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.6 di
bawah ini. Sedangkan jenis skala dan kombinasi jenis identor dengan beban
utama ditunjukkan pada Tabel 2.1.

11
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

DP 1/16 1/8 150


100
60

a. 3 jenis identor b. 3 jenis beban utama

150 150 150


100 100 100
60 60 60

DP DP DP 1/16 1/16 1/16 1/8 1/8 1/8

c. 9 kombinasi jenis identor dengan jenis beban utama

Gambar 2.6 Jenis Identor dan jenis beban utama pada metode Rockwell

Tabel 2.1 Jenis –Jenis Skala Pada Pengujian Kekerasan Rockwell

Skala Rockwell Identor Beban (kg) Satuan

C Kerucut Intan (DP) 150 RC

D Kerucut Intan (DP) 100 RD

A Kerucut Intan (DP) 60 RA

G bola 1/16 “ 150 RG

12
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` B bola 1/16 “ 100 RB

F bola 1/16 “ 60 RF

K bola 1/8“ 150 RK

E bola 1/8“ 100 RE

H bola 1/8“ 60 RH

3. Pada pelaksanaan metode ini, mula-mula spesimen diberi identasi awal dengan
beban minor 10 kg, setelah itu baru diberi beban utama (60 kg, 100 kg atau 150
kg) selama 20 detik.

4. Setelah spesimen dibebaskan dari kedua beban tersebut maka jarum skala akan
menunjukkan berapa nilai kekerasan dari spesimen tersebut.

5. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 73 Rc, dimana 73 nilai


kekerasannya, sedangkan Rc adalah skala yang digunakan. Metode pengujian
dapat dilihat pada Gambar 2.7 di bawah ini.

150 150 150 150

DP DP DP DP

b. Identasi beban c. Identasi beban


a. Sebelum d. Setelah
indentasi 13 indentasi
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

Gambar 2.7 Metode pengujian Rockwell skala C

6. Selain tergantung kombinasi jenis identor dan jenis beban, maka pemakaian
skala dalam Rockwell juga tergantung pada jenis material yang akan diuji.
Sebagai contoh, Rockwell B untuk logam secara umum, Rockwell C untuk
logam yang keras dan Rockwell A untuk logam yang sangat keras. Kesalahan
pemakaian kombinasi identor dan beban dengan jenis material yang diuji akan
menyebabkan tidak akuratnya hasil pengujian.

14
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah:

a. Mesin uji kekerasan

b. Identor Bola Baja

c. Identor Piramida Intan

d. Obeng

e. Stop Watch

f. Polishing Machine

g. hair dryer

Berikut ini adalah bahan yang diperlukan untuk pengujian hardness:

a. Spesimen Uji Kekerasan

b. Kertas Gosok(grid 240, 400, 600)

c. Kain lap

3.2 Prosedur Keselamatan

Prosedur keselamatan kerja yang dilakukan adalah:


15
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` 1) Pakaian dan Celana Bengkel


2) Safety Shoes
3) Safety Gloves

3.3 Langkah Kerja

Berikut ini adalah prosedur dalam melakukan pengujian hardness:

1. Persiapkan permukaan spesimen yang akan diuji. Persiapan tersebut meliputi :


a. Bersihkan permukaan spesimen dan permukaan harus datar
b. Haluskan permukaan dengan mesin polister
2. Pasang identor sesuai dengan pengujian yang dilakukan
3. Atur beban yang akan diberikan
4. Letakkan spesimen pada landasan
5. Berikan pembebanan pada spesimen
6. Lepaskan pembebanan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
7. Untuk pengujian Rockwell kekerasan langsung dapat dibaca pada skala yang
terdapat di mesin uji setelah beban dilepaskan. Sedangkan untuk Brinell dan
Vickers setelah beban dilepaskan diukur beban indentansinya dilayat mesin
8. Lakukan analisa

16
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Kekerasan Metode Brinell pada
Material Alumunium

Pada pengujian ini Beban (P) yang digunakan 31,25. Dengan diameter
Identor Steel Ball 2,5 mm , lama penekanan 20 detik. Setelah melakukan pengujian
kekerasan (hardness test) terhadap material dengan metode pengujian Brinell maka
dapat diperoleh data pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengujian Brinell

Brinell Methode

Load (P) 31,25 kgf

Identor Bola Baja

Time 20 detik

Diameter Bola 2,5 mm

Material Alumunium

d Pengujian 1 0,684 mm

d Pengujian 2 0,684 mm

d Pengujian 3 0,624 mm

d Pengujian 4 0,681 mm

17
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` d Pengujian 5 0,649 mm

Untuk mengetahui kekerasan pada material maka dinyatakan dalam satuan


BHN (Brinell Hardness Number).

Identasi ke -1 memiliki nilai kekerasan

2𝑃
BHN = (𝜋𝐷)(𝐷− √𝐷2
−𝑑2 )
2.31,25
BHN = ( .2,5)(2,5  2,5 2  0,684 2 )

BHN = 83,414kgf/mm2

Penulisan nilai kekerasannya: 83,414 BHN 2,5/31,25 – 20

Identasi ke -2 memiliki nilai kekerasan

2𝑃
BHN = (
𝜋𝐷 )(𝐷− √𝐷 2 −𝑑2 )

2.31,25

BHN = ( .2,5)(2,5  2,5  0,684 )


2 2

BHN = 83,414 kgf/mm2

Penulisan nilai kekerasannya: 83,414 BHN 2,5/31,25 – 20

18
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

Identasi ke -3 memiliki nilai kekerasan

2𝑃
BHN = (𝜋𝐷)(𝐷− √𝐷2
−𝑑2 )

2.31,25
BHN =
(𝜋2.5)(2,5− √2,52 −0,6242 )

BHN = 100,667 kgf/mm2

Penulisan nilai kekerasannya: 100,667 BHN 2,5/31,25 – 20

Identasi ke -4 adalah sebagai berikut

2𝑃
BHN = (𝜋𝐷)(𝐷− √𝐷2
−𝑑2 )

2.31,25
BHN =
(𝜋2.5)(2,5− √2,52 −0,6812 )

BHN = 84,209 kgf/mm2

Penulisan nilai kekerasannya: 84,209 BHN 2,5/31,25 – 20

Identasi ke -5 adalah sebagai berikut

2𝑃
BHN = (𝜋𝐷)(𝐷− √𝐷2
−𝑑2 )

2.31,25
BHN =
(𝜋2.5)(2,5− √2,52 −0,6492 )

BHN = 92,856 kgf/mm2

Penulisan nilai kekerasannya: 92,856 BHN 2,5/31,25 – 20


19
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

Nilai kekerasan rata – rata pada material tembaga adalah sebagai berikut:

BHN rata - rata = 83,414  83,414  100,667  84,209  92,856 =


5

= 88,912 kgf/mm2

Jadi, nilai kekerasan pada Spesimen Alumunium ini = 88,912 BHN 2,5/31,25 – 20

4.2 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Vickers Pada Material Stainless Steel

Pada pengujian Vickers material dibagi atas 5 daerah dengan Gaya tekan (P) yang
digunakan adalah 30 kgf. Menentukan Nilai Kekerasan pada (hardness test) terhadap
material Stainless Steel dengan metode pengujian Vickers dinyatakan dengan satuan DPH
(Vickers Diamond Piramidal Hardness). Hasil pengujian hardness vickers dapat dilihat
pada Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Hasil pengujian hardness vickers


Vickers d rata-rata
Material : Stainless Steel
Load (P) : 30 kgf
Identor : Piramida intan
Time : 20 detik

20
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` d1 d2 d rata-rata
(mm) (mm) (mm)
0.539 0,536 0,537
0,545 0,588 0,566
0,513 0,657 0,585
0,567 0,558 0,562
0,524 0,512 0,518

1. Identasi Pertama

P
a. HVN = 1,854
d2

𝑃
= 1,854
0.5372

= 192,818 kgf/mm2

Penulisan nilai ekerasannya: 192,818 DPH 30/20


k

2. Identasi kedua

P
a. HVN = 1,854
d2

𝑃
= 1,854
0.5662

21
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` = 173,619 kgf/mm2

Penulisan nilai kekerasannya: 173,619 DPH 30/20

3. Identasi ketiga

P
a. HVN = 1,854
d2

𝑃
= 1,854
0.5852

= 162,525 kgf/mm2

Penulisan nilai kekerasannya: 162,525 DPH 30/20

4. Identasi keempat

P
a. HVN = 1,854
d2

𝑃
= 1,854
0.5622

= 176,571 kgf/mm2

Penulisan nilai kekerasannya: 176,571 DPH 30/20

22
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` 5. Identasi kelima

P
a. HVN = 1,854
d2

𝑃
= 1,854
0.5182

= 209,098 kgf/mm2

Penulisan nilai kekerasannya: 209,098 DPH 30/20

Nilai kekerasan rata – rata pada material alumunium adalah sebagai berikut:

192,818  173,619  162,525  176,571  209,098


HVN = 5

= 182.9262 kgf/mm2

Jadi, nilai kekerasan pada Spesimen Alumunium ini = 182.9262 DPH 30/20

23
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` 4.3 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Rockwell B Pada Material Chromoly
Steel

a. Menentukan Pemakaian Beban


Metode Rockwell menggunakan pembebanan utama bola dengan gaya
pembebanan (P) 100 kgf. Dengan waktu penekanan 20 detik, dapat diperoleh pada
Tabel 4.3 di bawah ini.

Load (P) = 100 kgf

Identor = Kerucut Intan

Time = 20 detik

Type = Rockwell B

Material = Chromoly Steel

HRB

21,5 RB

26 RB

26 RB

29 RB

29,9 RB

Tabel 4.3 Hasil pengujian hardness Rockwell B

24
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` 1. Rata-rata nilai kekerasan BM (Base metal)


21,5  26  26  29  29,9
HRb rata-rata pada BM = 5

= 26,48 RB

4.4. Analisis Data

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, nilai kekerasan Brinell pada


material Alumunium memiliki nilai kekerasan sebesar 88,912 BHN 2,5/31,25 – 20.
Pada pengujian Vickers pada material Stainless Steel memiliki nilai kekerasan
sebesar 182,926 DPH 30/20. Pada pengujian Rockwell B pada material Chromoly
Steel hasil pengelasan memiliki nilai kekerasan pada base metal sebesar 26,48 RB

25
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Brinell
Hasil pengujian dengan metode brinell lebih mudah diamati karena bekas
identasinya cukup besar. Namun metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan metode vickers, sebab metode ini membutuhkan perhitungan terlebih
dahulu untuk menentukan beban yang digunakan. Pengujian secara manual
mengakibatkan penguji harus lebih teliti dalam membaca hasil pengamatan.
Semakin besar nilai diameter hasil identasi maka menunjukkan semakin kecil
nilai kekerasan brinell.
2. Rockwell B
Hasil pengujian metode Rockwell B merupakan pengujian yang paling mudah
diamati, karena penguji cukup membaca skala pada mesin untuk mendapatkan nilai
kekerasan. Tetapi jika terjadi kesalahan dalam mengkombinasikan beban dan
identor, maka hasil pengujian pun salah.
3. Vickers
Pengujian dengan metode vickers sama mudahnya dengan metode brinell tetapi
waktu yang dibutuhkan lebih cepat karena tidak ada penentuan beban terlebih
dahulu. Bekas identasi yang relatif kecil menuntut penguji lebih teliti dalam
membaca hasil pengujian.

Dalam pengujian ini metode Rockwell merupakan metode yang paling akurat
karena mesin langsung melakukan pembacaan otomatis, sedangkan pada metode
26
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` Brinell dan metode Vickers menggunakan pembacaan dan perhitungan secara


manual. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan terjadinya kesalahan pembacaan
semakin besar sehingga menghasilkan nilai yang kurang akurat.

27
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

` DAFTAR PUSTAKA

a) Daniel, A. Brandt. 1985. Metallurgy Fundamental, The Goodheart –Willcox. Inc,USA


b) Dosen Metallurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI. ITS
c) M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal.
PPNS
d) Suherman Wachid, Ir .1987. Diktat pengetahuan Bahan. Jurusan Teknik Mesin FTI. ITS

28
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

LAMPIRAN A

Gambar A.1 Proses polishing

Gambar A.2 Identor beserta obeng

29
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
PRAKTIKUM TEKNIK
NEGERI HARDNESS TEST
SURABAYA DT-NDT PENGELASAN

Gambar A.4 Pengujian Hardness

30

Anda mungkin juga menyukai