Anda di halaman 1dari 10

DRAFT TUGAS AKHIR (TA)

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan dimana wilayah lautnya lebih besar
dibandingkan wilayah daratannya. Potensi perairan di Indonesia merupakan
posisi strategis untuk pelayaran internasional maupun nasional, bahkan skala
terkecil pelayaran antar pulau di Indonesia (Supriyono, Pranowo, Rawi, &
Herunadi, 2015). Banjarmasin merupakan salah satu ibukota dari Kalimantan
Selatan yang menjadi salah satu pintu masuk gerbang dalam perekonomian
nasional. Banyaknya hasil bumi yang ada membuat aktivitas pelayaran di
perairan banjarmasin menjadi ramai dan sibuk, menjadikan Banjarmasin
sebagai kota niaga dan pelabuhan yang penting karena batas wilayah selatan
berhubungan langsung dengan Laut Jawa, serta banyak perusahaan besar
terdapat di Banjarmasin yang berada di sepanjang s u n g a i Ambang Barito
(Kusumawati & Hariadi, 2015).

Salah satu pelabuhan besar di Kalimantan Selatan yang berada di alur


Sungai Barito yaitu pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Pelabuhan Trisakti adalah
pelabuhan terbesar dan tersibuk di Kalimantan. Pelabuhan ini berfungsi sebagai
pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor maupun barang antar
pulau dan negara. Karena aktivitas pelabuhan trisakti yang ramai dan padat
maka pelabuhan tersebut memerlukan pengetahuan mengenai oseonografi
untuk mendukung setiap kegiatan yang ada di pelabuhan tersebut. Salah satu
parameter oseonografi yang berpengaruh terhadap aktifitas pelabuhan yaitu
pasang surut (pasut) air laut.

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik
benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di
bumi. Meskipun masa bulan jauh lebih kecil dari masa matahari, tetapi karena
jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan
terhadap bumi lebih besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik
bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,3 kali lebih besar dari pada
gaya tarik matahari. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut)
sangat penting untuk merencanakan bangunan bangunan-bangunan pantai. Sebagai
contoh, muka air pasang menentukan tingginya elevasi puncak bangunan pemecah
gelombang, dermaga, dan sebagainya. Sementara kedalaman alur pelayaran dan
kolam pelabuhan ditentukan oleh muka air surut (Lolong & Masinambow, 2011).

Keadaan pasut di suatu lokasi digambarkan oleh konstanta harmonik. Analisis


perhitungan komponen–komponen pasut dapat ditentukan dengan mengunakan
admiralty, yang biasanya digunakan untuk menganalisis data pasut dalam jangka
waktu pendek (15 hari dan 29 hari). Selain itu perhitungan komponen-komponen
pasut dapat juga dihitung dengan metode least square, spectrum, dan lain
sebagainya. Namun pada penelitian ini perhitungan komponen-komponen pasut
akan menggunakan metode admiralty, dengan data pasut dalam jangka waktu 15
hari yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Data pengamatan 15
harian di setiap jam akan disimulasikan dengan beberapa variasi waktu
berdasarkan penganggalan hijriah. Koordinat lokasi pengukuran yaitu 3019’42”
LU dan 114033’16” BT. Melalui Google Maps dapat diketahui bahwa lokasi
tersebut berada di pelabuhan trisakti.

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang dikaji dalam tugas akhir ini adalah untuk menentukan
variasi awal waktu pengamatan terhadap prediksi pasang surut dengan nilai error
terkecil dan menentukan bilangan formzhal pasang surut yang ada di sekitar
plabuhan trisakti.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis komponen-komponen pasut


2. Mengetahui tipe pasut di daerah penelitian dari bilangan formzhal
3. Memprediksi elevasi pasut di daerah penelitian
4. Menentukan waktu yang paling akurat untuk melakukan pengamatan pasut di
derah penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai referensi semua pihak yang
berkepentingan dalam menentukan awal waktu pengamatan data pasut untuk
berbagai keperluan yang memerlukan informasi mengenai pasut di lapangan.

1.4 Tinjauan Pustaka


Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik
benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di
bumi. Meskipun masa bulan jauh lebih kecil dari masa matahari, tetapi karena
jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan
terhadap bumi lebih besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik
bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,3 kali lebih besar dari pada
gaya tarik matahari (Lolong & Masinambow, 2011).

Pasang surut mempunyai bentuk yang tidak sama di berbagai daerah. Di


sebuah daerah pasang surut dapat terjadi satu kali atau dua kali. Menurut
Triatmodjo (1966) pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat tipe,
yaitu:
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan
tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara
teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut
jenis ini terdapat di Selat Malaka sampai Laut Andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode
pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan
Selat Karimata.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing
semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi
tinggi dan periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di
perairan Indonesia Timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal)
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air
surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang
surut jenis ini terdapat di Selat Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

Gambar 1 berikut menunjukkan keempat jenis pasang surut tersebut.

Gambar 1 Tipe Pasang Surut


(Sumber: Abdullah, 2016)

Tipe pasang surut dapat dicari dengan mendapatkan bilangan atau


konstanta pasut (Tidal Constant/ Form zahl) yang dihitung dengan metode
Admiralty. Rumusnya adalah sebagai berikut :

(1)

Dimana:
F : Form-zahl atau konstanta pasang surut
AK1 : Amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian tunggal rata-rata
yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahari
AO1 : Amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian tunggal rata-rata
yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari
AM2 : Amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian ganda rata-rata
yang dipengaruhi oleh bulan
AS2 : Amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian ganda rata-rata
yang dipengaruhi oleh matahari

Bila harga F memenuhi salah satu perjanjian seperti di bawah ini:

1. 0 < F < 0,25 maka tipe pasang surut sebagai Harian Ganda murni (semi
diurnal).
2. 0,25 < F < 1,50 maka tipe pasang surut sebagaai campuran (mixed type)
condong ke Harian Ganda.
3. 1,50 < F < 3,00 maka tipe pasang surut sebagai campuran (mixed type)
condong ke Harian Tunggal.
4. F ≥ 3,00 maka tipe pasang surut sebagai Harian Tunggal murni (diurnal
type).

Menurut ( T r i a t m o dj o , 2 0 1 0 ) Jenis pasang surut akibat pengaruh bulan


dan matahari terhadap bumi ada dua, yaitu:
1. Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan, matahari kira-kira
berada pada satu garis lurus, sehingga gaya tarik bulan dan matahari
terhadap bumi saling memperkuat. Dalam keadaan ini terjadi tinggi pasang
surut sangat besar dibanding hari-hari lain, yaitu sekitar tanggal 1 dan 15
(bulan muda dan bulan purnama), dapat dilihat pada Gambar 2(a).
2. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bulan dan matahari membentuk
sudut siku-siku terhadap bumi sehingga gaya tarik bulan terhadap bumi
saling mengurangi. Dalam keadaan ini tinggi pasang surut kecil dibanding
hari-hari lain, yaitu sekitar tanggal 7 dan 21 (seperempat dan tiga perempat
revolusi bulan terhadap bumi), dapat dilihat pada Gambar 2(b).
Gambar 2 Kedudukan Bumi-Bulan-Matahari Saat Pasang Purnama (a) dan Pasang
Perbani (b)
(Sumber: Triatmodjo, 1999)

1.5 METEDOLOGI PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan trisakti Banjarmasin, Kalimantan


Selatan. Pada koordinat 3019’42” LU dan 114033’16” BT. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah in:

Gambar 1.1 Lokasi penelitian


Sumber: Google Maps, 2017
Data Penelitian
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh melalui Bandan Informasi Geospasial (BIG) dengan panjang data yang
digunakan selama 15 hari.
Bagan Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Data Pasang Surut Perairan Dumai

Penyusunan Skema Analisis Pasut Metode Admiralty

Simulasi Pasut

Perhitungan Elevasi Pasut

Verifikasi Data Hasil Simulasi Pasut

Hasil dan Pembahasan

Selesai

Gambar 1.2 Bagan alir penelitian

Prosedur Penelitian
Prosedur pada penelitian berdasarkan Gambar 1.4 adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur
Mempelajari ilmu pengetahuan mengenai metode Admiralty, pasang surut,
komponen-komponen pasag surut, bagaimana cara menganalisis tipe pasut, dan
bagaimana cara agar dapat menganalisis waktu awal pengamatan yang sesuai pada
lokasi penelitian ini seperti membaca dan mengkutip teori-teori dasar yang
diperlukan dari buku, jurnal, skripsi, tesis, dan lain-lain. Studi literatur yang
dilakukan pada penelitian ini guna untuk menunjang keabsahan dari hasil
penelitian, sehingga hasil yang diperoleh pada penelitian dapat dijadikan acuan
oleh orang lain.
2. Penyusunan Skema Analisis Pasut Metode Admiralty
Skema-skema perhitungan pasut metode admiralty disusun dengan
bantuan spread sheet. Metode ini digunakan untuk memperoleh besaran
amplitudo dan beda fase dari tiap komponen pasut.
3. Simulasi Pasut
Simulasi pasut dengan data pasut sepanjang 15 hari dilakukan dengan
beberapa variasi awal waktu data pengamatan.
4. Perhitungan Elevasi Pasut
Elevasi pasut dan bilangan Formzahl untuk menentukan tipe pasut
dihitung setelah diperoleh amplitudo dan komponen-komponen pasut.
5. Mengitung Tingkat Kesalahan
Menghitung tingkat kesalahan data diperoleh dengan menghitung nilai
Root Mean Square Error (RMSE). Kemudian dipilih tingkat akurasi kecocokan
tertinggi pada lkasi penelitian berdasarkan nilai kesalahan terkecil.

1.6 Penutup
Penelitian ini akan menghasilkan tipe pasang surut di perairan pelabuhan
trisakti, Bajarmasin dengan menggunakan bilangan Formzahl. Selain itu juga akan
dapat mengetahui error terkecil berdasarkan metode analisis tingkat kesalahan
menggunakan metode RMSE. Kemudian penelitian ini juga akan memberikan
informasi mengenai waktu awal pengamatan yang cocok di perairan pelabuhan
trisakti, Banjarmasin berdasarkan analisis yang telah dilakukan.
1.7 Penutup
Kusumawati, E. D. H., & Hariadi. (2015). Pemetaan Batimetri untuk Mendukung
Alur Pelayaran di Perairan Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Jurnal
Oseanografi, 4(4), 706–712.
Lolong, M., & Masinambow, J. (2011). Penentuan Karakteristik dan Kinerja
Hidro Oceanografi Pantai (Study Kasus Pantai Inobonto). Jurnal Ilmiah
Media Engineering, 1(2), 127–134.
Supriyono, Pranowo, W. S., Rawi, S., & Herunadi, B. (2015). Jurnal Chart Datum.
Jurnal Chart Datum, 1(1), 1–97.
Triatmodjo, B. (2010). Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset
Yogyakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasang Surut


Pasang surut (pasut) adalah peristiwa fluktuasi muka air laut secara berkala
akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan
terhadap massa air laut di bumi. Peristiwa naik turunnya muka air laut ini
memiliki periode 12,4 jam atau 24,8 jam (Pond & Pickard, 2013). Meskipun
massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap
bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar
daripada pengaruh gaya tarik matahari (Triatmodjo, 2010).

Anda mungkin juga menyukai