ISSN 2337-4993
Rayyandini et al.: Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Herbisida 57
Vol. 5, No. 1: 57 – 62, Januari 2017
ABSTRAK
Degradasi lahan merupakan hilangnya fungsi tanah sebagai sumber air dan hara bagi tanaman, sebagai tempat akar tanaman
berjangkar, serta sebagai tempat air dan unsur hara ditambahkan. Degradasi lahan dapat disebabkan oleh hilangnya unsur
hara dan bahan organik dari daerah perakaran, terkumpulnya garam atau senyawa racun bagi tanaman di daerah perakaran,
penjenuhan tanah oleh air (water logging), dan erosi. Aliran permukaan yang terjadi menjadi pemicu terjadinya erosi yang
mengakibatkan degradasi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah terhadap aliran
permukaan dan erosi pada fase generatif tanaman singkong, untuk mengetahui pengaruh herbisida terhadap besarnya laju
aliran permukaan dan erosi pada fase generatif tanaman singkong dan untuk mengetahui interaksi sistem olah tanah dan
penggunaan herbisida terhadap aliran permukaan dan erosi pada fase generatif tanaman singkong. Penelitian ini dilakukan
menggunakan metode petak kecil 4x4. Penelitian petak erosi ini menggunakan Rancangan Faktorial 2x2, dengan 4 kali ulangan.
Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu sistem olah tanah dan herbisida. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem olah
tanah tidak nyata mempengaruhi aliran permukaan dan erosi, sedangkan herbisida nyata mempengaruhi aliran permukaan dan
erosi yang terjadi. Penelitian ini dilakukan pada fase generatif pertanaman dan diperoleh 18 kali hujan dengan total curah hujan
sebesar 477,2 mm.
Kata kunci : Aliran permukaan, erosi, herbisida, sistem olah tanah
tanah semakin lama akan semakin besar dan akan Pemberian herbisida mampu mengendalikan
mengangkat permukaan tanah. Oleh karena itu seiring gulma di lahan. Pemberian herbisida menyebabkan
berjalannya waktu, pada lahan perlakuan olah tanah berkurangnya persen penutupan tanah oleh tanaman.
minimum dan olah tanah penuh memperoleh erosi yang Berkurangnya penutup tanah akan menyebabkan
sama besar. infiltrasi menurun yang mengakibatkan aliran permukaan
Selain itu, ada atau tidaknya bahan pembawa erosi tinggi. Gulma di lahan selain dapat meningkatkan
yang semakin lama semakin berkurang dapat infiltrasi, juga dapat menjadi penghalang terbawanya
mempengaruhi besarnya erosi yang terjadi. Menurut partikel tanah oleh air yang dapat menimbulkan erosi.
Arsyad (2010) pengolahan tanah hanya memperbaiki Air hujan yang jatuh ke permukaan tidak lagi dihambat
sifat fisik tanah sementara, karena tanah yang telah oleh keberadaan gulma yang berfungsi sebagai tanaman
diolah akan lebih mudah terangkat oleh air. Menurut vegetasi sehingga tanah lebih mudah terangkut dan
Banuwa (2013) Erosi tanah terjadi melalui proses terbawa oleh air.
penghancuran partikel-partikel tanah dan proses Menurut Schwab, dkk (1981 dalam Banuwa
pengangkutan partikel-partikel tanah yang telah 2013) vegetasi yang baik akan memperlambat aliran
dihancurkan. Terdapat dua macam erosi yang terjadi permukaan dan akan meningkatkan infiltrasi untuk
yaitu erosi percik (splash erosion) merupakan erosi mengurangi laju aliran permukaan yang akan
yang disebabkan oleh pemecahan struktur tanah dan menimbulkan erosi. Pada perlakuan tanpa herbisida,
erosi gerusan (scour erosion) merupakan erosi yang aliran permukaan dan erosi paling kecil terjadi. Hal ini
disebabkan oleh gerusan aliran permukaan. dikarenakan keberadaan gulma di lahan berfungsi
Pengaruh pertumbuhan umbi yang memecah sebagai penutup tanah yang dapat mengurangi aliran
agregat tanah dapat memperbesar terjadinya erosi permukaan.
percik. Erosi percik ini akan semakin besar dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
semakin besarnya massa dan kecepatan jatuh butir hujan Banuwa, dkk. (2014) bahwa pengolahan tanah tidak
(Arsyad, 2010). Erosi disebabkan oleh aliran permukaan nyata mempengaruhi aliran permukaan yang terjadi.
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor curah hujan, Aliran permukaan dan erosi memiliki hubungan erat
karakteristik tanah (sifat fisik), penutupan lahan, dan dengan curah hujan, karena air hujan yang jatuh ke
kemiringan lereng. permukaan tanah dapat mengangkut tanah lapisan atas
60 Jurnal Agrotek Tropika 5(1): 57-62, 2017
yang disebabkan oleh aliran permukaan. Menurut namun dalam waktu yang lebih lama atau lebih dari 1
Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) curah hujan jam. Intensitas hujan menentukan aliran permukaan
merupakan salah satu unsur iklim yang besar perannya yang mampu menimbulkan erosi.
terhadap kejadian longsor dan erosi. Erosi menyebabkan tanah lapisan atas terkikis dan
Menurut Wischmeir dan Smith (1978 dalam mengangkut unsur hara yang terkandung didalamnya,
Banuwa, 2013) curah hujan mempengaruhi erosi dengan apabila erosi terus terjadi maka unsur hara akan semakin
dua cara yaitu pukulan butir hujan terhadap tanah serta menurun. Hal ini menyebabkan produksi tanaman akan
jumlah dan lamanya hujan. menurun. Menurut Banuwa (2013) erosi secara terus
Aliran permukaan terjadi pada saat butir hujan menerus akan menimbulkan dampak pada tempat
jatuh diatas permukaan tanah, butir hujan ini yang dapat kejadian erosi. Dampak erosi yang ditimbulkan yaitu
memecahkan agregat tanah menjadi partikel kecil. menurunnya kesuburan tanah, menurunnya kualitas sifat
Sehingga partikel tersebut akan mengikuti infiltrasi tanah fisik tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi dan
dan akan menyumbat pori-pori tanah. Jumlah dan menurunnya produktivitas lahan pertanian.
lamanya hujan inilah yang akan menentukan besarnya Pertumbuhan Tanaman. Pengamatan
erosi. Dalam hal ini hujan yang jatuh ke permukaan pertumbuhan tanaman yang dilakukan meliputi diameter
akan mempengaruhi aliran permukaan, dan aliran batang dan tinggi tanaman singkong. Berdasarkan uji
permukaan tersebut berpengaruh besar terhadap BNT dari hasil perhitungan, terlihat pada (Tabel 3)
keterjadian suatu erosi. Apabila curah hujan tinggi maka diameter batang tertinggi dipengaruhi oleh perlakuan
aliran permukaan meningkat dan mengakibatkan erosi pemberian herbisida sebesar 2,94 cm. Sedangkan pada
meningkat. perlakuan tanpa herbisida, diameter batang yang
Dariah, dkk. (2003) mengatakan bahwa air hujan diperoleh paling rendah yaitu sebesar 2,55 cm.
yang jatuh di atas permukaan tanah dan menjadi air Perlakuan olah tanah minimum dan olah tanah penuh
limpasan permukaan merupakan penyebab utama memperoleh rata-rata diameter batang yang tidak jauh
terjadinya erosi. Hujan dengan curah hujan dan berbeda yaitu 2,71 cm dan 2,77 cm. Untuk tinggi
intensitas yang tinggi, contohnya 50 mm dalam waktu tanaman (Tabel 4) pada perlakuan pemberian herbisida
kurang dari 1 jam lebih berpotensi menyebabkan erosi juga jauh lebih tinggi yaitu sebesar 410 cm, daripada
dibandingkan hujan dengan curah hujan yang sama perlakuan tanpa herbisida. Sedangkan perlakuan olah
tanah masing-masing tinggi tanaman tidak jauh berbeda penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya
yaitu F sebesar 393,35 cm dan M sebesar 390,45 cm. kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta
Hasil penelitian ini sejalan dengan Jamila (2007) kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi
yang menyatakan bahwa pengolahan tanah, mulsa, air ke dalam tanah, sehingga dapat mengurangi erosi.
maupun interaksi keduanya tidak nyata mempengaruhi Brangkasan Tanaman. Perlakuan olah tanah
tinggi tanaman kedelai. Namun pemberian herbisida penuh memperoleh brangkasan tanaman (Tabel 6) paling
nyata mempengaruhi diameter dan tinggi tanaman tinggi yaitu sebesar 58,20 ton/ha. Sedangkan perlakuan
singkong. Pada perlakuan pemberian herbisida, olah tanah minimum memperoleh brangkasan tanaman
menyebakan gulma pada lahan berkurang, sehingga paling rendah yaitu sebesar 43,59 ton/ha.
mengurangi persaingan perebutan unsur hara, cahaya, Produksi. Terlihat pada (Tabel 7) bahwa masing-
dan air antara tanaman budidaya dan gulma. Oleh masing perlakuan memperoleh produksi tanaman
karena itu pertumbuhan tanaman (diameter batang dan singkong F (olah tanah penuh) sebesar 43,75 ton/ha, M
tinggi tanaman) pada lahan perlakuan pemberian (olah tanah minimum) sebesar 43,28 ton/ha, H0 (tanpa
herbisida lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. herbisida) sebesar 42,97 ton/ha, dan H1 (dengan
Gulma. Hasil perhitungan pada (Tabel 5) herbisida) sebesar 44,06 ton/ha. Produksi yang
menunjukkan bahwa, keberadaan gulma tertinggi didapatkan ini cukup baik dalam rata-rata jumlah
terdapat pada lahan perlakuan olah tanah minimum produksi per hektar. Direktur Pascapanen Tanaman
sebesar 5,43 ton/ha, sedangkan pada perlakuan olah Pangan Kementerian Pertanian menilai target produksi
tanah penuh hanya terdapat gulma sebesar 3,36 ton/ha. singkong di tingkat petani adalah sekitar 40-60 ton/ha.
Menurut Arsyad (2010) peran tanaman penutup Angka ini menunjukkan bahwa produksi yang didapat
tanah antara lain: (1) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman telah sesuai dengan target produksi rata-rata di
(2) menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir Indonesia. Artinya, aliran permukaan dan erosi yang
hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, terjadi tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman
(3) menambah bahan organik tanah serta pengaruh akar singkong sehingga produksi tetap tinggi. Hal ini
dan kegiatan biologi, (4) melakukan transpirasi, yang dimungkinkan karena jumlah erosi yang tidak terlalu
mengurangi kandungan air tanah, dan (5) mempengaruhi besar dalam setiap petak, serta adaanya peran tanaman
stabilitas struktur dan porositas tanah. Peranan tanaman vegetasi dalam menghambat aliran permukaan.