PENDAHULUAN
melebihi 126 mg% dalam keadaan puasa dan 200 mg% saat 2 jam setelah
makan(haznam,2007).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan Indonesia
miltus (DM) mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah
penderita Diabetes miltus (DM) di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta, kata
soegondo bahwa kasus pre Diabetes miltus di Indonesia juga sangt tinggi
yaitu mencapai 12,9 juta orang, angka ini merupakan yang merupakan angka
yang ke 5 terbesar di dunnia, diperkiran akan naik hingga 20,9 jjuta di tahun
bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita yang
adanya perilaku penderita yang tidak menjalani pola hidup sehat sehingga
1
Diabetes miltus juga menjadi penyebab utama kebutaan, amputasi, kanker
membunuh lebih banyak dibanding HIV atau AIDS (waspada online, 2009).
metabolic yang lebi baik. Selain itu dapat mengetahui beberapa tujuan khusus
jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan ideal atau normal
dan memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat
kesehatan yang optimal dan aktivitas normal. Antara lain tujuan dari diet
agar penderita dapat mengelakkan diri dari prognosis yang jelek dari Diabetes
miltus. Oleh sebab itu kami tertarik untuk mengetahui konsep asuhan
Surabaya.
2
2) Menegakkan diagnose keperawatan hiperbarik pada Ny.K dengan
Surabaya.
3) Merumuskan intervensi asuhan keperawatan pada Ny.K dengan
Surabaya.
4) Melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada Ny.K dengan
Surabaya.
5) Mengevaluasi asuhan keperawatan pada Ny.M dengan diagnose medis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan landasan teoritis yang mendasari masalah
yang akan diteliti, meliputi :1) Konsep DM (Diabetes Melitus), 2) Konsep Ulkus
Didalamnya terdapat kumpulan sel yang bebrbentuk seperti pulau pada peta,
karena itu disebut pulau-pulau laingerhan yang berisi sel beta yang mengeluarkan
hormon insulin, yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah. Tiap
3
pankreas mengandung kurang lebih 100.000 pulau laingerhand dan tiap pulau
berisi 100 sel beta. Selain sel beta ada pula sel alfa yang memprodiksi glukagon
yang bekerja sebaliknya dari insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah juga
ada sel delta yang mengeluarkan somatastatin yang merupakan hormon yang
15cm, lebar 5cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata
(Tholib, 2016).
Pankreas bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah.
insulin untuk mengembalikan kadar glukosa darah pada rentang yang normal.
glukosamenjadi bentuk cadangan energi yang lebih stabil yaitu glikogen (Erwin et
al., 2010). Insulin adalah hormone alami yang dikeluarkan oleh pankreas, Insulin
2.1.2 Definisi DM
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Gejala umum
4
diabetes mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1, Diabetes Mellitus Tipe 2,
Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes Mellitus Tipe Lainnya. Jenis
diabetes mellitus yang paling banyak diderita adalah Diabetes Mellitus Tipe 2,
endogen insulin atau keduanya. Hiperglikemia yang tidak terkontrol juga dapat
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
empat juta orang setiap tahunnya, penyebab utama serangan jantung, stroke,
kebutaan, gagal ginjal, dan amputasi kaki. Dengan demikian diabetes merupakan
penyakit tidak menular pertama yang dinyatakan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) sebagai penyakit yang memerlukan perhatian khusus bagi dunia menurut
gula dalam darah, yang disertai dengan adanya kelainan metabolik. Normalnya,
gula darah dikontrol oleh insulin, suatu hormon dihasilkan oleh pankreas, yang
memungkinkan sel untuk menyerap gula didalam darah. Akan tetapi, pada
5
diabetes terjadi defisiensi insulin yang disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin
penyakit akibat fungsi atau struktur dari jaringan atau organ tubuh yang secara
progresif menurun dari waktu ke waktu karena usia atau pilihan gaya hidup.
Penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit akibat dari pola hidup modern dimana
orang lebih suka makan makanan siap saji, kurangnya aktivitas fisik karena lebih
2.1.3 Klasifikasi DM
6
Beberapa tipe lain seperti efek genetik fungsi sel beta, efek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas,karena obat arau zat kimia, infeksi, penyebab
imunologi yang jarang, dan sindrom genetik yang berkaitan dengan DM.
4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Diabetes yang terjadi saat kehamilan ini adalah intoleransi glukosa yang
mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil. Oleh karena terjadi
2.1.4 Patofisiologi DM
1. DM Tipe 1
DM Tipe 1 merupakan penyakit hiperglikemia akibat ketidakabsolutan
oleh destruksi autoimun karena infeksi, biasanya virus dan respons autoimun
secara genetik pada orang yang terkena. Faktornya bisa dari Faktor genetik,
imunologi, kehamilan dan infeksi lain yang tidak berhubungan langsung (Tholib,
2016).
Diabetes tipe-1 juga disebut sebagai insulin dependent diabetes mellitus
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel
7
beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). Kejadian DM
Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko mengidap
diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa
dan faktor lingkungan, ini adalah tipe DM paling umum dan 90% mengenai DM
saat ini. Biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara
dan berat badan naik (fase kompensasi). Apabila keadaan ini tidak segera diobati
maka akan timbul gejala fase dekompensasi yang disebut gejala klasik diabetes,
yaitu poliuria, polidipsi, dan berat badan turun dalam keadaan ini disebut trias
sindrom diabetes akut yang apabila tidak segera di obati akan menimbulkan gejala
2.1.6 Komplikasi DM
Penyakit diabetes mellitus ini jika tidak ditangani dengan baik di takutkan
akan terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes
mellitus adalah komplikasi kronik yang sangat sukar di tangani karena berjalan
pelan tapi pasti dan karena itu akan memerlukan biaya pengobatan yang sangat
tinggi terutama yang disebabkan oleh makroangiopati yang ada hubungan dengan
8
yang berfungsi menormalkan aktifitas insulin. Penatalaksanaan diabetes mellitus
adalah menjalankan diet dengan benar, latihan atau olahraga, pemantauan kadar
kepatuhan pasien kepada pola gaya hidup sehat yang dianjurkan oleh dokter pada
Widiyaningsih, 2013).
1. Komplikasi Makrovaskuler Pada Diabetes Melitus
Komplikasi Makroangipati merupakan penyebab utama mortalitas dan
atau dua dekade berikutnya. Semua hal ini kemudian berkontribusi menyebabkan
proliferasi otot polos pada dinding pembuluh darah arteri dan mengarah pada
utama terjadi kebutaan, gagal ginjal terminal, dan berbagai macam kelainan
syaraf. Penebalan pada membran basal pembulu kapiler, hiperpasia sel endotel,
mikrovaskuler pada penderita diabetes dan muncul dalam kurung waktu 1-2 tahun
(Handaya, 2016).
Berikut gambaran menifestasi yang disebabkan oleh komplikasi
mikrovaskuler :
a. Retinopati
Retina merupakan salah satu organ yang sangat aktif secara metabolik
pada setiap selnya dibandingkan organ-organ lainya dalam tubuh. Hal tersebut
pada diabetes.
b. Nefropati
9
Diabetes merupakan paling sering terjadinya gagal ginjal terminal di
dunia. Meskipun demikian, mekanisme yang pasti dari kerusakan ginjal diabetes
dunia dan mungkin merupakan komplikasi yang paling umum dari diabetes.
diabetes, baik pada sistem syaraf perifer maupun sentral adalah degenerasi
aksonal yang sering menyebabkan hilangnya mielin pada serabut syaraf karena
dari komplikasi ini dapat mencakup sum-sum tulang belakang, ganglion akar
posterior, atau serabut syaraf perifer. Perubahan ini bisa terjadi sendiri ataupun
Definisi Ulkus Diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer
diperkirakan terjadi kurang lebih 15% dari semua pasien dengan diabetes, dengan
resiko terjadinya kekambuhan dalam 5 tahun sebesar 70% dan menjadi 84%
10
penyebab amputasi kaki pada penderita diabetes. Pasien diabetes yang mengalami
amputasi mempunyai angka mortalitas dalam 5 tahun pasca amputasi sebesar 39-
melitus. Luka mula-mula tergolong biasa dan seperti pada umumnya tetapi luka
yang ada pada penderita diabetes ini jika salah penanganan dan perwatan akan
terjadi infeksi. Luka kronik dapat menjadi luka gangreng dan berakibat fatal serta
dalam dermis, yang biasanya terjadi di telapak kaki. Separo lebih amputasi non
trauma merupakan akibat dari komplikasi ulkus diabetes, dan disertai dengan
diperkirakan sekitar 66%, dan resiko amputasi meningkat sampai 12%. Beberapa
durasi diabetes lebih dari 10 tahun, deformitas kaki, penyakit vaskular perifer,
merokok, riwayat adanya luka sebelumnya, amputasi, kontrol gula darah yang
buruk, faktor nutrisi, dan genetik. Diantara faktor-faktor diatas faktor yang paling
11
a. Terjadi pada daerah yang memiliki tekanan pelantar yang tinggi
infeksi.
c. Ada formasi kalus pada pinggir luka
2. Luka iskemia (disebabkan oleh penyakit vaskular perifer)
Luka pada daerah yang memiliki alirandarah yang buruk
callus.
2. Derajat 1
Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
3. Derajat 2
Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
4. Derajat 3
Abses dalam, dengan atau tanpa oesteomielitis.
12
5. Derajat 4
Gangreng jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis
6. Derajat 5
Gangreng seluruh kaki atau sebagian tungkai.
penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai
stress akut. Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.
Ulkus Diabetik jika dibiarkan akan menjadi gangren, kalus, kulit melepuh,
13
kuku kaki yang tumbuh kedalam, pembengkakan ibu jari, pembengkakan
ibu jari kaki, jari kaki bengkok, kulit kaki kering dan pecah.
edema
2. Ciptakan dukungan sistemik seperti nutrisi dan cairan
3. Ciptakan dan pertahankan lingkungan luka seperti cegah infeksi,
kaki di amputasi.
d. Neuropti Diabetik merupakan salah satu penyebab utama timbulnya
luka
14
2.3.3 Persiapan Dasar Luka
yaitu ;
1. Tissue Management (Manajemen Jaringan)
Didalam konteks persiapan dasar luka, manajemen jaringan dilakukan
melalui debridemen, yaitu menhilangkan jaringan mati pada luka. Jaringan yang
bakteri, dan juga eksudat sehingga menciptakan kondisi luka yang dapat
a. Debridemen mekanis
Debridemen mekanis adalah cara debridemen dengan cara
pisau bedah atau gunting. Jenis debridemen ini adalah tipe debridemen
memadai.
c. Debridemen autolitik
Debridemen ini adalah merupakan tipe debridemen yang lebih lambat,
15
lebih sedikit dengan tipe debridemen yang lain. Urutan caranya yaitu
enzim yang dibuat secara kimiawi untuk dapat mencerna jaringan mati
luka selama 1-4 hari. Belatung ini mensekresi enzim proteolitik yang
ada.
2. Inflamation And Infection Control (Inflamasi dan Kontrol infeksi)
Menurut (Sari, 2015) untuk memahami tentang luka yang mengalami
permukaan luka, dan tidak ada tanda-tanda kerusakan atau reaksi imun
eksudat purulen.
b. Kolonisasi
16
Ditandai dengan adanya mikroorganisme yangberpoliferasi, namun
tidak ada kerusakan atau perubahan pada luka. Kolonisasi tidak akan
penting dilakukan karena bila luka menjadi kering maka akan menghambat
Pencucian luka yang benar adalah dari daerah pusat dengan gerakan
kembali ke daerah luka setelah mencuci pinggir luka atau daerah sekitar luka.
Luka yang mengandung debris atau sedang dalam fase inflamasi dan mengandung
17
antibiotik sudah dilakukan dan dalam beberapa hari tidak ditemukan
perkembangan luka, maka perlu dilakukan pemeriksaan kultur pus (Tholib, 2016).
dimana perawatan luka sudah menggunakan balutan modern. Prinsip dari produk
luka
b. Menghindari terjadinya infeksi
c. Mmbuang jaringan nekrosisis
2. Langkah-langkah Pembersihan Luka
a) Irigasi sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan
anestasi lokal.
e) Bila perlu lakukan penutupan luka.
3. Penutupan Luka
a. Mengupayakan kondisi lingkungan bersih sehingga proses
kotor.
4. Memilih Balutan
a. Permukaan lembab yang sedang dan seimbang
b. Sesuaikan dengan kondisi luka
c. Mananjemen luka yang benar
5. Tujuan Pembalutan
a. Melindungi luka dari kontamasi mikroganisme.
b. Membantu hemostatis
18
c. Mempercepat penyembuhan dengan cara menyerap drainese dan
balutan.
spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang. Setiap kejadian luka,
yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan
dibagi menjadi :
jaringan yang rusak. Sifat penyembuhan pada semua luka adalah sama dengan
variasi bergantung pada lokasi, keparahan dan luas cidera (Amalia, 2015).
19
Proses penyembuhan luka tidak hanya sebatas pada proses regenerasi yang
bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti umur,
dari :
tempat luka menjadi bersih dari benda asing atau kuman sebelum dimulai
proses penyembuhan luka. Tujuan yang hendak dicapai pada fase ini
penyembuhan.
menutup efek atau cedera pada jaringan yang luka. Proses kegiatan seluler
yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka
terbentuk menjadi lebih matang dan fungsional. Fase ini dimulai pada
2008).
terjadinya luka, sehingga luka dapat diminimalkan, Misalnya klien datang dengan
20
letak luka pada ibu jari kaki, penyebab tertinggi letak luka pada ibu jari kaki
adalah akibat penekanan karena penggunaan sepatu yang terlalu sempit, angka
kejadian luka diminimalkan dengan tidak lagi menggunakan sepatu yang sempit
(Huda, 2017).
dengan menggunakan alat ukur yang tepat dn jika alat ukur tersebut digunakan
kapas lidi steril, masukan kedalam luka dengan hati-hati untuk menilai ada
yang hilang.
Stadium II : hilangnya lapisan epidermis atau lecet sampai batas dermis
yang hilang
e. Full Thickness : Hilangnya lapisan dermis hingga lapisan Subkutan dan
subkutan.
Stadium IV : rusaknya lapisan subkutan hingga otot dan tulang
Selama ini kita menggenal banyak sekali metode yang dipakai di klinik
untuk menentukan tingkatan atau dan stadium dan klasifikasi dari derajat
keseriusan suatu luka. Kemudahan yang ingin diperkenalkan untuk menilai derajat
21
keseriusan luka adalah menilai warna dasar luka.System ini dikenal dengan
f. Red / merah
Luka dengan dasar warna luka merah tua atau terang dan selalu tampak
mudah berdarah. Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah
g. Yellow / kuning
Luka dasar warna luka kuning atau kecoklatan atau kuning kehijauan
atau kuning pucat adalah jaringan nekrosis. Merupakan kondisi luka yang
22
Gambar 2. 2 Luka dengan warna dasar kuning
h. Black / Hitam
Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan
luka kering.
2.5.2 Pengkajian
a. Pengumpulan data
23
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
1. Anamnese
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
mengatasinya.
24
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
jantung.
f) Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan fisik
c) Sistem integumen
25
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
d) Sistem pernafasan
e) Sistem kardiovaskuler
f) Sistem gastrointestinal
obesitas.
g) Sistem urinary
saat berkemih.
h) Sistem muskuloskeletal
i) Sistem neurologis
3. Pemeriksaan laboratorium
26
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
b). Urine
Insulin
27
4.5.2 Intervensi Keperawatan
(hiperglikemi) selama 1x24 jam 2. Monitor kadar glukosa darah 2. Mengobservasi dan menilai kadar gula
b/d Resistensi diharapkan glukosa 3. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi darah pasien secara rutin untuk
Insulin darah berada dalam 4. Ajarkan pengelola diabetes menentukan terapi berikutnya
3. gemeter menurun
4. kesadaran meningkat
2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala nyeri 1. Mengetahui perkembangan
32
. Agen Pencedera tindakan keperawatan 2. Identifikasi skala nyeri, keadaan pasien
2. Mengetahui kondisi keadaan pasien
Fisik (Post selama 3x24 jam karakteristik, durasi, frekuensi, 3. Meringankan atau mengurangi rasa
amputasi) diharapkan nyeri
kualitas, intensitas nyeri nyeri pada tingkat kenyamanan
berkurang. Kriteria
3. Berikan teknik nonfarmakologis
yang dapat diterima oleh pasien.
Hasil: relaksasi distrasi 4. Membantu meyakinkan bahwa
4. Jelaskan penyebab, pemicu nyeri
1. Skala nyeri 5. Berikan hasil kolaborasi pemberian penanganan dapat memenuhi
menurun
4. Vital sign dalam
batas normal
3 Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor karakteristik luka 1. Menilai keadaan luka pasien
. 2. Monitor tanda- tanda infeksi
Integritas tindakan keperawatan 3. Ajarkan prosedure perawatan luka untuk dilakukan tindakan
Jaringan b/d selama 3x24 jam
mandiri berikutnya
33
Neuropati Perifer diharapkan integritas 4. Anjurkan mengkomsumsi tinggi 2. Mencegah terjadinya infeksi dini
3. Membersihkan luka pasien dari
jaringan dan kulit kalori dan protein
5. Lakukan tindakan perawatan luka mikroba
membaik. Dengan
6. Kolaborasi pemberian antibiotik 4. Protein adalah salah satu
kriteri hasil :
komponen yang penting untuk
1. Penyatuhan kulit
menyembuhkan luka
meningkat 5. Mencegah terjadinya luka yang
4. Peradangan luka
pasien
menurun
menuruns
sedap menurun
7. Nekrosis menurun
34
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui keluhan dan kondisi
.
mobilitas fisik tindakan keperawatan 2 keluhan fisik lainnya pasien
2. Indentifikasi toleransi fisik 2. Mengetahui keadaan pasien
b.d x 24 jam di harapkan
3. Memberikan dukungan dan
ketidakbugaran mobilitas normal .
melakukan pergerakan
3. Libatkan keluarga untuk membantu motivasi untuk melakukan gerakan
fisik Kriteria Hasil:
pasien dalam meningkatkan pada pasien
1. Kelemahan fisik 4. Memotivasi pasien latihan
pergerakan
menurun 4. Anjurkan mobilisasi sederhana berlahan- lahan
5. Memberikan informasi pentingnya
2. Pergerakan yang harus dilakukan
5. Jelaskan prosedur dan tujuan mobilisasi
ekstremitas
meningkat
mmobilisasi
3. Kekuatan otot
meningkat
4. ROM meningkat
5. Nyeri menurun
6. Pergerakan terbatas
menurun
35
36
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
68 tahun status Menikah beragama Kristen asal suku dari Jawa bahasa
adalah PSG, pekerjaan Ibu Rumah Tangga masuk rumah sakit pada
hari Jumat, 13 September 2019 pada pukul 04.04 WIB dan dilakukan
Dr.Ramelan Surabaya.
Terdapat Luka Pada Jari Telapak Kaki Bawah Jempol Sebelah Kiri
Operasi amputasi pedis, 3 hari yang lalu. Luka terasa cekot- cekot saat
di gerakan dengan skala nyeri 5 (0-10) dan hilang timbul, mual (-),
muntah (-). Selama di igd pasien di lakukan tindakan DL, GDA, SE,
37
september 2019 pasien mengeluh badan terasa sakit dan kaki jempol
Keterangan:
Tinggal satu rumah
Perempuan
Laki-laki
Paisen
Meninggal
38
3.1.7 Riwayat alergi :
irama nafas reguler, pola nafas eapnea, taktil fomitus teraba di thorak
anterior dan posterior, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan, tidak ada sesak, tidak ada sianosis, tidak ada batuk.
nyeri dada, bunyi jantung S1/S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung
Compomentis, GCS : 456, reflek bisep pada sebelah kanan dan kiri
39
positif, reflek trisep pada kanan dan kiri positif, reflek patella pada
kanan dan kiri positif, reflek achiles pada kanan dan kiri positif, reflek
mampu menggerakan bola mata kearah atas bawah dan lateral, nervus
kulit kering.
jumlah urine 2000 cc/hari. Kandung kemih tidak ada retensi, tidak ada
40
nyeri tekan, BAK sebelum masuk rumah sakit 4 kali/hari dengan
masuk rumah sakit adalah nasi,sayur dan ikan, nafsu makan baik
masuk rumah sakit dengan diit TKTP dengan habis 1 porsi setiap kali
makan dengan frekuensi 3x makan per hari. Pasien tidak ada keluhan
mual, tidak ada muntah, bentuk abdomen datar dengan peristaltic usus
konsistensi lembek dan warna kuning, BAB setelah masuk rumah sakit
berwarna hitam dan ada yang berwarna putih, warna kulit sawo
matang, pada palpasi didapatkan turgor kulit elastis ROM bebas pada
bagian tubuh kanan dan kiri. Kekuatan otot nilai 5 untuk sendi pada
41
jari sebelah kanan, 5 untuk sendi pergelangan tangan, 5 untuk sendi
kanan, 5 untuk sendi engkel sebelah kanan, 5 untuk sendi lutut dan 5
untuk sendi pinggul sebelah kanan. Dan kekuatan otot dengan nilai 5
pada sendi yang sama pada bagian tubuh sebelah kiri. Tidak ada
kelainan atau trauma pada tubuh pasien. Terdapat luka dan lesi di
pengkajian luka warna dasar luka merah, eksudat ada tapi tidak
banyak, eksudat dan luka berbau namun tidak menyengat, tepi luka
Kekuatan Otot:
5 5
555 555
5 5
555 544
7. Pemeriksaan Endokrin
dan hiperglikemia.
42
8. Kemampuan Perawatan Diri
sekali. Namun saat dirawat di rumah sakit pasien mandi melalui seka
Sebelum dirawat dirumah sakit pasien biasanya tidur siang mulai jam
11.30 sampai dengan jam 13.00 WIB. Dan tidur malam jam 21.00
istirahat jam 11.00 – 12.00 lalu tidur lagi jam 13.00-14.00 dengan tidur
malam mulai pukul 20.00 sampai dengan pukul 05.00 WIB dengan
43
Masalah Utama selama MRS pasien mengaku nyeri jika
44
Natrium 133.8 mmol/L 135.0 - 147.0
Gula Darah 380 mg/dL < 120
Kesimpulan:
Foto thorax normal Tak tampak proses keradangan aktif paru kiri
kanan
3.1.11. Terapi
45
Kel. E2
No.
1 DS : Resistensi Insulin Ketidakstabilan
46
R : Jempol kaki kiri
S : skala 5 (1-10) numberik
DO :
47
4 DS : pasien mengatakan Ketidak bugaran Gangguan
lemas
.4 DO : fisik Mobilitas Fisik
a. k/u cukup, gcs 456
b. kekuatan otot
5555 5555
5555 5544
48
3.4 Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
No Keperawatan Hasil
1 Ketidakstabilan Setelah 1. Identifikasi kemungkinan 1. Mencegah terjadinya hiperglikemi
.1 Glukosa Darah dilakukan tindakan penyebab hiperglikemi yang dapat membahayakan nyawa
(hiperglikemi) keperawatan selama 2. Monitor kadar glukosa darah 2. Mengobservasi dan menilai kadar
3. Monitor tanda dan gejala gula darah pasien secara rutin untuk
b/d Resistensi
1x24 jam diharapkan
hiperglikemi menentukan terapi berikutnya
Insulin glukosa darah berada 4. Ajarkan pengelola diabetes 3. Mencegah terjadinya hiperglikemi
dalam batas normal 5. Berikan hasil kolaborasi yang dapat membahayakan nyawa
(<200mg/dl) pemberian insulinn dan diet DM 4. Mengontrol kadar gula darah melalui
Kriteria Hasil : intake pasien
kadar glukosa 5. Mengontrol kadar gula dengan
darah membaik memberikan obat-obatan dan nutrisi
lelah/lesu menurun
gemeter menurun
kesadaran
meningkat
2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala nyeri 1. Mengetahui perkembangan
.2 Agen Pencedera tindakan keperawatan 2. Identifikasi skala nyeri,
keadaan pasien
Fisik (Post selama 3x24 jam karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Mengetahui kondisi keadaan
amputasi) diharapkan nyeri kualitas, intensitas nyeri pasien
berkurang. 3. Berikan teknik nonfarmakologis 3. Meringankan atau mengurangi rasa
Kriteria Hasil: relaksasi distrasi nyeri pada tingkat kenyamanan
nyeri 4. Jelaskan penyebab, pemicu nyeri yang dapat diterima oleh pasien.
Skala
5. Berikan hasil kolaborasi 4. Membantu meyakinkan bahwa
berkurang atau
pemberian analgetik penanganan dapat memenuhi
hilang 0-2.
kebutuhan pasien dalam
49
Ekspresi meringis mengurangi nyeri
menurun 5. Memfasilitasi penggunaan obat
Kesulitan tidur resep secara aman dan efektif
menurun
Vital sign dalam
batas normal
3 Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor karakteristik luka 1. Menilai keadaan luka pasien
.3 Integritas tindakan keperawatan 2. Monitor tanda- tanda infeksi untuk dilakukan tindakan
Jaringan b/d selama 3x24 jam 3. Ajarkan prosedure perawatan berikutnya
Neuropati Perifer diharapkan integritas luka mandiri 2. Mencegah terjadinya infeksi dini
jaringan dan kulit 4. Anjurkan mengkomsumsi tinggi 3. Membersihkan luka pasien dari
membaik. Dengan kalori dan protein mikroba
kriteri hasil : 5. Lakukan tindakan perawatan 4. Protein adalah salah satu
Penyatuhan kulit
luka komponen yang penting untuk
6. Kolaborasi pemberian antibiotik menyembuhkan luka
meningkat
5. Mencegah terjadinya luka yang
Jaringan granulasi
jelek
meningkat 6. Kolaborasi dengan team medis
Nyeri menurun untuk mengatasi masalah luka
Peradangan luka pasien
menurun
Edema pada sisi luka
menuruns
Bau pada luka tidak
sedap menurun
Nekrosis menurun
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui keluhan dan kondisi
50
.4 mobilitas fisik tindakan keperawatan keluhan fisik lainnya pasien
b.d 2 x 24 jam di 2. Indentifikasi toleransi fisik 2. Mengetahui keadaan pasien
ketidakbugaran harapkan mobilitas melakukan pergerakan 3. Memberikan dukungan dan
fisik 3. Libatkan keluarga untuk motivasi untuk melakukan
normal .
membantu pasien dalam gerakan pada pasien
Kriteria Hasil: meningkatkan pergerakan 4. Memotivasi pasien latihan
Kelemahan fisik 4. Anjurkan mobilisasi sederhana berlahan- lahan
menurun yang harus dilakukan 5. Memberikan informasi pentingnya
Pergerakan 5. Jelaskan prosedur dan tujuan mobilisasi
ekstremitas mmobilisasi
meningkat
Kekuatan otot
meningkat
ROM meningkat
Nyeri menurun
Pergerakan
terbatas menurun
51
17-9-2019 17-9-2019
16.00 Membina Hubungan Saling Percaya 21.00 S : pasien mengatakan kadang lemas
1. Terhadap perawat dan pasien O:
16.10 Memonitor kadar gula darah setiap - GDA 255 mg/dl besok pagi cek
pagi sebelum makan pagi ulang
GDA 255 mg/dl - Kesadaran compos metis, gemetar
Memonitoring tanda dan gejala (-), berkeringat (-) E2
16.15 hiperglekemi E2 - Pasien sering kencing produksi urine
Keadaan pasien baik, GCS 456 nafsu 1500/8jam
makan baik, gemetar (-) A: Ketidakstabilan glukosa darah
Menjelaskan kepada anggota keluarga (hiperglikemi) teratasi sebagian
18.00 pasien gejala hiperglekemi. P : Intervensi di lanjutkan
18.15 Memberikan terapi humolog Mix
12ui/sc
Memberkan diet NDM
2. 17-9-2019 Memonitoring vital sign 17-9-2019 P: Pasien mengatakan kadang terasa nyeri di
16.15 TD 140/80 mmhg 21.00 daerah kaki kirinya seperti di tusuk-tusuk jika
S 36,8oC E2 di gerakan E2
N 88 x/menit O:
52
RR 20x/menit - k/u cukup, gcs 456
16.20 SPO2 99% TD 140/80 mmhg
Mengkaji jenis nyeri dan tingkat skala pasien S 36,8 oC
P : post operasi amputasi RR 20 x/menit
18.00 Q : cekot- cekot N 88x/menit
R : kaki kiri SPO2 99%
S: skala 5 (sedang) - Ekspresi menyeringai jika kesakitan
T: kurang lebih 15 menit - Terdapat luka di kaki kiri terbalut
Mengajarkan teknik relaksasi dengan cara kassa
19.00 tarik nafas dalam hembuskan berlahan- lahan - Skala nyeri 4 (sedang)
lewat mulut A: Nyeri akut teratasi sebagian
19.05 Memberikan injeksi keterolac 30 mg/iv P: Intervensi dilanjutkan
53
16.00 - Dasar luka terlihat merah dengan - Masih terdapat eksudat sedikit
diameter 10 cm, eksudat lembab, berbau saat - Bau luka berkurang
di buka - Granulasi mulai membentuk
- Perawatan dilakukan dengan di bilas A : Gangguan Integritas Jaringan teratasi
ns dan dikeringkn dengan kassa di beri sebagian
17.00 metronidazole kompres P : Intervensi lanjut
Memberikn injeksi gentamicin 50
18.00 mg/iv
Memberikan injeksi Cinam 1.5 gr/iv
54
baik, gemetar (-) - gemetar (-),berkeringat (-)
09.15 Menjelaskan kepada anggota keluarga pasien E2 - Pasien sering kencing, E2
gejala hiperglekemi. merasa haus
12.00 Memberkan diet NDM A: Ketidakstabilan glukosa darah
Pasien hanya menghabiskan ½ porsi yang (hiperglikemi) teratasi sebagian
telah di siapkan P : Intervensi di lanjutkan
2. 17-9- 2019 Memonitoring vital sign 17-9-2019 P: Pasien mengatakan kadang terasa nyeri
TD 120/90 mmhg di kaki kiri seperti di tusuk-tusuk jika di
12.00 S 37oC 21.00 gerakan
E2
N 84 x/menit O:
E2
RR 20x/menit - k/u cukup, gcs 456
SPO2 98% TD 120/90 mmhg
Mengkaji jenis nyeri dan tingkat skala pasien S 37 oC
P : post operasi amputasi RR 20x/menit
Q : cekot- cekot N 84 x/menit
R : kaki kiri SPO2 98%
S: skala 4 (sedang) - Ekspresi menyeringai jika
T: kurang lebih 15 menit kesakitan
12.15 Mengajarkan teknik relaksasi dengan cara - Terdapat luka di kaki kiri
tarik nafas dalam hembuskan berlahan- lahan terbalut kassa
lewat mulut - Skala nyeri 4 (sedang)
Memberikan injeksi keterolac 30 mg/iv A: Nyeri akut teratasi sebagian
12.20 P: Intervensi dilanjutkan
3 18-9-2019 18-9-2019 S:-
Memonitoring karakter luka pasien O:
10.00 - Terdapat luka pada pedis kaki kiri 21.00 - Terdapat luka di pedis kiri
E2
terbalut kassa terbalut kassa, rembes minimal, bau
55
12.00 - Rembes (+) sedikit, Bau (-) E2 (-)
Memberikan injeksi Cinam 1.5 gr/iv - Bau luka berkurang
A : Gangguan Integritas Jaringan teratasi
sebagian
P : Intervensi lanjut
56
menghabiskan ½ porsi yang sudah disiapkan
2. 19-9- 2019 Memonitoring vital sign 19-9-2019 P: Pasien mengatakan kaki kiri sakit
TD 140/70 mmhg berkurang
06.00 S 36,6oC O7.00 O:
E2
N 88 x/menit - k/u cukup, gcs 456
E2
RR 19 x/menit TD 140/70mmhg
SPO2 98% S 36,6 oC
Mengkaji jenis nyeri dan tingkat skala pasien RR 19 x/menit
06.10 P : post operasi amputasi N 88 x/menit
Q : cekot- cekot SPO2 98%
R : kaki kiri - Ekspresi menyeringai jika
S: skala 3 (sedang) kesakitan
T: kurang lebih 15 menit - Terdapat luka di kaki kiri
06.15 Mengajarkan teknik relaksasi dengan cara tarik terbalut kassa
nafas dalam hembuskan berlahan- lahan lewat - Skala nyeri 3 (ringan)
mulut A: Nyeri akut teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
3 19-9-2019 19-9-2019 S:-
Memonitoring karakter luka pasien O:
04.00 - Terdapat luka pada pedis kaki kiri 07.00 - Terdapat luka di pedis kiri
E2
terbalut kassa terbalut kassa
Melakukan perawatan luka - Dasar luka merah
04.15 - Dasar luka terlihat merah dengan E2 - Eksudat berkurang
diameter 10 cm, eksudat lembab, berbau (-) - Bau luka berkurang
- Perawatan dilakukan dengan di bilas - Granulasi mulai
ns dan dikeringkn dengan kassa di beri membentuk dan membaik
05.00 metronidazole kompres A : Gangguan Integritas Jaringan teratasi
57
Memberikan injeksi gentamicin 50 mg/iv sebagian
Memberikan injeksi inam 1.5 gr/iv P : Intervensi lanjut
58
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose
medis Diabetes Militus & Diabetic Foot Ulcer maka penulis dapat mengambil
kesimpulan:
nyeri
c) Berikan teknik nonfarmakologis relaksasi distrasi
d) Jelaskan penyebab, pemicu nyeri
59
a) Monitor karakteristik luka
b) Monitor tanda- tanda infeksi
c) Ajarkan prosedure perawatan luka mandiri
d) Anjurkan mengkomsumsi tinggi kalori dan protein
e) Lakukan tindakan perawatan luka
pergerakan
d) Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
e) Jelaskan prosedur dan tujuan mmobilisasi
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
60
Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi
Pleura dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Johnson, M, et all. 2000. Nursing outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle Rive
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokaeran, Jilid I edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, CJ., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit
PTAlumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
http:/npkeperawatan.blogspot.com/2013/11/diabetes-mellitus-a.html#.
VMWaRGfq71U (diakses pada tgl 20 September 2019 pukul 12.30 wib)
61