Anda di halaman 1dari 9

Nama Kelompok : Rachel Maria Yosevin Siregar

Romian Nainggolan
Sukma Yuningsih
Prodi/Kelas : Pendidikan Akuntansi/B
M.Kuliah : Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

ANJAK PIUTANG

Definisi
Anjak piutang merupakan gabungan dari kata ”anjak” artinya pindah atau alih, sementara
”piutang” artinya tagihan sejumlah uang. Jadi, Anjak Piutang ialah pengalihan/perpindahan
piutang dari pemiliknya ke pihak lain.
Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan (No.448/KMK.017/2000) Anjak Piutang
ialah kegiatan pembiayaan berwujud pembelian/ penagihan dan pengurusan piutang jangka pendek
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam ataupun luar negeri.
Menurut kamus Bank Indonesia, Anjak Piutang adalah hukum kegiatan pembiayaan
berwujud pembelian dan/ pengalihan serta pengurusan piutang jangka pendek perusahaan atas
transaksi perdagangan dari dalam atau luar negeri.
Jadi dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa anjak piutang adalah cara
pendanaan dengan jangka pendek yang memanfaatkaan piutang perusahaan tertentu.

Perkembangan Anjak Piutang


Perkembangan Hukum Pengaturan Anjak Piutang Sebagai Lembaga Pembiayaan Lembaga
keuangan dalam arti luas adalah sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana dengan pihak
yang kekurangan dana, sehingga peranan lembaga keuangan merupakan lembaga perantara
keuangan masyarakat. Lembaga-lembaga yang yang termasuk lembaga keuangan memiliki
perbedaan fungsi, tujuan, dan kelembagaannya. Lembaga keuangan dapat diklasifikasikan dua
jenis lembaga yaitu Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) melakukan kegiatannya dengan dana yang
bersifat jangka panjang, dan berasal dari surat berharga yang dikeluarkannya, dan tidak
diperkenankan menerima simpanan baik yang berbentuk giro, deposito, maupun tabungan.7
Pengaturan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) pada zaman orde baru dimulai sejak tahun
1970-an yang didasari oleh pertimbangan perlunya lembaga selain lembaga perbankan yang dapat
memberikan sarana untuk kelancaran pembangunan. Dengan pertimbangan tersebut maka
dikeluarkanlah peraturan mengenai Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) berbentuk
Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep. 729/MK.IV/12/1970 tanggal 7 Desember 1970 tentang
Lembaga Keuangan. Namun, pengaturan mengenai Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
sangat tertinggal jauh dengan perkembangan perekonomian yang begitu pesat. Dengan peraturan-
peraturan yang telah dikeluarkan dirasakan kurang memadai, oleh karena itu pemerintah pada
tahun 1988 mengeluarkannya Paket Kebijaksanaan Oktober yakni peraturan mengenai Lembaga
Keuangan Bukan Bank Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.
Akan tetapi Keputusan Presiden 39 Tahun 1988 dicabut kembali dan dikeluarkan Keputusan
Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan. Keputusan presiden tersebut
kemudian ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988
tentang ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan sebagaimana diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995. Pemerintah memberikan kesempatan
kepada lembaga pembiayaan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pembiayaan sebagai salah satu
alternatif pilihan sumber pembiayaan pembangunan dalam rangka menunjang pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi. Lembaga pembiayaan juga diharapkan sebagai lembaga dana yang lebih
fleksibel dari lembaga perbankan walaupun dalam hal-hal tertentu tingkat resikonya lebih tinggi.
Dengan bantuan dana dari lembaga pembiayaan ini diharapkan masyarakat atau pelaku
usaha dapat mengatasi salah satu faktor krusial yang umum dialami. Pada tahun 2009 peraturan
mengenai lembaga pembiayaan yang sebelumnya diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 61
Tahun 1988 disempurnakan dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan peran lembaga pembiayaan.
Perubahan dapat dilihat dari pengertian, jenis, kegiatan usaha, pendirian lembaga pembiayaan, dan
pembatasan serta pengawasan lembaga pembiayaan.8 Dalam Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun
2009 jenis lembaga pembiayaan dipersempit menjadi perusahaan pembiayaan, perusahaan modal
ventura, dan perusahaan pembiayaan infrastruktur. Kegiatan perusahaan pembiayaan seperti yang
tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 448/KMK.017/2000 dipersempit menjadi sewa guna usaha, anjak piutang,
Kegiatan anjak piutang tidak diatur secara khusus dalam suatu peraturan perundang-
undangan melainkan kegiatan anjak piutang diatur dalam peraturan tentang lembaga pembiayaan
dan perusahaan pembiayaan. Meskipun demikian peraturan-peraturan tersebut hanya merupakan
peraturan yang bersifat administratif dan prosedur, hal ini masih sangat kurang dalam mengatur
mekanisme kegiatan anjak piutang yang secara rinci. Dalam hal ini dibutuhkan pengaturan
terhadap praktek anjak piutang di Indonesia, agar anjak piutang dapat dijadikan alternatif
pembiayaan yang mudah, cepat, dan dapat membantu mengatasi masalah khususnya untuk
perusahan-perusahan menengah ke bawah dalam bidang pengelolaan kredit, serta membuat
praktek anjak piutang lebih baik.

Manfaat Anjak Piutang


Adapun manfaat anjak piutang diantaranya seperti :
 Menurunkan biaya produksi
 Memberikan fasilitas pembayaran di muka
 Meningkatkan daya saing perusahaan klien
 Meningkatkan kemampuan perusahaan klien memperoleh laba
 Menghindari kerugian karena kredit macet
 Mempercepat proses ekonomi

Jasa-Jasa Anjak Piutang


Jasa-jasa anjak piutang dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis, yaitu :
1) Jasa Pembiayaan
Perusahaan anjak piutang memberikan pembiayaan yang besarnya berkisar antara 60%- 80%
dari total piutang setelah dilakukan kontrak anjak piutang dan penyerahan bukti-bukti penjualan
barang. Kontrak atau transaksi ini dapat dilakukan atas dasar with recourse atau without recourse.
Dalam pengambilan keputusan mengenai dasar transaksi anjak piutang yang mana
yang akan dilakukan, perusahaan anjak piutang akan memperhatikan dan mempertimbangkan
besarnya risiko terjadinya kemacetan yang mungkin dihadapi oleh pihak nasabah (customer).
2) Jasa Non Pembiayaan
Penyediaan jasa nonpembiayaan oleh perusahaan anjak piutang pada dasarnya merupakan jasa
untuk melayani kepentingan pengelolaan kredit klien (supplier). Produk jasa jasa nonpembiayaan
yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang antara lain sebagai berikut:
 Investigasi kredit (credit investigation) atau analisis kredit.
 Sales ledger administration atatt sales accounting.Pengawasan kredit dan penagihannya.
Perusahaan anjak piutang dapat memberikan jasa pengawasan atau monitoring terhadap penjualan
yang dilakukan klien termasuk pula menetapkan prosedur penagihannya.
 Perlindungan terhadap risiko kredit. Perusahaan anjak piutang dapat mengusahakan cara-cara
pengamanan terhadap risiko piutang khususnya dalam hal export financing. Untuk tujuan ini
perusahaan dapat pula memberikan jasa perlindungan terhadap risiko terjadinya fluktuasi kurs
valuta asing.

Jenis-Jenis Anjak Piutang


Ada beberapa pembagian jenis anjak piutang, diantaranya :
1. Berdasarkan Pelayanan
Berdasarkan pelayanannya, anjak piutang dibagi menjadi :
a. Full Service Factoring
Full Service Factoring adalah anjak piutang yang memberikan jasa secara menyeluruh baik jasa
pembiayaan maupun nonpembiayaan.
b. Bulk Factoring
Bulk Factoring adalah anjak piutang yang memberikan jasa pembiayaan dan pemberitahuan saat
jatuh tempo pada nasabah, tanpa memberikan jasa lain seperti resiko piutang, administrasi
penjualan, dan penagihan.
c. Maturity Factoring
Maturity Factoring adalah pembiayaan pada dasarnya tidak diperlukan klien namun oleh
pengurusan penjualan dan penagihan piutang serta proteksi atas tagihan.
d. Finance Factoring
Finance Factoring adalah anjak piutang yang hanya menyediakan fasilitas pembiayaan saja tanpa
ikut menanggung risiko atas piutang tak tertagih.
2. Berdasarkan Penanggungan Resiko
Berdasarkan penanggungan risiko, anjak piutang dibagi menjadi :
a. With Recourse Factoring
With Recourse Factoring ini berkaitan dengan risiko debitur yang tidak mampu memenuhi
kewajibannya. Dalam perjanjian with recourse, klien akan menanggung risiko kredit terhadap
piutang yang dialihkan kepada perusahaan anjak piutang.
b. Without Recourse Factoring
Perusahaan anjak piutang menanggung risiko atas tidak tertagihnya piutang yang telah dialihkan
klien. Tetapi, dalam perjanjian anjak piutang dicantumkan bahwa di luar keadaan macetnya
tagihan bisa diberlakukan bentuk recourse.
3. Berdasarkan Perjanjian
Berdasarkan perjanjiannya, anjak piutang dibagi menjadi :
a. Disclosed Factoring
Disclosed Factoring adalah pengalihan piutang pada perusahaan anjar piutang dengan
sepengetahuan pihak debitur. Saat piutang jatuh tempo, perusahaan anjak piutang mempunyai hak
tagih kepada debitur yang bersangkutan.
b. Undisclosed Factoring
Undisclosed Factoring adalah pengalihan piutang pada perusahaan anjak piutang oleh klien tanpa
pemberitahuan kepada debitur kecuali jika ada pelanggaran esepakaran pada pihak klien atau
secara sepihak perusahaan anjak piutang menganggap akan menghadapi risiko.
4. Berdasarkan Lingkup Kegiatan
Berdasarkan lingkup kegiatannya, anjak piutang dibagi menjadi :
a. Domestic Factoring
Domestic Factoring adalah kegiatan trnasaksi anjak piutang dengan melibatkan perusahaan anjak
piutang, klien dan debitur yang berdomisili dalam negeri.
b. International Factoring
International Factoring adalah kegiatan anjak piutang untuk transaksi ekspor impor barang yang
melibatkan dua perusahaan factoring di masing-masing negara sebagai expor factor dan import
factor.
Contoh Studi Kasus Pada PT. IFS Capital Indonesia (IFSI)
PT. International Factors Indonesia (“IFI”) adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha
anjak piutang (factoring) dan equipment leasing. Berada di Wisma Standard Chartered Bank 23B
Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 33A Jakarta 10220. PT. International Factors Indonesia (“IFI”),
sebelumnya bernama PT. Niaga International Factors Indonesia, merupakan perusahan
pembiayaan joint ventura yang berdiri sejak tahun 1990. Akhir Oktober 2005 Bank Niaga yang
merupakan sharehorder di Niaga Factor Indonesia melepas sahamnya di perusahaan tersebut. Yang
kemudian dikuasai oleh Singapura dibawah PT. IFS Capital (International Factors Singapore),
karena ada peraturan pemerintah dimana perusahaan asing tidak boleh memiliki saham lebih dari
85 % pada saham perusahaan publik maka sebesar 15% saham dijual ke perorangan. Pada tanggal
14 Juni 2007 nama perusahaan di ganti dari PT. International Factors Indonesia menjadi PT. IFS
Capital Indonesia. Dengan struktur organisasi dan kebijakan perusahaan yang baru, PT. IFS
Capital Indonesia siap melayani kebutuhan pembiayaan perusahaan Indonesia baik untuk jasa
Anjak Piutang dan Sewa Guna Usaha.
IFSI adalah perusahaan pembiayaan yang mempunyai spesialisasi dalam pembiayaan
Anjak Piutang (‘Factoring’) dan Sewa Guna Usaha (‘Leasing’) untuk perusahaan kecil dan
menengah di Indonesia. Pembiayaan Anjak Piutang yang diberikan meliputi anjak piutang
domestik dan anjak piutang ekspor. IFSI melayani transaksi anjak piutang ‘with recourse’ dan juga
transaksi anjak piutang ‘without recourse’. IFSI anggota dari IF Group yang berpusat di Brussel,
yang merupakan asosiasi dari 75 perusahaan anjak piutang dari seluruh dunia. Sebagai anggota
dari International Factors Group transaksi ekspor dan impor yang dilakukan oleh klien IFSI dari
Indonesia menjadi lebih mudah dan efisien. Selain itu IFSI juga menjadi anggota dari Asosiasi
Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) dan juga anggota dari Asian Leasing and Finance
Association (ALFA). IFSI saat ini siap mendukung perusahaan di Indonesia untuk meningkatkan
investasi-nya di berbagi sector industri seperti : manufacture, electronic, tekstil, telekomunikasi,
printing dsb. Dan juga siap untuk membiayai pengadaan peralatan berat untuk sector industri :
perkebunan, pertambangan, transportasi dan sumber daya energi .
Persyaratan yang harus dipenuhi UKM untuk menjadi client dari alternatif pembiayaan
pada fasilitas anjak piutang di PT. IFI ialah telah memiliki usaha yang baik dan menguntungkan.
Hal awal yang dilakukan yaitu mengisi formulir permohonan fasilitas yang terdiri bagian A
identitas pemohon client dan bagian B pernyataan pemohon. Pada bagian B pernyataan
pemohonan berisi tentang pernyataan yang akan menunjang terciptanya transaksi anjak piutang
secara lancar. Mekanisme Transaksi Anjak Piutang pada PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) adalah:
Transaksi Anjak Piutang membantu perusahaan / klien dalam meningkatkan modal kerja. Klien
mengalihkan/menjual tagihan/piutang kepada kami (PT. IFS Capital Indonesia/ IFSI), dan IFSI
akan memberikan dana tunai sampai dengan 90% dari nilai tagihan/piutang. Selanjutnya kegiatan
penagihan dan pencatatan tagihan klien akan menjadi tanggung jawab IFSI. Secara berkala IFSI
akan memberikan laporan atas tagihan/piutang klien yg telah di-anjak-piutang-kan kepada
IFSI. Jenis-jenis transaksi Anjak Piutang yang dapat dilakukan oleh IFSI :
Anjak Piutang Domestik/ Lokal : Transaksi Anjak Piutang terhadap tagihan antar perusahaan domestik.

Anjak Piutang Ekspor : Transaksi anjak piutang terhadap tagihan antar negara.

Anjak Piutang Non Recourse : Transaksi anjak piutang yang dilindungi dengan asuransi kredit.

Anjak Piutang With Recourse : Transaksi anjak piutang yang dilakukan tanpa menggunakan asuransi kredit.

PEMBAHASAN
 PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) merupakan perusahaan anjak piutang yang merupakan
berbentuk multi financial company berfokus pada usaha kecil dan menengah di
Indonesia. Persyaratan yang harus dipenuhi UKM untuk menjadi client dari
alternative pembiayaan pada fasilitas anjak piutang di PT. IFSI ialah telah memiliki usaha yang
baik dan menguntungkan. Hal awal yang dilakukan yaitu mengisi formulir permohonan fasilitas
yang terdiri bagian A identitas pemohon client dan bagian B pernyataan pemohon. Pada bagian B
pernyataan pemohonan berisi tentang pernyataan yang akan menunjang terciptanya transaksi anjak
piutang secara lancar, dalam hal ini UKM berperan sebagai klien.
 IFSI melayani transaksi anjak piutang ‘with recourse’ dimana factor tidak menanggung risiko atau
gagalnya pembayaran dari customer, maksudnya adalah apabila customer gagal membayar, pailit
atau bangkrut, maka factor tidak menaggung risiko tersebut melainkan client yang
menanggungnya. Sebagai contoh apabila pada saat jatuh tempo tagihan terjadi gagal bayar oleh
customer, maka tagihan tersebut wajib dibayar oleh client kepada factor. Transaksi anjak piutang
dengan recourse bagi factor,merupakan transaksi pemberian pinjaman dengan jaminan piutang di
mana factor akan memperoleh jaminan dari client atas piutang yang tidak terbayar oleh customer.
Namun demikian, factor masih tetap mempunyai risiko kolektibilitas atas pembiayaan piutang
yang diberikan kepada client. Sedangkan bagi client, transaksi anjak piutang dengan recourse
mempunyai substansi yang sama dengan factor. Dengan demikian client akan mengakui anjak
piutang sebagai kewajiban dan tetap mengakui piutang retensi dalam laporan
keuangannya. Dan juga transaksi anjak piutang ‘without recourse’ dimana factor menanggung
sepenuhnya risiko pembayaran oleh customer baik gagal bayar, pailit atau bangkrut, kecuali dalam
hal pengurangan oleh karena rusak/cacatnya dalam dasar penagihan yang dikarenakan barang dan
jasa dikembalikan atau adanya dispute, factor tidak menaggung risiko tersebut. Dalam transaksi
anjak piutang tanpa recourse, factor memberlakukan piutang yang telah dialihkan dari client
sebagai pembelian piutang. Factor otomatis memperoleh hak sekaligus menanggung risiko
kolektibilitas piutang yang diterimanya. Adanya pembelian piutang ini, factor mengakui sejumlah
piutang yang diperoleh sebagai aktiva dengan akun tagihan anjak piutang. Di sisi lain, untuk
menutupi risiko kolektibilitas piutang, maka factor akan membentuk cadangan piutang yang tidak
tertagih. Untuk bagian piutang yang tidak ikut dibiayai oleh factor akan dicatat sebagai kewajiban
kepada client dengan akun retensi, yang akan dibayar setelah piutang dibayar lunas oleh customer.
Sedangkan dari sudut client, substansi dari transaksi anjak piutang tanpa recourse adalah penjualan
piutang sehingga client tidak lagi memiliki manfaat ekonomi dan resiko kolektibilitas piutang yang
dialihkan kepada factor. Akibat yang ditimbulkan adalah kekuranggannya jumlah piutang sebesar
nilai yang dijual dan menimbulkan keuntungan atau kerugian akibat transaksi anjak piutang yang
dilakukan.
 Alasan PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) berfokus pada UKM di Indonesia adalah karena
keinginannya untuk turut serta mengembangkan pertumbuhan ekonomi karena usaha yang paling
banyak terdapat di Indonesia dengan latar belakang unit Usaha Kecildan Menengah (UKM) sulit
mendapatkan permodalan yang berasal dari bank karenapencairan modal dari bank melalui
berbagai persyaratan berbelit-belit dan jaminan angunan serta bunga yang tinggi pula, membuat
pengusaha tidak dapat berkonsentrasi terhadap kemajuan dan perkembangan usahanya. Sehingga
sering terjadi kebangkrutan/pailit yang menyebabkan pengusaha tidak dapat mengembalikan
pinjaman terhadap bank. Pemberian modal terhadap UKM kini tidak hanya monopoli dunia
perbankan saja, tetapi dapat juga melalui lembaga pembiayaan. Banyak hal yang membuat salah
satu perusahaan pembiayaan yang dapat menjadi alternatif sumber permodalan jangka pendek
UKM yaitu anjak piutang. Sekarang yang dibutuhkan UKM bukan hanya pengucuran dana tetapi
yang lebih penting lagi membimbingan secara intensif bagaimana memanajemen
usahanya. Disinilah peran perusahaan anjak piutang yang menjadikan UKM
sebagai rekanan/partner, terutama dalam memelihara pembukuan penjualan.
 Kelebihan PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) bagi UKM :
1. Manfaat yang dapat diperoleh dari PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) bagi UKM yang telah
memanfaatkan jasanya yaitu dengan menjaminkan atau menjual piutang usaha
(account receivables) untuk memperoleh fasilitas pembiayaan dari anjak piutang, dimana
dana yang diperoleh dapat berguna untuk mengatasi “cashflow mismatch” karena membesarnya
kebutuhan modal kerja.
2. Permodalan dengan Anjak piutang dapat meningkatkan efisiensi dalam penagihan dan
administrasi piutang karena anjak piutang juga menangani credit management.
3. Dengan anjak piutang UKM tidak hanya mendapat permodalan dari penjualan piutangnya, tetapi
juga factoring dapat diterapkan untuk transaksi ekspor-impor (export factoring dan import
factoring) tanpa menggunakan L/C. Sehingga UKM dapat meluaskan pangsa pasar hingga ke
keluar negeri.
 Kekurangan PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) :
1. Perusahaan ini kurang berkembang di Indonesia karena resiko Bad Debt, sehingga benar-benar
perusahaan financial yang besar dan berkuasa yang dapat melakukannya.
2. Biaya yang ditanggung cukup tinggi yaitu :
a. Service charge yaitu biaya yang dikeluarkan karena klien menggunakan jasa untuk pengelolaan/
pembukuan penjualan (sales ledger) dari transaksi penjualan yang dilakukan klien. Besarnya biaya
berkisar antara 0,5% – 2,5% tergantung kesepakatan antara anjak piutang dan klien.
b. Discount charge yaitu biaya yang dikeluarkan karena klien memperoleh pembiayaan (dana tunai)
dari lembaga anjak piutang. Besarnya biaya discount charge antara 2% – 3%. Biaya ini juga
ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak

Ruang Lingkup Operasi Anjak Piutang


Dilihat dari ruang lingkup operasi, kegiatan transaksi anjak piutang dapat dibedakan dalam bentuk:
a. Transaksi dalam negeri (domestic factoring)
b. Transaksi internasional (international factoring)
Pada dasarnya kedua bentuk transaksi anjak piutang tersebut dapat dilakukan dengan
fasilitas disclosed (with recourse) ataupun confidential (without recourse).
 Anjak Piutang Domestik
Mekanisme perdagangan tanpa melibatkan jasa anjak piutang akan menyebabkan kurang
lancarnya cash flow perusahaan. Jangka waktu piutang dagang umumnya berkisar antara 30-90
hari. Bagi perusahaan yang memiliki modal kerja yang terbatas penjualan kredit akan sangat
mengganggu arus kas yang pada gilirannya akan mempengaruhi kelancaran usaha atau produksi
bagi perusahaan manufaktur. Penggunaan anjak piutang memungkinkan penjual untuk mengubah
penjualan kreditnya tersebut ke dalam bentuk tunai.
 Anjak Piutang Internasional
Anjak piutang internasional atau sering juga disebut export factoring merupakan fasilitas
untuk membantu mempercepat proses pembayaran tunai atas transaksi antarpenjual di suatu negara
(eksportir) dengan pembeli dari negara lain (importir). Dengan memanfaatkan jasa anjak piutang
maka perdagangan ekspor impor barang memungkinkan eksportir dapat segera menerima tunai
hasil penjualannya. Dalam anjak piutang internasional terdapat 4 (empat) pihak yang terlibat, yaitu
:
1) Eksportir,
2) Importir,
3) Perusahaan anjak piutang eksportir (export factor), dan
4) Perusahaan anjak piutang importir (import factor).
Dalam transaksi International factoring, biasanya perusahaan anjak piutang menjamin
100% atas kemungkinan tidak dibayarnya utang pihak importir.

Biaya Anjak Piutang Internasional


Biaya dalam factoring internasional (export factoring), yaitu :
1. Service fee
Dihitung sebagai suatu persentase dan nilai kotor faktur yang dianjak-piutangkan. Service fee
dikenakan untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan pengadministrasian penjualan eksportir dan
proteksi kredit. Biaya tersebut berkisar antara 0,75%-2,50%. Service fee untuk export factoring
biasanya lebih tinggi daripada domestic factoring. Persentase service fee tersebut dapat dinaikkan
atau diturunkan sesuai dengan tugas-tugas administrasi dan risiko dalam anjak pitttang ekspor.
2. Interest charge
Interest charge juga disebut discount charge yang dikenakan kepada klien atas uang muka
(advanced payment) dari pelunasan factoring. Bunga tersebut dihitung atas dasar harian dari total
sisa penarikan uang muka. Sedangkan tingkat bunga dikaitkan berdasarkan prime rate plus basis.

Perbedaan Anjak Piutang dengan Kredit Bank


Perbedaan utama antara anjak piutang dan kredit bank, yaitu :
 Pada prinsipnya factoring tidak memakai sistem jaminan dengan agunan, sementara kredit bank
umumnya memakai agunan, meskipun bukan merupakan keharusan mutlak.
 Perusahaan factor tidak dapat menggali dana sendiri langsung kepada masyarakat, misalnya lewat
deposito, tabungan, giro, dan lain sebagainya. Sementara bank dapat melakukannya. Sehingga
menurut perhitungan, pembiayaan dengan factoring akan lebih mahal dibandingkan dengan
pembiayaan lewat kredit bank.
 Karena menarik dana langsung dari masyarakat, maka persyaratan untuk sebuah bank, tata cara
pelaksanaan, dan pengawasannya lebih ketat dibandingkan dengan sebuah perusahaan factor.
 Bank ada pengawasan dari Bank Indonesia, yang juga berwenang mengeluarkan peraturan-
peraturan bila diperlukan, sementara perusahaan factor beserta segala aktivitasnya tidak tunduk
kepada Bank Indonesia, melainkan hanya Kementerian Keuangan saja.
 Sistem pembiayaan yang ada memang bervariasi baik jenis dan metodanya, sehingga masyarakat
yang membutuhkan dapat memilih sistem pembiayaan seperti apa yang aman dan sesuai dengan
kehendaknya.

Anda mungkin juga menyukai