I. Tujuan Percobaan
1.1 Menerangkan arti viskositas
1.2 Menggunakan alat-alat penentuan viskositas
1.3 Menentukan viskositas beberapa cairan
III. Teori
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair
dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita
lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan
cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai
peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam
fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap yang
lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti
tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas
maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling
menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif
atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui bagaimana
cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara kuantitatif. Salah
satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah
viskosimeter ( Lutfy, 2007).
Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan
pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang
sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada dinding luar dalam keadaan
2
diam dan yang menempel pada dinding dalam akan bergerak bersama dinding
tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang
berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer. Aliran zat cair
akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu
cepat (Sudarjo, 2008).
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh
fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya
gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin
besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak didalam zat cair
tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel
zat cair (Martoharsono, 2006).
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan
semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan
sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul
cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat
dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit
mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2009).
Zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental
(viscous) daripada gas, dalam merumuskan persamaan-persamaan dasar mengenai
aliran yang kental akan jelas nanti, bahwa masalahnya mirip dengan masalah
tegangan dan regangan luncur di dalam zat padat. Salah satu macam alat untuk
mengukur viscositas zat-cair adalah viscometer (Sudarjo, 2008).
Cairan yang mudah mengalir, misalnya air atau minyak tanah, tegangan
luncur itu relatif kecil untuk cepat perubahan regangan luncur tertentu, dan
viskositasnya juga relatif kecil, dan begitu pula sebaliknya(Lutfy, 2007).
3
Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan non
newtonian.
1. Cairan Newtonian
Cairan newtonian adalah cairan yg viskositasnya tidak berubah dengan
berubahnya gaya irisan, ini adalah aliran kental (viscous) sejati. Contohnya : Air,
minyak, sirup, gelatin, dan lain-lain. Shear rate atau gaya pemisah viskositas
berbanding lurus dengan shear stresss secara proporsional dan viskositasnya
merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan antara shear rate dan shear
stress. Viskositas tidak tergantung shear rate dalam kisaran aliran laminar (aliran
streamline dalam suatu fluida). Cairan Newtonian ada 2 jenis, yang viskositasnya
tinggi disebut “Viscous” dan yang viskositasnya rendah disebut “Mobile” (Dogra,
2006).
2. Cairan Non-Newtonian
yaitu cairan yang viskositasnya berubah dengan adanya perubahan gaya irisan
dan dipengaruhi kecepatan tidak linear.
Untuk menentukan kekentalan suatu zat cair dapat digunakan dengan cara:
1. Cara Ostwald / Kapiler
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena
gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya
sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Lutfy, 2007).
Hukum poiseuille juga digunakan untuk menentukan distribusi kecepatan
dalam arus laminer melalui pipa slindris dan menentukan jumlah cairan yamg
keluar perdetik (Sarojo, 2006)
2. Cara Hopper
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum,terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip
kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung
gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan
fungsi dari harga resiprok sampel. Berdasarkan hukum stoke yaitu pada saat
kecepatan bola maksimum,terjadi kesetimbangan sehingga gaya gesek sama
5
dengan gaya berat archimedes. Dalam fluida regangan geser selalu bertambah dan
tanpa batas sepanjang tegangan yang diberikan.Tegangan tidak bergantung pada
regangan geser tetapi tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan regangan
juga disebut laju regangan( D. Young , 2009).
Laju perubahan regangan geser = laju regangan
Rumus yang di atas dapat defenisikan viskositas fluida, dinotasikan dengan η (eta),
sebagai rasio tegangan geser dengan laju regangan :
η = Tegangan geser
Mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun ketika
itu hanya untuk mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di
dalam suatu fluida tertentu berbandingan dengan kecepatan relatifnya. Bila fluida
sempurna yang viskositasnya nol mengalir melewati sebuah bola, atau apabila
sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam, gari-garis arusnya akan
berbentuk suatu pola yang simetris sempurna di sekeliling bola itu. Tekanan
terhadap sembarang titik permukaan bola yang menghadap arah alir datang tepat
sama dengan tekanan terhadap titik lawan. Titik tersebut pada permukaan bola
menghadap kearah aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu nol (Sudarjo, 2008).
3. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar Bob dan
dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang tinggi
disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi.
Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang ditekan keluar
memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Bird, 1993).
4. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampek yang ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor
dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara
papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Bird, 1993).
Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
a. Tekanan
6
cairan pembanding. Cairan yang paling sering digunakan adalah air ( Sutiah, dkk.,
2008).
Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama
berlaku Jadi bila η dan cairan pembanding diketahui, maka dengan mengukur
waktu yang diperlukan untuk mengalir kedua cairan melalui alat yang sama dapat
ditentukan η cairan yang sudah diketahui rapatannya ( Sutiah, dkk., 2008).
Perbedaan nilai viskositas menengah dan region periperal ini menunjukkan
parameter nilai K. Ketika k > 1 maka nilai viskositas lebih dari menengah, k=1
viskositasnya sama dalam keadaan apapun, k < 1 viskositasnya ditengah region(
Rao, dkk., 2003). Tujuan dari hubungan momentum memberikan informasi kinetik
dalam viskositas ( Gavin, S. Dkk., 2007).
V. Prosedur
5.1 Membuat Larutan Sampel
Variasi larutan konsentrasi dibuat dari zat pensuspensi, mulai dari
konsentrasi rendah hingga konsentrasi tinggi.
5.2 Menyiapkan Viskometer
Pertama, sebuah spindel 01 dipasang pada viskometer brookfield ,lalu
larutan uji dimasukan kedalam cup yang telah disediakan ,kemudian spindel
yang telah terpasang diarahkan ke dalam cup secara tegak lurus sampai tanda
batas ,Setelah itu viskometer dihidupkan, lalu nilai pada display viskometer
diamati dan angka yang tertera di display dicatat (lakukan pengamatan
sebanyak 3 kali). Cara yang sama dilakukan pada kedua jenis spindel lainnya.
5.3 Penggunaan Viskometer Ostwald
8
6.4 Perhitungan
n1/n2 = p1.t1/p2.t2
9
VII. Pembahasan
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan
besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Semakin besar viskositas suatu
fluida makan semakin sulit suatu fluida itu mengalir dan semakin sulit pula
suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut.
Yang berperan dalam viskositas suatu zat cair adalah gaya kohesi
antar partikel zat cair. Oleh karena itu, semakin besarnya nilai viskositas
suatu cairan maka akan semakin sulit suatu benda padat untuk bergerak di
dalam cairan tersebut.
Pada praktikum kali ini, penentuan viskositas larutan dilakukan
dengan menggunakan viskometer Ostwald dan juga viskometer Brookfield.
Pada viskometer Oswald, yang mana prinsip dari metode ini adalah
dengan mengukur waktu alir yang dibutuhkan oleh suatu cairan (fluida)
pada konsentrasi tertentu untuk mengalir antara dua tanda batas yang
terdapat pada pipa viskometer Ostwald ini. Viskometer ini memiliki
beberapa keunggulan yaitu lebih cepat, alatnya murah, perhitungannya lebih
sederhana, dan juga pengerjaannya yang mudah. Penentuan viskositas
10
literatur, dan untuk massa jenis cairan dapat dihitung dengan menggunakan
piknometer. Setelah mendapatkan semua data dan sudah melakukan
pengujian didapatkan hasil 29,6 cP
Pada viskometer Brookfield RV dengan kecepatan 62,5 rpm dan
menggunakan berbagai spindel (R1, R2, dan R3) tidak terbaca hasilnya atau
viskositas 0, hal ini disebabkan karena virgin coconut oil (VCO) memiliki
nilai viskositas yang kecil (tidak terlalu kental) maka tidak bisa
menggunakan viskometer Brookfield RV, Viskometer Brookfield RV
hanya digunakan untuk cairan yang memiliki nilai viskositas tinggi (Kental)
maka wajar saja jika nilai yang ditunjukkan adalah 0 mPa-s.
Pada viskometer Brookfield LV diatur kecepatan pada 6, dan
menggunakan berbagai spindel (LV 61, LV 62, LV, 63, LV 64)
mendapatkan hasil masing-masing 20 mPa-s, 50 mPa-s, 100 mPa-s, 0 mPa-
s setelah dikalikan factor untuk setiap spindel yang digunakan, perbedaan
hasil ini disebabkan oleh perbedaan spindel itu sendiri, semakin kental suatu
larutan maka spindel yang digunakan ukurannya semakin kecil, sebaliknya
semakin cair suatu larutan maka spindel yang digunakan ukurannya
semakin besar. VCO tidak terlalu kental (cair) maka menggunakan spindel
yang berukuran besar yaitu LV 61 maka viskositas dari VCO adalah 20
mPa-s atau 20 cP. Kekurangan metode ini adalah kesulitan pembacaan skala
serta kurangnya akurasi terhadap hasil pengukuran. Pada literatur viskositas
dari VCO adalah 26,2094 mm2/s atau 26,2094 cP.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan viskometer ostwald
didapatkan hasil 29,6 cP dan menggunakan viskometer brookfield LV
didapatkan hasil 20 cP, sedangkan pada literatur adalah 26,2094 cP, maka
dapat disimpulkan viskometer ostwald mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
12
IX . Daftar Pustaka
Lachman, Leon. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid III.Edisi
III. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI,.
Roth, Hermann, J . 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM-Press
Martin, Alfred . 1990 . Farmasi Fisika Edisi I . Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Jones, D. 2008. FASTtrack: Pharmaceutics – Dosage Form and Design.
London: Pharmaceutical Press.
Langley, C. 2008. FASTtrack: Pharmaceutical Compounding and
Dispensing. London: Pharmaceutical Press.
Perrie, Y. 2010. FASTtrack: Pharmaceutics - Drug Delivery and
Targeting. London: Pharmaceutical Press.
Ahmad, S. 2007. “Mempelajari Hubungan antara Viskositas Larutan Dope
dan Karakteristik Membran Serat Berongga”. LIPI. Bandung
Basri, S.2003. “Kamus Lengkap Kimia”. Rineka Cipta. Jakarta.
Bird, T. 1994. Kimia Fisik untuk Universitas”. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Daintith, J.1994.” Kamus Lengkap Kimia”. Edisi Baru. Alih Bahasa :
Suminar Achmadi, Ph.D. Erlangga. Jakarta.
Gavin, S dan Aziz, M.A. 2007. “Measuring Shear Viscosity Using
Correlation”. Vol 37. No 3A. Wayne State University. USA.
Kusuma, S.1983. “Pengetahuan bahan-Bahan”. Erlangga. Jakarta.
Rao, RR dan Fasad, KR. 2003. “Effects of Velocity- Slip and Viscosity
variation on Journal Bearings”. Vol 46. Hal 143-152. India
Rosiana, H. 2005. “ Analisis Viskositas Sukardjo. 2003. “Kimia Fisika”.
Rineka Cipta. Jakarta.