Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PERILAKU TUKANG CUKUR TERHADAP RISIKO

PENULARAN HIV/AIDS MELALUI PISAU CUKUR DI BARBER SHOP


KODIM 1304

(The Influence of Behavior on Risk of HIV / AIDS Transmission Through


Razor in Barber Shop Kodim 1304)

Henok Singa
Jurusan Kesehatan Masyarakat, FOK UNG, Gorontalo
e-mail : henoksinga@gmail.com

Abstrak
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik
menyerang sistem kekebalan tubuh atau imunitas manusia dan menyebabkan Aqciured Immuno Deficiency
Symndrome (AIDS). HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian
sangat serius. Hal ini karena jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya meningkat secara signifikan.
Kasus HIV dan AIDS merupakan fenomena gunung es. Jumlah orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah yang sebenarnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Tukang Cukur Terhadap Risiko
Penularan Penyakit HIV/AIDS Melalui Pisau Cukur Rambut di Barber Shop Kodim 1304 Gorontalo. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 25 tukang cukur di Barber Shop Kodim 1304 Gorontalo dengan
sampel penelitian adalah sama dengan jumlah populasi karena teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik
total sampling. Lokasi dalam penelitian ini adalag Barber Shop Kodim 1304 Gorontalo.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan tukang
cukur (p Value 0.043<0,05), sikap tukang cukur (p Value 0.011<0,05) serta ada pengaruh yang signifikan antara
perilaku tukang cukur terhadap risiko penularan HIV/AIDS melalui pisau cukur di Barber Shop Kodim 1304.
Karena Nilai p Value lebih kecil dari 0,05 (0.019<0,05).
Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko peularan HIV/AIDS di pengaruhi oleh tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku tukang cukur.

Kata Kunci : Perilaku, HIV/AIDS, Pisau Cukur

Abstract
Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a Rubonucleic Acid (RNA) class that specifically attacks the
immune system or human immunity and causes Aqciured Immune Deficiency Symndrome (AIDS). HIV / AIDS is one
of the public health problems that requires very serious attention. This is because the number of AIDS cases
reported annually increases significantly. The case of HIV and AIDS is an iceberg phenomenon. The number of
people reported is far less than the actual number/
The purpose of this study was to determine the effect of Barber's Behavior on the Risk of HIV / AIDS
Transmission through Hair Razors at Barber Shop Kodim 1304 Gorontalo. This research is a quantitative research
with the type of research is observational analytic with cross sectional approach. The population in this study as
many as 25 barber at Barber Shop Kodim 1304 Gorontalo with the research sample is the same as the population
because the sampling technique uses total sampling technique. The location in this study is Barber Shop Kodim
1304 Gorontalo.
The results obtained from this study are that there is a significant influence between the level of barber
knowledge (p Value 0.043 <0.05), barber attitudes (p Value 0.011 <0.05) and there is a significant influence
between barber behavior on the risk of transmission HIV / AIDS through a razor at Barber Shop Kodim 1304.
Because the p value is smaller than 0.05 (0.019 <0.05).
So from these results it can be concluded that the risk of HIV / AIDS transmission is influenced by the level of
knowledge, attitudes and behavior of barber.

Keywords: Behavior, HIV / AIDS, Razors

1. PENDAHULUAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome). Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus golongan
Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh atau imunitas manusia dan
menyebabkan Aqciured Immuno Deficiency Symndrome (AIDS). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,
sehingga orang – orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari
serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV belum tentu mengidap
AIDS. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus,
jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun
tubuh.
AIDS pertamakali ditemukan pada tahun 1981. Saat ini masalah HIV AIDS telah berkembang
menjadi masalah kesehatan global. Kurang lebih 60 juta orang telah terinfeksi HIV dan 25 juta telah
meninggal karena AIDS. Diperkirakan sekitar 35 juta orang hidup dengan HIV. Setiap hari 7400 orang
terinfeksi HIV atau 5 orang tiap menit. Pada tahun 2007 terdapat 2,7 juta infeksi baru HIV dan 2 juta
kematian akibat AIDS. Di Asia sekitar 4,9 juta orang yang terinfeksi HIV, 440 ribu diantaranya
merupakan infeksi baru dan telah menyebabkan kematian pada 300 ribu orang di tahun 20071.
HIV/AIDS merupakan tantangan terbesar dalam mencapai target MDGs. Penularan infeksi baru
HIV masih terjadi dan pengidap AIDS masih ditemukan, dalam hal ini upaya pencegahan dan deteksi dini
HIV harus terus digalakkan. Sampai Desember 2012 secara kumulatif penderita pengidap HIV berjumlah
98.390 orang dan AIDS tercatat berjumlah 42.887 orang. Data penularan HIV sampai Desember 2012
menunjukkan penularan melalui hubungan heterosex yang berisiko sebesar 58,7%, penggunaan napza
suntik 17,5% dan penularan masa perinatal 2,7%.
Prevalensi kasus HIV menunjukkan, jumlah orang dengan HIV berjumlah 17.325 jiwa dan AIDS
tercatat berjumlah 1.238 jiwa. Setiap hari sekitar 6.300 orang terinfeksi HIV, 700 orang pada anak – anak
berusia dibawah 15 tahun, sekitar 5.500 infeksi pada orang remaja/dewasa muda berusia 15 tahun keatas,
yaitu 47% wanita, 39% remaja usia 15-24 tahun.
Pada dasarnya, transmisi HIV dimana saja sama yaitu melalui hubungan seksual (homoseksual,
heteroseksual), lewat darah (tranfusi darah, transplantasi organ dan penggunaan peralatan – peralatan
untuk lebih dari 2 orang seperti peralatan suntik, sikat gigi, tusuk gigi, pisau cukur dan peralatan lainnya
yang digunakan dengan tidak mengindahkan prinsip sterilisasi dan perinatal (dari ibu kejanin atau anak
melalui ASI). Waktu dari infeksi primer HIV hingga memunculkan manifestasi infeksi sekunder AIDS
memerlukan waktu sekitar 3–13 tahun atau rata–rata 10 tahun2.
Penyakit infeksi HIV/AIDS sendiri seperti yang diketahui bersama sudah hadir di tengah – tengah
masyarakat dan masih banyak masyarakat bahkan sepenuhnya yang belum bisa dan tidak mau memerima
keberadaan penyakit ini (penderita) seperti penyakit – penyakit lain pada umumnya. Sehingganya Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA) harus menanggung beban yang lebih berat. Bukan hanya karena intervensi
dari penyakitnya tetapi juga paradigma dan diskriminasi dari masyarakat di lingkungannya yang
mengucilkan bahkan mengasingkan penderita. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan dan kesadaran
masyarakat yang kurang tentang penyakit HIV/AIDS. Mereka mengetahui kebanyakan AIDS diderita
oleh orang yang memiliki perilaku kurang baik seperti PSK, suka seks bebas dan pecandu narkoba.
Namun mereka kurang menyadari sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dan melakukan
kegiatan dimasyarakat ada perilaku yang berpotensi menularkan HIV, contohnya bercukur di tempat
pangkas rambut umum.
Kegiatan bercukur sudah menjadi kebutuhan setiap orang, khususnya kaum pria yang lebih sering
menggunakan pisau cukur disetiap kegiatan bercukurnya. Maka dari itu perlu kiranya pemerintah daerah
memantau kegiatan bercukur dan meningkatkan sosialisasi pengetahuan yang benar tentang HIV/AIDS,
hal ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan umum dikalangan pencukur rambut terhadap
HIV/AIDS karena dengan bercukur akan mnegakibatkan luka di permukaan kulit sehingga jika alat cukur
digunakan secara bergantian dengan penderita HIV/AIDS maka akan berpotensi menambah kejadian
HIV/AIDS melalui transmisi pisau cukur yang pengelolaannya tidak memperhatikan prinsip sterilisasi.
Tehnik sterilisasi peralatan yang baik dan aman juga perlu untuk disosialisasikan. Terkait dengan
tindakan sikap dan perilaku dari tukang cukur adalah keteraturan perasaan dan pikiran seseorang yang
kecenderungan bertindak terhadap aspek lingkungan. Seseorang yang memiliki sikap dan persepsi yang
buruk terhadap suatu objek dapat disebabkan oleh pemahaman yang salah dan tersebar dimasyarakat.
Sikap juga merupakan perasaan memihak (favourable) ataupun perasaan tidak memihak (unfavourable)
terhadap suatu objek psikologis karena perilaku merupakan ekspresi dari sikap3.
Untuk itu sehubungan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yaitu untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Tukang Cukur Terhadap Risiko Penularan Penyakit
HIV/AIDS Melalui Pisau Cukur Rambut di Barber Shop Kodim 1304 Gorontalo.

2. METODE
Penelitian ini berlokasi di Jln. Nani Wartabone, Kelurahan Biawao, Kecamatan Kota Selatan,
Provinsi Gorontalo tepatnya di Barber Shop Kodim 1304 Gorontalo yang rencananya akan dilaksanakan
pada bulan Agustus/September 2019. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif observasional
analitik dengan desain penelitian cross sectional. Untuk populasi dalam penelitian ini yaitu 25 orang
tukang cukur yang bertugas di Kodim 1304 Gorontalo pada tahun 2018-2019 dengan sampel penelitian
diambil jumlah yang sama dengan populasi yaitu sebanyak 25 orang tukang cukur yang bertugas di
Kodim 1304 Gorontalo pada tahun 2018-2019 dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji bivariat karena peneliti bermaksud untuk mengetahui
korelasi antara pengaruh variabel x (Perilaku) terhadap y (Risiko HIV/AIDS Melalui Pisau Cukur).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Karakteristik Responden
Tabel 3.1.1 Distribusi Frekuensi Kelompok Umur Responden
Kelompok Umur n %
20-30 Tahun 6 24
31-40 Tahun 11 44
41-50 Tahun 6 24
51-60 Tahun 2 8
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer, 2018
Kelompok Umur
100%
100%
44%
50% 24% 24%
8% Kelompok Umur
0%
20-30 31-40 41-50 51-60 Jumlah
Tahun Tahun Tahun Tahun

Gambar 3.1.1 Distribusi Frekuensi Kelompok Umur Responden


Pada Tabel 3.1.1 Terlihat bahwa kelompok umur responden, jumlah terbesar adalah kelompok
umur 31-40 tahun dengan jumlah 11 responden (44%), dan yang paling sedikit adalah golongan umur 51-
60 tahun yaitu sebanyak 2 responden (8%).

Tabel 3.1.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden


Jenis Kelamin Responden n %
Laki – Laki 23 92
Perempuan 2 8
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer, 2018

Jenis Kelamin
92% 100%
100%

50% Jenis Kelamin


8%
0%
Laki – Laki Perempuan Jumlah

Gambar 3.1.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden


Berdasarkan Tabel 3.1.2 Distribusi Frekunsi Jenis Kelamin dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki –
laki lebih banyak dengan jumlah 23 responden (92%) sedangkan jumlah perempuan hanya sebanyak 2
responden (8%).
Tabel 3.1.3 Distribusi Frekuensi Alamat Responden
Alamat Responden N %
Biawao 5 20
Biawu 6 24
Limba B 4 16
Limba U 1 8 32
Limba U 2 2 8
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer, 2018
Alamat Responden
100%
100%

80%

60%

40% 32%
20% 24% 16% Alamat Responden
20% 8%

0%

Gambar 3.1.3 Distribusi Frekuensi Alamat Responden

Berdasarkan Tabel 3.1.3 Distribusi Frekuensi Alamat dapat dilihat bahwa responden lebih bnyak
tingal di Kelurahan Limba U1 dengan jumlah 8 responden (32%) dan yang paling sedikit tinggal di
Kelurahan Limba U 2 dengan jumlah 2 responden (8%).

Tabel 3.1.4 Distribusi Frekuensi Pendidkan Terakhir Responden


Pendidikan Terakhir Responden n %
SD 1 4
SLTP/SMP 11 44
SLTA/SMA 12 48
Diploma 3/D3 1 4
Strata 1/S1 0 0
Total 25 100
Sumber : Data Primer, 2018
Pendidikan Terakhir Responden
100%
100%
90%
80%
70%
60%
44% 48%
50%
40% Pendidikan Terakhir
30% Responden
20%
4% 4% 0%
10%
0%

Gambar 3.1.4 Distribusi Frekuensi Pendidkan Terakhir Responden

Berdasarkan Tabel 3.1.4 Distribusi Frekunsi Pendidikan Terakhir dapat dilihat bahwa jumlah
responden pada tingkat pendidikan SLTA/SMA-sederajat lebih banyak dengan jumlah 12 responden
(48%) sedangkan yang paling sedikit yaitu pada tingkat pendidikan Diploma 3/D3 dengan jumlah 1
responden (4%) dan tidak ada responden pada tingkat pendidikan Strata 1/S1.

3.2 Uji Bivariat


Tabel 3.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarakan Pengaruh Tingkat Pengetahuan Tukang Cukur
Terhadap Risiko Penularan HIV/AIDS Melaui Pisau Cukur di Baber Shop KOdim 1304 Gorontalo Tahun
2018
Risiko Penularan HIV/AIDS
Tingkat Total P
Tinggi Rendah
Pengetahuan Value
n % n % n %
Tinggi 2 8 19 76 21 84
P=
Rendah 2 8 2 8 4 16
0.043
Jumlah 4 816 21 84 25 100
Sumber : Data Primer, 2018
Pengaruh Tingkat Pengetahuan
Tukang Cukur Terhadap Risiko
Penularan HIV/AIDS
100%
100%
84% 84%
76%
80% Tingkat Pengetahuan
Tinggi
60% Tingkat Pengetahuan
Rendah
40% Total
16% 16%
20% 8% 8% 8%

0%
Risiko Risiko Jumlah
Penularan Penularan
HIV/AIDS HIV/AIDS
Tinggi Rendah

Gambar 3.2.1 Grafik Distribusi Frekuensi Responden Berdasarakan Pengaruh Tingkat Pengetahuan
Tukang Cukur Terhadap Risiko Penularan HIV/AIDS Melaui Pisau Cukur di Baber Shop KOdim 1304
Gorontalo Tahun 2018

Berdasarkan tabel 3.2.1 diperoleh bahwa responden terbanyak yang memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi memiliki risiko penularan HIV/AIDS yang rendah yaitu sebanyak 19 respoonden dengan
persentase 76% sedangkan untuk responden yang memiliki pengetahuan yang rendah memiliki
persebaaran risiko penularan HIV/AIDS yang sama yaitu masing-masing 2 responden dengan
persentase 8%.
Pada Uji Chi-Square yang dilakukan terhadap pengaruh tingkat pengetahuaan tukang cukur
terhadap risiko penularan HIV/AIDS melalui pisau cukur di Baber Shop Kodim 1304 Gorontalo tahun
2018 didapatkan p value 0.043. Nilai p Value lebih kecil dari 0,05 (0,043<0,05).
Tabel 3.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarakan Pengaruh Sikap Tukang Cukur Terhadap
Risiko Penularan HIV/AIDS Melaui Pisau Cukur di Baber Shop Kodim 1304 Gorontalo Tahun 2018
Risiko Penularan HIV/AIDS
Total
Sikap Tinggi Rendah P Value
n % n % n %
Baik 2 8 20 80 22 88
P=
Buruk 2 8 1 4 3 12
0.011
Jumlah 4 16 21 84 25 100
Sumber : Data Primer, 2018

Pengaruh Sikap Tukang Cukur


Terhadap Risiko Penularan HIV/AIDS
100%
100% 88%
84%
80%
80%

60% Sikap Baik


Sikap Buruk
40%
Jumlah
16%
20% 12%
8% 8%
4%
0%
Risiko Risiko Jumlah
Penularan Penularan
HIV/AIDS Tinggi HIV/AIDS
Rendah

Gambar 3.2.2 Grafik Distribusi Frekuensi Responden Berdasarakan Pengaruh Sikap Tukang Cukur
Terhadap Risiko Penularan HIV/AIDS Melaui Pisau Cukur di Baber Shop Kodim 1304 Gorontalo Tahun
2018
Berdasarkan tabel 3.2.2 diperoleh bahwa responden terbanyak yang memiliki sikap yang baik
memiliki risiko penularan HIV/AIDS yang rendah yaitu sebanyak 20 respoonden dengan persentase 80%
sedangkan untuk responden yang memiliki sikap buruk memiliki risiko penularan HIV/AIDS yang
tinggi yaitu sebanyak 2 responden dengan perssentase 8%.
Pada Uji Chi-Square yang dilakukan terhadap pengaruh sikap tukang cukur terhadap risiko
penularan HIV/AIDS melalui pisau cukur di Baber Shop Kodim 1304 Gorontalo tahun 2018 didapatkan p
value 0.011. Nilai p Value lebih kecil dari 0,05 (0,011<0,05).

Tabel 3.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarakan Pengaruh Perilaku Tukang Cukur Terhadap
Risiko Penularan HIV/AIDS Melaui Pisau Cukur di Baber Shop Kodim 1304 Gorontalo Tahun 2018
Risiko Penularan HIV/AIDS
Total
Perilaku Tinggi Rendah P Value
n % n % n %
Baik 3 12 21 84 24 96
P=
Buruk 1 4 0 0 1 4
0.019
Jumlah 4 16 21 84 25 100
Sumber : Data Primer, 2018

Pengaruh Perilaku Tukang Cukur


Terhadap Risiko Penularan HIV/AIDS
100%
96%
100%
84% 84%
80%

60% Perilaku Baik


Perilaku Buruk
40% Jumlah
16%
20% 12%
4% 4%
0%
0%
Risiko Risiko Jumlah
Penularan Penularan
HIV/AIDS HIV/AIDS
Tinggi Rendah

Gambar 3.2.3 Grafik Distribusi Frekuensi Responden Berdasarakan Pengaruh Perilaku Tukang Cukur
Terhadap Risiko Penularan HIV/AIDS Melaui Pisau Cukur di Baber Shop Kodim 1304 Gorontalo
Tahun 2018

Berdasarkan tabel 3.2.3 diperoleh bahwa responden terbanyak yang memiliki perilaku yang baik
memiliki risiko penularan HIV/AIDS yang rendah yaitu sebanyak 21 respoonden dengan persentase 84%
sedangkan untuk responden yang memiliki perilaku buruk memiliki risiko penularan HIV/AIDS yang
tinggi yaitu sebanyak 1 responden dengan perssentase 4 %.
Pada Uji Chi-Square yang dilakukan terhadap pengaruh perilaku tukang cukur terhadap risiko
penularan HIV/AIDS melalui pisau cukur di Baber Shop Kodim 1304 Gorontalo tahun 2018 didapatkan p
value 0.019. Nilai p Value lebih kecil dari 0,05 (0,019<0,05).

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan tukang cukur terhadap risiko penularan
HIV/AIDS melalui pisau cukur di Barber Shop Kodim 1304. Karena Nilai p Value lebih kecil dari
0,05 (0.043<0,05).
2. Ada pengaruh yang signifikan antara sikap tukang cukur terhadap risiko penularan HIV/AIDS
melalui pisau cukur di Barber Shop Kodim 1304. Karena Nilai p Value lebih kecil dari 0,05
(0.011<0,05).
3. Ada pengaruh yang signifikan antara perilaku tukang cukur terhadap risiko penularan HIV/AIDS
melalui pisau cukur di Barber Shop Kodim 1304. Karena Nilai p Value lebih kecil dari 0,05
(0.019<0,05).
4.2 Saran
1. Bagi instansi terkait yaitu Barber Shop Kodim 1304 peneliti merekomendasikan untuk tetap terus
mensosialisasikan atau menginformasikan kepada seluruh tukang cukur yang bekerja di Barber
Shop Kodim 1304 untuk tetap menjaga kebersihan dari alat – alat cukur yang digunakan agar tidak
berisiko menjadi media penularan penyakit khusunya HIV/AIDS.
2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat meneliti variabel lainnya yang belum sempat
diteliti dan menggunakan rancangan penelitian yang lain agar dapat menjadi tambahan informasi
bagi semua pihak
DAFTAR PUSTAKA
[1] KPA. Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS tahun 2010-2014. Jakarta:
KPA; 2010.

[2] Nasronudin . HIV dan AIDS (Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial). Surabaya: Airlangga
University Press; 2007.

[3] Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007

Anda mungkin juga menyukai