Disusun oleh:
Pembimbing:
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
III. 1 Definisi............................................................................................................. 12
III. 2 Etiologi............................................................................................................. 12
III. 5 Diagnosis.......................................................................................................... 15
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
Metanol merupakan jenis alkohol yang paling toksik pada manusia dibanding jenis
alkohol lainnya. Toksisitas metanol pada manusia dapat menimbulkan morbiditas sampai
mortalitas. Metanol sendiri lebih banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia
dikarenakan dibandingkan dengan etanol harganya jauh lebih murah, sehingga minuman
keras terutama minnuman keras yang ilegal atau kerap kita sebut sebagai oplosan
keracunan metanol yang terjadi di Indonesia. Kasus ini terutama dilaporkan banyak terjadi
pada turis asing paska berlibur di Indonesia dan mencoba minuman alkohol lokal yang
disebut arak dan mengalami gangguan penglihatan bahkan kematian setelah mengkonsumsi
Menurut data dari World Health Organization (WHO) disebutkan bahwa sebanyak
320 ribu orang pada usia 15-29 tahun meninggal dunia setiap tahunnya, terkait dengan
keracunan metanol. Kasus keracunan metanol yang terjadi di Indonesia makin marak dan
berakhir dengan kebutaan permanen dan bahkan kematian. Menurut World Health
Organization (WHO) berdasarkan The Australian 2009 disebutkan 45% keracunan metanol
dengan 25% terjadi kematian di Bali dan Lombok tahun 2009 dan di Makassar terjadi 5%
Untuk memastikan diagnosis dan penyebab adanya suatu neuropati optik toksik
metanol, maka pada setiap penderita yang datang ke poliklinik atau instalasi rawat darurat
harus diperiksa secara lengkap mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes diagnostik
untuk menentukan adanya disfungsi nervus optik. Atas dasar-dasar yang telah dikemukakan
4
dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai anatomi dan fisiologi nervus optik,
5
BAB II
Nervus optik secara anatomi dimulai pada diskus optik, tetapi secara fisiologis dan
fungsional dimulai pada lapisan sel ganglion retina. Bagian pertama dari nervus optik
mengandung 1.0- 1.2 juta akson sel ganglion yang menembus sklera melalui lamina cribrosa.
- Area intraocular dari nervus optik yang disebut diskus optik yang terbagi atas
6
Area Intraocular (Diskus Optik)
Bagian intraokular nervus optik terdiri dari diskus optik. Nervus optik meninggalkan
retina sekitar 3 mm di sebelah nasal macula lutea, tepatnya pada diskus optik. Diameternya
1,5 mm dan berwarna pink pucat, lebih pucat dari area retina di sekitarnya. Bagian tepi diskus
optik rata atau sedikit lebih tinggi, sedangkan bagian tengahnya mengalami pencekungan,
tempat dimana pembuluh darah retina sentralis masuk ke dalam bola mata. 5,6,7
Diskus optik terdiri dari semua akson sel ganglion retina, dimana akson dari sistem
cone yang mendominasi bagian posterior retina melewati bagian lateral dari diskus optik.
Sedangkan akson-akson dari lateral retina tidak bergabung dengan akson sistem cone, namun
berjalan membentuk arkuata di superior dan inferiornya. Akson-akson dari area perifer dan
sentral retina akan bersatu, tapi saat mendekati nervus optik akson-akson retina perifer akan
berada pada bagian perifer nervus optik dan akson yang berasal dari sentral retina masuk
melalui bagian tengah nervus optik. Diskus optik tidak mengandung sel rods dan cone,
sehingga area ini tidak sensitif terhadap cahaya yang disebut sebagai blind spot. Blind spot
berada 15° dari titik fiksasi atau sekitar 4-5 mm dari fovea dan sedikit dibawah meridian
daerah dekat diskus optik merupakan sel saraf yang tidak bermielin. Koroid dan seluruh
lapisan retina kecuali lapisan serabut saraf, berakhir pada tepi diskus optik. Serat-serat saraf
optik meninggalkan bola mata melalui orifisium lamina kribrosa yang dibentuk oleh jaringan
ikat sklera, jaringan ikat koroid dan membrana Bruch, serta astroglia yang berasal dari sistem
7
Gambar 2 . Struktur Nervus Optik (a) gambaran klinis yang tampak pada oftalmoskop, (b)
potongan longitudinal, LC : lamina cribrosa, (c) potongan melintang, P : pia; A : arachnoid;
D : dura, (d) pembungkus nervus optik dan pembuluh darah Pial. 7
Bagian Intraorbital
Setelah melewati lamina cribrosa, nervus optik diselubungi oleh myelin sheath yang
dibentuk oleh oligodendrosit. Adanya mielin dan oligodendrosit ini menyebabkan diameter
nervus optik meningkat menjadi 3-4 mm. Panjang nervus optik bagian orbital kira-kira 25
mm, sekitar 6 mm lebih panjang dari ukuran jarak bola mata dengan kanalis optikus.
Ukurannya yang lebih panjang memungkinkan nervus optik berjalan berkelok-kelok dan
memudahkan pergerakan nervus optik mengikuti pergerakan bola mata. Nervus optik ini
diselubungi oleh 3 lapisan menings yaitu, lapisan padat duramater, lapisan arachnoid di
Pada bagian anterior bagian intraorbital nervus optik dikelilingi oleh jaringan lemak
yang mengandung pembuluh darah dan nervus siliaris. Ganglion siliaris berada di antara sisi
lateral serabut saraf dan muskulus rektus lateral . Sedangkan di bagian posterior, serabut
nasosiliaris dan arteri oftalmikus berjalan di sisi medial melintasi bagian atas nervus optikus.
8
Sekitar 12 mm di belakang bola mata, permukaan inferomedial dari duramater
ditembus oleh arteri dan vena retina sentralis. Pembuluh arteri retina sentralis kemudian
menembus lapisan subarachnoid secara oblik ke anterior menuju nervus optik, pembuluh
septa. Terdapat sekitar 1000 kelompok serabut saraf optik. Septa ini juga menyelubungi
Nervus optik berjalan melewati cincin jaringan ikat annulus Zinnii di dekat apeks
orbita. Pada apeks orbita, nervus optik melewati kanalis optik. Bersama nervus optik, dalam
kanal tersebut terdapat arteri oftalmikus, sebagian filamen plexus karotis simpatis dan
Bagian Intracanalicular
Canalis optikus berada dalam ala parva tulang sphenoidalis dan memiliki panjang
sekitar 5 mm. Nervus optik yang berjalan dalam kanalis optikus diselubungi 3 lapisan
meningeal sheaths. Didalam orbita, nervus optik relatif bebas bergerak namun dalam kanalis
lebih terfiksasi. Hal ini disebabkan oleh karena dalam kanalis optik, duramater dari nervus
optik dan periostium bersatu, sehingga suatu lesi kecil dalam kanalis dapat menyebabkan
neuropati kompresi. Selain nervus optik, di dalam kanalis optik bagian tepi inferolateral juga
Bagian Intrakranial
berlanjut ke posterior dan medial dalam rongga subarachnoid naik 45 derajat ke kiasma optik
yang terletak di dasar ventrikel ketiga. Panjang bagian intrakranial setiap nervus optik adalah
± 16 mm. Diatas nervus optik terdapat permukaan inferior lobus frontalis, traktus olfaktorius,
9
arteri cerebralis anterior dan arteri komunikans anterior. Dilateral, berbatasan langsung
dengan arteri karotis interna yang keluar dari sinus kavernosus. Di inferior dan medial
kecil (1 µm) dan sisanya berdiamater antara 2-10 µm. Akson-akson dengan diameter yang
lebih kecil berasal dari sel-sel ganglion midget yang membawa sinyal dari sel cone.
Sedangkan akson yang berdiameter lebih besar berasal dari sel ganglion yang meneruskan
Saraf optik merupakan indera khusus untuk penglihatan.Cahaya dideteksi oleh sel-sel
batang dan kerucut di retina, yang dapat dianggap sebagai end-organ sensorik khusus untuk
bersinaps dengan sel bipolar, neuron kedua di jalur penglihatan. Sel-sel bipolar kemudian
bersinaps dengan sel-sel ganglion retina. Akson-akson sel ganglion membentuk lapisan serat
saraf pada retina dan menyatu membentuk saraf optikus. Saraf keluar dari bagian belakang
bola mata dan berjalan ke posterior di dalam kerucut otot untuk masuk ke dalam rongga
kiasma, lebih dari separuh serat mengalami dekusasio dan menyatu dengan serat-serat
temporal yang tidak menyilang dari saraf optikus sisi lain untuk membentuk traktus optikus.
semua serat yang menerima impuls dari separuh kanan lapang pandang masing-masing mata
membentuk traktus optikus kiri dan berproyeksi ke hemisfer serebrum kiri dan separuh kiri
lapang pandang berproyeksi ke hemisfer serebrum kanan. Dua puluh persen serat di traktus
10
melayani fungsi pupil. Serat-serat ini menuju ke nukleus pretektalis otak tengah, sementara
Traktus ini berjalan melalui tungkai posterior kapsula interna dan kemudian menyebar ke
dalam radiasi optikus yang melintasi lobus temporalis dan parietalis dalam perjalanan ke
11
BAB III
III.1 Definisi
impairment yang disebabkan oleh bahan toksik metanol. Paparan metanol dapat terjadi pada
III.2 Etiologi
Metanol merupakan jenis alkohol yang paling sederhana dan paling mudah
didapatkan secara komersial. Nama kimia dari metanol adalah metil alkohol dan sering
disebut sebagai alkohol kayu, spirtus, atau karbinol. Metanol adalah jenis alkohol yang tidak
berwarna, mudah menguap pada suhu kamar, memiliki berat molekul 32 g/mol. Mendidih
pada suhu 65o celcius dan larut air. Hampir seluruh metanol dibuat dari reaksi katalitik
karbon monoksida atau karbon diaoxida dengan adanya hirdrogen. Metanol digunakan pada
industri sebagai pelarut pembersih kaca, bahan anti beku, dan campuran untuk bahan bakar.
Metanol juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan cat dan bahan bakar kompor
portabel. 2,11,12
12
Di negara berkembang metanol sering dijadikan sebagai pengganti etanol karena
harganya jauh lebih murah dan sering dijadikan sebagai minuman keras oplosan. Minuman
keras oplosan merupakan minuman keras yang terdiri dari berbagai campuran yang terdiri
dari metanol, minuman bersoda, suplemen kesehatan, obat-obatan bahkan bahan kimia.
Metanol ini bila dikonsumsi oleh manusia berpotensi menimbulkan morbiditas dan
mortalitas. 1,2
III.3 Patofisiologi
Metanol relatif baik diserap melalui kulit, traktus respiratorius, dan traktus
menyebabkan kematian dan bahkan konsumsi hanya 4ml saja dapat menimbulkan kebutaan
yang irreversible. Metanol dengan rute oral akan diserap dengan cepat, penyerapan tertinggi
pada 30-60 menit. Metanol terdistribusi di cairan tubuh sekitar 50% sampai 60%. Metanol
sulit dimetabolisme sehingga dapat ditemukan kadarnya dalam darah sampai 7 hari setelah
dicerna. 12,14,15
Toksisitas metanol sebenarnya berasal dari produk metabolisme metanol itu sendiri,
yaitu asam format. Metanol akan dimetabolisme di hati oleh enzim alkohol dehydrogenase
dan aldehida dehidrogenase menjadi asam format. Kadar asam format yang tinggi aan
menimbulkan acidemia dan akumulasi pada retina akan menimbulkan inhibisi dari sitokrom
oksidase dan menyebabkan kerusakan pada mitokondria yang hasilnya akan terjadi
penurunan produksi ATP dan akhirnya terjadi disrupsi dari aliran aksoplasmik dan
pembengkakan dari akson dari nervus optikus dan edema dari nerve fiber layer. Selain itu
proses tersebut akan menimbulkan stress oksidatif yang juga berperan dalam kerusakan sel
retina dan nervus optikus. Hal ini akan memicu terjadinya kematian sel-sel retina dan nervus
13
optikus. Terjadinya demyelinisasi aksonal progresif akan berujung pada atrofi optik dan
Pada pemeriksaan histopatologi sel ganglion retina hewan coba yang diintoksikasi
metanol terdapat edema retina, vakuolisasi fotoreseptor dan epitel pigmen retina,
pembengkakan dan kerusakan mitokondria pada segmen dalam sel-sel foto reseptor, bervus
Gejala klinis awal non spesifik pada intoksikasi metanol berupa sakit kepala, vertigo,
mual, muntah, nyeri atau tidak nyaman pada perut, kelemahan menyeluruh, penurunan
kesadaran dan penurunan visus. Pada kondisi intoksikasi berat dapat terjadi koma, apnu,
kejang, kebutaan, perdarahan gastrointestinal, henti jantung, dan kematian yang disebabkan
16,17
karena asidosis metabolik.
Pada pemeriksaan fisik yang penting dicermati adalah status pupil dilaporkan pada
toksisitas metanol 100% akan melibatkan pupil, yang terjadi adalah reflek pupil yang
melambat, atau dapat terjadi fixed dilated pupil. Penurunan visus disebabkan oleh gangguan
fungsi mitokondria pada nervus optikus yang tampak sebagai nervus optik yang hiperemis,
14
peripapil edema, edema diskus optikus pada awal dan berakhir pada atrofi nervus optikus dan
Kerusakan visual permanen berhubungan dengan paparan lebih dari 24 jam dan
konsentrasi asam format didalam darah lebih dari 7nM. Kebutaan dapat terjadi rata-rata pada
takaran 0.1 ml/kgBB dan pada takaran 1-2 ml/kgBB metanol potensial menyebabkan
kematian. Dosis minimal yang dilaporkan dapat menyebabkan kebutaan sebesar 4ml. 18
III.5 Diagnosis
Anamnesis
paparan metanol baik dilingkungan kerja maupun konsumsi alkohol oplosan yang menyebabkan
progresif, tanpa nyeri, bilateral, umumnya simetris dan dapat disertai tanda intoksikasi sistemik
lain. Pasien dapat juga mengalami keluhan silau dan halusinasi penglihatan seperti melihat badai
salju (snowstorm) Kondisi ini dapat bermanifestasi 6-30 jam atau lebih setelah paparan.
Gangguan sensoris pada ektremitas dan masalah gait juga harus ditanyakan pada pasien. Riwayat
penyakit dahulu perlu ditanyakan apakah terdapat defisit penglihatan sebelumnya, riwayat
penyakit sebelumnya, obat-obatan dan alergi obat. Kebiasaan pasien seperti merokok, riwayat
minum alkohol terdahulu. Keluarga juga harus ditanyakan tentang riwayat kehilangan
penglihatan untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan nervus optikus herediter. Selain itu
teman dan keluarga juga perlu ditanyakan tentang kebiasaan lain seperti obat-obatan terlarang
Pemeriksaan Klinis
Pada situasi mungkin dimana pasien dalam keadaan tidak sadar dan penilaian
ketajaman penglihatan tidak dapat dilakukan, penegakan diagnosis dari neuropati toksik optik
15
dapat terhambat bila riwayatnya tidak jelas. Pada pasien sadar, dapat dilakukan berbagai tes
baca jarak dekat. Tajam penglihatan harus dinilai setiap hari apakah terdapat
2. Relative afferent pupillary defect (RAPD): dinilai dengan swinging flashlight test.
Pada neuropati toksik optik seringkali tidak ditemukan adanya RAPD karena
seringnya karena efek sistemik dari metanol kedua mata akan terkena, namun
RPD masih mungkin ada bila kerusakan lebih berat pada salah satu mata.
seringkali simptom yang pertama kali terjadi adalah gangguan penglihatan warna.
pandang dalam toxik optik neuropati, lapangan pandang harus dinilai pada pasien
sadar penuh dan kooperatif. Secara kasar lapang pandang dapat diperiksa dengan
maupun perifer..
yang hiperemis, kemudian dapat disusul peripapil edema, edema diskus optikus
pada awal dan berakhir pada atrofi nervus optikus dan penyempitan pembuluh
darah. Dilaporkan pada beberapa kasus terdapat perdarahan retina dan pigmen
16
Pemeriksaan Penunjang
14
1. Elektrofisiologi
- Elektroretinografi (ERG)
2. Imaging
Pemeriksaan imaging MRI dengan kontras dapat menunjukkan area hipodens pada
nukleus lentikularis pada pasien dengan nekrosis dari bangsal ganglion. Pemeriksaan
3. HVFA
Gambaran klinis lain yang dapat terjadi pada toksik optik neuropati metanol adalah
kerusakan papilomakular bundle yang ditandai dengan skotoma sentral, cecocentral, dan
17
4. Serum metanol
signifikan pada pasien dengan riwayat konsumsi alkohol kronis. Bila pasien juga
mengalami gejala sistemik konsul dan rawat bersama dengan penyakit dalam untuk
III.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan primer dan tujuan dari intoksikasi metanol adalah terapi dari asidosis
- Pemberian etanol atau fomefizol pada pasien yang masih belum menunjukkan gejala
dan rentang waktu konsumsi terakhir yang biasanya tidak lebih dari 30 jam. Etanol
gangguan penglihatan, asidosis (pH <7.3), gagal ginjal, dan toksisitas sistemik yang
18
Penatalaksanaan tambahan lainnya yang dapat membantu adalah pemberian asam folat
dan steroid intravena dosis tinggi. Asam folat (vitamin B9), piridoksin (vitamin B6),
kobalamin (vitamin B12) dan tiamin (vitamin B1) dilaporkan dapat meningkatkan
metabolisme asam format sedangkan steroid intravena dosis tinggi dari beberapa laporan
kasus dan studi mengungkapkan terdapat perbaikan visus sebesar 87.5% pasien apabila
15,18,19
steroid dimulai segera tidak lama setelah konsumsi metanol.
adjuvan memberikan hasil perbaikan visus yang lebih baik, mendampingi tindakan
silymarin merupakan antioksidan flavonoid kompleks yang diberikan pada tikus model
intoksikasi metanol memberikan efek proteksi terhadap sel fotoreseptor retina pada
III.7 Prognosis
Prognosis pasien dengan neuritis toksik optik metanol dapat diperkirakan dari: 13,15-18
- Kondisi klinis saat pasien datang, bila terdapat kelainan sistemk lain seperti asidosis
metabolik atau gagal ginjal akut prognosis visus buruk dan dapat mengancam nyawa .
Apabila visus pasien pada saat datang sudah buruk, kemungkinan untuk kembali
normal kecil karena kerusakan retina yang terjadi pada methanol-toxic optic
neuropathy ireversibel.
- Rentang waktu antara konsumsi alkohol dan kedatangan pasien untuk periksa.
Hasil metabolisme metanol terbentuk 6-30 jam paska konsumsi metanol, semakin
lama pasien datang setelah terpapar metanol semakin banyak asam format yang
terbentuk sehingga kerusakan retina yang ireveribel telah terjadi lebih jauh.
19
- Kondisi pupil pasien saat datang.
Hambatan pada reflek pupil, semakin lambat atau bahkan reflek dari pupil yang
20
BAB VI
PENUTUP
Methanol – Toxic optic neuropathy merupakan sindrom yang ditandai oleh kerusakan
papillomakular bundle, defek penglihatan skotoma sentral atau cecosentral dan defisit pada
penglihatan akibat kerusakan nervus optik yang disebabkan oleh metanol. Insiden penyakit
ini bisa terjadi pada semua ras, jenis kelamin, dan semua umur. Angka morbiditas dan
penatalaksanaannya. 1,4
Mekanisme terjadi kerusakan nervus optik pada methanol – toxic optic neuropathy
berasal dari produk metabolisme metanol itu sendiri, yaitu asam format. Kadar asam format
yang tinggi akan menimbulkan acidemia dan akumulasi pada retina akan menimbulkan
inhibisi dari sitokrom oksidase dan menyebabkan kerusakan pada mitokondria yang hasilnya
akan terjadi penurunan produksi ATP dan akhirnya terjadi disrupsi dari aliran aksoplasmik
dan pembengkakan dari akson dari nervus optikus dan edema dari nerve fiber layer. Selain
itu proses tersebut akan menimbulkan stress oksidatif yang juga berperan dalam kerusakan
sel retina dan nervus optikus. Hal ini akan memicu terjadinya kematian sel-sel retina dan
Sebelum menentukan diagnosa neuropati optik toksik, terlebih dahulu kita melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisis yang meliputi evaluasi sistemik dan pemeriksaan okuler, serta
pemeriksaan laboratorium untuk menilai kadar metanol dalam darah sebagai dasar diagnosa
21
DAFTAR PUSTAKA
3. Klein KA, Warren AK, Bauman CR, Hedges TR. Optical coherence tomography
findings in methanol toxicity. International Journal of Retina and Vitreus. 2017
September; III(36).
5. Snell R, Lemp M. Visual pathway in clinical anatomy of the eye USA: Blackwell
Science; 1998.
6. Oyster CW. The nerves of the eye and orbit in the human eye structure and function.
191240th ed. MAssachuset: Sinauer Associates; 1999.
8. Park SS. The anatomy and cell biology of the human retina Philadelpia: Lippincott
and William Wilkins; 2012.
10. Tsai. Oxford american handbook of ophthalmology. 514521st ed. Oxford: Oxford
University Press; 2011.
11. Ranche JM, Cruz RD, Inorencio FP. Methanol induced bilateral optic neuropathy.
Philipine Journal of Ophthalmology. 2004 October; 29(4).
12. Surhio SA, Memon S, Memon M, all e. Alkohol related toxic optic neuropathy case
series. Pakistan Journal of ophthalmology. 2013 July; 29(3).
13. National Center for Biotechnology Information. [Online].; 2018 [cited 2018 February
10. Available from: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/methanol.
14. Michat W, Olena W. Severe acute bilateral alkohol-induced toxic optic neuropathy.
Klinika Ozena. 2012 December; 114(3).
15. Miller NR, Subramanian P, Patel V. Walsh & Hoyt's Clinical Neuro-Ophthalmology.
22
3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2016. 695-728 p.
18. Sharma R, Marasini S, Sharma AK. Methanol Poisoning: Ocular and neurological
manifestations. Optometry and Vision Science. 2012 February; 89(2).
19. Pappast SC, Silverman M. Treatment of methanol poisoning with ethanol and
hemodialysis. CMA Journal. 2002 June; 15(126).
20. Shams M, Zaheryany SM, Bidaki R. Dramatic methanol induced toxic optic
neuropathy and dramatically response to erythropoietin: a case report. Clin Case Rep
Rev. 2015 April; I(3).
23