BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
b) Pemeriksaan Fisik
Look
Evaluate
jari
15
Mallampati
mulut yang didasarkan pada visibilitas dasar uvula, pilar faucial. Penilaian
mallampati ideal dilakukan saat pasien duduk dengan mulut terbuka dan
Obstruction
akan membuat laringoskopi dan ventilasi menjadi sulit. Kondisi seperti itu
Neck Mobility
arah langit-langit. Pasien yang menggunakan hard collar neck sangat jelas
d) Pemeriksaan Laboratorium
Tape : Plester
Introducer : Stilet
isofluran, desfluran, sevofluran, dan xenon. Obat obat anestesi yang lain
ditinggalkan, karena efek sampingnya yang tidak dikehendaki. Misalnya,
eter mudah terbakar dan meledak, menyebabkan sekresi bronkus
berlebihan, mual dan muntah, kerusakan hati, dan baunya yang sangat
merangsang. Kloroform menyebabkan aritmia dan kerusakan hati.
Metoksifluran menyebabkan kerusakan hati, toksik terhadap ginjal, dan
mudah terbakar.
b. Anestesi Injeksi
Anestesi umum injeksi merupakan metode anestesi umum yang dilakukan
dengan cara menyuntikkan agen anestesi langsung melalui muskulus atau
pembuluh darah vena. Anestesi injeksi yang baik memiliki sifat-sifat
tidak mengiritasi jaringan, tidak menimbulkan rasa nyeri pada saat
diinjeksikan, cepat diabsorsi, waktu induksi, durasi, dan masa pulih dari
anestesi berjalan mulus, tidak ada tremor otot, memiliki indeks terapeutik
tinggi, tidak bersifat toksik, mempunyai pengaruh minimal terhadap
organ tubuh terutama saluran pernapasan dan kardiovaskular, cepat
dimetabolisme, tidak bersifat akumulatif, dapat dikombinasikan dengan
obat lain seperti relaksan otot, analgesik, dan sudah diketahui antidotnya.
18
10. Operasi yang memerlukan relaksasi otot seperti operasi perut dan
ortopedi, teknik anestesi dengan napas spontan ini tidaklah cukup
dikarenakan otot pasien harus lemah selama pembedahan.
11. Jika memakai teknik napas spontan, maka akan diperlukan obat
anestesi banyak yang dapat mendepresi pernapasan dan jantung
sehingga untuk mencegah hal tersebut, akan lebih baik menggunakan
teknik napas kendali dengan memberikan obat pelemas otot jangka
panjang agar dapat dicapainya relaksasi otot yang baik tanpa
menggunakan obat anestesi yang banyak dan juga untuk
menghindarkan anestesi yang terlalu dalam.
3. Teknik anestesi dengan menggunakan ETT nafas terkendali
Indikasi teknik ini dilakukan pada operasi:
1. Kraniotomi
2. Torakotomi
3. Laparotomi
4. Operasi dengan posisi khusus, seperti: miring (operasi ginjal),
tengkuran (operasi tulang belakang)
5. Operasi yang berlangsung lama (>1 jam)
Tatalaksana:
1. Teknik anestesi maupun intubasi sama dengan teknik yang
dijabarkan di penggunaan ETT.
2. Sesudah pengaruh suksinil kolin mulai habis, kemudian diberikan
obat pelumpuh otot jangka panjang misalnya alkuronium dosis 0.1-0.2
mg/kgBB.
3. Napas lalu dikendalikan dengan menggunakan respirator ataupun
secara manual. Apabila menggunakan respirator, maka setiap inspirasi
diusahakan ± 10 ml/kgBB dengan frekuensi 10 – 14 kali per menit. Jika
nafas dikendalikan secara manual maka harus diperhatikan pergerakan
dada kanan kiri yang simetris. Kemudian konsentrasi halotan sedikit
demi sedikit dikurangi dan dipertahankan dengan 0.5-1 %.
4. Obat pelumpuh otot dapat diulang lagi dengan 1/3 dosis jika pasien
sudah terlihat ada usaha untuk mulai bernafas sendiri.
22
5. Halotan dapat dihentikan jika lapisan fasi kulit sudah terjahit. N2O
dihentikan apabila lapisan kulit mulai dijahit.
6. Ekstubasi dapat dilakukan apabila nafas spontan telah normal
kembali. O2 diberikan secara terus-menerus selama 2-3 menit untuk
mencegah terjadinya hipoksia difusi.
7. Jika napas sesudah ditunggu beberapa menit masih lemah, dapat
diberikan obat anti pelumpuh otot non depolarisasi sebelum di ekstubasi
yang terdiri dari kombinasi obat atropine 2 ampul (2 x 0,25 mg) dengan
prostigmin 2 ampul (2 x 0,5 mg). Kombinasi obat ini akan
menghilangkan sisa efek obat pelumpuh otot.
3.5 Premedikasi
Premedikasi adalah pemberiaan obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari
anesthesia, diantaranya:
1. Menghilangkan kecemasan dan ketakutan
2. Mengurangi sekresi
3. Memperkuat efek hipnotik dari agen anastesia umum (sedasi)
4. Mengurangi mual dan muntah pasca operasi
5. Menimbulkan amnesia
6. Mengurangi volume dan meningkatkan keasaman isi lambung
7. Menghindari terjadinya vagal reflex
8. Membatasi respon simpatoadrenal
Rumatan Anastesia
Rumatan anesthesia dapat dilakukan secara :
1. Intravena (TIVA)
2. Inhalasi
3. Campuran intravena dan inhalasi
Rumatan anesthesia biasanya mengacu trias anesthesia yaitu tidur
ringan (hypnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar
pasien selama bedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik
yang cukup. Anestesia inhalasi yang umum digunakan, yaitu :
N2O
Halotan
Enfluran
Isofluran
Sevofluran
27
N2O
N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide) dalam ruangan berbentuk gas
tak berwarna, bau manis, tidakiritasi, tidak terbakarm beratnya 1,5 kali berat
udara. Pemberian anesthesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas
ini bersifat anestetik lemah tetapi analgesia kuat, sehingga sering digunakan
untuk mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anesthesia inhalasi jarang
digunakan sendiri, tetapi dikombinasikan dengan salah satu cairan anestetik
lainnya seperti halotan dan sebagainya. Pada akhir anesthesia setelah N2O
dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi
pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk mengatasinya diberikan
O2 100% selama 5-10 menit.
Waktu awitan : inhalasi 2-5 menit
Absorpsi : cepat melalui paru
Metabolisme : tubuh <0,004%
Ekskresi : exhalasi
Efek samping :
Kardiovaskular : hipotensi
Gastrointestinal : mual dan muntah
Respiratori : apnea
Sistem saraf pusat : sakit kepala, pusing, eksitasi sistem saraf pusat
Isofluran
Isofluran adalah agent inhalasi yang sering digunakan di klinik. Koefisien
partisi gas/darah isofluran adalah 1,4. Ini lebih kecil dibanding agent inhalasi
lainnya, kecuali desfluran 0,42 dan sevofluran 0,6–0,7, memungkinkan
peningkatan konsentrasi isofluran di alveolar terjadi lebih cepat. Penelitian
oleh Frink dkk, pasien yang dianestesi dengan isofluran kurang dari 1 jam,
dapat membuka mata dengan perintah kira – kira 7 menit setelah anestesi
dihentikan. Pemberian yang lebih lama , yaitu selama 5 – 6 jam, munculnya
respon dengan perintah relatif cepat, kira – kira 11 menit setelah isofluran
dihentikan.
28
MAC isofluran berkisar 1,2. Induksi dengan isofluran relatif cepat tetapi
isofluran dapat mengiritasi jalan nafas bila digunakan pada awal induksi
dengan masker pada konsentrasi tinggi. Induksi lambat direkomendasikan
untuk mengurangi efek iritatif saluran nafas dan untuk menghindari tahan
nafas dan batuk. Dalam praktek barbiturat aksi pendek biasanya diberikan
untuk memfasilitasi proses tersebut. Komplikasi respirasi sangat nyata pada
bayi. Friesen dan Lichtor menyatakan bahwa induksi isofluran, dengan
konsentrasi inspirasi sampai 3,5 % menyebabkan tingginya frekuensi spasme
laring dan batuk yang tidak diinginkan. Pada bayi, induksi isofluran
menyebabkan penurunan bermakna pada laju jantung, tekanan darah sistolik,
dan tekanan arteri rata–rata. Premedikasi atropin dapat mengurangi bradikardi.
Sevofluran
Sevofluran merupakan fluorinasi methyl isoprophyl ether. Tekanan
penguapannya menyerupai halotan dan isofluran. Koofisien partisi darah/gas
0,69, menyerupai desfluran termasuk dalam hal induksi anestesi dan pulih
sadar setelah pemberian dihentikan. Rendahnya kelarutan darah/gas dan
kenyamanan pemakaian sevofluran, membuat agent ini jadi pilihan utama
untuk induksi inhalasi cepat dengan recovery yang cepat.. Sevofluran
mungkin paling tidak iritasi pada saluran nafas dibanding agent inhalasi lain
yang dipakai saat ini.
MAC ( Minimal Alveolar Concentration ) adalah konsentrasi agent
inhalasi minimal yang dapat mencegah gerakan pada 50% pasien terhadap
respon stimulus standar ( irisan operasi pertama ). MAC sevofluran pada
manusia berkisar 1,7-2,05. Bila diberikan dalam 64% N2O-O2, MAC
menjadi 0,66%, yang menandakan efek N2O bersifat aditif terhadap
sevofluran. Single breath induction sevofluran dengan 4-8% dalam 50%
N2O-O2 dapat terjadi dalam 1-3 menit.3 Kelarutan sevofluran jaringan yang
rendah menimbulkan eliminasi yang cepat sehingga terjaga cepat. Depresi
ventilasi mencerminkan efek depresi langsung terhadap pusat ventilasi
medulla dan kemungkinan efek perifer terhadap otot interkostal. Relaksasi
29
otot polos bronkus dapat timbul melalui efek langsung atau secara tidak
langsung melalui reduksi lalu lintas saraf aferen atau depresi secara sentral.