Anda di halaman 1dari 24

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat di era modernisasi dengan keterbukaan dan arus globalisasi,
pasar bebas dunia, peningkatan pendapatan ekonomi per kapita, perubahan suhu
politik dalam maupun luar negeri, kemajuan informasi dan teknologi, peningkatan
akses terhadap media menyebabkan masyarakat dapat memperluas wawasan dan
persepsi mereka tentang pelayanan kesehatan. Munculnya kebijakan-kebijakan
pembiayaan kesehatan membuat kemampuan masyarakat mengakses fasilitas
pelayanan kesehatan semakin meningkat. Tenaga kesehatan merasakan tuntutan
yang semakin besar terhadap profesionalisme profesinya ketika masyarakat
menggunakan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Masyarakat yang semakin teredukasi dengan baik melalui media berpotensi
memunculkan tuntutan hukum apabila pelayanan kesehatan yang mereka
harapkan tidak bisa memberikan kepuasan seperti yang menjadi harapan dan
tuntutan publik. Menanggapi dan mensikapi perubahan wawasan, persepsi dan
tuntutan masyarakat ketika memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan maka
pelayanan kesehatan harus berbenah untuk mengantisipasi meningginya tuntutan
serta harapan dari masyarakat terkait dengan pelayanan kesehatan. Masyarakat
menghendaki pelayanan yang mereka terima adalah pelayanan kesehatan yang
paripurna.
Menurut UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, pelayanan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik sehat maupun sakit. Menurut Gilles (1994), keberadaan perawat dalam
pelayanan kesehatan merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan
bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan
hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di
rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.

1
2

Menurut Nursalam (2008), keperawatan sebagai pelayanan yang professional


bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien,
mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan profesional secara umum
merupakan tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada
manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etikal) (Nursalam, 2008).
Program upaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari pasien maupun masyarakat
yang menggunakan jasa pelayanan yang diberikan rumah sakit. Audit terkait
dokumentasi asuhan keperawatan merupakan tolak ukur atau bukti otentik dalam
pemberian pelayanan keperawatan yang merupakan salah satu faktor penentu baik
buruknya mutu dan citra rumah sakit. Pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan
dengan adanya standar sebagai pedoman kerja bagi perawat dan sekaligus adanya
pemantauan atau evaluasi pada penerapannya sehingga berkesinambungan
dijalankan.
Dari fakta dan fenomena di atas penulis tertarik untuk menyusun sebuah
makalah manajemen keperawatan. Makalah ini diharapkan dapat memberikan
gambaran kepada pembaca khususnya disiplin ilmu keperawatan untuk
memahami mengenai konsep Standar Mutu Pelayanan Keperawatan dalam hal ini
penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) untuk perubahan pelayanan
keperawatan yang lebih baik ke depannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas makan rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Apa Pengertian Sistem Klasifikasi Pasien ?
1.2.2 Apa saja Tujuan Sistem Klasifikasi Pasien ?
1.2.3 Apa saja Kategori Sistem Klasifikasi Pasien ?
1.2.4 Bagaimana Melakukan Klasifikasi Pada Pasien ?
1.2.5 Apa Pengertian Standar ?
3

1.2.6 Apa saja Tujuan SAK ?


1.2.7 Bagaimana Komponen SAK ?
1.2.8 Bagaiamana Pelaksanaan Evaluasi Penerapan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Klasifikasi Pasien ?
1.3.2 Untuk Mengetahui Tujuan Sistem Klasifikasi Pasien ?
1.3.3 Untuk Mengetahui Kategori Sistem Klasifikasi Pasien ?
1.3.4 Untuk Mengetahui Melakukan Klasifikasi Pada Pasien ?
1.3.5 Untuk Mengetahui Pengertian Standar ?
1.3.6 Untuk Mengetahui Tujuan SAK ?
1.3.7 Untuk Mengetahui Komponen SAK ?
1.3.8 Untuk Mengetahui Pelaksanaan Evaluasi Penerapan ?
4

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Klasifikasi Pasien


Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah
dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem
klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada
pemberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan.

2.2 Tujuan Sistem Klasifikasi Pasien


Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai
untuk mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang
dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien
adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan
menentukan nilai produktivitas.
Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal ini
dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan sesuai dengan kategori
yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit.

2.3 Kategori Sistem Klasifikasi Pasien


Kategori keperawatan klien menurut Swanburg (1999) terdiri dari :
1. Self-care
Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak keperawatan
dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri.
Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24
jam.
2. Minimal care
Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan
pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur posisi.
Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24
jam.

4
5

3. Intermediate care
Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif
5,5 jam/24 jam.
4. Modified intensive care
Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif
7,5 jam/24 jam.
5. Intensive care
Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12
jam/24 jam.

Metode lain yang sering digunakan di Rumah Sakit adalah metode menurut
Douglas (1984), yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga
kategori, yaitu minimal care, partial care, dan total care.
1. Minimal Care
Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah:
- Mampu naik- turun tempat tidur
- Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
- Mampu makan dan minum sendiri
- Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
- Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
- Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
- Status psikologis stabil
- Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
- Operasi ringan
2. Partial Care
Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah:
- Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur
- Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan
- Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
- Membutuhkan bantuan untuk makan/disuap
6

- Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut


- Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
- Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/kamar mandi)
- Pasien dengan infus
- Pasien dengan katheter urine
- Post operasi minor 24 jam
- Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
- Gangguan emosional ringan
3. Total Care
Perawatan ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada
klasifikasi ini adalah:
- Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke
kereta dorong atau kursi roda
- Kebutuhan cairan dan nutrisi dipenuhi melalui terapi intravena (infus)
dan nasogastric tube (sonde)
- Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
- Dimandikan perawat
- 24 jam post operasi mayor
- Pasien tidak sadar
- Keadaan pasien tidak stabil
- Observasi TTV paling tidak setiap 2 jam
- Perawatan luka bakar kompleks
- Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
- Menggunakan WSD (Water Seal Drainage)
- Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
- Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
- Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi
7

Douglas mengatur kebutuhan tenaga perawat melalui klasifikasi sebagai berikut :


Klasifikasi Kebutuhan Perawat
Pagi Sore Malam
Minimal Care 0,17 0,14 0,07
Partial Care 0,27 0,15 0,10
Total Care 0,36 0,30 0,20

Contoh soal:
Pada sebuah ruangan rawat inap dengan kapasitas 20 bed, diketahui:
Hari 1 Pagi : Terdapat 10 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
Sore : Terdapat 10 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
Malam : Terdapat 10 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
Hari 2 Pagi : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
Sore : Terdapat 10 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
Malam : Terdapat 10 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
Hari 3 Pagi : Terdapat 12 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care
Sore : Terdapat 12 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care
Malam : Terdapat 12 pasien dengan minimal care, 5 pasien partial care
Hari 4 Pagi : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
Sore : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
Malam : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 4 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
Hari 5 Pagi : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 3 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
8

Sore : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 3 pasien partial care,


dan 1 pasien total care
Malam : Terdapat 11 pasien dengan minimal care, 3 pasien partial care,
dan 1 pasien total care
9

PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KEPERAWATAN (DOUGLAS, 1984)


RSU……………………………………..Bulan…………..tahun:……….
RUANG: ………………………………. INSTALASI: …………………………….

Tgl Pagi Sore Malam Supervisor


Min Part Total Jml Min Part Total Jml Min Part Total Jml Paraf Nama

1 1,7 1,08 0,36 3,14 1,4 0,6 0,3 2,3 0,7 0,4 0,2 1,3
2 1,87 1,35 0,36 3,58 1,4 0,75 0,3 2,45 0,7 0,5 0,2 1,4
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
10

13
14
15
Dst..
Jumlah 3,57 2,43 0,72 6,72 2,8 1,35 0,6 4,75 1,4 0,9 0,4 2,7
Rata- 1,78 1,21 0,36 3,36 1,4 0,67 0,3 2,37 0,7 0,45 0,2 1,35
rata
Index 0,17 0,27 0,36 0,14 0,15 0,30 0,07 0,10 0,20
Jumlah 3,36 2,37 1,35 7,08
Tenaga dibulatkan 7
perawat.

1/3 x 7= 2,3
dibulatkan 2
perawat

7+2=9

Ada
11

=………-
Kurang/lebih
= ……….
+

Mengetahui/Menyetujui …………., tgl…………………


Supervisor Kepala Ruang Keperawatan

(.......................................) (..................................................)
12

Klasifikasi Kategori Asuhan Keperawatan Menurut Depkes


Menurut Depkes (2002), klasifikasi ketergantungan pasien ada 4 kategori,
masing-masing memerlukan waktu :
- Asuhan keperawatan minimal : 2 jam/24 jam
- Asuhan keperawatan sedang : 3,08 jam/24 jam
- Asuhan keperawatan agak berat : 4,15 jam/24 jam
- Asuhan keperawatan maksimal : 6,16 jam/24 jam
Jam efektif perawat perhari adalah 7 jam.
1) Asuhan keperawatan minimal :
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b) Makan dan minum dilakukan sendiri.
c) Ambulasi dengan pengawasan.
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
2) Asuhan keperawatan sedang :
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
3) Asuhan keperawatan agak berat :
a) Sebagian besar aktifitas dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali.
c) Terpasang folley cateter, intake output dicatat.
d) Terpasang infus.
e) Pengobatan lebih dari sekali.
f) Persiapan pengobatan perlu prosedur
4) Perawatan maksimal :
a) Segala aktifitas diberikan perawat.
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
c) Makan memerlukan NGT, terapi intravena.
d) Penggunaan suction.
13

e) Gelisah/disorientasi

2.4 Melakukan Klasifikasi Pada Pasien


Ruang rawat Bedah RS lebong dengan 23 pasien diantaranya:
 3 pasien dengan perawatan minimal,
 16 pasien dengan perawatan parsial
 4 pasien dengan perawatan total
Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi, siang dan malam ialah :
Jawab :
3 x 0,17 = 0,51
16 x 0,27 = 4.32
4 x 0,36 = 1,44
jumlah 6,27  6 orang jaga pagi

3 x 0,14 = 0,42
16 x 0,15 = 2.4
4 x 0,30 = 1,2
jumlah 4,02  4 orang jaga siang

3 x 0,10 = 0,3
16 x 0,07 = 1.12
4 x 0,20 = 0,8
jumlah 2,22  2 orang jaga malam
Contoh:
1. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat diruang Gardenia dengan diagnose
medis TB paru. Pasein mengatakan napasnya sesak, posisi pasien semi fowler,
tampak memegang dadanya. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien bisa
makan sendiri, gosok gigi sendiri, mandi dibantu oleh keluarga karena takut
terjatuh dikamar mandi, jika idak sedang sesak biasanya ke kamar mandi
sendiri. Minimal Care
14

2. Seorang perempuan berusia 31 tahun dirawa diruang D dengan diagnose medis


post section caesarea hari 1. Pasien mengatakan masih lemas, kaki terasa baal,
pasien BAK/BAB ditempat tidur, tidak mampu memakai pakaian sendiri.
Pasien tampak berbaring, pasien membutuhkan bantuan keluarganya jika mau
berubah posisi. Total Care
3. Seorang pasien dirawat dengan diagnose medis Diabetes Mellitus. Pasien tidak
sadar, terpasang infus ditangan kanan, terpasang NGT, TTV diukur setiap jam,
balance cairan diukur setiap shift. Pasien terpasang EKG monitor. Intensif Care

2.5 Pengertian Standar


Standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan penampilan kerja
yang dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil (Gillies, 1989,h.121).
Standar merupakan pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan asuhan yang
mengarah kepada praktek keperawatan profesional (ANA,1992,h.1)
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif , ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup kehidupan
manusia (lokakarya Nasional 1983)
Standart praktek keperawatan adalah : ekspektasi minimal dalam memberikan
asuhan keperawatan yang aman,efektif, dan etis.standar praktek keperawatan
merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap
praktek yang dilakukan oleh anggota profesi. (Alim 2011)
Banyak masalah yang terjadi dilayanan kesehatan di sebabkan kurangnya
pengetahuan oleh para tenaga kesehatan mengenai apa yang menjadi tugas dan
wewenangnya dalm memberikan layanan kesehatan baik di rumah sakit,praktek
kelompok maupun prktek mandiri. (Abdul, 2011)
15

Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu


kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan untuk klien (
Gillies, 1989h. 121). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien.
Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan
dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek dapat
diketahui apakah intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai
dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

2.6 Tujuan SAK


2.6.1 Memberi bantuan yang efektif kepada semua orang yang memerlukan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional
2.6.2 Menjamin bahwa bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
mengurangi/menghilangkan kesenjangan
2.6.3 Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada
2.6.4 Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan professional
2.6.5 Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua kalangan kesehatan
2.6.6 Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti merancang
kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar pemerataan
dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi perawat
professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam tatanan
pelayanan keperawatan professional (Suparti, 2005)
16

Terjadi kesepakatan antara praktisi terhadap tingkat kinerja dan menawarkan


ukuran penilaian agar praktek keperawatan terbaru dapat dibandingkan. Penilaian
essensial asuhan keperawatan melalui penataan standar sebagai dasar kesepakatan
untuk mencapai asuhan keperawatan optimal. Standar keperawatan dalam prakteknya
harus dapat diterima. Setiap klien berhak mendapatkan asuhan berkualitas, tanpa
membedakan usia dan diagnosa. Dengan demikian standar dapat diharapkan
memberikan fondasi dasar dalam mengukur kualitas asuhan keperawatan (Kawonal,
2000).
Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan
asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses
pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan.
Penyusunan standar praktek keperawatan berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi,
klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain:
1. Perawat
Standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk membimbing
perawat dalam penentuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan teradap kien
dan perlindungan dari kelalaian dalam melakukan tindakan keperawatan dengan
membimbing perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan benar.
2. Rumah sakit
Dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat menurun dengan singkat waktu
perwatan di rumah sakit.
3. Klien
Dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang ditanggung klien dan
keluarga menjadi ringan.
4. Profesi
Sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai ukuran untuk
mengevaluasi penampilan, dimana standar sebagai alat pengontrolnya.
17

5. Tenaga kesehatan lain


Untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling
menghormati dan bekerja sama secara baik.

2.7 Komponen SAK


Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya dengan
tersedianya Standar Asuhan Keperawatan tetapi perlu didukung sistem pemantauan
dan penilaian penerapan standar tersebut, yang dilaksanakan secara sistematis,
objektif dan berkelanjutan
Standar I: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentangstatus kesehatan klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkatdanberkesinambungan.
Kriteria Proses:
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, dan mempelajari data penunjang ( pengumpulan data diperoleh dari hasil
wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan mempelajari catatan klien
lainnya ).
2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam
medis dan catatan lain.
3. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
a) Status kesehatan klien saat ini
b) Status kesehatan klien masa lalu
c) Status fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual
d) Respon terhadap alergi
e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
f) Resiko – resiko tinggi masalah
18

Standar II: Diagnosis Keperawatan


Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis
keperawatan Kriteria Proses:
1. Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien
dan perumusan diagnosis keperawatan.
2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), Penyebab (E), dan
tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
3. Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk
memvalidasi diagnosis keperawatan.
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.

Standar III: Perencanaan


Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan klien.
Kriteria Proses :
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan.
2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

Standar IV: Implementasi


Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah di identifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan.
Kriteria Proses :
1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan
klien
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.
19

4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung


jawabnya.
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai
tujuan kesehatan.
6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep, ketrampilan
asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakannya.
8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respon klien.

Standar V: Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian
tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.
Kriteria Proses:
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara kompeherensif,
tepat waktu dan terus menerus.
2. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat
waktu dan terus menerus.
3. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan
kearah pencapaian tujuan.
4. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.
5. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
6. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
20

2.8 Pelaksanaan Evaluasi Penerapan


Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi terselenggaranya
pelayanan prima. Asuhan keperawatan tersebut diberikan oleh tenaga keperawatan
yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi. Ciri
mutu Asuhan Keperawatan menurut Depkes RI tahun 1998 adalah :
1) Memenuhi standar profesi
2) Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif
3) Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
4) Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan
5) Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika, dan tata nilai masyarakat diperhatikan
dan dihormati.

Mutu asuhan keperawatan yang prima akan terwujud apabila :


a) Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik profesi
keperawatan.
b) Dilakukan evauasi secara periodik dan terus-menerus
c) Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan.
d) Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan.

Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan


adalah dengan menggunakan instrumen A, B, dan C. Adapun rentang nilai untuk
instrumen ABC adalah :
a) Kriteria baik (76-100%)
b) Kriteria cikup (56-75%)
c) Kriteria kurang (40-55%)
d) Kriteria tidak baik (kurang dari 40%)
21

Adapun instrumen A, B, C meliputi :


a) Instrumen A : merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah baku.
b) Instrumen B : mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan.
c) Instrumen C : Yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan keperawatan.
22

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam tatanan praktek yang
nyata yaitu pemberian asuhan secara langsung kepada pasien, keluarga,kelompok
ataupun komonitas. Untuk menjamin mutu asuhan yang di berikan diperlukan suatu
ukuran untuk mengevaluasikannya. Uraian ini adalah suatu standar. Standar
keperawatan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu standar asuhan dan standar praktek.
Profesi keperawatan harus mulai menata diri dengan membuat standar untuk berbagai
keperluan seperti pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Pelayanan keperawatan akan
diterima dan dipercaya oleh komsumen bila mutu pelayananya terjamin melalui
standar yang baku dan selalu ditinggkatkan dari waktu-ke waktu.
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yaitu perencanaan strategis upaya
peningkatan mutu penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dalam pelayanan
keperawatan merupakan langkah awal yang dilakukan untuk memunculkan
perubahan ke arah perbaikan dalam pelayanan keperawatan. Pada pelaksanaannya
diperlukan koordinasi lintas sektoral dan bekerjasamanya manajer keperawatan dari
top, middle hingga bottom manajer. Kebijakan yang dikeluarkan Bidang
Keperawatan dalam mendukung peningkatan mutu penerapan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) akan mendapatkan hasil yang maksimal apabila didukung
sepenuhnya oleh bagian Diklat. Perubahan yang terjadi semata-mata untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sebagai jawaban meningginya tuntutan
masyarakat terhadap layanan keperawatan.

22
23

3.2 Saran
Demikianlah pemaparan makalah ini semoga bermanfaat bagi yang
mempelajarinya. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
Penulis menyarankan agar semua perawat dan tenaga medis lainnya bekerja
sesuai etik serta bekerja secara kolaborasi dengan menjadikan keamanan dan
keselamatan pasien sebagai prioritas utama sehingga berbagai bentuk kelalaian dapat
di hindari atau di minimalisir.
24

DAFTAR PUSTAKA

Craven & Hirnle, 2000. Fundamentals Of Nursing. Philadelphia. Lippincott


DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I
Gillies, Dee Ann. 1994. Nursing Management A System Approach, 3rd Edittion.
USA: Saunders
Imbalo S. Pohan 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses
(3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and Management
Functions in Nursing (3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher
Nursalam, 2014. Manajeman Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi Ke 4 Penerbit : Salemba Medika. Jakarta
Potter, Patrecia A., Perry, Anne Griffin. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Vol 1 Ed 4. Jakarta : EGC ; 2005.
Surat Keputusan Direktorat Pelayanan Medik No. YM 00.03.2.6.7637 tahun 1993
tentang Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di rumah sakit.
Tim Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Standar Asuhan Keperawatan. 1997.
Direktorat Rumah Sakit Umun dan Pendidikan Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai