Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kereta api adalah salah satu moda transportasi yang sangat penting di
Indonesia. Telah ada sejak tahun 1864 di Indonesia, kereta api telah banyak berperan dalam
pengangkutan dan komunikasi baik itu muatan, barang, dan lainnya. Kereta api adalah salah
satu pilihan favorit masyarakat untuk pergi dari satu tempat ke tempat lainnya, termasuk di
Sumatera Selatan. Sumatera Selatan memiliki stasiun Kertapati sebagai salah satu aset
penunjang sistem jaringan rel yang ada di Sumatera Selatan.
Ditinjau dari tahun berdiri, tentunya kereta api memiliki umur yang beragam
mulai yang diproduksi tahun 1950, 1978, dst. Tentunya kereta api seperti ini, tidak terkecuali
pula kereta api yang masih baru penggunaannya, membutuhkan perawatan dan perlakuan
yang tepat untuk dapat berfungsi dengan baik. Perawatan yang baik dan tepat diperlukan
untuk mencegah kereta api dari kerusakan. Selain pencegahan dari kerusakan, tentunya akan
ada kereta api yang sudah tidak maksimal lagi fungsinya dikarenakan bagian fisik, rem,
maupun mesinnya yang mengalami gangguan.
Untuk mengatasi masalah-masalah seperti ini diperlukan suatu tempat khusus
untuk merawat dan memperbaiki kereta api dan bagian-bagiannya. Tempat perawatan yang
seharusnya dimiliki oleh setiap stasiun kereta api, yaitu dipo lokomotif. Oleh karena itu,
dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai dipo lokomotif.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah,
1. Apa yang dimaksud dengan dipo lokomotif?
2. Apa fungsi dipo lokomotif, terutama di stasiun Kertapati saat ini?
3. Bagaimana hubungan dipo lokomotif antara stasiun satu dengan yang lainnya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah,
1. Untuk mengetahui definisi dari dipo lokomotif
2. Untuk mengetahui, menguraikan, serta menginformasikan fungsi dipo lokomotif
terutama di stasiun Kertapati
3. Untuk mengetahui hubungan dipo lokomotif antara stasiun satu dengan yang
lainnya

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah bertambahnya
pengetahuan serta wawasan untuk mahasiswa dan masyarakat luas mengenai dipo
lokomotif, dan dengan bertambahnya wawasan mengenai dipo lokomotif yang
demikian dapat meningkatkan pemahaman, peran serta rasa peduli masyarakat
terhadap elemen-elemen dalam sistem Kereta Api sehingga dapat meningkatkan
kinerja Kereta Api Indonesia menjadi lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kereta Api


Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama
pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal
Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh
Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang
dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar
sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus
1867.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung,
yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang -
Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di
daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 -
1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km,
tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun 1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi
3.338 Km.
Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera
Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di
Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang
pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum
sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi
jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan
Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km.
Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901 Km raib,
yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma
untuk pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750
mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar
semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 Km, sedangkan jalan KA yang
dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 Km antara
Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro -
Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan
27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa,
perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya
bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamir-kan pada tanggal 17 Agustus 1945,
karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih
kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada
tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah
anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan
perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperbolehkan campur
tangan lagi urusan perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28
September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta
Api Republik Indonesia (DKARI).
(sumber: http://www.kereta-api.co.id/)

2.2 Standar Umur Kereta Api


2.3 Perawatan Kereta Api
2.4 Jaringan Dipo Lokomotif di Indonesia
Dipo Lokomotif di Pulau Jawa
Dipo-dipo lokomotif besar yang terdapat di pulau Jawa antara lain :
Nama Dipo Kode Tempat Kereta api yang Kereta api tamu yang
Dipo melayani melayani
Dipo JNG Daop I Bima, Sembrani, Argo Bromo Anggrek
Lokomotif Jakarta Gumarang, Kalimaya, (Daop 8 SB), Argo Lawu
Jatinegara Gaya Baru Malam (Daop 6 YK), Argo
Selatan, Patas Dwipangga (Daop 6 YK),
Purwakarta, Banten Argo Sindoro (Daop 4 SM),
Ekspres Argo Muria (Daop 4 SM),
Argo Jati (Daop 3 CN),
Argo Parahyangan (Daop 2
BD), Gajayana (Daop 8
SB), Taksaka (Daop 6 YK),
Bangunkarta (Daop 7 MN),
Sawunggalih Utama (Daop
5 PWT), Cirebon Ekspres
(Daop 3 CN), Purwojaya
(Daop 5 PWT), Menoreh
(Daop 4 SM), Bogowonto
(Daop 5 PWT), Gajah
Wong (Daop 6 YK),
Majapahit (Daop 8 SB),
Kutojaya Utara (Daop 5
PWT), Brantas (Daop 7
MN), Kertajaya (Daop 8
SB), Progo (Daop 6 YK),
Tawang Jaya (Daop 4 SM),
Tegal Arum (Daop 5 PWT),
Senja Bengawan (Daop 6
YK)
Dipo THB Daop I Langsam, Bumi Geulis
Lokomotif Jakarta
Tanah
Abang
Dipo BD Daop II Argo Wilis, Argo Turangga (Daop 8 SB),
Lokomotif Bandung Parahyangan, Lodaya, Kahuripan (Daop 7 MN),
Bandung Malabar, Mutiara Pasundan (Daop 8 SB)
Selatan, Baraya Geulis,
KRD Ekonomi
Bandung Raya, KRD
Patas Bandung Raya
Dipo CN Daop III Argo Jati, Cirebon
Lokomotif Cirebon Ekspres
Cirebon
Dipo SMC Daop IV Argo Muria, Argo
Lokomotif Semarang Sindoro, Fajar Utama
Semarang Semarang, Senja Utama
Poncol Semarang, Menoreh,
Harina, Rajawali,
Kaligung Mas, Blora
Jaya Ekspres, Tawang
Jaya, Tegal Arum,
Kaligung
Dipo PWT Daop V Purwojaya,
Lokomotif Purwokerto Sawunggalih Utama,
Purwokerto Logawa, Kutojaya
Utara, Serayu,
Bogowonto
Dipo KTA Daop V Sawunggalih Utama,
Lokomotif Purwokerto Kutojaya Utara,
Kutoarjo Bogowonto, Kutojaya
Selatan
Dipo YK Daop VI Argo Lawu, Argo Lodaya (Daop 2 BD),
Lokomotif Yogyakarta Dwipangga, Taksaka, Sancaka (Daop 8 SB), Sri
Yogyakarta Sancaka, Fajar Utama Tanjung (Daop 9 JR),
Yogya, Senja Utama Madiun Jaya Ekspres (Daop
Yogya, Senja Utama 7 MN)
Solo, Gajah Wong,
Progo, Senja
Bengawan, Prambanan
Ekspres, Sriwedari
Dipo MN Daop VII Bangunkarta, Brantas, Rapih Dhoho (Daop 8 SB),
Lokomotif Madiun Kahuripan, Madiun KRD Kertosono (Daop 8
Madiun Jaya Ekspres SB)
Dipo SDT Daop VIII Argo Bromo Anggrek, Argo Wilis (Daop 2 BD),
Lokomotif Surabaya Turangga, Sancaka, Bima (Daop 1 JAK),
Sidotopo Rajawali, Kertajaya, Sembrani (Daop 1 JAK),
Pasundan, Penataran, Gumarang (Daop 1 JAK),
Rapih Dhoho, Delta Gaya Baru Malam Selatan
Ekspres, Arek (Daop 1 JAK), Mutiara
Surokerto, Komuter Timur (Daop 9 JR), Mutiara
SULAM, Cepu Selatan (Daop 2 BD)
Ekspres, KRD Babat,
KRD Kertosono, KRD
Bojonegoro
Dipo ML Daop VIII Gajayana, Majapahit, Malabar (Daop 2 BD),
Lokomotif Surabaya Malioboro Ekspres, Tawang Alun(Daop 9 JR)
Malang Matarmaja, Penataran
Dipo JR Daop IX Mutiara Timur, Logawa (Daop 5 PWT)
Lokomotif Jember Probowangi,
Jember Pandanwangi, Sri
Tanjung, Tawang Alun

Ada pula beberapa dipo lokomotif kecil ataupun yang berstatus sub dipo di pulau Jawa antara
lain :

Nama Dipo Kode Dipo Tempat


Dipo Lokomotif Rangkasbitung RK Daop I Jakarta
Dipo Lokomotif Cibatu CBT Daop II Bandung
Dipo Lokomotif Banjar BJR Daop II Bandung
Dipo Lokomotif Tegal TG Daop IV Semarang
Dipo Lokomotif Cepu CU Daop IV Semarang
Dipo Lokomotif Ambarawa ARW Daop IV Semarang
Dipo Lokomotif Cilacap CP Daop V Purwokerto
Dipo Lokomotif Kertosono KTS Daop VII Madiun
Dipo Lokomotif Kediri KD Daop VII Madiun
Dipo Lokomotif Blitar BL Daop VIII Surabaya
Dipo Lokomotif Banyuwangi BW Daop IX Jember

Dipo Lokomotif di Pulau Sumatra

Nama Dipo Kode Dipo Tempat


Dipo Lokomotif Tanjung Karang TNK Divre III Sumatera Selatan
Dipo Lokomotif Kertapati KPT Divre III Sumatera Selatan
Dipo Lokomotif Padang PD Divre II Sumatera Barat
Dipo Lokomotif Medan MDN Divre I Sumatera Utara

Ada pula beberapa dipo lokomotif kecil ataupun yang berstatus sub dipo di pulau Sumatera
antara lain :

Nama Dipo Kode Dipo Tempat


Dipo Lokomotif Lubuklinggau LLG Divre III Sumatera Selatan
Dipo Lokomotif Lahat LT Divre III Sumatera Selatan
Dipo Lokomotif Prabumulih PBM Divre III Sumatera Selatan
Dipo Lokomotif Tarahan THN Divre III Sumatera Selatan
(Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Dipo_lokomotif#Dipo_Lokomotif_Kertapati_.28KPT.29)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis
kualitatif. Adapun pengertian dari metode deskriptif analisis kualitatif adalah suatu cara
penjaringan data yang kemudian diuraikan dan dianalisis, baik dengan menggunakan
sistematika perhitungan maupun kualitas data.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penulisan makalah ini dilaksanakan pada bulan November 2013 berdasarkan Kuliah
Lapangan Mata Kuliah Jalan Kereta Api ke lokasi Stasiun Kertapati, Sumatera Selatan, pada
tanggal 21 November 2013.

3.3 Populasi dan sampel


Teknik pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan teknik Purposive
Sampling, yaitu dengan memilih narasumber yang berkompeten dibidangnya untuk mendapat
sejumlah informasi yang berguna bagi pembuatan makalah.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik yang penulis gunakan untuk pengumpulan data dalam penilaian ini
adalah teknik wawancara, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung
kepada narasumber

3.5 Teknik Analisis Data


Data-data yang diperoleh dari wawancara didiskusikan, kemudian dianalisis secara
deskriptif dengan ditunjang oleh berbagai sumber sumber pustaka, penulusuran situs internet,
dan narasumber lain yang relevan. Selain itu, dari informasi yang diterima kemudian
dilakukan pengumpulan data pendukung, analisis serta penurutan masalah untuk
mendapatkan suatu pemecahan masalah yang akan dibahas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Definisi Dipo Lokomotif


Dipo lokomotif adalah tempat menyimpan, menyiapkan, melakukan pemeriksaan,
memelihara, dan perbaikan ringan agar lokomotif siap untuk melakukan tugasnya menarik
rangkaian kereta api. Untuk melakukan semua kegiatan itu, dipo dilengkapi dengan
bangunan, jalan rel khusus untuk pemeliharaan dan pencucian, gudang persediaan suku
cadang atau komponen, fasilitas pendukung, dan pegawai pengelola dipo.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Dipo_lokomotif)
Dipo lokomotif Kertapati (Dipo KPT) berlokasi di Stasiun Kertapati, Jl. Ki Merogan,
Palembang, Sumatera Selatan.Stasiun Kertapati berada di atas pertemuan Sungai Ogan dan Musi,
dan merupakan salah satu dari 2 stasiun ujung di Sumatera Selatan. Jalur kereta api dari stasiun ini
seluruhnya merupakan rel berukuran 1.067 mm yang termasuk sempit.
Di dipo lokomotif inilah terdapat lokomotif CC201 hidung miring, bentuknya seperti
CC203 dengan contoh CC201 86r, CC201111r, dan CC201137r. Di sini terdapat lokomotif-
lokomotif merah. Di sini pula terdapat armada KRD dan Railbus, serta memiliki KAIS
(Kereta Api Inspeksi). Namun, dipo ini tidak memiliki turn table. Beberapa lokomotif CC201
di Dipo Kertapati:
CC201: CC201 48
CC201 86r, CC201 87r, CC201 88r, Cc201 89r, CC201 90r, CC201 98 (ex dipo
lokomotif BD/Bandung), CC201 101(Ex dipo lokomotif BD/Bandung), CC201 102(Ex Dipo
JNG/Jatinegara), CC201111r, CC201113r, Cc201 122r, CC201134r, dan CC201137r.
BB203:BB203 02, BB203 05, BB203 06, BB203 08, dan BB20310 BB202:BB202 01,
BB202 03, BB202 04 (ber cat era PJKA), BB202 05, BB202 06, BB202 07, dan BB202 08
BB200:BB200 07(ber cat ala PJKA dan berdominisili di Balai Yasa Lahat)

4.2 Fungsi Dipo Lokomotif


Berdasarkan data dan pengamatan sewaktu kuliah lapangan di dipo lokomotif stasiun
Kertapati, kami mendapatkan pembahasan yaitu dipo lokomotif stasiun Kertapati dibagi
menjadi dua ruang, yaitu ruang maintenance harian dan maintenance bulanan. Maintenance
harian pada lokomotif berupa pengisian bahan bakar, pengecekan generator, pengecekan
mesin , pengecekan ruang kontrol dan lain lain sedangkan maintenance bulanan berupa
kerusakan berat pada lokomotif tersebut berupa kerusakan mesin, kerusakan generator,
kerusakan patah roda dan lain lain.

Maintenance bulanan terbagi menjadi beberapa jenis kerusakan yaitu :


- Maintenance 1 B
Maintenance 1 B adalah maintenance atau kerusakan yang memiliki waktu perbaikan
selama 1 bulan.
- Maintenance 3 B
Maintenance 3 B adalah maintenance atau kerusakan yang memiliki waktu perbaikan
selama 3 bulan.
- Maintenance 6 B
Maintenance 6 B adalah maintenance atau kerusakan yang memiliki waktu perbaikan
selama 6 bulan.
- Maintenance 12 B
Maintenance 12 B adalah maintenance atau kerusakan yang memiliki waktu
perbaikan selama 12 bulan.

Contoh maintenance bulanan yang kami amati sewaktu kuliah lapangan adalah
maintenanance 3 B dengan kasus kerusakannya yaitu terjadinya patahan pada as roda
sehingga dilakukan pengangkatan pada as roda yang mengalami patahan lalu diganti dengan
as yang baru lalu dilakukan perakitan ulang kembali.
Sedangkan contoh maintenance harian yang kami amati sewaktu kuliah lapangan
adalah maintenance pengisian bahan bakar dan pengecekan generator utama dan generator
cadangan pada lokomotif. Apabila maintenance sudah selesai dan lokomotif sudah siap,
lokomotif keluar dari dipo dan siap untuk digunakan.

4.3 Hubungan Antar Dipo Lokomotif


Dipo lokomotif di suatu daerah operasi tidak hanya merawat lokomotif milik dipo
tersebut, namun juga merawat lokomotif milik dipo lain. Hampir di setiap daerah operasi,
setidaknya ada satu dipo lokomotif induk yang memiliki lokomotif-lokomotif besar, seperti
lokomotif CC201, CC203, bahkan CC204. Tidak hanya lokomotif besar ataupun baru yang
ada. Bahkan beberapa dipo lokomotif memiliki lokomotif langka dan lokomotif tua. Seperti
di Dipo Lokomotif Cirebon yang memiliki lokomotif CC200. Tidak hanya lokomotif yang
lengkap, tetapi fasilitas-fasilitas penunjang yang lengkap pula, seperti turn table yang
berfungsi untuk memutar lokomotif. Ada pula dipo lokomotif yang memiliki kereta derek
(crane) yang suatu saat dibutuhkan jika terjadi PLH (peristiwa luar biasa hebat). Dipo
lokomotif ini tersebar di pulau Jawa maupun di pulau Sumatra.
Dipo KPT merupakan salah satu dipo induk tempat perawatan lokomotif stasiun
provinsi lainnya yang dekat dengan Sumatera Selatan, seperti dari stasiun Lampung dan
Jambi. Sebaliknya kereta dari stasiun Kertapati yang mengalami gangguan dan membutuhkan
perawatan dan sedang berada di daerah Lampung, maka dapat dilokasikan ke Dipo lokomotif
provinsi Lampung.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dipo lokomotif adalah tempat pemeriksaan, perawatan, dan semua hal yang
berhubungan dengan kegiatan yang menunjang beroperasinya suatu lokomotif ataupun
gerbong dalam suatu stasiun. Dipo lokomotif Kertapati sesuai fungsinya telah berfungsi
dengan cukup dengan melakukan maintenance per jangka waktu yang beragam, sehingga
lokomotif lebih terjaga kondisi teknisnya. Dipo lokomotif Kertapati juga memiliki koneksi
yang berkesinambungan dengan dipo-dipo stasiun lainnya, terutama dipo lokomotif
Lampung.

5.2 Saran
Secara keseluruhan Dipo Lokomotif Kertapati (Dipo KPT) telah berfungsi
sebagaimana mestinya, akan lebih baik jika faktor keselamatan dan keamanan pekerjanya
ditingkatkan karena rawan kecelakaan (lantai yang licin karena oli, tempat bekerja yang
bising dan tinggi). Selain itu lebih menggiatkan penyebaran informasi mengenai Dipo
lokomotif kepada masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai