1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dengan tekanan sistolik diatas 140mmHg dengan tekanan darah diastolik
diatas 90mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik > 160mmHg atau tekanan diastolik >90 mmHg (Brunner &
Sudarth, 2001). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika sesorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
angka kesakitan (Morbiditas) dan angka kematian (Mortalitas)
(Kushariyadi, 2008).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
persisten pada pembuluh darah arteri, dimana tekanan darah sistolik sama
dengan atau diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic sama dengan diatas
90 mmHg (Le Mone, Burke & Bauldoff, 2013; World Health Organization
[WHO], 2013).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) ukuran tekanan darah normal
(normotensi) orang dewasa berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah dalam
kehidupan bervariasi secara alami, seperti pada bayi dan anak-anak secara
normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dibanding dengan
orang dewasa.
Borderline hypertension atau prehipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah yang ringan, pada beberapa waktu lebih tinggi
dari 140/90 mm Hg, dan lebih rendah dari itu pada waktu-waktu lainnya.
Pasien-pasien dengan borderline hypertension perlu mendapat pengukuran
tekanan darahnya pada beberapa kesempatan-kesempatan dan kerusakan
akhir organ diperiksa guna menetapkan apakah hipertensinya signifikan
(Hurts, 2011).
2. Etiologi Hipertensi
Hipertensi pada umumnya tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau
peningkatan resistensi perifer. Akan tetapi ada beberapa faktor yang dapat
memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik
Yaitu respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transpor
Na.
b. Obesitas
Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat
c. Stres karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arteriosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah disebabkan karena
terjadinya perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah
menghilang karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi (Aspiani, 2014).
3. Klasifikasi
Join Nation Comitten on Detection Evolution and Treatment of
High Blood Pressure, badan peneliti hipertensi di Amerika Serikat,
menentukan batasan tekanan darah yang berbeda.
Pada laporan 1993, dikenal dengan sebutan JPC-V, tekanan darah pada
orang dewasa berusia 18 tahun diklasifikasikan:
No. Kriteria Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
1. Normal <130 <85
2. Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
3. Hipertensi
Derajat 1: Ringan 140-159 90-99
Derajat 2: Sedang 160-179 100-109
Derajat 3: Berat 180-209 110-119
Derajat 4: Sangat berat >210 >120
Jenis Hipertensi
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang
aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
Adapun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:
a) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Faktor yang mempengaruhinya adalah:
1) Faktor keturunan, dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan, yang mempengaruhinya adalah umur (jika umur
bertambahmaka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria
lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih).
b) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu
contohhipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renal, yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongental atau akibat ateroskerosis. Stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan
darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintetis andosteron
dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat, tekanan darah
akan kembali normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain feokromositoma
yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung, volume sukuncup dan juga
penyakit Cushing. Hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral
juga dianggap sebagai hipertensi sekunder (Aspiani, 2014).
4. Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi belum diketahui. Sejumlah kecil klien
antara2-5% memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Namun masih belum ada penyebab tunggal
yang dapat diidentifikasi. Kondisi inilah disebut sebagai “hipertensi
esensial”. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan
tekanan darah normal,yang kemudian berperan dalam terjadinya hipertensi
esensial. Penyebab hipertensi primer tidak diketahui,meskipun telah banyak
penyebab yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini memungkin banyak factor:
a) Arteriosklerosis
b) Meningkatnya pemasukan sodium
c) Baroreseptor
d) Renin Secretion
e) Renal exoretion dari sodium dan air
f) Faktor genetic dan lingkungan
Faktor Predisposisi
Memperkuat
Vasokonstriksi pembuluh darah
Pelepasan renin
Hipertensi
Kerusakan vaskuler
Sistemik Koroner
Sistemik Koroner
Diagnosa Keperawatan
: Nyeri akut dan
Nyeri kepala Vasokontriksi intoleransi aktivitas
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Peningkatan
: Penurunan curah
keperawatan : afterload
jantung
Nyeri akut
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan factor risiko dilakukan dengan cara pengobatan
setara non – farmakologis, antara lain :
a) Pengaturan diet
Diet dan pola hidup sehat dan/atau dengan obat – obatan yang
menuunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
hipertrofi ventrike kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan garam dapat
mengurangi stimulasi sistem rennin – angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50 – 100 mmol atau setara dengan 3- 6 gram garam per
hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitrat pada dinding vaskuler.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas,pada sebagian orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurngi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa
studi menunjukan bahwa obesitasberhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan ( 1 kg/ minggu) sangat dianjurkan. Penurunan
berat badan dengan menggunakan obat – obatan perlu menjadi
perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang
mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah, memperburukangina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.
c) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama
30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga dapatmeningkatkan kadar HDL,
yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
d) Memperbaiki gaya hidup yang tidak sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organdan dapat
meningkatkan kerja jantung.
Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi
adalah sebagai berikut :
a) Terapi oksigen
b) Pemantauan hemodinamik
c) Pemantauan jantung
d) Obat – obatan :
1) Diuretik : Chorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone,
Dyrenium. Diuretik bekerja melalui berbgi mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebai diuretic (tiazid)
juga dapat menurunkan TPR.
2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos
jantung atau arteri dengan mengintervensi influx kalsium
bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung,
sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsium
memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam menurunkan
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan TPR.
3) Pengambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung
dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan
menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya meningkatkan
pengeluaran natrium pada urin kemudian menurunkan volume
plasma dan cura jantung. Inhibitor ACE juga menurunkan
tekanan darah dengan efek bradikinin yang memanjang, yang
normalnya memecah enzim. Inhibator ACE dikontradikasi untuk
kehamilan.
4) Antagonis (penyekat) respetor beta, terutama penyekat selektif,
bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan
kecepatan jantung dan curah jantung.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Dara perier lengkap
4) Kimia darah ( kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa )
b) EKG
1) Hipertropi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c) Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vaskuler ginjal
8. Pencegahan hipertensi
Pencegahan hipertensi dapat Anda lakukan dengan melakukan beberapa hal
berikut :
a) Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat (Sayur dan buah).
b) Mengurangi konsumsi garam, alkohol, dan makanan yang berlemak
tinggi.
c) Mengurangi berat badan, istirahat yang cukup.
d) Lakukan pengecekan tekanan darah secara rutin.
e) Mengubah pola hidup menjadi pola hidup yang lebih sehat maka
penggunaan obat–obatan dapat diminmalkan bahkan penderita
hipertensi dapat hidup tanpa konsumsi obat hanya dengan perubahan
pola hidup.
f) Menghabiskan waktu selama 30 sampai 40 menit untuk berolahraga
sebanyak 2–3 kali seminggu. Perbanyak $alan kaki daripada
mengemudi atau menggunakan kendaraan.
g) Hindari konsumsi makanan berminyak, bergaram, dan bergula tinggi
konsumsi makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang.
h) Mengolah makanan dengan cara merebus atau memanggang. Kalau pun
harus digoreng gunakanlah minyak zaitun.
i) Hentikan kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
j) Bebaskan pikiran Anda dari stres dan tekanan pikiran buruk lainnya
istirahat 5–10 menit di tengah rutinitas Minum air 7–8 gelas setiap hari.
k) Tidur cukup di malam hari selama 7–8 jam.
B. Asuhan Keperawatan Hipertensi
1. Pengkajian
Menurut (Gaffar,1999) langkah awal dalam proses keperawatan
adalah pengkajian. Pengkajian memiliki tujuan yaitu mengumpulkan data,
mengelompokan data, dan menganalisa data, sehingga dapat disimpulkan
menjadi diagnosa keperawatan. Pada pengkajian, data yang cermat tentang
pasien dan keluarga didapatkan data melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan.
a. Biodata
1) Biodata Pasien, meliputi : Nama pasien, usia, jenis kelamin
pendidikan, agama, pekerjaan , suku bangsa, status perkawinan, dan
alamat.
2) Biodata Penanggung Jawab, meliputi : nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan, dan sumber biaya.
c. Data psikologis
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stres
multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, menghela napas,
peningkatan pola bicara (Doenges,2000).
d. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
Takipnea (Doenges,2000).
e. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Doenges,2000) dalam Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Kardiovaskuler : Aplikasi NIC & NOC :
1) Sistem pernafasan
Gejala : dispnea, takipnea, riwayat merokok, batuk
dengan/tanpa sputum.
Tanda : distress respirasi, bunyi nafas tambahan, sianosis.
2) Sistem kardiovaskuler
Gejala : riwayat hipertensi, arteriosklerosis, penyakit
jantung koroner/katup dan penyakit
serebrovaskuler. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan tekanan darah, hipotensi postural,
takikardi, bunyi jantung s4, edema perifer pada
tahap lanjut, pengisian kapiler lambat, pucat,
sianosis, diaforesis, dan kemerahan
(feokromositoma).
3) Sistem pencernaan
Massa abdomen berdenyut menunjukan adanya aneurisme
abdomen dan bising pada aorta abdomen serta arteri femoralis
atau karotis. Selain itu hipertensi menyebabkan mual,muntah, dan
perubahan berat badan saat ini (meningkat/turun), dengan
ditandai dengan berat badan normal atau obesitas.
4) Sistem persarafan
Gejala :
keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksiptal
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam.
Gangguan penglihatan (diplopia, penghilahatan kabur,
epitaksis)
Tanda :
Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses pikir.
Penurunan kekuatan genggaman tangan.
5) Sistem Perkemihan
Gangguan ginjal saat ini (sepert obstruksi) atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu. Riwayat penggunaan diuretik dengan
tanda adanya glikosuria.
6) Sistem Muskuloskeletal
Nyeri tulang timbul pada tungkai.
7) Sistem integumen
Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer), adanya
edema.
8) Sistem endokrin
Ada tidaknya sindrom cushing.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral, ditandai dengan
- DO : merintih, perubahan tekanan darah
- DS : Mengeluh sakit kepala
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan
- DO : Pucat, sianosis, frekuensi jantung dan tekanan
darah tidak normal
- DS : mengeluh sesak saat aktivitas dan mengeluh
kelelahan
c. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload,vasokonstriksi,hipertrofi ventrikel atau
rigriditas ventrikuler iskemia miokard. , ditandai dengan
- DO : Kulit dingin dan berkeringat, denyut perifer
menurun.
- DS : mengeluh sesak dan mengeluh sering kencing
(oliguria)
3. Intervensi keperawatan
E. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir yang diharapkan untuk pasien, yaitu meliputi :
1. Menpertahankan perfusi jaringan yang adekuat
2. Mematuhi program perawatan diri
3. Tidak mengalami komplikasi
(Smeltzer, 2010 : 314)
DAFTAR PUSTAKA
Nurafif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Medi
Action.
https://edoc.site/lp-hipertensi-menurut-nanda-pdf-free-html
https://scrib.com/