Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan
kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm)
yaitu 36 – 40 minggu. Bayi baru lahir normal harus menjalani proses
adaptasi dari kehidupan di dalam rahim (intrauterine) ke kehidupan
di luar rahim (ekstrauterin).
Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir
sangat penting sebagai dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan
lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang
menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada
bayi baru lahir normal. Penatalaksanaan dan mengenali kondisi
kesehatan bayi baru lahir resiko tinggi yang mana memerlukan
pelayanan rujukan/ tindakan lanjut.
Sebagai seorang tenaga kesehatan, bidan harus mampu
memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi
baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan
kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi
dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri
secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen
melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi
per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup,
mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.

3
Oleh karena itu, kami memutuskan untuk membuat makalah
ini guna mengetahui lebih lanjut tentang perubahan anatomi dan
fisiologi bayi baru lahir dari intrauterine ke ekstrauterine.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka terdapat


rumusan masalah sebagai berikut:
 Apakah yang dimaksud dengan adaptasi bayi baru lahir dari
intrauterine ke ekstrauterine?
 Apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada fetus dari
intrauterin ke ekstrauterin?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan


dari penulisan makalah ini adalah:
 Untuk memahami apa itu adaptasi fisiologis bayi baru lahir dari
intrauterin ke ekstrauterin.
 Untuk mengetahui apa saja perubahan fisiologis yang terjadi
pada fetus dari intrauterin ke ekstrauterin.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.1.1 Perkembangan Sistem Organ Fetus


Sekitar 1 bulan setelah fertilisasi ovum, semua organ fetus
telah terbentuk sebagian (minimal) dan selama dua tiga bulan
keempat organ-organ fetus sama dengan organ neonatus.
Perkembangan struktur organ yang lebih kecil (struktur sel)
lebih baik dan memerlukan lima bulan kehamilan sisanya
untuk menyempurnakan perkembangan. Bahkan ketika lahir,
beberapa struktur tertentu (sistem saraf,ginjal,dan hati) belum
sempurna.

2.1.2 Adaptasi neonatal (bayi baru lahir)


Proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di
dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus kekehidupan di luar uterus.
Kemampuan adaptasi fisiologis ini di sebut juga homeostasis.
Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula
berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan ibu)
yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (Oksigen
dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu)
yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhinya.

5
2.2 Perbedaan lingkungan fisik intrauterine ke ekstrauterine

Intrauterine Ekstrauterine
1. Lingkungan Cairan Udara
fisik
2. Suhu Luar Pada umumnya tetap Berubah-ubah
3. Simulasi Terutama kinestetik Bermacam-macam
sensoris atau vibrasi stimulli
4. Gizi Tergantung zat gizi Tergantung
yang terdapat dalam tersedianya bahan
darah ibu makanan dan
kemampuan saluran
cerna
5. Penyediaan Berasal dari ibu ke Berasal dari paru-
oksigen janin melalui paru ke pembuluh
plasenta darah paru-paru
6. Pengeluaran Dikeluarkan ke Dikeluarkan melalui
hasil metabolisme sistem peredaran paru-paru, kulit,
darah ibu ginjal, dan saluran
pencernaan

2.3 Perubahan anatomis, fisiologis dan adaptasi pada bayi baru lahir

2.3.1 Perubahan sistem pernapasan


Sistem pernafasan adalah sistem yang paling
tertantang ketika perubahan dari lingkungan intrauterine ke
lingkungan ekstrauterine, bayi baru lahir harus segera mulai
bernafas begitu lahir ke dunia. Organ yang bertanggung
jawab untuk oksigenasi janin sebelum bayi lahir adalah
plasenta. Janin mengembangkan otot-otot yang diperlukan
untuk bernafas dan menunjukkan gerakan bernafas sepanjang
trimester kedua dan ketiga. Alveoli berkembang sepanjang
gestasi, begitu juga dengan kemampuan janin untuk
menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi
tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara udara-

6
alveoli. Ruang interstitial sangat tipis sehingga
memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli
untuk pertukaran udara.
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari
pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali
membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II
dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot – otot pernapasan
dan kemampuan diafragma untuk bergerak, secara langsung
mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi
yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas
sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antar-oksigen,
karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi
napas pada bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali
permenit dengan rentang 30 – 60 kali permenit (pernapasan
diafragma dan abdomen) apabila frekuensi secara konsisten
lebih dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping hidung,
suara dengkur atau retraksi dinding dada, jelas merupakan
respon abnormal pada 2 jam setelah kelahiran.

7
Beberapa perubahan fisiologis pada transisi fetal neonatal
antara lain adalah:
a. Sebelum lahir, paru terisi cairan dan oksigen yang
dipasok oleh plasenta. Pembuluh darah yang memasok
dan mengaliri paru mengalami kontraksi sehingga
sebagian besar darah dari sisi kanan jantung melewati
paru dan mengalir melalui duktus arteriosus menuju aorta
b. Sesaat sebelum lahir dan selama persalinan, produksi
cairan paru berkurang.
c. Selama menuruni jalan lahir, dada bayi tertekan dan
sejumlah cairan paru keluar melalui trakea.
d. Sejumlah rangsangan (stimulus) baik yang bersifat
termal, kimiawi, maupun taktil memulai terjadinya
pernafasan.
e. Tarikan nafas pertama biasanya terjadi dalam beberapa
detik pascalahir. Tekanan intratoraks yang tinggi
diperlukan untuk mencapai hal ini. sebagian besar cairan
paru terserap ke dalam aliran darah atau limfatik dalam
beberapa menit setelah lahir.
f. Pengisian udara ke dalam paru disertai dengan
peningkatan tegangan oksigen arterial, aliran darah arteri
pulmonalis meningkat dan resistensi vaskuler pulmonal
kemudian turun.
g. Penjepitan tali pusat menghilangkan sirkulasi plasenta
yang memiliki resistensi rendah. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer dan
peningkatan tekanan darah sistemik.
h. Terdapat penutupan fungsional duktus arteriosus akibat
penurunan resistensi vaskular pulmonal dan peningkatan
resistensi vaskular sistemik.

8
Mekanisme Adaptasi Pernafasan Bayi Baru Lahir
Sistem Intrauterine Ekstrauterine
Pernafasan Belum berfungsi Berfungsi
volunter
Alveoli Kolaps Berkembang
Vaskularisasi Belum aktif Aktif
paru
Resistensi paru Tinggi Rendah
Intake oksigen Dari plasenta ibu Dari paru bayi
sendiri
Pengeluaran CO2 Di plasenta Di paru
Sirkulasi paru Tidak Berkembang
berkembang banyak

2.3.2 Perubahan sistem sirkulasi


Struktur anatomi khas sirkulasi fetal, paru tidak
berfungsi selama kehidupan fetal dan hati hanya berfungsi
sebagaian, maka tidak perlu bagi jantung fetus untuk
memompa banyak darah baik melalui paru atau hati.
Sebaliknya jatung fetus harus memompa darah dalam jumlah
yang besar melalui plasenta. Oleh karena itu, susunan
anatomi sistem sirkulasi fetal bekerja sangat berbeda dengan
sistem sirkulasi orang dewasa.
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh
guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat
sirkulasi yang baik,kehidupan diluar rahim harus terjadi 2
perubahan besar:
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.

9
b. Perubahan duktus anteriosus antara paru-paru dan
aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan
tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan
cara mengurangi/ meningkatkan resistensinya, sehingga
mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang merubah tekanan
dalam sistem pembuluh darah:
a. Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh
sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun,
tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran
darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan
oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani
proses oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada
pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan
pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh
darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan
pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium
kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen kanan
ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen avali secara
fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri
hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam
beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem.
Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

10
Sirkulasi darah fetus

 Vena umbilicus: membawa darah yang telah


mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan
dalam hepar.
 Ductus venosus: meninggalkan vena umbilicus
sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian
besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke
dalam vena cava inferior.
 Foramen ovale: merupakan lubang yang
memungkinkan darah lewat atrium dekstra ke dalam
ventriculus sinistra.
 Ductus arteriousus: merupakan bypass yang
terbentang dari ventriculus dexter dan aorta
desendens.
 Arteri hypogastrica: dua pembuluh darah yang
mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada
feniculus umbilicus, arteri ini dikenal sebagai arteri
umbilicalis, arteri ini dikenal sebagai arteri
umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut
dikenal sebagai arteri hypogaastica.

Sistem sirkulasi fetus

 Vena umbulicalis: membawa darah yang kaya


oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar.
Vena hepatica meninggalkan hepar dan
mengambalikan darah ke vena cava inferior.
 Ductus venosus: adalah cabang-cabang dari vena
umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah

11
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava
inferior.
 Vena cava inferior: mengembalikan darah dari kepala
dan ekstermitas superior ke atrium dextrum. Darah ini
bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava
inferior melewati vulvula tricuspidalis masuk ke
dalam venriculus dexter.
 Arteri pulmonalis: mengalirakan darah campuran ke
paru-paru yang nonfungsional masuk ke dalam
venriculus dexter.
 Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian besar darah
dari vena venticulus dexter ke dalam aorta
descendens untuk memasok darah bagiabdomen,
pelvis dan ekstermitas inferior.
 Arteri hypogastrica: merupakan lanjutan dari arteria
illiaca interna,membawa darah kembali ke plasenta
dengan mengandung lebih banyak oksigen dan
nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.

Sirkulasi darah janin

Darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal


dari plasenta melalui vena umbilicalis masuk ke dalam tubuh
janin. Sebagian besar darah tersebut melewati duktus
venosus arantii mengalir ke vena kava inferior. Dalam atrium
dekstra sebgaian darah akan mengalir ke atrium sinistra
malalui foramen ovale, dar atrium sinistra darah mengalir ke
ventrikel krir kemudian ke aorta.
Sebagian kecil darah dari atrium kanan mengalir ke
ventrikal kanan bersama dengan darah yang berasal dari vena
kava superior. Karena terdapat tekanan pada paru-paru yang

12
belum berkembang maka darah yang seharusnya dari
ventrikal kanan melalui arteri pulmonalis ke paru-paru akan
mengalir ke aorta melalui duktus botalli. Sebagian kecil akan
ke paru-paru, selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena
pulmonalis. Darah dari aorta akan mengalir ke seluruh tubuh.
Darh hasil sisa pembengkakandialirkan ke plasenta dengan 2
arteri umbilikalis.
Ketika janin lahir, bayi akan menangis kuat dan
menghirup udara maka paru-paru akan berkembang, tekanan
dalam paru-paru akan mengecil dan seolah darah terhisap ke
paru-paru maka duktus batolli tidak berfungsi lagi. Karena
tekanan dalam atrium kiri meningkat, foramen ovale akan
ertutup, dan akibat tali pusat dipotong dan diikat maka arteri
umbilikalis dan duktus venosus arentii mengalami obiliterasi.

Perubahan pada saat lahir

 Penghentian pasokan darah dari plasenta


 Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
 Penutup foramen ovale
 Fibrosis
 Vena umbilicalis
 Ductus venosus
 Arteri hypogastrica
 Ductus arteriosus

Perbedaan sirkulasi fetus dan sirkulasi neonatal

No Perbedaan Sirkulasi fetus Sirkulasi neonatal

13
Sirkulasi Aktif, kurang Aktif,perkembangan
1 fulmonal berkembang meningkat

Foramen
2 ovale Terbuka Tertutup

Duktus
arteriosus
3 bottali Terbuka Tertutup

Duktus
venosus
4 arantii Terbuka Tertutup

Aktif dengan
Sirkulasi Aktif dengan meningkatnya
5 sistemik resisten rendah resisten

2.3.3 Perubahan sistem hematologi

Pada janin, tekanan oksigen rendah. Untuk


mengkompensasi hal ini, hemoglobin fetal (Hb F) memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi dan Hb F ini memiliki afinitas
terhadap oksigen yang lebih tinggi dibandingkan dengan
hemoglobin dewasa (Hb A). Oleh karena itu, saat lahir
konsentrasi Hb jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saat
dewasa. Hb juga dipengaruhi oleh waktu penjepitan tali pusat
pada saat lahir dan posisi bayi relatif terhadap plasenta. Jika
tali pusat langsung dijepit, Hb akan lebih rendah jika
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan transfuse

14
plasental akibat penjepitan yang terlambat dan dengan bayi
diletakkan lebih rendah daari plasenta.
Untuk saat ini salah satu perawataan rutin pada BBL
adalah pemberian vitamin K sebagai profilaksis terhadap
penyakit perdarahan pada BBL. Vitamin K dapat diberikan
dalam dosis besar tunggal melalui injeksi intramuscular
yang memberikan pencegahan yang dapat dipercaya. Vitamin
K dapaat membantu sintesis protrombin di hepar bayi
sehingga dapat mengurangi manifestasi perdarahan kulit
yang umumnya terjadi pada BBL.

2.3.4 Perubahan sistem gastrointestinal

Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup


bulan relatif matur. Sebelum lahir, janin cukup bulan
mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan. Refleks
muntah dan batuk yang matur telah lengkap pada saat lahir.
Sfingter jantung (sambungan esophagus bawah dan lambung)
tidak sempurna, yang membuat regurgitasi isi lambung
dalam jumlah banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda.
Kapasitas lambung pada bayi cukup terbatas, kurang dari 30
cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Usus bayi baru lahir relatif tidak matur. Sistem otot
yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien
dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang
peristaltic tidak dapat diprediksikan. Kolon pada BBL kurang
efisien menyimpan cairan dari pada kolon orang dewasa
sehingga BBL cenderung mengalami komplikasi kehilangan
cairan. Kondisi ini membuat penyakit diare kemungkinan
besar serius pada bayi muda.

15
2.3.5 Perubahan sistem imun

Sistem imun neonatus tidak matur pada sejumlah


tingkat yang signifikan. Ketidakmaturan fungsional ini
membuat neonatus rentan terhadap banyak infeksi dan
respons alergi. Sistem imun yang matur memberikan baik
imunitas alami maupun yang diadapat. Imunitas alami terdiri
dari struktur tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Beberapa contoh imunitas alami meliputi (1)
perlindungan barier yang diberikan oleh kulit dan membran
mukosa, (2) kerja seperi saringan saluran pernafasan, (3)
kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelindung, dan
(4) perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan asam
pada lambung. Imunitas alami juga tersedia pada tingkat sel
oleh sel-sel darah yang tersedia pada saat lahir untuk
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing.
Tiga tipe sel yang bekerja melalui fagositosis : (1) neutrofil
polimorfonuklear, (2) monosit, (3) makrofag.
Imunitas yang didapat janin melalui perjalanan
transpalsenta dari immunoglobulin varietas IgG.
Imunoglobulin lain seperti IgM dan IgA tidak dapat melewati
plasenta. Neonatus tidak akan memiliki kekebalan pasif
terhadap penyakit atau mikroba kecuali jika ibu berespons
terhadap infeksi-infeksi tersebut selama hidupnya. Secara
bertahap bayi muda mulai menghasilkan antibodi sirkulasi
IgG yang adekuat. Respons antibodi penuh terjadi bersamaan
dengan pengurangan IgG yang di dapat pada masa prenatal
dari ibu.

16
2.3.6 Perubahan sistem ginjal

Ginjal BBL menunjukkan penurunan aliran darah


ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi
ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.
Fungsi tubulus tidak matur sehingga menyebabkan
kehilangan natrium dalam jumlah besar dan
ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak
mampu mengosentrasikan urine dengan baik, yang tercermin
dalam berat jenis urine dan osmolalitas yang rendah. Bayi
baru lahir mengekresikan sedikit urine pada 48 jam pertama
kehidupan, seringkali hanya 30-60 ml.

2.3.7 Perubahan sistem hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan


kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta
penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga
mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama.
Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir,
daya detoksifikasi hati pada neonates juga belum sempurna,
contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih
dari 50 mg/kg BB/hari dapat menimbulkan grey baby
syndrome.

2.3.8 Perubahan sistem termogulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh


mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya
perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang

17
bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi.Pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya.Pembentukan suhu
tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar
lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi
panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi
baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama
usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat
bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena
itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas
utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai
hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360C.Suhu normal
pada neonatus adalah 36,5 – 37,0 . Bayi baru lahir mudah
sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh:

a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi


dengan sempurna.
b. Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih luas.
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan
menyimpan panas.

18
d. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan
pakaiannya agar ia tidak kedinginan.

Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu


disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu
tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6– 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi
baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu
plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup
hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera
dimandikan.

Gejala hipotermi:

a. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi


kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap
ASI dan menangis lemah.
b. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung
menurun.
c. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan
terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
d. Muka bayi berwarna merah terang
e. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan
metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan
fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru,
ikterus dan kematian.

Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya


panas tubuh dari bayi baru lahir kelingkunganya.

a. Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh


benda di sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh

19
bayi. (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung). Contoh hilangnya pans tubuh
bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas
timbangan, tangan dpenolong yang dingin memegang
bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan bayi baru lahir.
b. Konveksi Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang
sedang bergerak (jumlah pans yang hilang tergantung pad
kecepatan dan suhu udara). Contoh hilanya panas tubuh
bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau
menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan
bayi baru lahir diruangan yang terpasng kipas angin.
c. Radiasi Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar
tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin (Pemindahan
panas anatar dua objek yang mempunyai suhu berbeda).
Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara
radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan
dengan Air onditioner (AC) tanpa di berikan pemanas
(Radiant Warmer), bayi baru lahir dibiarkan keadaan
telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan dengan
ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok.
d. Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan
tergantung kepada kecepatan dan kelembababan udara
(perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadu
uap). Evaporasi di pengaruhi oleh jumlah panas yang di
pakai tingkat kelembaban udara, aliran udar yang
melewati apabila bayi baru lahir di biarkan suhu kamar
250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui
konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat

20
badan (Perg BB), sedangkan yang di bentuk hanya satu
persepuluhnya.

Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru


lahir, antar lain mengeringkan bayi secara seksama,
menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan
hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusukan bayinya.

2.3.9 Perubahan sistem metabolisme

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa


dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap
bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat
(1 sampai 2 jam).

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan


3 cara :

a. melalui penggunaan ASI


b. melalui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama
lemak.

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan


jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen
(glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,
selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.

21
Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir
yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan
glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan
glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama
kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan
glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam
keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur),
lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko
utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan
sebelum lahir).

Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak


khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis, apneu, tangis
lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi
juga dapat tanpa gejala pada awalnya.Akibat jangka panjang
hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-
sel otak.

2.3.10 Perubahan sistem pencernaan

Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan


metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas
pada fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk
mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana (
Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk karbohidrat
kompleks yang belum terdapat.

a. Mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus
rata dan simetris.Lidah tidak boleh memanjang atau
menjulur diantara bibir.Jaringan penunjang melekatkan

22
ke sisi bawah lidah.Atap dari mulut (langit-langit keras)
harus tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit
lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan putih kecil
yang sepanjang langit-langit keras, yang di sebut “
Epsteins Pearls “, tempat menyatunya bagian langit-langit
keras. Tonjolan tersebut akan hilang sendirinya.
Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir,
kebanyakan belum mensekresi saliva samapi dengan
umur 2-3 bulan.
b. Lambung
Pada saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan
meningkat dengan cepat sehingga pada hari ke tiga dan
keempat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi
membutuhkan makan yang jumlahnya sedikit tapi
frekuensinya sering. Lambung bayi akan kosong dalam
waktu 2-4 jam. Bayi di berikan susu formula dari botol
atau dengan ASI payu dara ibunya. Pada bayi yang di
beri ASI, karena di berikan ASI, maka bayi akan
menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan
rasa kenyang yang palsu karena lambung penuh. Maka
harus di sendawakan sehingga bayi akan minum susu
elbih banyak.
c. Usus
Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh
bayi terlihat sangat panjang.Feses pertama bayi adalah
hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang
kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya
keluar dalam 24 jam pertama. Feses ini mengandung
sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran
pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan

23
tubuh.Feses transisi yang berwarna hijau kecoklatan
keluar selama 2-3 hari.Feses pada bayi yang menyusu
pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas,
berair atau encer, dan bereaksi terhadap asam.Feses dari
bayi yang menyusu formula, biasanyau berwarna kuning
terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak
keras netral samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi
pertama dalam waktu 24 jam.

Mekanisme Adaptasi Saluran Cerna Bayi Baru Lahir

Sistem Intrauterine Ekstrauterine


Absorbsi nutrisi Belum aktif Aktif
Kolonisasi kuman Belum Segera
Feses Mekoneum >hari ke-4, feses
biasa
Enzim pencernaan Belum aktif Aktif

2.3.11 Sistem Adaptasi Perubahan Kulit

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat


lahir, tetapi masih belum matang, epidermis dan Dermis
tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks caseosa
juga melapisi epidermis dan berfungsi sebagai lapisan
pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di
sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel.Pada saat lahir
beberapa bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal,
sementara yang lainnya hanya tipis saja pada tubuhnya.
Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa meningkatkan
deskumasi kulit ( pengelupasan ), verniks biasanya

24
menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir seringkali
terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan pipi
bayi yang di sebut milia.Bintik ini menyumbat kelenjar
sebasea yang belum berfungsi.Setelah sekitar 2 minggu,
ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap
tersapu dan menghilang.

Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah,


bahu, dan punggung, dan biasanya cenderung menghilang
selama minggu pertama kehidupan. Pelepasan kulit (
deskuamasi ) secara normal terjadi selama 2-4 minggu
pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum (
ruam kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan sampai
beberapa hari. Ruam ini tidak menular dan kebanyakan
mengenai bayi yang sehat. Terdapat berbagai tanda lahir (
nevi ) yang bersifat sementara ( biasanya di sebabkan pada
saat lahir) maupun permanen ( biasanya karena kelainan
struktur pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan
lainnya).

Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan


warna kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan
karena billirubin bebas yang berlebihan dalam darah dan
jaringan, sebagai akibatnya pada sekitar hari ek dua atau ke
tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7 biasanyamenghilang. Ikteri
ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik neonatorum.

2.3.12 Sistem Persyarafan

Sistem persyarapan bayi cukup berkembang untuk


bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara
sempurna.Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola

25
pertumbuhan cepat, yang dapat di prediksi selama priode
bayi samapi awal masa kanak-kanak. Pada akhir tahun
pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada usia
kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir. Hal inilah yang
mungkin jadi penyebab mengapa otak rentan terhadap trauma
nutrisi dan trauma lain selama masa bayi. Fungsi tubuh dan
respon-respon yang di berikan sebagian besar di lakukan oleh
pusat yang lebih rendah dari otak dan refleks-refleks dalam
midula spinalis.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perubahan sistem fisiologis pada bayi baru lahir dapat terjadi


agar bayi dapat menyesuaikan kehidupannya atau dirinya dari
kehidupan intrauterin (dalam rahim) ke kehidupan ekstrauterin
(diluar rahim) sehingga bayi baru lahir dapat hidup sendiri dan tidak
tergantung pada ibunya.Untuk itu bayi memerlukan perubahan
fisiologis atau adaptasi fisiologis pada dirinya.Untuk mencapai
perubahan-perubahan tersebut bayi barulahir memerlukan masa
transisi. Pada masa transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin, maka di kemukakan sebagai berikut :
a. Kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin
 Periode transisi mulai dari saat lahir sampai usia 6
jam
 Menyangkut perubahan fisiologis banyak organ
 Dimuai intrautein saat bayi siap untuk dilahirkan
 Jam-jam pertama adalah fase stabilisasi pernafasan,
kardiovaskuler dan suhu
 Perlu pengamatan klinis yang ketat untuk mengenal
yang mengalami kesulitan transisi
b. Janin mempersiapkan transisi sepanjang masa kehamilan
dengan :
 Penyimpanan glikogen
 Pertambahan protein dan mineral

27
 Deposisi lemak coklat
 Kemampuan tergantung usia gestasi dan kualitas
plasenta
c. Pada saat lahir
 Fungsi plasenta/tali pusat selesai
 Janin menjadi bayi yang bernafas sendiri Adapun
perubahan-perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
meliputi: Perubahan pada sistem pernafasan,
peredaran darah, Sistem pengaturan tubuh,
metabolisme glukosa, gastrointestinal, dan kekebalan
tubuh, Sistem pencernaan, ginjal dan sistem
persyarafan.
Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri
individu (BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi
mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan
segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan
eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu
dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode
ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling nyata
dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem
termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta
menggunakan glukosa.

28
3.2 Saran

a. Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan


penerapan yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang
spesifik pada bayi baru lahir sehingga dapat menetapkan diagnosis
yang benar agar dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika
ditemukan adanya masalah.
b. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat
memberikan perawatan yang benar terkait dengan bayi baru lahir.

29
DAFTAR PUSTAKA

Dewi,L.Nanny Vivian.(2010). Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan .

Jakarta:Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta; Salemba Medika

Marimbi,H.(2010). Biologi Reproduksi .Yogyakarta:Nuha medika.

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan.

Jakarta; Trans Info Media

Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. Asuhan neonatus, bayi dan anak

balita. 2010. Jakarta; Trans Info Media

Sudarti,dkk.(2012). Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,dan Anak Balita.

Yogyakarta:Nuha Medika

30

Anda mungkin juga menyukai