Anda di halaman 1dari 8

UNSUR-UNSUR INTRINSIK DRAMA

Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sastra yang

Diampuh oleh Bapak Jafar Lantowa S.Pd., M.A

Disusun Oleh:

Annisya Rahmatika Mutiara 311419090

Fadila Momente 311419024

Wiro Dunggio 311419093

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Drama adalah karya sastra yang didominasi oleh cakapan para tokoh. Kriteria drama yang
membedakan dengan 2 jenis karya sastra lainnya adalah hubungan manusia dengan dunia ruang
dan waktu. Dalam sastra terdapat genre sastra, antara lain seperti puisi, drama, roman, prosa dan
lain-lain. Pengertian drama secara umum yaitu sebuah karya sastra dalam bentuk dialog yamg
diperagakan dengan maksud untuk dipertunjukan atau dipentaskan oleh para pemain. Drama
dalam arti luas ialah segala bentuk yang dipertontonkan mengandung cerita yang dipertunjukan
di depan khalayak ramai. Sedangkan drama dalam arti sempit, drama ialah sebuah kisah
manusia dalam kehidupan di masyarakat yang dipentaskan di atas panggung.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan drama?

2. Apa saja unsur-unsur intrinsik pada drama?

1.2.Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan pengertian drama!
2. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik drama!

1.3.Manfaat Penulisan
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian drama
2. Pembaca dapat mengetahui apa saja unsur-unsur intrinsik drama
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Drama

Drama merupakan salah satu dari bentuk karya sastra yang menggambarkan atau
mengilustrasikan kehidupan dengan menyampaikan konflik dengan melalui dialog. Dibanding
genre karya sastra lainnya (novel, cerpen, dan puisi), drama memiliki keunikan tersendiri.
Selain bisa dinikmati sebagai bacaan drama pun bisa dinikmati sebagai sebuah pertunjukan.
Hal inilah yang membuat drama disebut sebagai karya dua dimensi, yaitu drama sebagai
genre sastra (teks) dan drama sebagai pertunjukan seni peran. Drama adalah kesenian yang
melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action
dan perilaku. Menurut Harymawan (dalam Wicaksono, 2014:108-109) bahwa dalam arti
sempit, drama dapat ditafsirkan sebagai gambaran kisah hidup manusia yang dituangkan
dalam bentuk pementasan, disaksikan banyak orang yang didasarkan pada naskah, dengan
media (dialog, gerak, laku, gesture, mimik), dengan musik atau tampa alat musik pengiring.
Didalam sebuah drama terdapat unsur intrinsik, yakni unsur yang membangun sebuah karya
sastra terdapat di dalamnya. Pada dasarnya drama merupakan salah satu bentuk karya sastra
yang diperankan oleh para pemain. Berikut pengertian drama menurut para ahli:

a. Budianta dkk (2002), Drama adalah genre sastra yang menunjukkan penampilan fisik
secara lisan setiap percakapan atau dialog antara pemimpin di sana.
b. Balthazar Vallhagen, Drama adalah seni yang menggambarkan alam dan sifat manusia
dalam gerakan.
c. Anne Civardi, Drama adalah sebuah kisah yang diceritakan melalui kata-kata dan gerakan.
Menurut Harymawan (dalam Wicaksono, 2014:107) bahwa drama berasal dari bahasa
Yunani “dromai” yang berarti: berbuat,berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti
perbuatan, tindakan atau beraksi.
2.3 Unsur Intrinsik Drama
Unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembentuk drama dari dalam. Komponen-
komponen yang termasuk sebagai unsur intrinsik drama antara lain adalah tema, alur, tokoh dan
penokohan, latar/setting, dialog, bahasa, konflik dan amanat.

1. Tema
Tema dalam drama merupakan salah satu unsur intrinsik drama. Menurut Waluyo (dalam
Wicaksono, 2014:114) bahwa tema merupakan gagasan pokok yang dikandung dalam drama dan
berhubungan dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan yang di kemukakan
pengarang. Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui struktur dramatik dalam plot melalui
tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan
diformulasikan dalam bentuk dialog.

2. Alur/plot

Dalam drama juga terdapat alur cerita. Yang dimaksud alur dalam drama adalah jalan cerita
dari sebuah pertunjukkan drama mulai babak pertama hingga babak terakhir. Alur disebut juga
dengan istilah plot. Umumnya alur cerita dimulai dari tahapan eksposisi, komplikasi, klimaks
dan resolusi. Adapun bagian-bagian plot (unsur pembentuk alur) drama sebagai berikut:

1) Eksposisi (pelukisan awal), yaitu bagian cerita yang bertujuan memperkenalkan cerita,
tokoh, dan latar drama.
2) Konflik, yaitu keadaan dimana tokoh terlibat dalam suatu pokok permasalahan. Pada
bagian inilah awal mula terjadinya insiden pertikaian.
3) Komplikasi (pertikaian), yaitu bagian cerita yang mengisahkan persoalan baru sebagai
akibat konflik antartokoh.
4) Klimaks (puncak ketegangan), yaitu perstiwa puncak atau puncak konflik.
5) Peleraian, yaitu tahap peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan perkembangan
lakuan kearah selesaian.
6) Penyelesaian (happy ending/akhir bahagia, sad ending/akhir sedih), yaitu tahap akhir
suatu cerita.
3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dalam drama adalah pemegang peran dalam drama. Tokoh-tokoh drama disertai
penjelasan mengenai nama, umur, jenis kelamin, ciri-ciri, jabatan, dan keadaan kejiwaannya.
Sesuai perannya dalam jalan cerita, tokoh drama dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Tokoh Utama (Protagonis), yaitu tokoh yang memiliki kehendak tertentu dalam cerita.
Biasanya kehendak yang baik atau kebijakan.
2. Tokoh Penentang (Antagonis), tokoh yang menentang kehendak tokoh utama. Tokoh ini
sering disebut sebagai tokoh berkarakter jahat.
3. Tokoh Penengah (Tritagonis). Bila dilihat dari sisi keterlibatannya dalam menggerakkan
alur, yaitu:
a. Tokoh sentral merupakan tokoh yang amat potensial menggerakkan alur. Tokoh
ini merupakan pusat cerita, penyebab munculnya konflik.
b. Tokoh bawahan merupakan tokoh yang tidak begitu besar pengaruhnya terhadap
penrkembangan alur walaupun ia juga terlibat dalam perkembangan alur tersebut.
c. Tokoh latar merupakan tokoh yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap
perkembangan alur. Kehadirannya hanya sebagai pelengkap latar, berfungsi
sebagai penghidup latar.

4. Latar/Setting

Selanjutnya ada unsur latar atau setting. Latar terdiri dari latar tempat untuk
menggambarkan lokasi drama, latar waktu untuk memberi info kapan terjadinya adegan dalam
drama serta latar situasi untuk menjelaskan suasana dalam cerita di drama tersebut. Setting dalam
drama selain berfungsi untuk menghidupkan cerita, juga dimanfaatkan untuk menggambarkan
gagasan tertentu secara tidak langsung.

5. Dialog

Dalam drama, juga terdapat unsur dialog. Dialog merupakan serangkaian percakapan
dalam cerita. Dialog bisa terdiri satu tokoh dengan tokoh yang lain, bisa juga berupa dialog
sendiri atau disebut sebagai monolog, Adanya dialog memberi penjelasan terkait jalannya cerita,
biasanya juga disertai gaya atau mimik wajah. Menurut Luxemburg (dalam Wicaksono,
2014:113) bahwa dialog berhubungan dengan latar dan perbuatan. Sebuah latar dapat dilihat dari
munculnya dialog-dialog para tokoh serta segala gerak-gerik diperlihatkan secara langsung
maupun tidak langsung yang biasanya berupa teks samping. Dalam dialog tidak hanya terjadi
pembicaraan mengenai suatu kejadian, melainkan suatu kejadian itu sendiri dan berarti telah
menggerakkan roda-roda peristiwa atau disebut dengan alur.

6. Bahasa

Unsur intrinsik drama selanjutnya adalah bahasa atau gaya bahasa. Bahasa merupakan
kata-kata yang digunakan dalam percakapan cerita drama. Bahasa juga bisa menggambarkan
watak tokoh, latar, ataupun peristiwa yang sedang terjadi. Dalam karya drama, penggunaan gaya
bahasa berfungsi untuk :

1) Memaparkan gagasan secara lebih hidup dan menarik.


2) Menggambarkan suasana lebih hidup dan menarik.
3) Untuk menekankan suatu gagasan.
4) Untuk menyampaikan gagasan secara tidak langsung.

7. Konflik

Konflik juga termasuk dalam unsur-unsur intrinsik drama. Arti konflik adalah
pertentangan atau masalah yang terjadi pada suatu drama. Adanya konflik menjadi inti
permasalahan yang ada dalam drama. Dalam sebuah drama bisa terjadi 1 konflik atau bahkan
lebih.

8. Amanat

Amanat/pesan adalah ajaran moral yang ingin disampaikan pengarang kepada


pembaca/penonton melalui karyanya. Amanat merupakan nilai implisit dalam cerita yang harus
dicari penonton. Amanat dalam drama bisa diungkapkan secara langsung (tersurat), dan bisa
juga secara tidak langsung atau memerlukan pemahaman lebih lanjut (tersirat).
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Dalam sastra terdapat genre sastra, antara lain seperti puisi, novel, prosa, drama dan
lain-lain. Drama merupakan salah satu dari bentuk karya sastra yang menggambarkan atau
mengilustrasikan kehidupan dengan menyampaikan konflik dengan melalui dialog.
Pembelajaran sastra sangat penting, karena di dalam pembelajaran sastra tersebut terdapat
beberapa aspek yang dapat mengasah kepekaan sosial, ketajaman watak, serta dengan
mempelajari sastra. Seseorang dapat belajar bagaimana cara menghargai karya-karya orang
lain, karena pada dasarnya sastra dapat membantu seseorang lebih memahami kehidupan
dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

3.2. Saran

Saran yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca adalah hendaknya pembaca
dapat memahami definisi dari Genre Sastra (Drama) serta pembaca dapat menggali
informasi lebih banyak lagi tentang Genre Sastra (Drama) melalui sumber buku.
DAFTAR PUSTAKA

Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra Dan Beberapa Model Pembelajarannya.
Yogyakarta: www.

http://www.definisi-pengertian.com/2016/05/pengertian-drama-definisi-drama-menurut-ahli.html

https://www.zonareferensi.com/unsur-unsur-drama/

Anda mungkin juga menyukai