Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hernia atau turun berok selama ini lebih dikenal sebagai penyakit pria, karena hanya

kaum pria yang mempunyai bagian khusus dalam rongga perut untuk mendukung fungsi alat

kelaminnya. Berdasarkan penyebab terjadinya, hernia dapat dibedakan menjadi hernia bawaan

(congenital) dan hernia dapatan (akuisita). Sedangkan menurut letaknya, hernia dibedakan

menjadi hernia inguinal, umbilical, femoral, diafragma dan masih banyak lagi nama lainnya.

Bagian hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia itu sendiri. Isi hernia yaitu usus,

ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum). Bila ada bagian yang lemah dari lapisan otot

dinding perut, maka usus dapat keluar ke tempat yang tidak seharusnya, yakni bisa ke diafragma

(batas antara perut dan dada), bisa di lipatan paha, atau di pusar. Umumnya hernia tidak

menyebabkan nyeri. Namun, akan terasa nyeri bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Infeksi

akibat hernia menyebabkan penderita merasakan nyeri yang hebat, dan infeksi tersebut akhirnya

menjalar dan meracuni seluruh tubuh. Jika sudah terjadi keadaan seperti itu, maka harus segera

ditangani oleh dokter karena dapat mengancam nyawa penderita.Hernia dapat terjadi pada semua

umur, baik tua maupun muda.

Pada anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus

vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Biasanya yang sering

terkena hernia adalah bayi atau anak laki-laki.

Pada orang dewasa, hernia terjadi karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan

kelemahan otot dinding perut karena faktor usia.


Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan

dan disajikan dalam bentuk makalah. Karena, masyarakat yang umum banyak yang belum

memahami apa itu hernia, bagaimana gejala nya, dan bahaya dari hernia tersebut.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Penulis mengharapkan masyarakat umum (non medis) mengerti tentang penyakit angina

pectoris dan bahaya dari penyakit tersebut. Sehingga timbul kesadaran untuk berprilaku sehat

dalam kehidupan sehari – hari.

2. Tujuan Khusus

Penulis mengharapkan mampu melakukan :


a. Pengkajian status kesehatan klien.
b. Menganalisa data dari hasil pengkajian data klien.
c. Merumuskan masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul dari hasil
pengkajian data klien.
d. Memprioritaskan masalah yang timbul bersama keluarga klien.
e. Merencakan tindakan keperawatan pada kasus angina pectoris.
f. Memberikan tindakan keperawatan pada klien yang telah disepakati oleh keluarga.
g. Evaluasi tindakan asuhan keperawatan.
h. Mengetahui perbedaan antara teori dan praktek dalam pelaksanaan di lapangan.
i. Pendokumentasian dari asuhan keperawatan.
BAB II

MATERI

A. Definisi Hernia

Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari

perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati
beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau melewati

struktur lainnya di di rongga abdominal.(Donna Ignatavicius, 1999).

Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan, sebuah peritoneal

kantung, dan yang mendasarinya visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya.

Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan

melemahnya otot-otot normal. Menimbulkan faktor termasuk pembedahan; mendadak

peningkatan tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi selama angkat berat atau batuk -

batuk dan lebih bertahap dan berkepanjangan peningkatan tekanan intra-abdomen yang

berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites.(LeMone, 2000).

B. Etiologi dan Klasifikasi Hernia

MENURUT schwartz, hernia adalah penonjolan viskus melalui lubang di dinding kavitas

(rongga) tempat visera (organ dalam) tersebut berada. Jenis dan terminologi hernia bermacam-

macam, bergantung pada proses terjadinya hernia, letaknya dan keadaan ( sifat ) benjolannya.

Secara umum ada dua jenis hernia, yaitu internal dan eksternal.

1. Hernia internal berada dalam tubuh dan tidak bisa dilihat secara kasat mata. Contohnya hernia

diafragmatika dimana hernia terjadi akibat adanya celah di diafragma (otot pemisah

antara bagian perut dengan dada) karena pembentukan diafragma yang tidak sempurna.

Contoh lainnya adalah hernia hiatal esofagus, yaitu hernia terjadi melalui celah masuknya

esofagus yang masuk dari rongga dada, serta banyak lagi jenis lainnya.

2. Hernia eksternal. Dari jenis hernia ini yang paling sering dijumpai adalah hernia

inguinalis yang muncul di lipat paha dan hernia umbilikalis yang muncul di daerah pusar.
Bayi umumnya mengalami hernia eksternal yang bisa dideteksi secara kasat mata karena

terlihat secara langsung.

Berdasarkan terjadinya, hernia terdiri dari:

1. Hernia konginetal ( bawaan sejak lahir ), misalnya Hernia umbilicalis, yakni hernia pada

pusar yang menonjol ketika bayi menangis, mengejan, batuk dan aktifitas lain yang

menyebabkan tekanan rongga perut (abdomen) menigkat.

2. Hernia didapat ( aquired ), yakni hernia yang timbul karena berbagai faktor pemicu.

Menurut sifatnya, hernia terbagi terbagi atas:

1. Reponible : Benjolan di daerah lipat paha atau umbilikus tampak keluar masuk (kadang-

kadang terlihat menonjol, kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan hernia dari

tumor yang umumnya menetap. Ini adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang

bisa dilihat dari hernia eksternal. Bisa dilihat secara kasat mata dan diraba, bagian lipat

paha dan umbilikus akan terasa besar sebelah. Sedangkan pada bayi wanita, seringkali

ditemukan bahwa labianya besar sebelah. Labia adalah bagian terluar dari alat kelamin

perempuan.

2. Irreponible : benjolan yang ada sudah menetap, baik di lipat paha maupun di daerah

pusat. Pada hernia inguinalis misalnya, air atau usus atau omentum (penggantungan usus)

masuk ke dalam rongga yang terbuka kemudian terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase

ini, meskipun benjolan sudah lebih menetap tapi belum ada tanda-tanda perubahan klinis

pada anak.

3. Incarcerata : benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada

saluran makanan sudah terjadi di bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis
bayi pun mulai berubah dengan munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa

buang air besar, dan tidak mau makan.

4. Strangulata : ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah

sudah terjepit. Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata, gejala lain

juga muncul, seperti demam dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama pembuluh

darah di daerah tersebut akan mati dan akan terjadi penimbunan racun yang kemudian

akan menyebar ke pembuluh darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu

beredarnya kuman dan toxin di dalam darah yang dapat mengancam nyawa si bayi.

Sangat mungkin bayi tidak akan bisa tenang karena merasakan nyeri yang luar biasa.

5. Manifestasi Klinis

6. Keluhan yang dirasakan dapat dari yang ringan hingga yang berat. Karena pada dasarnya

hernia merupakan isi rongga perut yang keluar melalui suatu celah di dinding perut,

keluhan berat yang timbul disebabkan karena terjepitnya isi perut tersebut pada celah

yang dilaluinya (yang dikenla sebagai strangulasi). Jika masih ringan, penonjolan yang

ada dapat hilang timbul. Benjolan yang ada tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit nyeri

dan timbul jika kita mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat. Biasanya tonjolan

dapat hilang jika kita beristirahat.

7. Jika pada benjolan yang ada dirasakan nyeri hebat, maka perlu dipikirkan adanya

penjepitan isi perut. Biasanya jenis hernia inguinalis yang lateralis yang lebih

memberikan keluhan nyeri hebat dibandingkan jenis hernia inguinalis yang medialis.

Terkadang, benjolan yang ada masih dapat dimasukkan kembali kedalam rongga perut

dengan tangan kita sendiri, yang berarti menandakan bahwa penjepitan yang terjadi

belum terlalu parah. Namun, jika penjepitan yang terjadi sudah parah, benjolan tidak
dapat dimasukkan kembali, dan nyeri yang dirasakan sangatlah hebat. Nyeri dapat

disertai mual dan muntah. Hal ini dapat terjadi jika sudah terjadi kematian jaringan isi

perut yang terjepit tadi. hernia strangulata merupakan suatu keadaan yang gawat, jadi

perlu segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan pertolongan.

8. Macam – macam Hernia Berdasarkan Letaknya

Hernia Inguinalis

Terletak di pelipatan paha. Paling banyak terjadi (sekitar 75%) pada berbagai

hernia yang melibatkan rongga perut (abdomen). Sebagian besar dialami oleh

pria ketimbang wanita.

Terjadi karena konginetal akibat adanya kelainan pada saluran inguinal. Dapat pula terjadi

karena didapat (aquired) akibat (a) lemahnya jaringan penyangga saluran inguinal dan (b)

peningkatan tekanan rongga perut yang berkepanjangan. Hernia inguinalis bisa timbul di bagian

samping pelipatan paha (hernia inguinalis lateralis), di bagian tengah (hernia inguinalis

medialis). adapun hernia inguinalis yang menonjol di kantong buah zakar disebut dengan hernia

scrotalis.

Hernia Femoralis

Berupa benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis. Selanjutnya isi

hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar

dengan pembuluh darah balik paha (vena femoralis) sepanjang sekitar 2 cm

dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.

Hernia Umbilicalis

Merupakan kelainan kongenital. Henia Umbilicalis adalah penonjolan yang

mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus (pusar)
akibat peninggian tekanan intra abdomen. Pusar nampak menojol saat bayi menangis, batuk,

tertawa, mengejan. Hernia ini biasanya akan regresi spontan dalam 6 bulan sampai 1 tahun, bila

cincin hernia < 2 cm. Bila ukurannya lebih dari 2 cm, perlu tindakan operasi.

Hernia Hiatal

Hernia Hiatal adalah penonjolan dari suatu bagian lambung melalui diafragma

(sekat rongga dada), dari posisinya yang normal di dalam perut. Diafragma

adalah lembaran otot yang digunakan untuk bernafas, yang merupakan

pembatas antara rongga dada dan rongga perut. Hernia hiatal sering terjadi, terutama pada usia

diatas 50 tahun. Akibat dari kelainan ini bisa terjadi regurgitasi asam lambung.

Pada anak-anak, hernia hiatal biasanya merupakan suatu cacat bawaan. Hernia hiatal pada bayi

biasanya disertai dengan refluks gastroesofageal (muntah, tersedak).

HNP ( Hernia Nukleus Pulposus )

Hernia nukleus pulposus, yaitu saraf tulang belakang “terjepit” di antara kedua

ruas tulang belakang sehingga menyebabkan selain nyeri pinggang yang luar

biasa. Tak jarang disertai rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke

kaki. Seringkali penderita mengeluh nyeri hebat di pinggang hingga sulit duduk

dan berdiri. HNP dapat terjadi karena gerakan mendadak dan bisa pula karena aktifitas yang

berkepanjangan dengan posisi tubuh yang tidak benar. Faktor resiko lain sebagai pemicu

timbulnya HNP diantaranya: obesitas (berat badan yang berlebihan), poisisi postur tubuh yang

tidak benar dan gaya hidup yang santai (malas bergerak)…HNP terbanyak (sekitar90%) terjadi

di tulang belakang daerah Lumbal 4-5 dan Lumbo-sacral (L5-S1: perbatasan antara tulang

Lumbal bagian bawah dan tulang ekor bagian atas).


Jenis-jenis Hernia yang lain, diantaranya: Hernia Vaginalis, Hernia Diafragmatika, Hernia

Epigastrika.

C. Patofisiologi

Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang luas

pada ligamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling

umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga

menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena tekanan

tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami

hernia.

Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda

spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wanita.

Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering

turun ke skrotum.

Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot,

tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada

lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi

kongenital.

Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada

wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar

dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk

ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi dengan tipe hernia

ini
Hernia umbilikalis, hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan

karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita

multipara (Ester, 2002 : 53)

Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina,

2001 : 253)

Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus)

memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini

adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena

kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).

Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi

untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di

dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering

terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi ini sangat

menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es

akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).

D. Pathway

E. Pengobatan Hernia
Pada dasarnya pengobatan Hernia terbagi menjadi 2 cara, yakni:

1. Pengobatan konservatif

2. Pembedahan

1. Pengobatan Konsevatif

Bahan yang dibutuhkan :

1.Satu butir telur ayam kampung.

2.Tiga sendok makan madu asli.

3.Tiga sendok makan minyak samin.

4.Air putih secukupnya.

Cara Meramu :

Tuangkan ke dalam gelas telur, madu dan minyak samin lalu tambahkan sedikit air,

setelah itu aduk sampai tercampur rata. Kemudian minum diwaktu pagi hari, hasilnya akan anda

rasakan pada perut yang terasa sakit. Dan bila dilakukan berulang-ulang akan cepat sembuh

penyakit hernia ( poros ) yang Anda derita.

2. Pembedahan

Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena

ditakutkan terjadi komplikasi.

- Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien

istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang

kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es

untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia
masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi

inkarserasi.

- Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.

Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi

(menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong

diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan

dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak

dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.

a. Hernia yang terstrangulasi atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang. Suatu

penokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini

adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas

hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dan

kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk

memanifestasikan kerusakan (Long, 1996 : 246)

b. Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area

yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perintal, kantung hernia dibuang

dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia diregion inguinal biasanya

diperbaikan hernia saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. (Ester,
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

TERHADAP KLIEN DENGAN DX HERNIA

Pemeriksaan Diagnostik (Data Penunjang)

- Pemeriksaan diameter anulus inguinalis

- Pemeriksaan penunjang :

a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.

b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan

elektrolit.

A. Pengkajian

Pre operasi :

1. Anamnese

- Riwayat Pekerjaan

- Pekerjaan yang perlu mengangkat berat.

- Duduk, mengemudi dan waktu lama.

- Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.

- Pola Eliminasi

- Konstipasi .

- Adanya inkartinensia/retensi urine.

- Integritas dan Ego

- Ketakutan akan timbulnya paralisis.

- Ansietas, .
- Masalah pekerjaan financial.

- Kenyamanan

Kaji nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan Post OP

Pemeriksaan Fisik

1. Status Pernapasan

- Frekuensi, irama dan ke dalaman

- Bunyi napas

- Efektifitas upaya batuk

2. Status Nutrisi

- Status bising usus, mual, muntah

3. Status Eliminasi

- Distensi abdomen pola BAK/BAB

4. Kenyamanan

- Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus

5. Kondisi Luka

- Keadaan/kebersihan balutan

- Tanda-tanda peradangan

- drainage

6. Aktifitas

- Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas


B. Diagnosa Keperawatan

1. Pre Operasi

a. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau

intervensi pembedahan.

Kriteria Hasil :

Dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien tentang ketidaknyamanan menurun

seperti ditunjukkan skala nyeri.( 0 – 10 )

Intervensi

a. Kaji dan catat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan factor

pemberat/penghilang.

b. Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda

yang berat.

c. Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan

untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.

e. Pantau tanda-tanda vital.

f. Berikan tindakan kenyamanan (tirah baring).

g. Berikan analgesik sesuai program.

2. Post Operasi

a. Dapat menggunakan seperti diagnose diatas (rasa nyaman Nyeri).

b. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri,

trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen.


Kriteria Hasil :

Dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. Haluaran urine 100

ml selama setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24

jam.

Intervensi

a.Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.

b.Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam

suatu waktu.

c.Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk

berkemih rangsang pasien dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada baskom

hangat.

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan

primer

Kriteria Hasil

Potensial terjadi infeksi tidak terjadi.

Intervensi :

a. Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.

b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi

c. Observasi terhadap tanda/gejala peritonitas, misal : demam, peningkatan nyeri, distensi

abdomen
d. Pertahankan perawatan luka aseptik, pertahankan balutan kering

e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

- Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.

- Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.


- Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah

Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.

- Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1, EGC, Jakarta.

- Barbara C. Lag, 1996, Keperawatan Medikal Bedah Bagian I dan 3, Yayasan TAPK

Pengajaraan, Bandung.

- Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius

FKUI, Jakarta.

- R. Syamsuhidayat & Wim de Jong, 2001, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, EGC, Jakarta.

- Patrick, et all. Medical Surgical Nursing (Pathophysiological Concepts). Second Edition, J.B.

Lippincott Company. Spokane Washington. 1991. Page 1644.

- Sandra M. Nettina. The Lippincott (Manual of Nursing Practice) Sixth Edition, Lippincott.

Philadelphia New York. 1996. Part II page 506 – 507, 524 – 525.

- adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang

menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.

3. Pengkajian Fisik

- Abdomen

- Palpasi :

Teraba adanya benjolan pada perut bagian bawah.

Untuk meraba hernia, dokter atau perawat dengan lembut praktisi

memeriksa cincin dan isinya, memasukkan jari di cincin dan mencatat

setiap perubahan ketika klien batuk.


Biasanya hernia inguinalis menyebabkan terbentuknya benjolan di

selangkangan dan skrotum, tanpa rasa nyeri. Jika penderita berdiri,

benjolan bisa membesar dan jika penderita berbaring, benjolan akan

mengecil karena isinya keluar dan masuk dibawah pengaruh gaya tarik

bumi.

- Auskultasi

untuk memastikan kehadiran aktif suara usus (bising usus)

- Perkusi

Ada tidaknya kembung.

Anda mungkin juga menyukai