Kimor Asam Lemak Bebas
Kimor Asam Lemak Bebas
PENDAHULUAN
O O
O O
CH2OH R3COH CH2OCR
Gliserol Asam Lemak Trigliserida
B. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis ini mengakibatkan kerusakan lemak dan
minyak. Ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
CH – O – C – R3 R3COOH CH2O
Trigliserida Asam Lemak Gliserol
C. Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah basa kepada trigliserida.
Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan
gliserol dipulihkan dengan penyabunan.
CH2O2 C (CH2)16 CH3 CH2OH
D. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon
asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi selesai minyak
didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak
yang bersifat plastis dan keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
E. Oksidasi
Oksidasi dapat bergantung bila terjadi kontak anatara sejumlah oksigen
dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau
tengik pada lemak atau minyak.
1.2.6 Perbedaan Lemak dan Minyak
(Tabel 1.3) Perbedaan lemak dan minyak
No. Minyak Lemak
1. Pada suhu kamar berwujud cair Pada suhu kamar berwujud padat
Pada umumnya berasal dari
2. Pada umumnya berasal dari hewan
tumbuhan
3. Mempunyai titik beku rendah Mempunyai titik lebur tinggi
Mengandung gliseril tristearat dan
4. Mengandung gliseril trioleta
gliseril tripalmitat
B. Indikator PP
Indikator PP atau Fenolftaelin merupakan asam dwiprotik dan tidak
berwarna. Indikator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarna kemudian
dengan hilangnya proton kedua menjadi ion dengan system terkonjugat
menghasilkan warna merah. Indikator PP memiliki rentang pH 8 – 9,6 dengan
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah.
BAB II
METODOLOGI
2.1 ALAT DAN BAHAN
2.1.1 Alat
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Statif dan Klem
4. Neraca Digital
5. Pipet Tetes
6. Pipet Volume
7. Bulp
8. Corong Kaca
9. Hot Plate
10. Botol Semprot
11. Gelas Kimia
2.1.2 Bahan
1. Sampel minyak ( minyak goreng “Rose Brand” dan minyak jelantah )
2. Indikator PP
3. NaOH 0,1 N
4. Alkohol netral
Mengaduk bahan secara merata berada dalam keadaan cair pada waktu mengambil sampel
Menitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang telah distandarisasi sampai warna merah jambu
tercapai dan tidak hilang selama 30 detik
Rata -
No. Perlakuan Volume H2C2O4 0,1 N Pengamatan
rata
1. Titrasi 1 9,7 mL Terjadi perubahan warna
2. Titrasi 2 9,8 mL 9,8 mL dari merah muda menjadi
3. Titrasi 3 9,9 mL bening
No. Sampel Massa (g) Volume NaOH 0,1 N FFA Rata –rata FFA
3.2. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak
atau lemak dan menstandarisasi suatu larutan. Larutan yang distandarisasi adalah larutan
NaOH 0,1 N dengan menggunakan larutan asam oksalat (K2C2O4) 0,1 N dlimana larutan
NaOH 0,1 N telah ditetesi indicator PP sebanyak 3 tetes hingga berubah warna menjadi
merah muda. Hal ini terjadi karena hilangnya proton kedua menjadi ion dengan system
konjungat. Indicator PP digunakan sebagai petunjuk perubahan warna. Titrasi akan
dihentikan ketika warna yang awalnya merah muda tersebut berubah menjadi bening.
Tujuan dari standarisasi ini adalah untuk mengetahui konsentrasi NaOH yang sebenarnya.
Standarisasi NaOH dilakukan secara triplo dengan volume rata – rata pemakaian titran
adalah 9,8 mL, sehingga diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,098 N.
Penentuan asam lemak bebas (%FFA) dilakukan pada dua sampel yaitu minyak goreng
“Rose Brand” dan minyak jelantah. Percobaan ini dilakukan secara duplo pada masing – masing
sampel. Percobaan ini dilakukan dengan penambahan alcohol netral yang dipanaskan. Tujuan
pemanasan tersebut untuk melarutka minyak dan sebagai medium titrasi. Dalam kondidi panas,
alcohol akan lebih baik dan cepat melarutkan sampel nonpolar dan kondisi netral dilakukan agar
hasil akhir titrasi yang diperoleh benar – benar tepat. Setelah itu ditambahkan tiga tetes indicator
PP sebagai petunjuk titik akhir titrasi. Kemudian, larutan dititrasi dengan larutan NaOH yang
telah distandarisasi. Reaksi yang terjadi :
O O
// //
R-C-OH + NaOH → R-C-ONa + H2O
Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna analit menjadi pink muda.
Berdasarkan hasil percobaan, untuk minyak goreng “Rose Brand” dengan massa 28,0067
gram memerlukan volume titrasi 2,5 mL dan diperoleh %FFA sebesar 0,22%, minyak goreng
“Rose Brand” dengan massa 28,0058 gram memerlukan volume titrasi 2,6 mL dan diperoleh
%FFA sebesar 0,23 % dan untuk minyak jelantah dengan massa 28,0073 gram memerlukan
volume titrasi 4,2 mL dan diperoleh %FFA sebesar 0,38 %, serta untuk minyak jelantah dengan
massa 28,0032 gram memerlukan volume titrasi 4 mL dan diperoleh %FFA sebesar 0,36 %. Dari
data – data tersebut, rata – rata kadar asam lemak bebas yang diperoleh dari minyak goreng
“Rose Brand” sebesar 0,23 %, sedangkan untuk minyak jelantah diperoleh rata – rata kadar asam
lemaak bebas sebesar 0,37 %.
Kualitas suatu minyak dapat dipengaruhi oleh besarnya FFA, semakin banyak asam
lemak bebas (%FFA) yang terdapat dalam minyak, maka kualitasnya kurang baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa :
a. Konsentrasi NaOH hasil standarisasi sebesar 0,098 N.
b. Kadar asam lemak bebas pada minyak goreng “Rose Brand”, yaitu sebesar 0,23 %.
c. Kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah , yaitu sebesar 0.37 %.
4.2 SARAN
Sebaiknya untuk praktikum yang akan datang, selain sampel minyak juga dilakukan
analisa untuk sampel lemak.
DAFTAR PUSTAKA
Djoelistee, B, 2010, Penenetuan Angka Penyabunan dan Asam Lemak Bebas (FFA), http
: //btagdlery.blogspot.com/2010/02/blog-spot 4540.html, 12 Desember 2017, 20.00
WITA
Herlina, N ,Ginting , M.H.S, 2002, Lemak dan Minyak, http : //
repository.usu.ac.id/bitsmeam/123456789/1320/1/tkimia-Netti.pdf, 12 Desember 2017,
21.00 WITA
Modul Ajar Praktikum Kimia Organik.Polnes.Tahun 2017
LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN
1. Penentuan Konsentrasi NaOH 0,1 N
Dik : V NaOH = 10 mL
V H2C2O4 = 9,8 mL
N H2C2O4 = 0,1 N
N NaOH :
NNaOH = 0,098 N
B. Minyak Jelantah 1
- V NaOH = 4,2 mL
- m sampel = 28,0073 g
4,2 𝑚𝐿 × 0,098 𝑁 ×256
% FFA = × 100%
28,0073 𝑔 ×1000
% FFA = 0,0,38%
Minyak Jelantah 2
- V NaOH = 4 mL
- m sampel = 28,0032 g
4 𝑚𝐿 × 0,098 𝑁 ×256
% FFA = × 100%
28,0032 𝑔 ×1000
% FA = 0,36 %