Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

MANAJEMEN LALU LINTAS

Nama : Benyamin Kaso’


Kelas :B
No Stbk : 216 213 183

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
(UKIT)
TAHUN 2019
5 (LIMA) PILAR RENCANA UMUM NASIONAL
KESELAMATAN (RUNK) JALAN RAYA

Keselamatan Jalan merupakan isu yang cenderung mengemuka dari tahun ketahun dan
saat ini sudah menjadi permasalahan global dan bukan semata-mata masalah transportasi saja
tetapi sudah menjadi permasalahan sosial. Isu keselamatan jalan dalam hal berkaitan dengan
budaya berlalu – lintas para pengguna jalan dan aspek teknis dari berbagai kendaraan yang
digunakan, serta berhubungan dengan aspek teknis konstruksi jalan itu sendiri setelah
dioperasikan. Sebuah jalan yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan unsur
keselamatan jalan, akan sangat besar pengaruhnya terhadap pencegahan kecelakaan dan
pengurangan resiko korban jika terjadi kecelakaan.

Secara nasional, kerugian akibat kecelakaan lalu lintas jalan diperkirakan mencapai 2,9
– 3,1 % dari total PDB Indonesia. Memperhatikan hal tersebut, keselamatan jalan sudah
sewajarnya menjadi prioritas nasional yang mendesak untuk segera diperbaiki. Permasalahan
keselamatan jalan tidak hanya dihadapi dalam skala nasional saja, tetapi juga menjadi masalah
global. Setiap tahun, terdapat sekitar 1,3 juta jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, atau
lebih dari 3.000 jiwa per harinya. Ada banyak faktor penyebab kecelakaan lalu lintas jalan
diantaranya masalah pengguna jalan (67%), Kendaraan (4%), Jalan dan Lingkungan (5%) serta
kombinasi ketiga faktor diatas (24%). Jika tidak ada langkah-langkah penanganan yang segera
dan efektif, diperkirakan korban kecelakaan akan meningkat dua kali lipat setiap tahunnya.
World Health Organization (WHO) telah mempublikasikan bahwa kematian akibat
kecelakaan di jalan diperlakukan sebagai salah satu penyakit tidak menular dengan jumlah
kematian tertinggi. Pada tahun 2030, kecelakaan lalu lintas di jalan diperkirakan akan menjadi
penyebab kematian nomor 5 (lima) di dunia setelah penyakit jantung, stroke, paru-paru, dan
infeksi saluran pernapasan. Menindak lanjuti hal tersebut, pada Maret tahun 2010 Majelis
Umum PBB mendeklarasikan Decade of Action (DoA) for Road Safety 2011 – 2020 yang
bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas
jalan secara global dengan meningkatkan kegiatan yang dijalankan pada skala nasional,
regional dan global.

Semangat pendeklarasian Decade of Action for Road Safety 2011-2020 ini sejalan
dengan amanat Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan khususnya pada Pasal 203 untuk menyusun Rencana Umum Nasional
Keselamatan ( RUNK ).

Dalam rangka memanfaatkan momentum ini, Pemerintah Indonesia menyusun RUNK


Jalan yang bersifat jangka panjang (25 tahun) dan mendeklarasikan DoA yang akan menjadi
bagian dari materi RUNK Jalan, telah ditindaklanjuti dengan Instruksi Presiden RI Nomor 4
Tahun 2013 tentang program dekade aksi keselamatan jalan dengan target mewujudkan 5
(Lima) Pilar Aksi Keselamatan Jalan diantaranya:

1. Pilar I Manajemen Keselamatan Jalan (safer Management)


Target dari pilar I Manajemen keselamatan Jalan adalah Mendorong terciptanya
kemitraan multi-sektoral untuk mengembangkan dan menetapkan strategi
keselamatan jalan nasional, rencana dan target yang didukung oleh pengumpulan data
dan bukti penelitian untuk menilai desain penanggulangan dan memantau
implementasi dan efektifitas.
Rencana aksi Pilar I Manajemen Keselamatan Jalan yaitu:
 Penyelarasan dan Koordinasi Keselamatan Jalan;
 Protokol kelalulintasan Kendaraan Darurat;
 Riset Keselamatan Jalan;
 Surveilance Injury dan Sistem Informasi Terpadu;
 Dana Keselamatan Jalan;
 Kemitraan Keselamatan Jalan;
 Sistem Manajemen Keselamatan Angkutan Umum;
 Penyempurnaan Regulasi Keselamatan Jalan.

2. Pilar II Jalan yang berkeselamatan (safer road)


Target dari pilar II jalan yang berkeselamatan adalah Meningkatkan keselamatan
kualitas perlindungan atas kualitas jaringan jalan untuk kepentingan semua pengguna
jalan, terutama yang paling rentan (misalnya pejalan kaki, sepeda dan sepeda motor).
Hal ini akan dicapai melalui implementasi penilaian infrastruktur jalan dan
peningkatan perencanaan, desain, konstruksi dan pengoperasian jalan yang
berkeselamatan.
Rencana aksi pilar II jalan yang berkeselamatan yaitu:
 Badan Jalan yang Berkeselamatan;
 Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan jalan (termasuk perlengkapan jalan)
yang berkeselamatan;
 Menyelenggarakan peningkatan standar kelaikan jalan yang berkeselamatan;
 Lingkungan jalan yg berkeselamatan.

3. Pilar III Kendaraan yang berkeselamatan (safer vehicle)


Target dari pilar III kendaraan yang berkeselamatan adalah Perkembangan global
peningkatkan teknologi keselamatan kendaraan, baik untuk keselamatan pasif
maupun aktif melalui kombinasi, harmonisasi standar global yang relevan, informasi
konsumen dan skema insentif untuk mempercepat penyerapan teknologi baru.
Rencana aksi pilar III kendaraan yang berkeselamatan yaitu:
 Kepatuhan pengoperasian kendaraan;
 Penyelenggaraan dan Perbaikan Prosedur Uji Berkala dan Uji Tipe termasuk
bagi Kendaraan Bermotor yang diimpor dalam Keadaan Bukan Baru dan
Modifikasi;
 Pembatasan kecepatan kendaraan;
 Penghapusan Kendaraan (scrapping);
 Penanganan Overloading;
 Standar keselamatan kendaraan angkutan umum.
4. Pilar IV Pengguna Jalan Yang Berkeselamatan (safer people)
Target pilar IV pengguna jalan yang berkeselamatan adalah Penegakan hukum lalu
lintas jalan yang berkelanjutan dan standar – standar peraturan yang dikombinasikan
dengan kesadaran masyarakat atau kegiatan pendidikan (Di sektor publik maupun
sektor swasta) yang akan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan yang
mengurangi dampak dari faktor – faktor resiko.
Rencana aksi dari pilar IV pengguna jalan yang berkeselamatan yaitu:
 Pemeriksaan Kondisi Pengemudi;
 Peningkatan Sarana dan Prasarana Sistem Uji SIM;
 Penyempurnaan Prosedur Uji SIM;
 Pembinaan Teknis Sekolah Mengemudi;
 Kampanye 5 faktor resiko utama plus (helm, sabuk keselamatan, speeding,
mabuk, penggunaan Telepon seluler, penguna jalan rentan);
 Penggunaan Elektronik Penegakan Hukum;
 Pendidikan Formal dan Informal Keselamatan Jalan;
 Penanganan Terhadap 5 Faktor Risiko Utama Plus.
5. Pilar V : Perawatan paska kecelakaan (Post Crash)
Target pilar V perawatan paska kecelakaan adalah Peningkatan responsivitas untuk
keadaan darurat dan meningkatkan kemampuan sistem kesehatan untuk memberikan
perawatan darurat yang sesuai dan rehabilitasi jangka panjang.
Rencana aksi dari pilar V perawatan paska kecelakaan yaitu:
 Sistem layanan gawat darurat terpadu;
 Sistem Komunikasi gawat darurat one access code (nomor darurat);
 Penjaminan korban kecelakaan yang dirawat di rumah sakit rujukan;
 Asuransi pihak ketiga;
 Pengalokasian sebagian premi asuransi untuk dana keselamatan jalan;
 Program rehabilitasi paska kecelakaan;
 Riset penanganan kecelakaan;
 Pendukungan rencana aksi keselamatan jalan Indonesia.

Banyak negara saat ini telah mengembangkan keselamatan jalan nasional sebagai
panduan untuk mengarahkan sumber daya dalam upaya meningkatkan keselamatan jalan.
Stategi nasional ini berbeda antara negara karena perbedaan tingkat pembangunan dan
masalah kecelakaan lalu lintas yang di alaminya.
Apa yang bisa dilakukan untuk mendukung aksi keselamatan jalan Indonesia untuk
2011-2020? Semua pihak harus dapat berperan dalam mendukung aksi keselamatan jalan ini
baik dari pihak pemerintah, organisasi non pemerintah, perusahaan swasta, generasi muda,
korban yang menderita kecelakaan, sampai pada media.

“ KESELAMATAN JALAN ADALAH TANGGUNG JAWAB KITA SEMUA ”

Anda mungkin juga menyukai