Pengetahuan dasar dan pemahaman mengenai prinsip-prinsip ilmu refraksi sangat penting
dalam Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata (PPDS IK
Mata),sehingga tidak hanya mengutamakan ketrampilan dalam tindakan operatif saja. Mahasiswa
PPDS I IK Mata pada stase subdivisi Refraksi dan Lensa Kontak akan mendapatkan pengetahuan
teori dalam sistem modul, selain pembelajaran melalui sistem praktek dan dalam upaya
peningkatan ketrampilan melakukan anamnesis, pemeriksaan, serta tata cara memberikan
penatalaksanaan termasuk penatalaksanaan operatif.
Buku ini dibuat bagi mahasiswa PPDS IK Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Buku ini akan membahas tentang prinsip optik geometri, pemeriksaan topografi
kornea dan autorefraktokeratometri, serta materi mengenai kacamata dan lensa kontak.
Terima kasih kami ucapkan kepada Tim dari Lembaga Pengembangan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan Universitas Diponegoro yang telah membimbing dan memfasilitasi dalam
proses pembuatan buku ini dan juga kepada Fakultas Kedokteran yang telah membantu sampai
terbitnya buku ini.
Penulis
DAFTAR ISI
AUTOREFRAKTOMETRI ………………………………………………………… 36
Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep cahaya, terutama
mengkaji sifat-sifat cahaya, hakikat, dan pemanfaatannya. Optika terbagi ke dalam dua bagian
yaitu optik geometris dan optik fisis. Optik geometri membahas fenomena pemantulan dan
pembiasan sedangkan optik fisis membahas mengenai fenomena polarisasi, difraksi dan
interferensi.
Optik geometrik adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang cahaya yang berkaitan
dengan bayangan. Interpretasi yang tepat mengenai informasi visual bergantung pada
kemampuan mata memfokuskan cahaya ke retina. Pemahaman mengenai konsep geometrik
diperlukan dalam mendefinisikan berkas cahaya yang datang sewaktu melalui berbagai
permukaan dan media.
Optik geometrik memperlakukan cahaya sebagai sinar-sinar cahaya, sehingga
pembahasan dengan perumusan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya dapat dijelaskan
berdasarkan hukum-hukum geometris. Cahaya tersusun dari sinar yang terlihat sebagai garis
lurus pada diagram optik. Sinar tersebut dapat pararel, divergen atau konvergen. Cahaya dari
sumbernya akan memancar secara divergen, tapi bila dilihat dari jauh akan terlihat seperti
pararel.
Pembelajaran mengenai optik dapat membantu menginterpretasikan berbagai fenomena
cahaya pada kehidupan sehari-hari. Pemahaman optik geometrik memudahkan klinisi dalam
memahami dan menangani kelainan-kelainan refraksi. Pembahasan pada tinjauan pustaka kali
ini ditekankan pada sifat-sifat cahaya, bayangan yang terbentuk dan penerapannya pada optik
manusia. Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan mengenai optik geometrik dan penerapannya dalam pemilihan lensa bagi
penanganan kelainan refraksi.
BAB II
OPTIKAL GEOMETRIK
2. 1 Cahaya
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Cahaya dapat bersifat sebagai suatu partikel.
Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang tidak memerlukan medium untuk
merambat, sehingga cahaya dapat merambat tanpa memerlukan medium. Cahaya merambat
dengan sangat cepat, yaitu dengan kecepatan 3 × 108 m/s, artinya dalam waktu satu sekon
cahaya dapat menempuh jarak 300.000.000 m atau 300.000 km.1
Hukum Snellius II yaitu jika sinar datang dari media kurang rapat ke media yang lebih rapat
(misalnya dari media udara ke media air atau dari media udara ke media kaca), maka sinar
dibelokkan mendekati garis normal (gambar a), sebaliknya jika sinar datang dari media lebih
rapat ke media kurang rapat (misalnya dari media air ke media udara), maka sinar dibelokkan
menjauhi garis normal (gambar b).5
Struktur penting yang berperan pada proses refraksi cahaya adalah kornea dan lensa
mata. Dua pertiga dari daya bias mata yang kekuatannya sekitar 60 dioptri dihasilkan oleh
permukaan anterior kornea. Hal tersebut disebabkan karena indeks bias kornea sangat berbeda
dengan udara sementara indeks bias lensa tidak jauh berbeda dengan humor aqueous dan humor
vitreous. Lensa internal mata memiliki daya 20 dioptri (sepertiga dari daya bias mata).6,7
Magnifikasi sudut adalah rasio perbandingan tinggi sudut yang dihitung berdasarkan
tinggi objek yang dilihat oleh mata melalui lensa pembesar dan tanpa lensa pembesar.
Berdasarkan konversi, jarak pandang standar untuk perbandingan adalah 25 cm. Untuk sudut
kecil, pembesaran sudut (M) yang disediakan oleh kaca pembesar sederhana sedangkan (P)
adalah ukuran objek sebenarnya:4
M = ¼ P atau M =P/4
2. Bayangan maya ialah bayangan terbentuk dari pertemuan sinar-sinar utama yang
dipantulkan. Jarak L dari permukaan optik positif atau saat objek berada di kanan
permukaan optik. Cahaya berjalan dari kanan ke kiri,maka objek adalah objek
virtual dan L negatif. Sistem optik kedua ini akan mengubah posisi gambar, ukuran,
dan orientasi. Bayangan yang terbentuk dari sistem optik pertama ialah virtual bagi
sistem optik yang kedua.12
Gambar 2.10. Bayangan yang dibentuk oleh objek virtual
Setiap titik objek menghasilkan titik 2mm diameter pada bayangan. Titik-titik
tersebut dinamakan lingkaran buram. Setiap titik objek diwakili oleh lingkaran buram dalam
bayangan. Semakin jauh gambar dari lubang pinhole, semakin besar lingkaran buram dalam
bayangan. Lubang pinhole yang lebih kecil menjadikan objek lebih suram, tetapi lebih detail
memberikan hasil bayangan. 8
Titik-titik utama dari kornea dan lensa cukup dekat satu sama lain, maka satu titik yang
ditengah dapat menggantikan titik-titik lain. Titik-titik nodal kornea dan lensa dapat
dikombinasikan menjadi titik nodal tunggal terletak 17,0 mm di depan retina. Permukaan
ideal sferis memisahkan 2 media dari indeks bias yang berbeda: 1.000 untuk udara dan 1,333
untuk mata. Konsep ini dikenal sebagai reduced schematic eye.Reduced schematic eye
merupakan cara mudah dalam memahami kompleksitas mata.8
Pengukuran jarak dari chart ke titik nodal dan jarak ke permukaan kornea harus
dilakukan. Perbedaan antara pengukuran ini sebesar 5,6 mm. Jika jarak antara titik nodal dan
retina adalah 17,0 mm, jarak antara chart dan mata 20 kaki (6000 mm), dan tinggi dari
optotipe Snellen adalah 60 mm, maka ukuran gambar yang dihasilkan pada retina adalah
0,17 mm.8
Gambar 3.4 Sinar cahaya dari setiap titik objek membentuk lingkaran buram pada retina mata
miopia.
Pinhole digunakan secara klinis untuk mengukur ketajaman visual lubang pinhole.
Ketajaman visual jika meningkat ketika diukur melalui lubang jarum pinhole, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat kesalahan pada refraksi. Diameter lubang pinhole ialah 1,2 mm.
Penghamburan sinar kornea dan lenticular atau silindris cenderung hadir setelah koreksi
refraktif terbaik ditentukan dan ketajaman penglihatan meningkat, mengingat bahwa lubang
pinhole berfungsi untuk membatasi cahaya ke area optik mata. 9
3.4 Visus Mata
Pengukuran fungsi visual ialah ambang batas minimum yang dapat dibaca mengacu
pada titik di mana kemampuan visual pasien tidak dapat membedakan lebih lanjut secara
progresif huruf atau bentuk pada optotipe Snellen. Penggunaan Snellen chart merupakan
metode yang paling umum untuk menentukan ambang ini. Ambang batas minimum yang
terlihat adalah kecerahan minimum dimana pasien dapat membedakan target dimana ambang
batas minimum yang minimum mengacu pada visual terkecil sudut yang dibentuk oleh mata
dan dua objek terpisah.8
Chart Snellen diukur sedemikian rupa sehingga setiap huruf secara keseluruhan
memiliki sudut 5 menit of arc (arcmin), sedangkan setiap huruf terdiri dari 1 arcmin. Chart
Snellen dirancang untuk mengukur ketajaman visual dalam istilah sudut, namun konversi
yang diterima tidak tentukan ketajaman visual dalam ukuran sudut; sebagai gantinya, ia
menggunakan notasi di mana pembilang adalah jarak pengujian (dalam satuan kaki atau
meter) dan penyebut. Pada garis 20/20 (6/6 dalam meter), huruf-huruf itu melubangi sudut
5 arcmin bila dilihat pada 20 kaki. Cermin dapat digunakan untuk meningkatkan jarak
pandang bila ruang emeriksaan dengan lebih kecil jarak dari 20 kaki (6 m). Tabel berikut
merupakan daftar konversi pengukuran ketajaman visual untuk berbagai metode dalam
gunakan, yaitu menggunakan fraksi Snellen, notasi desimal (Visus), sudut visus arc, dan
basis logaritma dari sudut minimum resolusi (logMAR). LogMAR berguna untuk
menentukan rerata ketajaman penglihatan Snellen dalam serial.8
Tabel 3.1 Konversi Visus pada berbagai chart periksa tajam penglihatan
3.4.1 Minimum visible
Minimum visible adalah kemampuan dalam mendeteksi perbedaan antara dua cahaya
berpendar yang berada di depan latar belakang yang homogen. Minimum visible tidak
bergantung dari besar sudut penglihatan objek.13
3.4.2 Minimum perceptible
Minimum perceptible adalah kemampuan dalam mendeteksi titik titik yang halus
dengan latar belakang yang homogen.13
3.4.3 Minimum separable
Minimum separable adalah sudut terkecil yang membedakan dua objek yang terpisah.
Minimum separable dipengaruhi oleh kontras objek dan densitas fotoreseptor di fovea. 13
3.4.4 Minimum legible
Minimum legible adalah kemempuan dalam mengenali huruf atau bentuk. Alat
pemeriksaannya dapat dilakukan dengan optotip.13
Titik jauh dari mata emmetropic adalah pada titik tak terhingga dan berkonjugasi dengan
retina. Ametropia mengacu pada tidak adanya emmetropia dan dapat diklasifikasikan
sebagai etiologi aksial atau refraksi. Dalam ametropia aksial, bola mata luar biasa panjang
(miopia) atau pendek (hiperopia). Keadaan refraksi ametropia, axial length secara statistik
normal, tetapi kekuatan refraksi mata (kornea dan / atau lensa) tidak normal, baik berlebihan
(miopia) atau kurang (hiperopia). Aphakia adalah contoh dari keadaan refraksi hyperopia
ekstrim sebelum pengangkatan lensa. Mata ametropic membutuhkan lensa yang dapat
diverging atau lensa konvergen untuk gambar objek yang jauh di retina.8
Astigmatisma adalah kondisi dari mata di mana sinar cahaya dari suatu objek tidak
difokuskan ke satu titik. Kondisi mata astigmatisma dapat disebabkan adanya variasi
kelengkungan kornea atau lensa pada meridian yang berbeda. Setiap mata astigmat dapat
diklasifikasikan serta berorientasi dan posisi relatif dari garis fokus. Klasifikasi astigmatisma
dapat dibagi menjadi astigmat miop simpleks, astigmat miop kompositus, astigmat hipermetrop
simpleks, astigmat hipermetrop kompositus dan astigmat miktus. Astigmat miop simplek ialah
kondisi dimana salah satu garis fokus terletak di depan retina dan yang lainnya ada di retina.
Astigmat miop kompositus terjadi jika kedua garis fokus jatuh di depan retina. Astigmatisma
hipermetrop simpleks ialah keadaan satu garis fokus berada di belakang retina dan yang lainnya
ada pada retina. Astigmatisma hipermetrop kompositus terjadi saat kedua titik fokal berada di
belakang retina. Astigmatisma miktus terjadi saat satu garis fokus terletak di depan retina dan
yang lainnya di belakang retina. 8
Gambar 3.10 Objek jauh tak terhingga dicitrakan pada reduced schematic eye
3.6.2 Miopia
Objek jauh pada mata myopia difokuskan ke anterior dari retina. Keadaan panjang
aksial mata lebih besar dari 22,22 m atau daya refraksi nya terlalu kuat yakni lebih besar dari
+60.00 dioptri, atau kombinasi dari keduanya. 15
L = n’
l’
= (1000)(1.333)
23,33 mm
= +57,41 D
L’ = L + F
+ 57.41 D = L + 60.00 D
L = - 2.59 D
Sinar cahaya dari objek dengan vergensi -2.59 D akan difokuskan pada retina. Ini disebut
sebagai titik jauh vergensi, yang artinya mata dikatakan miopia 2,59 D. 15
Asumsi yang digunakan saat ini ialah lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata
ametropia diposisikan di anterior mata, hal ini dapat dilakukan oleh lensa kontak ataupun bedah
refraktif namun tidak pada lensa kacamata yang diposisikan dengan jarak tertentu didepan
mata. Jarak antara kornea dan permukaan lensa kacamata disebut dengan vertex distance.
Dalam memperbaiki kelainan refraksi, titik fokus dari mata myopia harus sesuai dengan jarak
fiksasi ke mata.15
Mata myopia dapat dievaluasi dengan lensa cembung. Lensa cembung berfungsi
memfokuskan cahaya yang datang. Lensa cembung (konveks) biasa disebut lensa positif. Mata
miopia sebagai contoh dikoreksi dengan lensa -6,68 D yang diletakkan pada permukaan kornea
dan lensa tersebut diletakkan 15,00 mm di depan mata, seberapa besar daya yang diperlukan
lensa kacamata yang diperlukan. Titik jauh adalah 14,97 cm anterior kornea, jika jarak
permukaan lensa kacamata 15,00 mm, maka panjang fokusnya harus (−14.97 cm) - (−1.50 cm)
= −13.47 cm.
F=n
f
F = (100)(1.00)
-13.47 cm
F = -7.42 D
Gambar 3.13. Koreksi mata myopia dengan lensa kontak dan lensa kacamata
Mata myopia dapat dikoreksi dengan lensa kontak -6.68 D atau lensa kacamata -7.42 D
dengan jarak vertex sebesar 15.00 mm, keduanya memiliki efektivitas yang sama. Pergerakan
lensa koreksi menjadi lebih dekat ke titik jauh, memiliki panjang fokus yang lebih pendek.15
3.6.3 Hipermetropia
Mata hipermetropia memfokuskan objek dari jarak tak terhingga ke posterior dari
retina.penyebabnya bias dikarenakan panjang aksial yang terlalu pendek yaitu panjang aksial
kurang dari 22.22 mm atau terlalu lemah yakni kekuatan daya refraksi kurang dari + 60.00 D
atau kombinasi dari dua faktor ini. Sebagaimana pada gambar 4.13, mata memiliki panjang
aksial 21,22 mm dan kekuatan +60,00 D, objek jauh jauh terfokus 22,22 mm di belakang
permukaan pembiasan, atau 1,00 mm posterior ke retina mata.Bila panjang aksial mata 21,22
mm maka cahaya agar terfokus di retina, perhitungan bayangan vergensi sebagai berikut:15
L = n’
l’
= (1000)(1.333)
21.33 mm
= +62.82 D
Hubungan vergensi dapat digunakan dalam menentukan vergensi objek dan vergensi
bayangan, dengan perhitungan sebagai berikut :
L’ = L + F
+ 62.82 D = L + 60.00 D
L = +2.82 D
Titik terjauh dikatakan positif artinya objek harus berada di belakang permukaan anterior
reduced schematic eye. Sinar cahaya yang datang membentuk objek virtual berada di udara,
dan perhitungan jarak ke kornea terhadap objek virtual dapat dihitung sebagai berikut :15
L=n
l
= (100)(1.00)
2.82 mm
= +35.46 D
Gambar 3.15 A. Cahaya yang datang fokus pada retina pada mata hipermetropia
B. Bayangan yang terbentuk bila diberikan koreksi lensa pada mata hipermetropia
Gambar 3.15 membutuhkan koreksi lensa sebesar +2.82 dioptri yang ditempatkan di
permukaan kornea. Apabila dikoreksi dengan lensa kacamata dengan jarak vertex 15.00 mm
maka perhitungan titik jauh mata (35.46 cm di kanan dari kornea) dapat menghitung panjang
secondary focal length yang dibutuhkan kacamata, yaitu 36.96 cm (35.46 + 1.50 cm = 36.96
cm). Kekuatan lensa kacamata dapat dihitung dengan :15
F = n’
f’
F = (100)(1.00)
36.96 cm
F = +2.71 D
Gambar 3.16 Koreksi lensa pada mata hipermetropia
Mata hipermetropia dapat dikoreksi dengan lensa kontak +2.82 D atau lensa kacamata
+2.71 D.Lensa kontak memiliki kekuatan yang lebih tinggi dikarenakan jarak yang lebih
pendek dari titik fokus ke titik fokus sekunder dari mata. Pada kekuatan tinggi, sebagai contoh
pasien yang dikoreksi dengan lensa kontak membutuhkan kekuatan +10.00 dioptri, dapat
menggunakan lensa kacamata dengan kekuatan +8.70 dioptri.15
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan
panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. Cahaya yang mengenai benda akan
dipantulkan sehingga kita bisa melihat benda tersebut. Benda-benda yang ada di sekitar kita
dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut, dan cahaya yang mengenai
benda tersebut dipantulkan oleh benda ke mata.
Optik geometrik adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang cahaya yang berkaitan
dengan bayangan. Interpretasi yang tepat mengenai informasi visual bergantung pada
kemampuan mata memfokuskan cahaya ke retina. Pemahaman mengenai konsep geometrik
diperlukan dalam mendefinisikan berkas cahaya yang datang sewaktu melalui berbagai
permukaan dan media. Optik geometrik memperlakukan cahaya sebagai sinar-sinar cahaya,
sehingga pembahasan dengan perumusan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya dapat
dijelaskan berdasarkan hukum-hukum geometris.
Memahami ilmu optik geometrik berfungsi dalam menentukan efektivitas lensa.
Efektivitas lensa sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah kelainan-kelainan refraksi.
Pemilihan lensa yang tepat dapat menjadi pilihan dalam penanganan kelainan refraksi pada
mata. Kelainan refraksi tidak dapat dicegah. Kondisi ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan
mata secara menyeluruh dan diberikan kacamata dengan lensa koreksi yang sesuai sebagai alat
bantu penglihatan. Alternatif koreksi kelainan refraksi selain kacamata adalah lensa kontak,
atau prosedur bedah refraktif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sunardi, dkk. 2012. Fisika Pendidikan Karakter Bangsa. Bandung : PT. Srikandi
Empat Widya Utama.
2. Elkington, A.R., Frank. H.H. 1999. Clinical Optics Third Edition. Blackwell Science
Ltd.
3. Kierl A. and Christie C. 2007. Clinical Optics and Refraction : A Guide For
Optometrists, Contact Lens Opticians and Dispensing Opticians. Edinburg : Elsevier.
4. Kolozsvári, B.L et al. 2017. Correction of irregular and induced regular corneal
astigmatism with toric IOL after posterior segment surgery: a case series. Journal of
BMC Ophthalmology. Diakses tanggal 11 April 2018.
5. Knight, J. and N. Schlager. (2002) Science Of Everyday Vol. 2. Michigan: Gale Group
6. Guyton AC, Hall JE. Guyton & Hall’s Textbook of Medical Physiology. Mata: I. Sifat
Optik Mata. 11th ed. Jakarta: Penerbit EGC; 2007.P. 641-6.
7. Barret E, dkk. Ganong’s Review of Medical Physiology: Vision. 23rded. Singapore:
McGraw Hill; 2010. f Medical Physiology: Vision. 23rded. Singapore: McGraw Hill;
2010. P. 186-9.
8. AAO, 2017. Basic and clinical science section 3 : Clinical Optic, San Fransisco:
American Academy of Ophthalmology.
9. Malacara D., Malacara Z. 2004. Handbook of Optical Design Second Edition. New
York : Marcel Dekker, Inc.
10. Haris, W.F. 2010. Nodes and nodal points and lines in eyes and other optical systems.
Journal of Ophthalmic Physiol Opt. Diakses tanggal 12 April 2018.
11. Sherwood L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC.
12. Meister, D., Sheedy, J.E. 2008. Introduction to Opthalmic Optics. San Diego : Carl
Zeiss Vision.
13. Benjamin, W.J. 2006. Borish’s Clinical Refraction. Missouri Elsevier Inc.
14. Despopoulos A. and Silbernagi S. 2008 Color Atlas of Physiology 6th. London: Thieme.
15. Scwartz, S.H. 2002. Geometrical and Visual Optics A Clinical Introduction Second
Edition. New York : McGraw Hill.
16. Wang, B. and Ciuffreda, K.J. 2006. Depth-of-Fokus of the Human Eye: Theory and
Clinical Implications. Journal of Elsevier. Diakses tanggal 12 April 2018.
17. Ledford, J.K., Daniels K., Campbell R. 2006. Optics, Retinoscopy, and Refractometry
Second Edition. USA : SLACK Incorporated.
AUTOREFRAKTOMETRI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
2.1 Retinoskopi..................................................................................................... 2
2.2 Keratometri..................................................................................................... 5
2.3 Refraksi Fotografi dan Videografi................................................................... 7
BAB IV RINGKASAN................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 25
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
. Refraksi obyektif otomatis ditemukan pada akhir 1930 dan telah berkembang di seluruh
dunia sampai saat ini. Refraksi obyektif otomatis yang ada saat ini jauh lebih efisien dengan
disertai teknologi yang lebih canggih. Tahun 1980 refraktor obyektif dipasarkan secara lebih
luas dan sering disebut sebagai autorefraktor. Kemajuan mikroprosesor pada komputer pribadi
digunakan pada refraktor otomatis untuk memperkecil ukuran dan meningkatkan kemampuan.
Keratometer otomatis ditambahkan ke refraktor otomatis pada tahun 1985 sehingga tercipta
kombinasi instrumen. Pada akhir dekade, kamera CCD yang cukup canggih dan cukup murah
digunakan dalam refraktor otomatis dan keratometer otomatis sebagai perangkat deteksi.
Topcon menciptakan instrumen yang menggabungkan autorefraktor, topografer kornea, dan
wavefront refraktor. Ide ini kini telah menjadi tren.1
Refraksi obyektif adalah istilah yang digunakan ketika kelainan refraksi mata
ditentukan tanpa membutuhkan respon dari pasien. Kerja sama pasien terkadang diperlukam,
seperti misalnya untuk penempatan kepala pada alat dan untuk fiksasi pada target dalam waktu
yang singkat. Akan tetapi informasi subyektif tentang kualitas penglihatan pasien tidak
dibutuhkan selama pemeriksaan. 1
Ada beberapa macam jenis refraktor obyektif selain autorefraktometer, yaitu :1,9
Ø Karakteristik Refleks :
1. Speed
Gerakan refleks yang terlihat lebih lambat kemungkinan kelainan refraksinya
besar, sebaliknya jika gerakannya lebih cepat maka kelainan refraksinya kecil.
2. Brilliance
Terlihat lebih terang pada saat netral,terlihat lebih redup jika belum netral.
3. Width
Sinar akan rata mengisi seluruh pupil pasien saat netral.
Pemeriksa harus menggunakan lensa koreksi yang tepat untuk mendapatkan refleks
netral. Saat pemeriksa membawa pada titik jauh pasien melalui peephole, refleks mengisi
seluruh pupil. Kekuatan lensa koreksi dalam menetralisir refleks membantu penentuan kelainan
refraksi pasien. Jika gerakan refleks berlawanan, tambahakan lensa negatif pada trial frame.
Jika gerakan refleks searah, tambahkan lensa positif pada trial frame.
Pemeriksa menentukan kelainan refraksi pada jarak kerja (working distance). Dioptri
setara dengan jarak kerja. Perhitungan kelainan refraksi yang sebenarnya pada pasien harus
dikurangi dengan kekuatan lensa koreksi dalam jarak kerja. Jarak kerja umum adalah 67 mm
sehingga banyak foropter memiliki lensa dengan jarak kerja 1.50 D (1.00/0.67 mm) untuk
retinoskopi.
Jarak kerja berapapun dapat digunakan sesuai dengan kenyamanan pemeriksa.
Sebagai contoh, pemeriksa mendapatkan netralisasi dengan total +4.00 pada mata (gross
retinoscopy) dengan jarak kerja 67 mm. Dikurangi 1.50 D untuk jarak kerja maka akan
menghasilkan koreksi refraksi +2.50 D.
Pada astigmatisme, terdapat beberapa karakteristik streak refleks yang harus dinilai
untuk menemukan aksis silindris :
1. Break
Tampak jika streak tidak pararel terhadap salah satu meridian.
Gambar 3. Break 9
2. Lebar Refleks (Width)
Lebar dari refleks bervariasi. Refleks semakin sempit jika streak segaris dengan
aksis.
Gambar 5. Skew. Panah menunjukkan refleks (panah tunggal) dan streak (panah ganda) tidak
paralel. 9
2.2 Keratometri
Gambar 7. Prinsip keratometri. AB adalah obyek dan A’B’ adalah bayangan. Dengan
mengukur ukuran dari obyek dan bayangan, radius kurvatura dapat dikalkulasikan 10
Keratometer modern, baik yang otomatis atau tidak, dikenal sebagai oftalmometer,
dapat mengkonversi dari ukuran radius ke dioptri. Perhitungan ini banyak digunakan pada
pengukuran kekuatan lensa tanam. Setiap keratometer memiliki rentang nilai berbeda dalam
pengukuran. Secara teori pengukuran refleks kornea tampak mudah, namun kesalahan
perhitungan dapat terjadi karena adanya gerak bola mata, desentrasi, atau gangguan pada
lapisan air mata.
Gambar 8. Pengukuran kornea sentral dengan keratometri 19
Kelainan refraksi dapat diperkirakan secara obyektif oleh proses yang disebut
photorefraction. Alat yang digunakan disebut dengan photorefractor. Pemeriksaan ini
dilakukan pada jarak 0,5-2 meter dari pasien. Photorefractor merekam gambar refleks fundus
dari kedua mata pasien. Gambar diproduksi oleh cahaya flash putih atau radiasi inframerah
yang sumbernya terletak di tengah lensa kamera. Foto atau videografi dari pupil ini
diinterpretasikan oleh operator atau dokter terlatih. Photorefraction berguna terutama ketika
pasien tidak kooperatif.1
Gambar 9. Fotografi dari pasien diambil dengan fotorefraktor flash, menunjukkan refleks
fundus merah pada kedua pupil. Pada kasus ini refleks yang terbentuk tidak menunjukkan
kelainan refraksi.1
Secara umum pemeriksaan fotorefraksi memiliki dua prinsip :
b. Fotografi Isotropic 1
Metode ini menilai tanda dari defokus. Sumber flash terletak pada
tengah lensa kamera. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil 3 gambar
secara terpisah. Gambar pertama diambil dengan memfokuskan kamera pada
mata pasien, ini digunakan untuk mengukur diameter pupil. Gambar ke dua
diambil dengan kamera yang difokuskan 0.5 D di depan pasien. Gambar ke tiga
difokuskan di belakang pasien.
B
Gambar 12. Hasil fotorefraktor isotropic pada miopia (A) Fokus di depan mata pasien (B)
Fokus di belakang mata pasien 1
B
Gambar 13. Hasil fotorefraktor isotropic pada hipermetropia (A) Fokus di depan mata pasien
(B) Fokus di belakang mata pasien 1
2. Fotorefraktor berbasis metode retinoskopi (Fotoretinoskopi)
Prinsip ini sama seperti pada retinoskopi. Sumber cahaya dari celah kamera
secara langsung disebar ke mata subyek. Kamera yang difokuskan pada pupil
merekam iluminasi pupil melalui refleks fundus. Gerakan berlawanan arah pada
fokus kamera terjadi terjadi pada keadaan miopia, didapatkan iluminasi pupil yang
searah dengan sumber cahaya yaitu pada inferior pupil. Sedangkan pada
hipermetropia ditemukan gerakan yang searah dengan fokus pada kamera, pupil
teriluminasi pada arah yang berlawanan dengan sumber cahaya yaitu pada superior
pupil (Gambar 14).1
A B
Gambar 14. Fotografi (A) Anak dengan Miopia (B) Anak dengan
Hipermetropia, yang diambil dengan fotoretinoskop yang memiliki sumber
cahaya di bawah lensa kamera1
BAB III
AUTOREFRAKTOMETRI
1. Prinsip Scheiner
2. Prinsip Retinoskopik
3. Prinsip Best-Focus
4. Prinsip Knife-Edge
5. Prinsip Ray-Deflection
6. Prinsip Image-Size
Seperti yang dibahas selanjutnya, terdapat beberapa metode yang digunakan oleh
desainer instrumen autorefraktor untuk mengukur kelainan refraksi. Akan tetapi terdapat
beberapa fitur yang umum digunakan oleh semua instrumen.
Seperti telah disebutkan perubahan akomodasi atau hilangnya fiksasi oleh pasien
merupakan hal yang bisa mengurangi akurasi autorefraktometri. Beberapa instrumen modern
menggunakan penilaian binokuler, yang meminimalkan refleks akomodasi. Namun
menggunakan target fiksasi cahaya monokuler yang dibawa ke dalam fokus oleh sistem fokus
sferikal dan disajikan sepanjang aksis sebagai sumber utama NIR.
Keadaan akomodasi dari setiap mata sering berbeda ketika bergerak dari satu mata ke
mata yang lain. Potensi kesalahan ini dihasilkan dari akomodasi proksimal yang diatasi dengan
penggunaan target fotografi. Meskipun upaya tersebut telah dilakukan, kesalahan akomodasi
tetap menjadi masalah signifikan bagi autorefraktor monokuler modern yang digunakan pada
orang muda dan pasien dengan akomodasi aktif.
2. Prinsip Retinoskopik
Gambar 17. Komponen Optik Autoretinoscope Berbasis Arah Gerak Refleks Fundus 1
Gambar 18. Komponen Optik Autoretinoscope Berbasis Kecepatan Gerak Refleks Fundus 1
4. Prinsip Knife-Edge
Prinsip ini banyak ditemukan pada instrumen yang ada saat ini karena
kemampuan dalam mengukur perubahan kecil ke pantulan cahaya. Ini merupakan
dasar dari Hartmann-Shack sensor wavefront. Awalnya digunakan dalam astronomi
tetapi sekarang ditemukan di banyak aberrometer. Pada dasarnya instrumen
menggunakan sumber cahaya yang bisa difokuskan yang kemudian direfleksikan
ke detektor. Terdiri dari sejumlah elemen linier detektor (seperti Canon R-30) atau
lenslets (seperti dalam Shack Hartmann berbasis instrumen, termasuk sistem
Bausch & Lomb Z-wave atau Welch-Allyn Sure-Sight), yang memungkinkan
analisis cahaya dari susunan poin melalui daerah pupil. Tingkat penyimpangan dari
titik fokus menunjukkan jumlah kelainan refraksi, dan difokuskannyanya pensil
cahaya untuk mencapai titik fokus menunjukkan kelainan total. Kebanyakan sistem
Hartmann-Shack digunakan untuk mengukur penyimpangan tingkat tinggi, seperti
Sure-Sight, secara akurat dapat menentukan kesalahan sferosilindrical.
6. Prinsip Analisis Image Size
Jarak antar pupil dapat diukur menggunakan autorefraktometer ini. Jarak diukur ketika
instrumen tersebut segaris sebelum mata pertama diperiksa. Dalam era modern seperti sekarang
ini pasien lebih tertarik dengan pengggunaan alat yang otomatis dibandingkan dengan metode
terlihat lebih tradisional. Autorefraktometer dapat digunakan untuk mendapatkan data kelainan
refraksi dari populasi sampel besar dalam waktu yang singkat.
Hasil autorefraktometri menjadi positif palsu yang negatif jika pasien tidak dalam
keadaan akomodasi relaksasi. Oleh karena itu penggunaan sikloplegi sangat penting untuk
kelompok usia muda dengan akomodasi yang lebih aktif. Seperti yang sudah didiskusikan,
akurasi tergantung pada fiksasi dan interpretasi dari sinar yang direfleksikan (inframerah).
Terdapat beberapa kondisi yang membuat hasil pemeriksaan autorefraktometri menjadi tidak
valid, di antara lain :
Pengukuran refraksi dengan autorefraktometer sulit dilakukan pada geriatri dan anak-
anak karena ketidakmampuan untuk menjaga kepala dalam posisi dan mata terfiksasi. Pasien
dengan penyakit Parkinson atau nistagmus juga sulit untuk dilakukan pemeriksaan dengan
instrumen. Pada pemeriksaan autorefraktometri (tidak seperti retinoskopik atau pemeriksaan
subyektif), dokter tidak dapat mengidentifikasi hiperopia laten, pseudomiopia, dan berbagai
kelainan akomodatif lainnya.
1. REF : Refraktometer
2. KER : Keratometer
3. CLBC : Pengukuran Contact Lens Based Curve
4. PK : Peripheral Keratometer
5. ILLUM : Fungsi Retro-illumination
6. Sferis : Nilai sferis kelainan refraksi yang didapatkan, terdapat rentang tertentu
yang berbeda pada setiap alat. Mulai dari -20.00 +20.00 D dan -25.00
+25.00 D.
7. Cylindris : Nilai silindris kelainan refraksi yang didapatkan, terdapat rentang
tertentu yang berbeda pada setiap alat. Mulai dari -8 +8 D, -10 +10 D, -12
+12 D.
8. Aksis : Nilai aksis yang didapatkan dari pengukuran refraksi, dengan rentang
1-180o.
9. Pupil minimal : Ukuran pupil minimal yang dapat dilakukan pemeriksaan
dengan autorefraktor. Ada yang 2.0 mm dan 2.5 mm.
10. Radius kurvatura : Nilai radius kurvatura kornea yang diukur dari oleh
keratometer. Rentang pada setiap alat berbeda, ada yang 5.00 10.00 mm dan
5.00 13.00 mm.
11. Kekuatan refraktif : Nilai kekuatan refraksi yang diukur dari keratometer.
Rentang pada setiap alat berbeda, mulai 25.96 67.50 D dan 33.75 67.50 D.
12. PD : Pupillary Distance, nilai maksimal jarak pupil yang dapat diukur dengan
autorefraktor. Berbeda untuk setiap alat, ada yang 86 mm dan 88 mm.
BAB IV
RINGKASAN
Pemeriksaan refraksi obyektif otomatis dapat meringankan tugas dokter mata dari
perlunya melakukan retinoskopi statis. Penting untuk dicatat bahwa autorefraktometri tidak
boleh digunakan sebagai koreksi refraksi akhir tanpa adanya konfirmasi lebih lanjut. Winn dan
Colleagues17 menemukan bahwa 38% dari pasien mengeluh tentang penglihatan mereka yang
telah diresepkan kacamata berdasarkan autorefraksi. Sedangkan hanya 10% keluhan muncul
dari pasien yang diresepkan kacamata berdasarkan refraksi subyektif. Oleh karena itu,
autorefraktometer sebaiknya digunakan untuk menentukan refraksi obyektif awal sebelum
dilakukan pemeriksaan refraksi subyektif berikutnya. Dalam kebanyakan kasus,
autorefraktometri dapat dilakukan oleh oleh operator yang tidak terlatih.
Terdapat berbagai keterbatasan dari autorefraktometer dan beberapa kondisi yang dapat
menghasilkan hasil autorefraksi yang tidak valid. Hal itu meliputi:
Pasien-pasien muda dengan sistem akomodasi yang aktif dapat menghasilkan hasil
autorefraktif positif palsu yang lebih negatif. Dokter harus menyadari bahwa keakuratan
autorefraktometer sebagian besar menurun dengan ametropia yang besar, bahkan dalam
rentang yang dimiliki instrumen. Hal ini terutama terkait dengan variasi pada jarak vertex di
mana mata diposisikan.
1. Benjamin, W.J. 2006. Borish’s Clinical Refraction, Second Edition. Chapter 18 Objective
Refraction, Retinoskopi, Autorefraction, and Photorefraction : 682-761,. Oxford : Missouri
Elsevier Inc.
2. Collins G. 1937. The electronic refractionometer. Br / Physiol Opt 11 :30-42.
3. Campbell FW, Robson IG. 1959. High-speed infrared optometer. / Opt Soc Am 49:268- 272.
4. Safir A. 1964. Apparatus for objectively testing an optical system. US Patent No.3, 136,839.
5. Knoll HA, Mohrman R. 1972. The Ophthalmetron, principles and operation. Am / OplOm Physiol
Opt 49:122-128.
6. Cornsweet TN, Crane HD. 1969. Servo-controlled infrared optometer. / Opt Soc Am 60:548-554.
7. Guilino G. 1975. Automatic, recording refractometer. US Patent No. 3,883,233.
8. Munnerlyn CR. 1978. An optical system for an automatic eye refractor. Opt Eng 17:627- 630.
9. AAO, 2017. Basic and clinical science section 3 : Clinical Optic. Chapter 3 : Clinical Refraction
: 155-166. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology.
10. Kierl A. and Christie C. 2007. Clinical Optics and Refraction : A Guide For Optometrists, Contact
Lens Opticians and Dispensing Opticians. Chapter 13 : Automated Methods of Refraction : 166-
172. Edinburg : Elsevier.
11. Elkington, A.R., Frank. H.H. 1999. Clinical Optics Third Edition. Refractometers : 142-
144. Blackwell Science Ltd.
12. McCaghrey GE, Matthews FE. 1993. Clinical evaluation of a range of autorefractors.
Ophthalmol Physiol Opt 13:129-137.
13. Miwa T, Tokoro T. 1993. Accommodative hysteresis of refractive errors in light and dark fields.
OplOm Vis Sci 70:323-327.
14. Lucid’KR Auto Ker’Refractometer cited 2018 March . Available from :
https://www.ios.com.ph/product-catalog/everview-lucid-kr-auto-ref-keratometer/
15. Dual CCD Autorefractor Tomey Autorefractor TR-4000 cited 2018 March . Available from :
http://www2.orvosimuszerek.hu/tr4000_pros.pdf
16. Marco HandyRef-K Handled Refractometer/Keratometer cited 2018 March . Available from
: https://marco.com/media/1602/br-handyref-brochure.pdf
17. Winn B, Pugh IR, Strang Ne. Gray LS. 1996. Medical Devices Agency, Evaluation Report on
Autorefractors. Her Majesty's Stationery Office, St. Crispins, Duke Street, Norwich, NR3 1PD,
United Kingdom.
18. Pugh IR, Winn B. 1989. A procedural guide to the modification of a Canon AutoRef R-1 for use
as a continuously recording optometer. Ophthalmol Physiol Opt 9:451-454.
19. Boyd BF, Boyd S. Preoperative considerations. Dalam: Wavefront analysis, aberrometers and
corneal topography. Panama: Highlight of ophthalmology international; 2003.p15-21.
LARUTAN DAN BAHAN PERAWATAN
LENSA KONTAK
\
DAFTAR ISI
BAB IV RINGKASAN…………………………………………………… 31
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 32
LAMPIRAN ……………………………………………………… 36
Lampiran 1 Alur Pemilihan Larutan Perawatan Lensa Kontak…….. 36
Lampiran 2 Jadwal Penggantian Lensa Kontak………………… 37
Lampiran 3 Lembar Edukasi Pasien ……………………………. 38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Larutan Pembersih lensa RGP dan Liquid enzymatic protein remover ….. 18
Gambar 2. Larutan saline dengan bahan pengawet dan tanpa bahan pengawet……… 19
Lensa kontak merupakan lensa yang digunakan dengan cara menempelkan lensa
langsung pada permukaan mata, bentuknya tipis dan bening serta terbuat dari berbagai
macam material. Lensa kontak dikenal pertama kali pada tahun 1880-an , dimana saat itu
lensa kontak masih terbuat dari kaca dan ukurannya besar sehingga dapat menempel
sampai sklera.1,2,3 Saat ini diperkirakan terdapat 125 juta pengguna lensa kontak di seluruh
dunia dan diperkirakan terdapat 30 juta pengguna lensa kontak di Amerika Serikat. Rata-
rata pengguna lensa kontak adalah pasien berusia 31 tahun dengan 67% pengguna adalah
Indikasi pemakaian lensa kontak meliputi indikasi optik, yaitu pasien dengan
kelainan refraksi, kelainan kornea; indikasi terapeutik, yaitu pasien dengan kelaianan
bullous keratopathy, erosi kornea berulang, non healing epithelial defect, pasien post
operasi (contoh: post photorefractive keratectomy), kelainan pada kelopak mata ( contoh:
entropion, trichiasis), serta indikasi kosmetik.2,6 Lensa kontak juga tersedia dalam berbagai
macam tipe, yaitu Soft Contact Lens( lensa kontak lunak) dan Rigid Gas Permeable
TIDAK TEPAT
kontak. Angka kejadian keratitis pada pengguna lensa kontak meningkat dari 40%
menjadi 52% dari tahun 2008 sampai tahun 2012. Insiden keratitis pada pengguna
lensa RGP didapatkan sebesar 0,4 – 5,2 per 10.000 pasien per tahun, dan >20 per
10.000 pasien per tahun pada pengguna lensa kontak lunak.7 Loh et al melaporkan
angka kejadian keratitis 2/10.000 per tahun pada pengguna lensa RGP, dan 2.2 –
4.1/10.000 per tahun pada pengguna lensa kontak lunak di Malaysia tahun 2010.8
Besar risiko keratitis yang dimiliki pasien dengan kebiasaan dan perawatan
yang tidak tepat berdasarkan penelitian adalah sebagai berikut: tidak melepas lensa
kontak saat tidur memiliki resiko 1,8 kali lebih besar mengalami keratitis di Australia
dan New Zealand serta mencapai 2,9 kali lebih besar di negara berkembang seperti
Thailand; tidak mencuci tangan sebelum menggunakan lensa kontak memiliki risiko
1,8 kali lebih besar untuk mengalami keratitis; tidak mengganti lensa kontak sesuai
jadwal memiliki risiko 9,1 kali lebih besar dan menggunakan larutan perawatan lensa
kontak yang tidak higienis memilki risiko 2,3 kali lebih besar mengalami keratitis.
Penelitian lain menemukan bahwa pemakaian lensa kontak dengan larutan pembersih
Komplikasi yang ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu : keadaan ocular surface pasien, kelainan lain pada mata, iatrogenic,
serta perilaku pasien yang tidak patuh dan tidak tepat dalam menggunakan dan merawat
lensa kontak. Perilaku pasien yang dianggap menjadi faktor resiko terjadinya infeksi pada
penggunaan lensa kontak antara lain tidur dengan menggunakan lensa kontak,
larutan lensa kontak lama dengan yang baru ( topping off ) serta terpaparnya lensa kontak
Contact Lens Risk Survey yang dilakukan oleh CDC ( Center for Disease and
Prevention ) pada tahun 2014 menyatakan bahwa 99% dari pengguna lensa kontak pernah
melakukan kebiasaan atau tindakan yang kurang tepat dalam menggunakan dan merawat
lensa kontak. Kebiasaan tersebut antara lain tidur dengan menggunakan lensa kontak (
50,2%), jarang mengganti lensa kontak sesuai jadwal ( 49,9% ), penggunaan larutan lensa
kontak yang tidak sesuai prosedur ( 55,1% ), mencuci lensa kontak dengan air keran (
16,8% ), serta mandi atau berenang dengan menggunakan lensa kontak ( 61,0
%). Hampir satu per tiga dari pengguna lensa kontak tersebut melaporkan pernah
mengalami keluhan mata nyeri dan merah sehingga membuat pasien pergi berobat ke
dokter mata.15
Mata yang memakai lensa kontak, akan mengalami berbagai macam perubahan
fisiologis pada ocular surface. Perubahan tersebut antara lain proses pertukaran oksigen
yang terganggu, gangguan pada penyebaran lapisan air mata, berkurangnya kemampuan
mata untuk membersihkan debris, mikrotrauma akibat proses metabolik maupun mekanik,
apabila tidak dibersihkan dengan tepat akan memudahkan kuman berkolonisasi sehingga
Penelitian oleh Shih et al pada tahun 1985 membuktikan bahwa lensa kontak yang
epidermidis, dapat mengalami penurunan jumlah koloni dari 1 juta colony forming unit (
cfu ) menjadi kurang dari 3000 cfu setelah dicuci selama 10 detik dengan larutan
pembersih. Penurunan jumlah koloni dapat mencapai kurang dari 300 cfu ketika lensa
dicuci dan digosok dengan jari di telapak tangan. Penelitian ini didukung pula oleh Radford
et al pada tahun 1995, yang menyimpulkan bahwa infeksi akibat lensa kontak terjadi 3 kali
lebih banyak pada pasien yang membersihkan dengan larutan pembersih kurang dari 2x
per minggu dibandingkan pada pasien yang membersihkan lensa kontak minimal 2x dalam
seminggu.1
Dokter dan tenaga kesehatan perlu mengetahui dan memahami tentang bermacam-
macam larutan perawatan lensa kontak serta penggunaannya agar dapat memberikan
informasi dan edukasi yang lebih baik bagi pasien, sehingga komplikasi akibat perawatan
lensa kontak yang tidak tepat dapat dicegah. Tinjauan pustaka ini akan membahas
mengenai berbagai macam larutan dan bahan yang digunakan untuk merawat lensa kontak
baik lensa kontak lunak maupun keras, serta komposisi dan cara penggunaannya.
BAB II
LENSA KONTAK
mendapatkan tatacara perawatan yang bukan hanya mudah tetapi juga aman dan tidak
toksik.
Proses disinfeksi lensa kontak lunak mulai dikenal pada tahun 1971. Pada saat itu,
proses disinfeksi lensa kontak dilakukan dengan menggunakan energi panas. Caranya
adalah dengan melarutkan garam kedalam air, menggosok-gosok lensa kontak dengan
larutan tersebut kemudian dipanaskan pada suhu 80 derajat selama 10 menit. Metode
ini berhasil dalam membunuh mikroorganisme seperti kuman, virus, jamur, tropozoit
dan bentuk kista dari Acanthamoeba. Akan tetapi, seiring dengan proses pemanasan
yang berulang-ulang, lensa kontak menjadi rusak dan karena larutan yang digunakan
adalah larutan yang tidak steril, maka dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi.
Larutan perawatan dan pembersih lensa kontak berbahan kimia mulai dikenal
beberapa tahun kemudian. Bahan pengawet yang banyak digunakan pada larutan
tersebut adalah merkuri dan ammonia sehingga menyebabkan keluhan iritasi pada 30%
Larutan perawatan lensa kontak, baik untuk lensa kontak lunak maupun lensa
kontak keras, mengandung berbagai macam komponen sesuai dengan fungsi dan tujuan
penggunaanya. Antara satu larutan dengan larutan yang lain dapat memiliki
penggunaannya. Larutan lensa kontak yang diproduksi harus memenuhi syarat umum
yang telah ditetapkan yaitu memiliki kesesuaian, baik dengan bahan pembuat lensa
lain :
2.2.1 Buffer
larutan perawatan lensa kontak tetap berada pada pH yang memberikan rasa nyaman
pada mata, yaitu antara 6.6 – 7.8. Larutan dengan pH di luar range akan menyebabkan
mata menjadi pedih, terasa terbakar serta berair. Perubahan pada pH juga akan
menyebakan perubahan pada sterilitas, stabilitas dan viskositas suatu larutan sehingga
Contoh cairan buffer yang sering digunakan antara lain sodium fosfat, borate,
thromethamine dan citrate. Antimicrobial Buffer System yang telah dipatenkan oleh
CIBA Vision mengkombinasikan tiga cairan buffer yaitu asam borat, sodium borat dan
sodium perborat dalam cairan saline. Perpaduan ini biasanya ditambahkan pada
menjaga supaya larutan tetap dalam keadaan steril setelah dibuka. Bahan pengawet
dianggap layak digunakan apabila telah melewati uji klinis yang meliputi : uji
material lensa, serta uji kemampuan uptake ( serap ) dan release ( lepas ) oleh material
lensa. Bahan pengawet dengan berat molekul rendah merupakan bahan yang mudah
diserap dan mudah dilepas oleh material lensa sehingga mudah menyebabkan iritasi
pada mata. Sebagian besar bahan pengawet hanya efektif digunakan sampai dengan
30 hari.21
komplek deposit di permukaan lensa. Untuk mengatasi hal ini, dibuatlah suatu
mudah menimbulkan deposit, bahan ini dapat bekerja dalam konsentrasi yang
bersifat slow acting, tidak efektif untuk Pseudomonas dan tidak dapat
- Phenilmercuric nitrate
- Sorbic acid : konsentrasi yang banyak dipakai adalah 0,1%, memiliki efek
dalam suatu larutan. Standar tonisitas dalam larutan lensa kontak sebaiknya setara
dengan kandungan garam di intraceluller dan Sodium chloride 0.9%, yaitu 300
chloride 0,9% disebut sebagai larutan isotonis. Larutan yang memiliki kadar garam
lebih tinggi disebut cairan hipertonis dan cairan hipotonis jika kadar garam lebih
keseimbangan kadar garam dalam jaringan okuler dan lensa kontak. Penggunaan
larutan yang tidak isotonis dapat menyebabkan mata menjadi kering, edem,
dehidrasi pada sel kornea dan pengerutan pada lensa kontak yang berbahan
hydrophilic.
Contoh bahan yang digunakan untuk mengatur tonisitas antara lain : Sodium
kekentalan relatif suatu larutan. Larutan lensa kontak yang berfungsi sebagai
larutan pembersih (cleaner) memiliki viskositas yang lebih tinggi dari lubricant,
dan lubricant memiliki viskositas yeng lebih tinggi dibandingkan soaking solution.
Komponen ini ditambahkan pada larutan perawatan lensa kontak supaya larutan
tersebut memiliki waktu kontak yang lebih lama pada permukaan lensa kontak,
penggunaannya.
Contoh agen viskositas yang sering digunakan pada larutan perawatan lensa
kenyamanan pemakai, karena permukaan lensa kontak yang kering akan mudah
ini juga dapat merubah sifat hydrophobic lensa RGP menjadi hydrophilic untuk
melindunginya dari sidik jari pemasang dan kontaminan kulit, serta mencegah lensa
jatuh ketika dipegang oleh ujung jari pada saat proses pemasangan. Pemakaian
wetting agent yang terlalu banyak dapat menyebabkan pandangan mata kabur
Contoh wetting agent yang sering digunakan anatara lain: polyvinyl alkohol,
Chelating agent merupakan suatu agen yang berfungsi untuk mengikat ion
logam yang penting bagi pertumbuhan kuman . Komponen ini tidak memiliki efek
protein. Agen ini bekerja pada saat lensa direndam semalaman. Contoh
phosphonate.
mukus dan kosmetik. Cara kerja surfactan adalah dengan membentuk suatu ikatan
Komponen ini efektif bekerja pada keadaan yang sedikit alkali, yaitu pH
7,4. Surfactan dibagi menjadi surfactan ionic dan non-ionic. Surfactan ionic
surfactan yang banyak dipakai adalah surfactan amphoteric dan surfactan non-
ionic, karena dianggap lebih stabil, lebih kompatibel dan memiliki toksisitas yang
rendah.
polyvinyl alcohol.
2.2.9 Stabilizer
kontak. Contoh stabilizer yang sering digunakan : phophonic acid, sodium nitrate,
sodium stannate.
BAB III
DAN PEMILIHANNYA
LENSA KONTAK
Larutan perawatan lensa kontak digunakan untuk berbagai macam keperluan yaitu
iritasi.
kontak
- Mudah digunakan
- Biaya terjangkau
Berikut ini merupakan pembagian larutan perawatan lensa kontak berdasarkan fungsi
nya:
bahan pengawet dan alkohol ( contoh : Isopropyl alcohol ). Larutan pembersih lensa
biasanya tidak memiliki agen viskositas yang tinggi sehingga mudah untuk digosok
dan dibilas.7
kontaminan.
agent
Metode lain yang digunakan untuk membersihkan lensa kontak dari timbunan
protein adalah dengan menggunakan Enzymatic Protein Removers yang tersedia baik
dalam bentuk tablet maupun cair.23 Enzymatic cleaner ini memiliki kandungan antara
lain :
o Papain
iritasi dan memiliki bau seperti belerang sehingga tidak nyaman untuk
digunakan.
o Pancreatin
Enzim ini diambil dari pankreas babi yang terdiri atas lipase, amilase
dan protease. Enzim ini terbukti efektif untuk melepaskan deposit protein,
bermolekul besar.
Penelitian telah membuktikan bahwa ketiga enzim tersebut efektif untuk membersihkan
deposit dari permukaan lensa kontak, termasuk menurunkan adherence dari kuman
Contoh larutan pembersih yang tersedia di pasaran : RGP lens cleaner® ( Up & Up ),
(a) (b)
Gambar 1. Larutan Pembersih lensa RGP (a) dan Liquid enzymatic protein remover (b)
Larutan ini digunakan untuk membilas larutan pembersih dan debris yang tersisa
dipermukaan lensa kontak , serta untuk menyimpan lensa kontak. Larutan ini tidak dapat
yang sering digunakan sebagai rinse solution adalah larutan saline. Larutan
saline tersedia dalam kemasan, baik yang mengandung bahan pengawet, maupun tanpa
bahan pengawet. Tidak disarankan menggunakan larutan saline buatan sendiri, karena
tidak steril.26 Contoh larutan pembilas yang tersedia di pasaran adalah Clear Care ®
(b)
Gambar 2. Larutan saline dengan bahan pengawet (a) dan tanpa bahan pengawet (b)
pada lensa kontak. Setiap disinfektan yang digunakan wajib memenuhi standar yang telah
ditentukan oleh ISO dan FDA melalui tes untuk mengetahui kualitas larutan disinfektan
dalam membunuh mikroorganisme yaitu Stand Alone Test dan Regiment test.
Secara umum cairan disinfektan untuk lensa kontak dibagi menjadi dua, yaitu
o Non-Oxydative solution
didalamnya.
c. Waktu kerja yang lama sehingga harus merendam lensa kontak terlebih
digunakan untuk mendisinfeksi kuman baik pada lensa kontak lunak, maupun
keras. Larutan ini bekerja melalui reaksi oksidasi yang akan merubah molekul
hydrogen peroxida menjadi radikal bebas sebelum kemudian menjadi air dan
tidak terjadi proses dekompensasi yang terlampau cepat. Lensa kontak yang
didisinfeksi dengan larutan ini harus dinetralkan sebelum dipakai agar larutan
peroksida yang tersisa tidak menempel pada mata dan menimbulkan rasa pedih
a. Metode Katalitik
peroksida menjadi oksigen dan air. Katalis tersedia dalam bentuk tablet
b. Reaksi Kimia
c. Metode Dilusi
Metode ini dilakukan dengan membilas dan merendam lensa kontak yang
e. Peroksida menjadi kurang efektif jika disimpan dalam waktu yang lama
Contoh Larutan dinfeksi yang mengandung hidrogen peroksida adalah EasySept Hydro+
®
( Bausch+Lomb ), One Step®( Sauflon ), Peroxyclear ®( Bausch + Lomb)
Komponen yang terkandung dalam larutan ini adalah agen tonisitas, agen
viskositas, bahan pengawet, chelating agent dan wetting agent. Cairan ini berfungsi untuk
meningkatkan surface wettability sehingga menjaga lensa tetap dalam kondisi hidrasi yang
baik dan membantu meratakan lapisan air mata ke seluruh permukaan lensa. Meskipun
efeknya hanya sebentar , yaitu antara 5 detik sampai dengan 15 menit, larutan ini dapat
meningkatkan kenyamanan pasien. Larutan ini banyak digunakan pada pemakaian lensa
RGP. Contoh wetting solution yang beredar di pasaran anatar lain: Lobob® steril wetting
Komponen yang digunakan untuk membuat cairan ini antara lain : wetting agent,
bahan pengawet, chelating agent, buffer dan larutan saline fisiologis. Larutan ini digunakan
untuk membasahi kembali lensa yang sedang digunakan, terutama jika lingkungan
sekitarnya kering, berudara panas atau berada dalam ruangan yang memiliki air
conditioner. Larutan ini banyak dipakai pada penggunaan lensa RGP. Contoh comfort drop
yang beredar di pasaran antara lain : Optifree® ( Alcon ), Equate® lubricating & rewetting
Komponen yang terkandung didalamnya antara lain : agen tonisitas, wetting agent,
detergent/surfactant, bahan pengawet dan chelating agent.18 Larutan ini dipakai untuk
merendam atau menyimpan lensa kontak dan berfungsi untuk menjaga supaya lensa kontak
tetap berada dalam kondisi hidrasi yang baik dengan tetap menjaga sterilitasnya. Hidrasi
yang baik penting untuk menjaga material lensa sehingga tidak terjadi perubahan refraksi,
terutama pada lensa RGP. Komponen-komponen yang ada di dalamnya juga memfasilitasi
larutan supaya dapat membasahi dan memudahkan lensa kontak bebas dari debris-debris
yang menempel. Contoh soaking solution yang beredar di pasaran antara lain: Lobob®
larutan-larutan tersebut diatas, sehingga dalam satu larutan dapat digunakan untuk berbagai
keperluan. Penggunaan MPS dianggap lebih mudah dan praktis sehingga banyak dipilih
oleh pasien yang memiliki waktu terbatas untuk merawat lensa kontak.
Contoh multi purpose solution beserta komponen penyusun yang beredar di pasaran
antara lain :
Biofresh® solution : boric acid ( anti bakteri dan anti jamur ), sodium chloride
bahan pengawet )
pengawet.
LENSA KONTAK27
Cara terbaik untuk mencegah komplikasi akibat penggunaan lensa kontak adalah
- Jangan mencuci atau menyimpan lensa kontak di air biasa baik itu air keran
rub and rinse ini merupakan metode yang disarankan oleh para ahli dan terbukti
kontak.28,29
- Bilas lensa kontak dengan larutan khusus untuk membilas , bukan dengan air.
Selain lensa kontak, larutan perawatan lensa kontak juga perlu diperlakukan
- Tidak memindahkan isi larutan lensa kontak ke botol lain yang bukan
tempatnya.
- Jaga supaya ujung botol tidak pernah menyentuh permukaan apapun dan
Tempat penyimpanan lensa kontak ( contact lens case ) juga perlu mendapatkan
- Bersihkan tempat lensa kontak dengan larutan pembersih lensa kontak dan
- Ganti contact lens case dengan yang baru sesuai jadwal, paling lama 3 bulan
sekali.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam perawatan lensa kontak, kita harus
dapat memilih larutan sesuai dengan fungsi dan jenis lensa kontak yang akan dibersihkan.
Hal ini dikarenakan tiap- tiap lensa kontak memiliki bahan dan sifat yang berbeda - beda.
Tidak tepat dalam memilih larutan lensa kontak bukan hanya membuat perawatan tidak
optimal, tetapi dapat membuat lensa kontak menjadi rusak dan kehilangan fungsinya.
Untuk dapat memilih larutan perawatan lensa dengan baik, sebelumnya kita perlu
mengetahui sifat dan karakteristik dari lensa kontak lunak/ Soft lens dan dan lensa kontak
Lensa RGP merupakan lensa kontak yang dapat terbuat dari PMMA, silicone acrilate
atau fluoropolymer. Lensa ini memiliki sifat keras/kaku sehingga mudah dipegang, lebih
stabil dan tahan lama, tetapi menimbulkan ketidaknyamanan dan kesulitan pada saat
pemasangan. Lensa RGP memiliki permukaan lensa yang mudah terbentuk deposit.
Berdasarkan karakteristik diatas, maka larutan lensa kontak yang sebaiknya dipakai untuk
merawat lensa RGP adalah larutan dengan kemampuan lebih untuk membasahi,
melembabkan dan tentunya dengan aktivitas antimikroba yang baik, sehingga dapat
Larutan disinfektan yang direkomendasikan untuk digunakan pada lensa RGP adalah
larutan dengan bahan pengawet yang mengandung polyhexanide atau alcohol based
solution/ non organic solvent (contoh: chlorobutanol ,isopropyl alcohol ) karena tidak
terlalu iritatif dan membuat pedih mata. Kandungan alkohol di dalamnya membuat deposit
lemak yang menempel lebih mudah dibersihkan. Bahan pengawet yang tidak
menimbulkan iritasi pada pemakaian lensa RGP. Jika pasien alergi terhadap bahan
pengawet, maka dapat dipilih cairan dengan bahan dasar peroksida yang tidak mengandung
bahan pengawet.
Larutan pembersih yang direkomendasikan untuk lensa RGP adalah larutan yang
mengandung protein removal. Hal ini dikarenakan lensa RGP memilki durasi pemakaian
yang lebih lama, sehingga kemungkinan untuk terbentuk deposit protein lebih besar.
Contoh protein removal yang dipakai adalah 0,4% sodium hypochlorite. Pasien yang
memiliki riwayat atopi disarankan membersihkan lensa RGP dengan enzym protein
remover. Larutan pembersih yang tidak direkomendasikan untuk lensa RGP adalah larutan
yang kuat, sehingga dapat merusak permukaan optik lensa. Multi Purpose Solution/ MPS
dapat juga digunakan untuk lensa RGP, akan tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa
membersihkan lensa RGP dengan menggunakan larutan yang terpisah untuk setiap tahap
Soft contact lens, sesuai namanya, merupakan lensa yang bersifat lunak, fleksibel, serta
mampu beradaptasi dalam waktu singkat. Bahan lensa kontak lunak yag sering dipakai
larutan untuk lensa kontak lunak harus mempertimbangkan ada tidaknya reaksi kimia yang
mungkin muncul antara bahan pembuat lensa kontak dengan komponen yang ada di dalam
menghindari larutan yang mengandung komponen dengan berat molekul rendah, seperti
chlorobutanol, chlorhexidine, banzalkonium chloride, sorbic acid dan thimerosal. Hal ini
dikarenakan adanya proses uptake and release cairan pengawet yang tinggi sehingga
oleh Staining Grid Center, larutan yang mengandung disinfektan atau pengawet berbahan
menimbulkan corneal staining ketika dipakai pada lensa berbahan silicone hydrogel30.
BAB IV
RINGKASAN
Lensa kontak memiliki banyak manfaat sehingga semakin banyak dipilih dan
digunakan. Penggunaan lensa kontak tidak lepas dari resiko dan komplikasi yang bukan
Salah satu faktor yang berperan dalam timbulnya komplikasi penggunaan lensa kontak
adalah perawatan dan kebiasaan pemakaian lensa kontak yang kurang tepat seperti:
pemakain lensa kontak melewati jadwal yang ditentukan, membersihkan dengan air , cara
membersihkan yang tidak tepat serta pemakaian larutan pembersih yang tidak sesuai
Saat ini telah tersedia berbagai macam lautan pembersih lensa kontak dengan berbagai
Larutan tesebut antara lain adalah cleaning solution, rinse solution, desinfecting solution,
wetting solution, soaking solution dan Multi Purpose Solution. Pemilihan dan penggunaan
larutan tersebut harus disesuaikan dengan jenis lensa yang akan dibersihkan karena tiap
Cara membersihkan lensa kontak yang direkomendasikan dan terbukti lebih efektif
adalah dengan metode rub and rinse. Metode ini juga dapat dipakai untuk membersihkan
tempat penyimpanan lensa kontak. Larutan lensa kontak dijaga supaya tidak menjadi
sumber kontaminan dengan tidak melakukan topping off, membiarkan terbuka atau
memindahkannya dalam botol lain. Dengan pemilihan cairan lensa kontak yang tepat serta
perawatan lensa kontak yang baik, diharapkan komplikasi akibat penggunaan lensa kontak
dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
102
http://www.jnjvc.com/sites/jnjvc/files/JJVC%20CL%20Facts%20and%20Figures
%20Fact%20Sheet.pdf.
https://www.cdc.gov/contactlenses/fast-facts.html
Wearers.JSM Ophtalmology.2015:p1-12
Physician. 2010.5(1):p6-8
10. Booranaponang W, Prabhasawat P, et al. Risk factor for contact lens related
12. VeraniJR et al. National Outbreak of Acanthamoeba Keratitis Associated with use
p. 1236-42.
Springer.2004:p205-41
16. Centers of Disease Control and Prevention. MMWR: Contact Lens Wearer
Demographics and Risk Behaviour for Contact Lens- Related Eye Infections
17. Rakow PL. Current Contact Lens Care Systems.USA: The Princeton Eye
Group.2003:p415-32
Elsevier.2003:p360-82
19. Gromacky SJ, Ward MA. Understanding Contemporary Contact Lens Care
2013/understanding-contemporary-contact-lens-care-produ
https://www.clspectrum.com/issues/2001/august-2001/preventative-contact-lens-
care-part-iii
23. Centers of Disease Control and Prevention.Contact Lens Care System and
https://www.cdc.gov/contactlenses/care-systems.html
24. Stern GA, Zam ZS.The effect of enzymatic contact lens cleaning on adherence of
25. Begley CG, Paragina S, Sporn A. An Analysis of contact lens enzyme cleaners.J
4].Available fromhttps://www.aao.org/eye-health/glasses-contacts/contact-lens-
care
28. Jones L. Understanding Incompatibilities: Before you send another patient home
with silicone hydrogel contact lenses, make sure he's using an appropriate lens care
https://www.clspectrum.com/supplements/2004/july-2004/making-compatible-
choices-in-lens-care/understanding-incompatibilities
29. Cho P et al. Soft Contact Lens Cleaning: Rub or No Rub?.Ophtalmic Physiol
fromhttp://www.staininggrid.com/
LAMPIRAN 1. ALUR PEMILIHAN LARUTAN PERAWATAN LENSA KONTAK
Lensa RGP
Hindari:
Atopi (+) Non Atopi (-)
CHX
Chlorobutanol
PHMB
LAMPIRAN 2. JADWAL PENGGANTIAN LENSA KONTAK
- Letakkan lensa kontak ke dalam tempat penyimpanan yang telah diisi larutan
baru
A. MORFOLOGI KORNEA
Kornea memiliki kekuatan refraksi terbesar pada mata, yaitu sekitar 43-44
dioptri pada apeks kornea (2/3 total kekuatan refraksi mata). Terdapat beberapa hal
penting mengenai kornea yang berkaitan dengan fungsi optiknya, yaitu bentuk
1,3,4
kornea, kurvatura, kekuatan atau power, dan beberapa hal lain.
A.1 Bentuk
Kornea menempati 1/6 sentral dinding luar bola mata, berbentuk oval, dengan
rerata diameter horisontal 12,6 mm dan rerata diameter vertikal 11,2 mm. Bentuk
kornea tidak benar-benar sferis. Masing-masing area kornea memiliki bentuk yang
berbeda-beda. Area sentral kornea, sejauh kurang lebih 4mm, adalah area yang
diperkirakan berbentuk sferis sehingga dijadikan dasar pada pemeriksaan keratometri.
Semakin menjauhi sentral, bentuk kornea menjadi iregular dan lebih datar. Secara
umum, kornea dibagi menjadi 2 bagian yaitu area sentral, berukuran sekitar 4 mm,
disebut area optik atau zona apikal, dan area perifer atau basilar. Kekuatan refraksi pada
zona apikal bervariasi, namun tidak lebih dari 1D pada mata normal. Beberapa
penelitian menyatakan bentuk kornea dapat berubah-ubah sepanjang waktu, contohnya,
1,3
kornea menjadi relatif datar pada pagi hari.
Radius kurvatura area sentral kornea atau zona apikal anterior adalah ±7.8
mm. Radius kurvatura pada permukaan posterior kornea adalah ±6.7 mm.
Perubahan kurvatura pada kornea memiliki efek pada status refraktif mata. Setiap 1
mm penambahan radius kurvatura kornea menyebabkan penurunan kekuatan
refraksi kornea sebesar 6 dioptri. 1 mm penurunan radius kurvatura kornea
menyebabkan penambahan kekuatan refraksi kornea sebesar 6 dioptri. Tipe
3,4
kurvatura ini yang biasanya juga berhubungan dengan astigmatisma.
A.3 Kekuatan/power
Indeks refraktif kornea adalah 1.376. Kekuatan atau “power” kornea dapat
dihitung dari radius kurvatura dan indeks refraksi. Kekuatan konvergensi kornea
normal sebesar 49 dioptri pada permuakaan anteriornya dan kekuatan divergensi
kornea normal sebesar 6 dioptri pada permukaan posteriornya. Kekuatan
2
konvergensi total kornea adalah 43 dioptri.
A.4.Ketebalan kornea
Ketebalan kornea sekitar 0.52 mm pada area aksial dan 0.66 mm pada area
perifer. Hal tersebut menjadi alasan mengapa kurvatura permukaan posterior
3
kornea lebih tinggi daripada kurvatura anterior.
A.5 Astigmatisma
Bentuk kornea bayi hampir sferis. 68% anak-anak usia 4 tahun dan 95% usia
7 tahun dapat memiliki with the rule astigmatism (dimana meridian vertikal lebih
curam/steep dibanding meridian horisontal). Astigmatisma ini dapat menghilang
atau berubah menjadi astigmatisma against the rule pada usia dewasa. Perubahan
sesuai usia ini diperkirakan dikarenakan perubahan tekanan oleh kelopak mata atau
1,4
perubahan tonus otot orbicularis.
Gambar 3. Refleksi bayangan pada kornea normal dan abnormal (dikutip dari
3
Benjamin F, Preoperatif consideration)
3. Computerized videokeratoscopy
Computerized videokeratoscopy adalah pemeriksaan untuk mengetahui
morfologi kornea sentral dan perifer. Analisis terhadap morfologi kornea perifer
tidak didapatkan dari teknologi-teknologi sebelumnya. Alat yang digunakan
pada pemeriksaan ini adalah mesin topografer. Computerized topographer saat
ini telah secara luas dipergunakan dan menjadi standar prosedur pemeriksaan
klinik. Pemeriksaan ini memiliki banyak manfaat dibandingkan keratometer
atau keratoskop tradisional. Computerized topographer menghitung area
kornea yang lebih luas dengan jumlah titik target yang lebih banyak, serta data
1
hasil pemeriksaan dapat disimpan.
Proyeksi topografer kornea terdiri atas cakram plasido atau suatu konus
(dengan ukuran besar maupun kecil) yang mengiluminasi kornea dengan
mengirimkan cincin konsentris. Suatu kamera video menangkap reflek kornea dari
lapisan air mata. Data dianalisis oleh sebuah software. Software tersebut
mengevaluasi jarak antara masing-masing cincin konsentris, pada kondisi gelap
dan terang, dan pada beberapa titik. Kemudian sistem digital komputer akan
mengolah informasi mengenai bentuk kornea dalam bentuk data peta warna
1,4
dengan kode-kode tertentu (Gambar 4).
C. TOPOGRAFI KORNEA
C.1. SEJARAH
Computerized videokeratoscopy pada awalnya dipelajari oleh Rowsey yang
menggunakan gambaran plasido untuk mendapatkan perhitungan kuantitatif dari
suatu topografi kornea. Kemudian Stephen Klyce pada tahun 1987 mengkonversi
nilai-nilai yang keluar dari sistem digital mesin topografer menjadi peta kode-kode
warna.
C.5. INTERPRETASI
Interpretasi pembacaan peta topografi yang baik memerlukan pengetahuan
dan pengalaman klinis yang baik dari pemeriksa. Mata awam dapat menemui
kesulitan dan juga misinterpretasi di dalam evaluasi peta kornea. Pemeriksa harus
memahami cara membaca skala warna. Topografer modem (videokeratografer)
menggunakan peta Louisiana State University Color-Coded didalam menentukan
kekuatan superfisial kornea (Gambar 5). Nilai kekuatan (diukur dalam dioptri) lebih
sering digunakan dibanding nilai radius (diukur dalam milimeter), walaupun semua
3
topografer dapat memetakan kornea dengan kedua nilai tersebut.
Gambar 5. Kode warna pada topografi kornea (dikutip dari Guilermo
3
Simon et al, Fundamental of topography)
3
Langkah-langkah interpretasi topografi kornea:
a. Identifikasi nama pasien, usia, dan mata yang diperiksa;
b. Bandingkan hasil antara satu dengan yang lainnya pada peta kuadran atau
multiple;
c. Perhatikan skala warna dan identifikasi rentang dan gradien yang ada. Tiap
pemindai (scan) memiliki skala koding warna masing-masing;
d. Pada skala absolut, warna hijau merepresentasikan data normatif. Warna
merah menandakan adanya abnormalitas;
e. Perhatikan angka pada grafik dan kotak statistik yang tersedia. Angka-angka
yang ada menunjukkan ketebalan kornea sentral dan penipisan, keratometri
apikal, elevasi kornea anterior dan posterior.
f. Bandingkan dengan temuan lampu celah. Harus diingat bahwa topografi
kornea dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kekeruhan kornea
nebulomakular, dry eye, neovaskularisasi kornea, dan sikatriks kornea.
g. Setiap peta topografi memiliki skala warna yang menandakan rentang
dioptric tertentu. Area kornea yang lebih datar (flatter) berwarna biru, area
yang lebih curam (steeper) berwarna merah.
4,5
C.5. PARAMETER DALAM TOPOGRAFI KORNEA
1. Surface Regularity index (SRI) : mendeskripsikan regularitas area sentral
kornea (hingga 4.5 mm diameter kornea). Nilai SRI pada kornea normal
yaitu kurang dari 0.56. Nilai 0 didapatkan pada kornea yang memiliki
regularitas yang sempurna.
2. Surface asymmetry index (SAI) : nilai rerata perbedaan kekuatan antara
beberapa titik pada kornea. Nilai SAI pada permukaan yang simetris radial
adalah 0, dan akan meningkat seiring meningkatnya derajat asimetri dari 2
titik yang dinilai.
3. Simulated keratometry (SIMK) : memberikan informasi tentang kekuatan
kornea pada area yang paling datar (flat) dan area yang paling curam (steep).
SIMK dinyatakan dalam K1 atau Kf (K flat) dan K2 atau Ks (K steep),
dengan rerata nilai 43.53±1.02D pada kornea normal.
4. Cylinder (Cyl) : nilai silinder yang didapatkan dari simulasi keratometri
.Tingginya nilai silinder dapat memberikan kecurigaan adanya kelainan
seperti keratokonus
5. Minimal keratometry value (Min K): menunjukkan area meridian
dengan kekuatan paling rendah
6. Potential visual acuity (PVA): perkiraan visual acuity dengan
memperhitungkan hasil topografi kornea saja.
7. Keratoconus Index (KCI): mendeteksi adanya keratokonus. Metode yang
sering digunakan adalah Klyce-Maeda
8. Analysed Area (AA): mendeteksi area kornea yang tertutup cincin pada
topographer. AA menurun pada kasus keratokonus
9. Inferior-superior dioptric asymmetry (I-S) : nilai normalnya <1.4
10. Average corneal power (ACP) : nilai normalnya 40.5 – 46.7 D
11. Corneal eccentricity index (CEI): nilai normalnya -0.114- 0.806
12. Irregular astigmatism index (IAI): rerata variasi jarak antar cincin. Nilai
normal 0.19 to 0.49
13. Centre surround index(CSI): perbedaan rerata kekuatan kornea pada
sentral kornea dan cincin sekitarnya. Nilai normal -.028 – 0.80
14. Opposite sector index (OSI): perbedaan terbesar rerata kekuatan pada
area opposite. Nilai normalnya -0.55 – 2.09
c. Menentukan posisi
Bentuk fitting lensa kontak RGP pada umumnya adalah apical alignment fit, dimana
sisi atas lensa kontak menyentuh kelopak mata atas. Posisi ini membuat lensa
kontak bergerak pada saat berkedip, meningkatkan pergerakan air mata, dan
mengurangi sensasi lensa karena kelopak mata tidak menggesek ujung lensa saat
berkedip. Fitting sentral (interpalpebral) didapatkan ketika lensa terletak antara
kelopak mata atas dan bawah. Untuk mendapatkan fitting ini, lensa yang diberikan
lebih curam dibandingkan dengan K untuk mengurangi pergerakan lensa dan
menjaga lensa tetap berada di tengah kornea. Pada tipe ini, diameter lensa lebih
kecil dibanding apical alignment fit (on K), base curve lebih curam dibanding K,
1,2,8
dan ujung lensa lebih tipis.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan material lensa kacamata .................................................................. 22
Tabel 2. Panduan pemilihan lensa kacamata ........................................................................ 35
BAB I
PENDAHULUAN
seringkali ditemukan dalam praktek sehari-hari. Kelainan refraksi tersebut dapat dikoreksi
dengan menggunakan beberapa modalitas seperti kacamata, lensa kontak, atau prosedur bedah
refraktif. Kacamata merupakan koreksi kelainan refraksi yang paling aman dan sederhana.
Pemilihan kacamata yang tidak tepat membuat pemakai tidak nyaman, untuk itu perlu
1,2
memahami jenis dan pilihan lensa dengan baik.
Kacamata pertama yang dapat dipakai ditemukan sekitar tahun 1284 di Italia. Penemu
kacamata ini adalah Salvino D’Armate. Kacamata pertama kali hanya dapat digunakan untuk
memperbaiki hiperopia dan presbiopia. Kemudian sekitar tahun 1400-an kacamata untuk
3
miopia mulai muncul.
Saat ini berkembang bermacam jenis material lensa kacamata untuk koreksi kelainan
refraksi. Ketika membeli kacamata, mempertimbangkan jenis frame yang dipilih merupakan
hal yang penting karena berkaitan dengan penampilan dan kenyamanan pemakainya. Namun
lensa kacamata yang dipilih mempengaruhi empat hal yaitu tajam penglihatan, keselamatan,
4
kenyamanan pasien , dan faktor penampilan pemakainya.
Kesalahan yang sering dilakukan saat membeli kacamata adalah pemakai kacamata
tidak mempunyai cukup waktu untuk memilih lensa dengan mempertimbangkan material
lensa, desain, dan coating/pelapisan. Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas tentang lensa
kacamata meliputi material pembuatan lensa kacamata, sifat lensa kacamata, jenis-jenis lensa
kacamata, dan proses pelapisan/coating serta perawatan permukaan lensa kacamata sehingga
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sebanyak 153 juta orang di seluruh
dunia mengalami gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, yaitu
1
sebesar 43% dari keseluruhan penyebab gangguan penglihatan (visual impairment) global.
Terdapat empat jenis kelainan refraksi yang paling sering ditemukan yaitu :
5. Miopia
Disebut juga sebagai rabun jauh. Pada keadaan ini, mata akan sulit memfokuskan bayangan
benda yang terletak jauh diakibatkan bola mata yang panjang atau kekuatan bias kornea/lensa
yang terlalu kuat (terlalu cembung). Bayangan benda akan terletak pada fokus di depan
1,5
retina.
nn. Hipermetropia
Disebut juga rabun dekat. Pada keadaan ini, mata akan sulit memfokuskan bayangan benda
yang terletak dekat dengan mata. Umumnya keadaan ini disebabkan bola mata yang terlalu
pendek atau kekuatan bias kornea/lensa yang terlalu lemah (kurang cembung). Pada
1,5
hipermetropia sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea.
4. Astigmatisma
Astigmatisma adalah kelainan refraksi akibat kelainan kecembungan kornea atau lensa. Kornea
dan lensa, dalam keadaan normal, memiliki kecembungan yang sama pada semua arah,
sehingga membantu untuk memfokuskan cahaya ke retina. Namun apabila kornea atau lensa
terdapat kelainan kecembungan yang berbeda di permukaannya maka sinar akan terbagi
menjadi dua titik fokus dan tidak terletak tepat pada retina dan menghasilkan gambaran benda
1,5
yang berbayang dan tidak tajam.
6
Gambar 1. Gambaran kelainan refraksi pada miopia, hiperopia/hipermetropia, astigmatisma.
c. Presbiopia
Disebut juga dengan istilah “mata tua”, merupakan suatu kondisi hilang atau berkurangnya
kemampuan mata untuk membaca dekat, terkait dengan pertambahan usia dan merupakan
perubahan yang bersifat alamiah. Kondisi ini terjadi karena berkurangnya kemampuan
akomodasi sebagai akibat berkurangnya elastisitas lensa. Presbiopia umumnya mulai terjadi
7
Gambar 2. Gambaran skematik pada mata presbiopia.
Gejala yang paling sering ditemukan pada kelainan refraksi adalah pandangan kabur, yang
umumnya terjadi secara perlahan dalam kurun waktu tertentu. Gejala lain yang dapat
dialami antara lain adalah pandangan ganda, berkabut, silau atau berpendar, memicingkan
1
mata, sakit kepala, serta mata lelah.
Kelainan refraksi dapat dialami oleh semua orang, baik anak maupun dewasa. Salah satu
faktor risiko kejadian kelainan refraksi adalah riwayat serupa pada keluarga, terutama pada
orang tua. Kelainan refraksi dapat dideteksi melalui pemeriksaan mata secara menyeluruh
kemudian dikoreksi kelainan refraksinya dengan alat bantu penglihatan yang sesuai. Koreksi
kelainan refraksi meliputi koreksi optik yaitu dengan kacamata dan lensa kontak, dan koreksi
1
non optik yaitu dengan bedah refraktif.
13. Kacamata
Kacamata merupakan koreksi kelainan refraksi yang paling aman dan sederhana
sehingga lebih banyak digunakan. Jenis lensa dan besar koreksi yang diberikan akan
digunakan, adanya berbagai pilihan lensa dan bingkai kacamata yang nyaman untuk
pemakainya. Kacamata juga dapat melindungi mata pemakainya dari debu, kotoran, atau
serangga. Berbagai pilihan desain, jenis lensa, maupun pelapisnya/coating membuat pemakai
memiliki banyak pilihan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan aktivitas pemakai.
Kekurangan dari kacamata adalah pada ukuran dioptri tinggi dapat menyebabkan pemakai
tidak nyaman karena lensa tebal dan berat. Lensa kacamata juga mudah berembun ketika
1,4,5
pemakai pindah dari ruangan yang dingin ke ruangan yang hangat.
1
Gambar 3. Kacamata
h. Lensa kontak
Lensa kontak merupakan alternatif dari kacamata. Lensa kontak dapat memberikan
koreksi penglihatan dengan lapang pandang lebih luas. Penggunaan lensa kontak relatif aman
dan efektif apabila dilakukan fitting yang baik sebelumnya dan digunakan sesuai anjuran.
Keuntungan pemakaian lensa kontak adalah penglihatan samping tidak terhalang dengan batas
kacamata, lensa kontak tidak berembun, dan perbedaan kelainan refraksi mata kanan dan kiri
dapat dengan mudah dikoreksi. Kekurangan dari lensa kontak adalah apabila dipakai dalam
waktu yang lama dapat mengganggu suplai oksigen ke kornea. Lensa kontak juga
membutuhkan perawatan yang lebih teliti daripada kacamata karena perawatan yang tidak tepat
1
dapat menyebabkan infeksi.
1
Gambar 4. Lensa kontak
Bedah refraksi dengan laser untuk mengoreksi kelainan refraksi telah berkembang selama
20 tahun. Bedah refraksi terdiri dari : Femto-LASIK, LASIK (laser in situ keratomileusis),
metode terbaru adalah metode ReLEx smile. Keuntungan dari bedah refraksi adalah pasien
oleh dokter yang berpengalaman. Kekurangan dari modalitas ini adalah laser bedah refraksi
merupakan tindakan invasif yang dilakukan pada organ yang seha. Efek samping dari laser
bedah refraksi ini adalah mata kering yang dapat bertahan hingga 12 minggu paska operasi.
Terdapat kemungkinan bahwa kelainan refraksi pada pasien tidak dapat dikoreksi seluruhnya
1
sehingga masih dibutuhkan pemakaian kacamata kembali.
8
Gambar 5. Bedah refraktif.
Lensa kacamata merupakan bagian terpenting dari kacamata. Lensa terbentuk dari dua
buah prisma yang diletakkan basis ke basis (konveks) atau puncak ke puncak (konkaf).
Berdasarkan prinsip tersebut, dapat dikatakan bahwa lensa merupakan media transparan yang
terbuat dari kaca dimana satu atau kedua permukaannya dilengkungkan. Pada dasarnya
terdapat dua jenis lensa yaitu lensa spheris dan lensa silindris. Seiring dengan perkembangan
teknologi, jenis lensa berkembang menjadi lensa spheris, lensa silindris, lensa aspheris, dan
2,9
lensa sphenosilindris.
2.2.1. Lensa Spheris
Disebut lensa spheris karena permukaannya melengkung seperti lengkungan pada bola
(sphere). Lensa ini merefraksikan cahaya ke semua meridian. Lensa spheris dibagi menjadi
9
dua jenis yaitu konveks dan konkaf. Jenis-jenis lensa ini adalah :
15. Plano-convex
16. Biconvex
17. Concavo-convex
18. Plano-concave
19. Biconcave
20. Convexo-concave
9
Gambar 6. Berbagai tipe lensa.
Lensa spheris konveks terbentuk dari prisma dimana basis terletak di sentral dan
puncaknya menyebar ke arah tepi sehingga lensa terlihat tebal di sentral dan tipis di tepi. Lensa
spheris konveks disebut sebagai lensa yang mencembung, mempunyai sifat memperbesar,
positif atau lensa plus yang diberi tanda +. Lensa ini memiliki kekuatan
9
mengkonvergensikan/memfokuskan cahaya paralel dan membawanya ke titik fokus.
9
Gambar 7. Prisma pada lensa konveks dankonkaf.
9
Lensa konveks memiliki tiga macam tipe :
e. Concavo-convex atau convex meniscus : dimana satu permukaan konveks dan permukaan
lain konkaf, dimana permukaan yang terakhir memiliki radius kurvatura yang lebih
panjang dibandingkan dengan kurvatura sebelumnya. Lensa ini juga disebut sebagai
lensa konveks periskopik, meskipun lensanya plus atau minus. Lensa ini mengurangi
Lensa spheris konkaf dibentuk dengan kedua puncak berada di sentral. Lensa ini tipis
pada bagian sentral dan tebal pada bagian tepi. Lensa ini dikenal sebagai mendivergensikan
(menyebarkan cahaya), bersifat mengurangi, minus atau lensa negatif dengan tanda (-). Lensa
9
konkaf terdiri dari 3 tipe :
10. Biconcave atau double concave : dimana kedua permukaan adalah konkaf.
11. Convexo-concave atau concave meniscus : dimana satu permukaan adalah konveks dan
permukaan lain adalah konkaf, yang terakhir memiliki radius kurvatura yang lebih
Kekuatan lensa dilambangkan dengan D (dioptri). Lambang yang mudah diingat ini
menunjukkan panjang lensa dari vertex belakang ke fokus prinsipal kedua yang disebut
panjang vertex belakang fokal. Kekuatan lensa diperoleh dengan membagi panjang vertex
9
belakang fokal dalam milimeter dengan 1000.
Lensa silindris merupakan suatu lensa yang memfokuskan cahaya ke suatu garis/bidang
bukan ke sebuah titik, seperti kinerja lensa spheris. Permukaan yang melengkung dari lensa
silindris ini merupakan bagian dari sebuah silinder, dan lensa ini memfokuskan bayangan yang
melewatinya menuju suatu garis yang paralel terhadap permukaan lensa. Lensa silindris meng-
kompres bayangan dengan arah perpendicular terhadap garis sehingga bayangan terletak pada
9
bidang yang paralel.
10
Gambar 8. Lensa Silindris Positif dan Negatif.
Kemajuan teknologi di bidang desain optik telah menghasilkan lensa kacamata aspheris
yang dibuat dengan kelengkungan lebih mendatar daripada lensa spheris, sehingga
menghasilkan lensa yang lebih tipis. Lensa spheris mempunyai bentuk permukaan spheris yang
berarti kelengkungannya selalu sama pada semua permukaannya, sama seperti sebuah bola.
Sedangkan lensa aspheris mempunyai permukaan yang lebih kompleks yaitu memiliki
perbedaan kelengkungan yang secara bertahap berubah dari bagian tengah lensa hingga ke
11,12
tepi.
12
Gambar 9. Lensa Biconvex Aspheris.
Lensa aspheris mempunyai kelengkungan yang lebih rata daripada lensa konvensional
sehingga lensa ini lebih dekat dengan wajah pemakainya. Hal ini merupakan keuntungan bagi
pemakai yang memiliki kelainan refraksi dengan ukuran dioptri tinggi. Lensa aspheris juga
11
Gambar 10. Perbedaan Lensa Spheris dan Aspheris.
Lensa sphenosilindris memiliki bentuk torus. Bentuk torus mirip dengan permukaan luar
ban motor atau tabung, dengan kurvatura terbesar dan terkecil bertemu. Titik pertemuan
tersebut merupakan pusat optik lensa sphenosilindris. Lensa ini digunakan sebagai alat
koreksi dua kelainan refraksi yang terdapat pada satu mata yaitu miopia/hiperopia dan
2
astigmatisma.
2
Gambar 11. Permukaan Torus.
Awal mula adanya koreksi kelainan refraksi, hanya kaca yang digunakan sebagai bahan
lensa kacamata. Namun sejak tahun 1960-an, penggunaan plastik sebagai material pembuatan
lensa kacamata telah meningkat cukup tajam. Lensa kacamata yang berkualitas adalah lensa
yang bersifat transparan, memiliki kualitas optik yang bagus, tipis, ringan, tahan gores, dan
tahan benturan. Material lensa juga harus mudah didapatkan dan memiliki biaya produksi yang
13
rendah.
Terdapat berbagai macam jenis lensa dari kaca dan plastik beserta keunggulan dan
kekurangan masing-masing. Material lensa dapat menjalani proses beragam pewarnaan dan
pelapisan. Proses tersebut ditujukan agar lensa memiliki kemampuan refraksi yang lebih baik,
lebih mudah dibersihkan, proteksi terhadap ultraviolet, meningkatkan daya tahan terhadap
13
benturan maupun untuk tujuan kosmetik.
2.3.1. Kaca
Terdapat beberapa jenis kaca yang digunakan sebagai material dalam pembuatan lensa
Ophthalmic crown glass terdiri atas campuran pasir (silicon dioxida), soda (Na2O), dan
lime (CaO). Material tersebut dicampur dalam suhu tinggi sehingga membentuk kaca yang
memiliki struktur bentuk acak (random amorpheus structure). Ikatan antar atom dan ion dalam
kaca akan menciptakan ikatan yang sangat kuat. Namun, apabila terdapat cacat pada
permukaan seperti goresan akibat gesekan atau penanganan yang kasar akan membuat struktur
2,4,13
internal kaca menjadi rapuh.
Material kaca untuk lensa kacamata tersedia dalam beragam indeks refraksi. Kaca dengan
indeks refraksi 1,523 atau sering disebut dengan crown glass, merupakan jenis lensa yang
paling banyak digunakan sebagai material pembuatan lensa kacamata karena memiliki
karakteristik transparan, tidak berwarna, tahan panas, tahan goresan, dan memiliki karakteristik
optik yang baik (distorsi lensa minimal). Kaca jenis ini memiliki beberapa kekurangan yakni
indeks refraksi yang rendah dan densitas yang tinggi. Hal ini membuat lensa menjadi sangat
berat dan tebal pada dioptri yang tinggi sehingga penggunaan kaca jenis ini pada kacamata
2,4,13
mulai ditinggalkan.
13
Gambar 12. Crown Glass
b. Kaca High Index
14
Gambar 13. Perbedaan lensa bahan standar plastik dan lensa high-index.
Material untuk kaca High Index terdiri atas oksida logam seperti titanium, lanthanum,
atau niobium untuk meningkatkan indeks refraksi. Kaca High Index memiliki kepadatan dan
dispersi kromatis yang lebih tinggi dibandingkan dengan crown glass. Peningkatan indeks
refraksi menurunkan ketebalan, namun juga membuat lensa cenderung lebih berat. Lensa yang
terbuat dari kaca High Index akan terasa lebih berat sehingga kurang nyaman digunakan bila
frame tidak tepat diposisikan pada telinga dan hidung pasien. Peningkatan dispersi kromatis
membuat aberasi kromatis harus diperhatikan pada penggunaan kaca High Index, terutama
2,4,13
dalam pembuatan lensa kacamata dengan dioptri tinggi.
Gambar 14. Perbandingan indeks refraksi dan ketebalan lensa pada bahan
15
material high-index.
Material yang paling banyak digunakan untuk lensa high index adalah titanium oxide
glass High Lite 1.7. Material lensa tersebut dapat memiliki indeks refraksi hingga 1.90. Lensa
ini tidak terdapat di Amerika Serikat karena tdak memenuhi standar dari FDA dari sisi
ketahanan terhadap benturan. Mempertimbangkan hal tersebut, tidak tepat apabila meresepkan
2,4,13
lensa high index hanya untuk alasan kosmetik.
Jenis kaca high index lain yang banyak digunakan adalah Flint Glass. Kaca ini
merupakan jenis kaca yang lebih tua dan dibuat dengan menambahkan oksida timbal pada
campuran kaca standar. Kaca ini memiliki batasan penggunaan antara lain sebagai proteksi X-
ray untuk teknisi radiologi di rumah sakit. Pada flint glass tidak dapat dilakukan proses
pelapisan (laminasi) untuk meningkatkan ketahanan terhadap benturan sehingga tidak dapat
memenuhi standar FDA. Oleh karena itu, penggunaan flint glass di Amerika harus disertai
2,4,13
peringatan bahwa kaca yang digunakan rentan pecah terhadap benturan.
Material plastik untuk lensa kacamata tersusun atas polimer, molekul rantai panjang
dengan sub unit berulang. Molekul ini memiliki ikatan molekul yang banyak sehingga
membuat material plastik menjadi lebih tahan benturan maupun tarikan. Material plastik untuk
lensa kacamata terdiri atas tiga jenis yakni thermosetting plastic, thermoplastics dan
3,9,10
trivex.
a. Thermosetting plastic
Thermosetting plastic memiliki ikatan molekul yang banyak. Yang termasuk jenis
thermosetting plastic adalah CR-39 dan seluruh material plastik high index kecuali
b. Thermoplastic
Jenis thermoplastic ini memiliki ikatan molekul yang tidak terlalu banyak sehingga
molekul thermoplastic dapat berubah tempat dengan mudah. Sifat tersebut membuat
thermoplastic dapat dibentuk secara permanen tanpa mengakibatkan bahan
thermoplastic pecah. Contoh dari bahan thermoplastic ini adalah polikarbonat. Energi
yang diterima oleh lensa polikarbonat cenderung akan merubah bentuk lensa namun
tidak membuat lensa pecah. Kemampuan tersebut membuat lensa polikarbonat lebih
tahan terhadap benturan. Namun permukaan lensa polikarbonat sangat halus sehingga
lensa polikarbonat harus dilapisi dengan material khusus untuk membuat lensa tersebut
3,9,10
tahan terhadap goresan.
c. Trivex
Lensa Trivex atau dikenal dengan nama lensa Trilogy, memiliki struktur molekul di
ini terdiri atas molekul rantai panjang dengan jumlah cross-linking intermediate. Lensa
Trivex memiliki ketahanan benturan yang sangat baik dan lebih tahan goresan
3,9,10
dibandingkan dengan lensa polikarbonat.
4,13
Jenis lensa bahan plastik yang ada saat ini adalah :
Lensa resin terbuat dari resin acrylic. Lensa resin dilapisi dengan material pelapis yang
keras sehingga tahan goresan. Material resin yang banyak digunakan adalah CR-39. Huruf C
kepanjangan dari Columbia, perusahaan tempat material dikembangkan. Huruf R berarti resin,
sedangkan angka 39 merupakan urutan percobaan dimana material ini berhasil ditemukan. CR-
39 tersusun atas Allyl Diglycol Carbonate. Material ini memiliki indeks refraksi sebesar 1.498
o
dan tahan terhadap suhu hingga 100 C. Lensa resin memiliki beberapa keuntungan
4,13
dibandingkan dengan kaca antara lain :
- Lensa resin merupakan material yang ringan karena hanya memiliki berat separuh
- Lensa resin dapat melalui proses pewarnaan. Proses pewarnaan tersebut dapat diubah
menjadi lebih gelap maupun lebih cerah pada permukaan yang bebas goresan. Resin
yang telah diwarnai dapat menjalani proses bleaching untuk kemudian diganti dengan
- Lensa resin tersedia dalam berbagai macam tipe dan dapat menyerap sinar ultraviolet
hingga 350 nm. Apabila ditambah dengan material UV absorber, lensa resin dapat
menyerap sinar ultraviolet hingga 400nm sehingga dapat menjadi pelindung ultraviolet
- Proses pembentukan embun pada lensa resin akibat perubahan lingkungan lebih
- Lensa resin cenderung lebih gampang tergores. Namun beberapa tindakan pencegahan
seperti pembersihan dengan air hangat mengalir dan kain lap halus akan menghindari
Lapisan khusus dapat ditambahkan pada lensa resin sehingga membuat lensa menjadi
- Lensa resin lebih tebal dibandingkan dengan lensa yang terbuat dari kaca. Pada
ukuran dioptri minus tinggi batas lensa resin akan terlihat sangat jelas.
Jenis lensa resin terbaru dengan indeks refraksi yang lebih tinggi (1.586, 1.60 dan 1.66)
dibandingkan CR-39 telah tersedia. Lensa ini cenderung lebih tipis, ringan, dan secara
4,13
kosmetik lebih baik dibandingkan dengan lensa CR-39.
2. Plastik Polikarbonat
Polikarbonat merupakan jenis material plastik high index dengan indeks refraksi lebih
tinggi dibandingkan CR-39 maupun crown glass. Material ini memiliki ketahanan benturan
yang sangat baik dan telah digunakan secara luas seperti material pembuatan helm astronot
hingga material kaca telepon seluler. Polikarbonat banyak digunakan sebagai material
pembuatan lensa kacamata karena indeks refraksi yang tinggi sehingga membuat lensa menjadi
lebih ringan dan tipis serta ketahanan benturan sehingga dapat memberikan proteksi yang lebih
2,4,13
baik pada mata.
Polikarbonat cenderung tidak tahan terhadap perubahan suhu. Lensa polikarbonat dapat
mengalami perubahan bentuk pada suhu ekstrim. Lensa polikarbonat dapat menahan paparan
radiasi ultraviolet hingga 400 nm. Meskipun mudah untuk dilakukan pewarnaan, lensa
polikarbonat tidak dapat menjalani pewarnaan ulang karena proses bleaching pada material
banyak tipe antara lain : single vision, aspheric, bifocal, trifocal dan progressive addition lenses
(PALs). Harga lensa polikarbonat cenderung tinggi karena proses pembentukan dan pelapisan
2,4,13
lensa polikarbonat memerlukan peralatan khusus.
13
Gambar 15. Perbandingan CR-39 dan polikarbonat.
3. Material plastik Mid-index dan High-index
Material plastik mid-index dan high-index selain polikarbonat mulai banyak digunakan.
Lensa mid-index memiliki rentang indeks refraksi antara 1.53-1.59 sedangkan lensa high-index
memiliki indeks refraksi lebih dari 1.60. Indeks refraksi terbesar yang tersedia di pasaran
adalah 1.74. Lensa mid-high index kadang dibuat dengan desain aspheric dan ketebalan sentral
2,4,13
yang rendah guna mengurangi ketebalan dan berat lensa.
Lensa mid-index dan high-index yang banyak digunakan adalah lensa dengan indeks 1.60
dan 1.66. Lensa high-index memiliki beberapa kekurangan serupa dengan lensa polikarbonat
antara lain tingginya tingkat transverse chromatik abberation pada penglihatan off-axis. Lensa
mid-index merupakan perpaduan yang seimbang antara kualitas optik dan ketebalan lensa.
Contoh lensa mid-index adalah Trivex. Lensa Trivex memiliki abberasi warna yang lebih
rendah dibandingkan dengan polikarbonat dan lensa high-index lain. Pada dioptri yang sama,
trivex memiliki ketebalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lensa polikarbonat. Hal ini
dapat diminimalkan dengan penggunaan desain aspheric dan ketebalan sentral yang lebih kecil
2,4,13
sehingga dapat mengurangi ketebalan lensa secara signifikan pada dioptri sedang.
Tabel 1. Perbandingan Material Lensa Kacamata
Lensa kacamata secara umum terdiri dari 3 tipe yaitu lensa single vision, bifocals, dan
varifocals/progressive addition lenses (PALs). Lensa single vision merupakan lensa yang
biasanya dibutuhkan oleh pasien sampai dengan usianya mencapai lebih dari 40 tahun, dimana
kelainan presbiopia muncul. Saat berusia lebih dari 40 tahun, pasien akan merasa
cukup terganggu apabila beraktivitas jarak dekat. Lensa single vision hanya dapat mengoreksi
satu kelainan refraksi saja, yaitu koreksi penglihatan jauh atau dekat. Apabila pasien
membutuhkan kedua koreksi (untuk penglihatan jauh dan dekat), akan merepotkan apabila
2,4,5,13,16
berganti dari kacamata satu dengan kacamata yang lain.
2,4,5,13,16
2.3.1. Lensa Bifocals
a. Definisi
Merupakan bentuk lensa multifokal yang paling banyak dijumpai. Lensa bifocals berasal
dari dua lensa single vision. Satu lensa untuk melihat jauh dan satu lensa untuk melihat
dekat. Kedua lensa ini disatukan dalam satu frame lensa yang sama sehingga lensa ini
dibagi menjadi 2 bagian. Bagian atas lensa membantu untuk penglihatan jauh. Bagian
bawah membantu untuk penglihatan dekat. Terdapat dua jenis lensa bifocals yaitu one-
b. Penggunaan
Kelebihan :
- Hanya dapat melihat benda yang dekat dengan bagian lensa bawah (bagian untuk
melihat dekat), apabila melihat dengan bagian lensa atas akan tampak kabur,
- Kesulitan dalam melihat atau beraktivitas jarak menengah seperti beraktivitas dengan
komputer.
2
Gambar 16. Lensa one-piece bifocals.
2
Gambar 17. Lensa fused-bifocals.
2,4,5,13,16
2.3.2. Lensa Trifocals
a. Definisi
Lensa yang memiliki tiga fokal kekuatan. Lensa ini seperti lensa bifocals namun
untuk fokus melihat objek dengan jarak lebih dari jarak membaca namun kurang dari 1
meter. Biasanya mempunyai kekuatan setengah hingga dua pertiga dari kekuatan lensa
melihat dekat/membaca.
b. Penggunaan
Lensa bifocals ini biasanya diresepkan untuk pasien berusia 40 tahun atau lebih yang
Kelebihan :
- Pasien yang memakai lensa trifokal tidak mempunyai masalah dalam melihat jarak
Kekurangan :
- Dari segi kosmetik kurang baik dilihat karena terdapat dua garis dalam satu lensa.
2,4,5,13,16
2.3.3. Varifocals / Progressive Addition Lenses (PALs)
a. Definisi
Merupakan desain lensa paling modern dimana kekuatan lensa akan berubah secara
gradual/bertahap. Penglihatan jauh di bagian atas lensa, penglihatan dekat pada bagian
bawah lensa. Pada PALs terdapat 4 tipe zona optik : zona melihat jarak jauh spheris, zona
membaca, zona transisi/koridor, zona distorsi perifer. PALs terbagi menjadi 2 macam jenis
b. Penggunaan
- pasien dengan early presbiopia yang sebelumnya tidak memakai lensa bifokal,
Kelebihan :
Kekurangan :
- Dapat terjadi distorsi sehingga menyebabkan sensasi “bergoyang” saat
menggerakkan kepala.
2
Gambar 18. Hard design PALs dan Soft design PALs.
BAB III
PELAPISAN PERMUKAAN LENSA DAN PERAWATANNYA
Material lensa dapat diberi pelapisan dan pewarnaan dengan proses dan material
kimiawi tertentu untuk meningkatkan ketahanan dan kenyamanan saat digunakan. Jenis
pelapisan lensa sesuai dengan nama bahan material kimiawi yang ditambahkan. Lapisan yang
sangat tipis ditambahkan di depan dan atau di belakang permukaan lensa. Saat ini pelapisan
lensa sudah diberikan secara langsung saat lensa diproduksi dengan tujuan meningkatkan
kualitas penglihatan, kenyamanan dan keuntungan maksimal yang bisa diperoleh mata
3,13,17
pemakai.
3,13,17,18,19
3.1.1. Pelapisan Anti Refleksi (Anti-Reflective/AR Coating)
Pelapisan anti refleksi merupakan proses pelapisan yang sering dilakukan. Proses ini
ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi refleksi pada permukaan depan dan belakang
lensa sehingga dapat mempertajam penglihatan. Proses pelapisan anti refleksi dapat dilakukan
pada semua jenis lensa terutama untuk polikarbonat dan high-index, dimana kedua jenis lensa
ini akan merefleksikan lebih banyak cahaya apabila tidak diberikan pelapisan anti
refleksi3,13,17,18,19
Pemberian pelapisan anti refleksi ini dapat meningkatkan transmisi cahaya saat menyetir
di malam hari dan membantu mengurangi silau akibat sinar matahari pada pemakai lensa
photochromik. Beberapa lensa dengan anti refleksi memiliki lapisan hidrofobik dan
3,13,17,18,19
oleofobik/lipofobik, yang berarti lensa tersebut anti air dan anti minyak.
Semua jenis lensa tidak ada yang benar-benar memiliki sifat anti gores, bahkan jenis
lensa kaca. Lensa yang diberi pelapisan anti gores pada bagian depan dan belakang permukaan
lensa menjadi memiliki lapisan yang lebih keras sehingga lebih tahan terhadap goresan.
Sehingga pelapisan ini sangat menguntungkan untuk lensa kacamata pada anak-anak karena
3,13,17,19
meningkatkan durasi pakainya.
Sebagian besar lensa yang diproduksi saat ini sudah dilengkapi pelapisan anti gores saat
3,13,17,19
diproduksi, termasuk pada jenis high-index, polikarbonat, dan trivex.
Pasien yang rentan terpapar sinar ultraviolet dalam waktu lama harus menggunakan lensa
yang memiliki sifat proteksi terhadap sinar ultraviolet. Lensa ideal harus dapat menyerap sinar
3,13,17,19
ultraviolet hingga hampir 100%.
Crown glass dapat menyerap radiasi ultraviolet hingga 350nm sedangkan material resin
hingga 380nm. Lapisan tambahan pada resin dapat menyerap radiasi ultraviolet hingga 400nm.
Tanpa tambahan pelapis, polikarbonat dapat menyerap hampir seluruh radiasi sinar ultraviolet.
Paparan berlebih terhadap sinar ultraviolet dapat memicu munculnya pterigium, pinguecula,
3,13,17,19
kebutaan serta kanker.
Gambar 21. Perbandingan penglihatan pada lensa tanpa pelapisan proteksi sinar
17
ultraviolet dan lensa dengan pelapisan sinar ultraviolet.
Lensa yang berembun dapat menimbulkan gangguan pada pemakainya. Lensa yang
berembun disebabkan oleh adanya tetesan-tetesan air yang terbentuk karena proses kondensasi
pada permukaan lensa ketika suhu lensa lebih dingin daripada suhu udara sekitar. Pelapisan anti
3,13,17,19
embun bekerja dengan membatasi kondensasi dari kelembaban lensa.
Saat ini terdapat produk cairan pelapis anti embun yang dapat diaplikasikan sendiri oleh
pemakainya. Pelapisan anti embun dilakukan dengan meneteskan 1 tetes cairan bernama
“Optifog activator” pada kedua permukaan lensa kemudian usap dengan menggunakan kain
mikrofiber sehingga cairan pelapis anti embun merata di seluruh permukaan lensa. Pelapisan
3,13,17,19
ini dapat menjaga lensa menjadi anti embun selama satu minggu.
17
Gambar 23. Produk pelapisan anti embun (Anti-Fog Cleaner) yang ada di pasaran.
3.1.5. Photochromic
Lensa photochromic akan menggelap secara otomatis sebagai respon terhadap sinar
matahari dan akan kembali jernih (atau mendekati jernih) ketika di dalam ruangan. Lensa
photochromic tersedia pada berbagai jenis material dan desain lensa dan sesuai digunakan
untuk orang yang tidak mau repot menggunakan dua buah kacamata yang berbeda atau pada
3,13,17,19
orang yang memiliki sensitivitas terhadap cahaya.
19
Gambar 24. Lensa Photochromic
3
3.1.6.Lensa Berwarna
Lensa kacamata yang berwarna selain dapat digunakan sebagai alat koreksi kelainan
refraksi namun juga dapat digunakan untuk fashion atau cosmetic style. Saat ini berkembang
berbagai macam pilihan pada pelapisan warna baik macam warnanya, shades, dan gradasi.
3,13,17,19
19
Gambar 25. Varian pelapisan warna
19
Gambar 26. Pelapisan warna pada kacamata olahraga
Pelapisan cermin berkembang dalam berbagai macam warna dan sangat reflektif.
Kacamata dengan pelapisan cermin sering dipakai saat beraktivitas luar ruangan. Lensa
dengan pelapisan cermin ini merefleksikan panas dan silau, sehingga mata pemakai merasa
3,13,17,19
lebih nyaman saat beraktivitas di luar ruang.
19
Gambar 27. Pelapisan cermin (mirror coating) pada kacamata
Saat memilih lensa dengan pelapisan cermin, harap diperhatikan bahwa lapisan ini
dapat mengelupas atau tergores jika tidak dirawat dengan baik. Hal-hal yang dapat merusak
lapisan cermin ini antara lain kebiasaan meninggalkan kacamata pada dashboard mobil
sehingga terpapar suhu yang ekstrim. Lensa yang mempunyai lapisan cermin juga dilengkapi
3,13,17,19
lapisan anti gores supaya lensa tahan lama.
19
Gambar 28. Pelapisan Lensa Kacamata
3.2. Edukasi Perawatan Kacamata yang Baik
Pelapisan anti gores terbaik sekalipun tidak dapat menjaga lensa sepenuhnya untuk
tidak tergores atau pecah. Perawatan yang baik terhadap kacamata sangat diperlukan supaya
kacamata selalu terlihat baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan lensa kacamata
3,13,17,19,20,21
dan kacamata adalah sebagai berikut :
2. Menyimpan kacamata pada wadahnya saat tidak dipakai, atau kacamata dapat diletakkan
3. Tidak meletakkan kacamata di atas kepala sebagai “bando” atau menyimpan kacamata di
4. Menghindarkan lensa dari semprotan parfum, hairspray, atau bahan kimia lainnya.
6. Membersihkan lensa kacamata secara teratur dengan air sabun hangat (tidak mengandung
7. Mencuci kacamata dengan air yang mengalir dari keran, tidak menggunakan air panas dan
sikat karena akan merusak lapisan coating-nya. Kemudian lensa dikeringkan dengan
menggunakan kain mikrofiber menuju satu arah dan tanpa menekan lensa kacamata.
8. Membersihkan kacamata dalam keadaan basah terutama pada lensa dengan pelapisan anti
refleksi, tidak dianjurkan membersihkan lensa tanpa membasahinya terlebih dahulu.
Pembersihan dalam keadaan kering dengan menggunakan kain dapat membuat lensa
tergores. Goresan pada lensa dengan pelapisan anti refleksi akan lebih tampak terlihat
Pemilihan kacamata dan lensa kacamata yang tepat akan membantu pemakainya
melihat sebaik mungkin, apapun pekerjaan pemakai tersebut. Sehingga dengan memakai
4,19
kacamata maka kehidupan dan aktivitas sehari-hari menjadi lebih baik.
Pada penderita kelainan refraksi yang bekerja di depan komputer lebih dari 8 jam
sehari, biasanya akan muncul keluhan mata lelah, sakit kepala bahkan sakit pada leher,
punggung dan tulang belakang akibat dari tegangan berlebih pada mata saat melihat layar
filter cahaya biru (blue light filtering lenses). Lensa filter cahaya biru mengurangi efek dari
sinar biru, membantu mengurangi refleks mengecilkan celah mata, tidak membuat tegang
berlebih pada mata, membuat saat bekerja menjadi lebih nyaman dan lebih produktif dalam
4,19
bekerja.
Pemakai kacamata yang lebih banyak bekerja di luar ruangan disarankan melindungi
mata dari sinar ultraviolet dengan memilih lensa kacamata yang mempunyai proteksi
ultraviolet. Lensa dengan proteksi ultraviolet tidak hanya melindungi mata dari efek buruk
sinar ultraviolet namun juga melindungi kulit di sekitar mata. Apabila pekerjaan atau hobi
membuat sering beraktivitas baik di dalam maupun di luar ruangan, maka pemilihan lensa
4,19
photocromic adalah tepat karena sesuai dengan kebutuhan.
Lensa yang dapat dipilih untuk para atlit atau orang yang menghabiskan banyak waktu
pada bidang olahraga dan aktivitas luar ruangan adalah lensa dengan proteksi anti gores yang
4,19
baik, proteksi terhadap sinar UV, dan photocromic .
Tabel 2. Panduan pemilihan lensa kacamata
Kacamata merupakan koreksi kelainan refraksi yang paling aman dan sederhana. Saat
ini berkembang bermacam jenis material lensa kacamata untuk koreksi kelainan refraksi. Lensa
kacamata yang dipilih mempengaruhi empat hal yaitu faktor penampilan, kenyamanan pasien,
tajam penglihatan dan keselamatan pemakainya. Kesalahan yang sering dilakukan saat
membeli kacamata adalah pemakai kacamata tidak mempunyai cukup waktu untuk memilih
1,2,4
lensa dengan mempertimbangkan material lensa, desain, dan coating/pelapisan.
Terdapat 4 macam jenis lensa yaitu lensa spheris, lensa silindris, lensa aspheris, dan
lensa sphenosilindris. Keempat jenis lensa tersebut dipilih berdasarkan kelainan refraksi pada
pemakai kacamata. Masing-masing dari jenis lensa tersebut dibagi menjadi lensa negatif dan
2,9
lensa positif.
Material lensa sangat berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Pada mulanya
material lensa yang dipakai sebagai lensa kacamata adalah kaca, kemudian beralih ke plastik.
Saat ini telah diproduksi dan dipakai luas material lensa jenis polikarbonat, trivex dan lensa
2,4,13
high index yang menawarkan lensa ringan dan tipis.
Pelapisan lensa diberikan dengan tujuan meningkatkan kualitas penglihatan, kenyamanan, dan
keuntungan maksimal yang bisa diperoleh mata pemakai. Jenis pelapisan yang ada saat ini
adalah pelapisan anti refleksi (Anti-Reflective Coating), pelapisan anti gores (Scratch-
Resistance), pelapisan proteksi sinar ultraviolet, pelapisan anti embun (anti-fog coating atau
fog free), photochromic, lensa berwarna, pelapisan cermin (mirror coating). Masing-masing
4. Heiting OD,Gary. How to Choose The Best Lenses For Your Glasses. 2017. Diunduh
dari : http://www.allaboutvision.com/lenses/how-to-choose.htm
9. Mukherjee PC. Optics for Optometry Student. Chapter 31. New Delhi : Jaypee Brother
Medical Publishers (P) Ltd ; 2009.
11. Heiting OD,Gary. Aspheric Lenses for Better Vision and Appearance. Diunduh dari :
http://www.allaboutvision.com/lenses/aspheric-lenses.htm
12. Edmund optic. All about Aspheric Lenses. Diunduh dari : http://www.edmundoptics.com
14. Lose the weight with the 1.74 high index lenses. Diunduh dari :
http://www.brillianteyecare.com/Content/eyeglasses/lenses/essilor/174/174.aspx
15. When to order high lenses. Diunduh dari : www.endmyopia.org/need-high-index-lenses/
18. Heiting OD,Gary. Anti-Reflective Coating : See Better and Look Better. Diunduh dari :
http://www.allaboutvision.com/lenses/anti-reflective.htm
19. Wachler MD,Brian. Eyeglasses : Tips to Help You Pick the Right Lenses. Diunduh dari :
http://www.webmd.com/eye-health/eyeglasssees-eyes
20. Optik Tunggal. Tips dan Trik Cara Merawat dan Membersihkan Kacamata. Diunduh dari :
http://www.optiktunggal.com/news/detail/tips-dan-trik-cara-merawat-dan-membersihkan-
kacamata
22. Heiting OD,Gary. Polycarbonate vs Trivex Eyeglass Lenses – Which Are Right For
You?. Diunduh dari : http://www.allaboutvision.com/lenses/polycarb.htm
24. Spectacles, Contact Lenses or Laser Surgery, What’s Right For You?. Diunduh dari :
https://www.zeiss.com/vision-care/en_de/better-vision/understanding-vision/lenses-and-
solutions/spectacles-contact-lenses-or-laser-surgery-what-s-right-for-you.html