Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No.

4 Tahun 2014 ISSN 2337-9995


Program Studi Pendidikan Kimia jpk.pkimiauns@ymail.com
Universitas Sebelas Maret

IMPLEMENTASI LEARNING CYCLE 5E DILENGKAPI WORKSHEET


UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM KELAS
XI IPA 1 SEMESTER GENAP SMA NEGERI 3 BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Tri Sulistyowati1,*, Suryadi Budi Utomo2 dan Sri Yamtinah2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, UNS Surakarta, Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, UNS Surakarta, Indonesia
*
Keperluan korespondensi, HP: 085725951700, e-mail: lili.rosemethalic@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa pada
materi hidrolisis garam kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Boyolali dengan penerapan model Learning
Cycle 5E dilengkapi worksheet. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA N 3 Boyolali tahun
pelajaran 2013/2014. Sumber data berasal dari guru, siswa dan observer. Teknik pengumpulan
data adalah dengan observasi, wawancara, tes dan angket, selanjutnya data dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
Learning Cycle 5E dilengkapi worksheet dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa
pada materi pokok hidrolisis garam. Pada siklus I, persentase kreativitas tinggi siswa adalah
50,00% dan meningkat menjadi 86,11% pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat
dari aspek kognitif dan aspek afektif. Pada aspek kognitif, ketuntasan belajar siswa 66,67% pada
siklus I meningkat menjadi 88,89% pada siklus II dan aspek afektif menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan persentase dari 47,22% pada siklus I menjadi 80,50% pada siklus II.

Kata Kunci: Learning Cycle 5E, worksheet, Kreativitas siswa, Hidrolisis Garam.

PENDAHULUAN Kompetensi (KBK). Pada kurikulum KTSP


Pendidikan sangat berarti bagi guru di sekolah diberi tempat untuk
kehidupan kita, baik dalam kehidupan mengembangkan bahan ajar sendiri
individu, bangsa maupun negara. Oleh sehingga guru dituntut untuk kreatif
karena itu pendidikan harus dilaksanakan karena materi ajar tersebut dapat
dengan sebaik-baiknya, sehingga sesuai dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
dengan tujuan. Keberhasilan suatu bagi kompetensi siswa [1].
bangsa terletak pada mutu pendidikan Kimia merupakan salah satu
yang dapat meningkatkan kualitas cabang ilmu IPA yang berperan sangat
sumber daya manusianya. Kualitas dari esensial dalam perkembangan sains dan
hasil pendidikan sampai saat ini masih teknologi. Oleh karena itu, siswa dituntut
tetap merupakan masalah yang menonjol untuk menguasai materi pelajaran kimia
dalam tiap pembaharuan sistem secara tuntas. Untuk mencapai tujuan
pendidikan. tersebut, maka pengajaran kimia harus
Kurikulum Tingkat Satuan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
Pendidikan (KTSP) yang merupakan sehingga memperoleh hasil yang
pengembangan dari kurikulum diharapkan. Keberhasilan pengajaran
sebelumnya yakni Kurikulum Berbasis kimia ini ditentukan oleh besarnya

Copyright © 2014 1
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 4 Tahun 2014 Hal. 1-6

partisipasi siswa dalam mengikuti Kelas (PTK) atau Classroom Action


pembelajaran, makin aktif siswa Research (CAR) untuk mencari
mengambil bagian dalam kegiatan pemecahan masalah yang dihadapi
pembelajaran, maka makin berhasil sehari-hari dikelas, problema-problema
kegiatan pembelajaran tersebut. Tanpa nyata di kelas atau untuk mencari cara
aktivitas belajar tidak akan memberikan untuk meningkatkan pembelajaran dan
hasil yang baik. meningkatkan hasil belajar peserta didik
Berdasarkan hasil observasi awal [3].
yang dilaksanakan pada tanggal 21 Dengan metode Learning Cycle 5E
Januari 2014 di kelas XI IPA SMA Negeri kesulitan siswa dalam memahami konsep
3 Boyolali, proses pembelajaran kimia hidrolisis garam dapat diatasi sebab
masih kurang memuaskan, siswa masih siswa yang lebih pandai dapat membantu
kurang aktif dan kreatif dalam proses bagi teman dalam satu kelompoknya
pembelajaran. Hal ini menyebabkan yang tidak paham saat diskusi
masih banyak siswa yang belum berlangsung, dan dengan adanya 5
mencapai ketuntasan. Kriteria Ketuntasan tahapan dalam setiap pembelajaran
Minimal (KKM) adalah 75 [2]. kooperatif Learning Cycle 5E yakni dari
Berdasarkan hasil wawancara engagement, exploration, explanation,
dengan guru kimia yang telah dilakukan elaboration hingga evaluation akan
pada tanggal 10 Januari 2014 di kelas XI semakin memantapkan materi yang
IPA SMA Negeri 3 Boyolali diketahui diperoleh siswa [4].
bahwa ada beberapa kendala dalam Berdasarkan penelitian yang
melaksanakan proses pembelajaran dilakukan oleh Sari [5] bahwa penerapan
kimia, siswa cenderung pasif, kurangnya model Learning Cycle 5E dapat
rasa keingintahuan, tidak berani meningkatkan kualitas proses dan hasil
mengungkapkan pendapat, dan belajar pada materi kelarutan dan hasil
kurangnya kreativitas. Materi hidrolisis kali kelarutan. Begitu juga dengan hasil
merupakan salah satu materi yang dirasa penelitian Qarareh [4] yang melakukan
sulit oleh siswa. Kesulitan materi hidrolisis penelitian pada mata pelajaran science
yaitu pada pemahaman konsep dan SMP kelas VIII menunjukkan bahwa
adanya perhitungan atau rumus-rumus. siswa yang dibelajarkan dengan model
Hasil nilai ulangan harian materi pokok pembelajaran Learning Cycle 5-E dapat
Hidrolisis Garam tahun ajaran 2012/2013 membantu siswa untuk mendapatkan
menunjukkan bahwa nilai ketuntasan rumus dengan menghubungkan konsep,
siswa pada materi pokok hidrolisis garam detail, model dan aplikasi dan hasilnya
masih sangat rendah yaitu 48,36% [2]. pembelajaran menggunakan metode
Dari hasil pengamatan dan Learning Cycle memang merupakan
wawancara dengan guru kimia tersebut pembelajaran bermakna yang dapat
dapat teridentifikasi permasalahan- meningkatkan prestasi pendidikan siswa.
permasalahan dalam proses pelaksanaan Berdasarkan uraian diatas, maka
belajar mengajar yaitu metode penting untuk melakukan penelitian
pembelajaran yang digunakan guru dengan penerapan Learning Cycle 5E
kurang tepat, kurang optimalnya untuk meningkatkan kreativitas dan
penggunaan media pembelajaran, siswa prestasi belajar pada materi pokok
kurang diikutsertakan partisipasinya Hidrolisis Garam siswa kelas XI IPA 1
dalam proses pembelajaran, kreativitas semester genap SMA Negeri 3 Boyolali
siswa masih belum mendapat perhatian tahun pelajaran 2013/2014.
dari guru.
Berbagai permasalahan yang sudah
diutarakan sebelumnya akan dipecahkan
dengan adanya Penelitian Tindakan

Copyright © 2014 2
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 4 Tahun 2014 Hal. 1-6

METODE PENELITIAN Tabel 1. Kreativitas Siswa Siklus I dan


Penelitian ini merupakan Penelitian Siklus II
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan Presentase (%)
dalam dua siklus, dimana masing-masing Kriteria Siklus I Siklus II
terdiri dari 4 tahap, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Kreativitas 50,00 86,11
Subjek penelitian adalah siswa Tinggi
kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Boyolali Kreativitas 50,00 13,69
tahun pelajaran 2013/2014. Sedang
Sumber data berasal dari guru, Kreativitas 0,00 0,00
siswa dan observer. Analisis data dalam Rendah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dilakukan sejak awal sampai berakhirnya Adapun histogram ketercapaian
pengumpulan data. Data-data dari hasil kreativitas siswa pada siklus I dan siklus II
penelitian diolah dan dianalisis secara disajikan pada Gambar 1.
deskriptif kualitatif. Teknik analisis
kualitatif yang digunakan mengacu pada
model analisis Miles dan Huberman yang 100%
dilakukan dalam tiga komponen, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan 50%
Siklus I
penarikan kesimpulan dan verifikasi [6].
0% Siklus II
Pada penelitian ini digunakan teknik
triangulasi untuk memeriksa validitas data
dalam penelitian. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar Gambar 1. Histogram Ketercapaian
data itu untuk keperluan pengecekan atau Kreativitas Siswa Siklus I dan
sebagai pembanding terhadap data itu Siklus II
[7]. Teknik triangulasi yang digunakan
adalah teknik triangulasi metode yang Prestasi belajar siswa meliputi
dilakukan dengan mengumpulkan data aspek kognitif dan aspek afektif.
tetap dari sumber data yang berbeda- Berdasarkan hasil tes kognitif siklus I dan
beda. Dalam penelitian ini menggunakan siklus II, diperoleh bahwa prestasi belajar
metode pengumpulan data melalui teknik aspek kognitif yang dilihat dari ketuntasan
observasi, wawancara, kajian dokumen belajar siswa meningkat dari 66,67%
atau arsip, tes verbal dan prestasi. pada siklus I menjadi 88,89%. Adapun
peningkatan hasil tes kognitif siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada Gambar2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam 88,89%
penelitian adalah kreativitas dan prestasi 100%
80% 66,67%
belajar siswa pada materi pokok hidrolisis Siklus 1
garam. Data penelitian mengenai 60% 33,33% Siklus 2
kreativitas siswa secara ringkas dapat 40%
11,11%
diketahui bahwa persentase kreativitas 20%
siswa berkategori tinggi mengalam 0%
peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuntas Tidak Tuntas
secara umum kreativitas siswa sudah
cukup baik dengan adanya peningkatan Gambar 2. Histogram Ketuntasan Belajar
kreativitas siswa dari siklus I ke siklus II. Siswa Siklus I dan Siklus II
Data kreativitas disajikan pada Tabel 1.

Copyright © 2014 3
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 4 Tahun 2014 Hal. 1-6

Prestasi belajar afektif siswa bahwa penerapan model pembelajaran


terhadap pembelajaran mengalami Learning Cycle 5E dapat meningkatkan
peningkatan. Penilaian aspek afektif kreativitas siswa dan prestasi belajar
diberikan berupa angket yang diisi siswa siswa meliputi aspek kognitif dan afektif.
pada akhir siklus untuk mengukur minat, Dari hasil observasi proses pembelajaran
sikap, nilai, konsep diri dan moral siswa. juga semakin aktif yang ditunjukkan
Ketercapaian afektif siswa siklus I adalah dengan semakin banyaknya siswa yang
47,22% dan 80,50% pada siklus II. Hasil berani maju kedepan menuliskan
persentase capaian afektif tiap siklus jawaban, mengajukan pertanyaan dan
disajikan pada Tabel 2. mengemukakan pendapat. Dari data nilai
Tabel 2. Aspek Afektif Siswa Siklus I dan siswa tahun lalu, rata-rata ketuntasan
Siklus II belajar siswa pada materi hidrolisis garam
Presentase (%) adalah 48,36%. Setelah diterapkan model
Kriteria Learning Cycle 5E dilengkapi worksheet,
Siklus I Siklus II
Tinggi 47,22 80,50 ketuntasan siswa sebesar 66,67% pada
Sedang 44,45 19,50 siklus I. Hal ini belum mencapai target
yang ditentukan sebelumnya yaitu
Rendah 8,33 0,00 75,00%, karena masih ada tiga indikator
kompetensi yang belum tercapai
Capaian siswa dengan kategori tinggi, sehingga dilanjutkan ke siklus II. Dari segi
sedang, rendah dapat dilihat pada aspek afektif siswa, ketercapaian aspek
Gambar 3. afektif kategori tinggi adalah 47,22% pada
siklus I, dimana hasil ini belum mencapai
target yang telah ditentukan yaitu 75,00%.
100%
Untuk hasil tes kreativitas siswa pada
80% siklus I, diperoleh presentase siswa yang
60% mempunyai kreativitas tinggi adalah
40% Siklus 1 50,00%. Hasil ini belum mencapai target
20% Siklus 2 yang telah ditentukan yaitu 75,00%.
0% Perlu adanya tindakan yang
dilakukan pada siklus II untuk
menyempurnakan dan memperbaiki
masalah yang muncul pada siklus I
adalah sebagai berikut: pertama, guru
Gambar 3. Histogram Capaian Hasil membuat kelompok baru dengan jumlah
Penilaian Aspek Afektif Siklus kelompok yang lebih sedikit supaya
I dan Siklus II diskusi lebih efektif. Dalam diskusi
kelompok tampak siswa lebih aktif dan
Dari Gambar 3 diketahui bahwa saling bertukar pikiran. Guru menekankan
terjadi peningkatan persentase untuk akan pentingnya diskusi kelompok,
aspek afektif siswa kategori tinggi dan supaya antar anggota kelompok dapat
penurunan persentase aspek afektif saling membantu jika ada anggota yang
kategori sedang dan rendah. Hal ini mengalami kesulitan. Kedua, guru
menunjukkan bahwa persetasi belajar mendorong siswa untuk berani bertanya
aspek afektif siswa sudah cukup baik jika ada materi yang belum dipahami atau
pada siklus I dan pelaksaan tindakan belum jelas supaya tidak ada
siklus II dapat meningkatkan aspek afektif pemahaman yang salah. Ketiga, guru
siswa menjadi lebih baik. memberikan motivasi kepada siswa agar
Dari hasil analisis terhadap prestasi lebih giat belajar dan memberikan
belajar yang meliputi aspek afektif dan perhatian lebih pada siswa yang berada
aspek kognitif, dapat dinyatakan bahwa dibawah KKM.

Copyright © 2014 4
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 4 Tahun 2014 Hal. 1-6

Dari hasil analisis siklus II, dapat kelompok membantu siswa memecahkan
diketahui bahwa pesentase ketercapaian masalah dengan saling bertukar
prestasi belajar aspek kogntif adalah informasi.
sebesar 88,89% siswa tuntas. Hasil ini Berdasarkan penelitian yang
telah mencapai target yang ditentukan dilakukan oleh Susanti [9] bahwa pada
yaitu 80,00% siswa tuntas. Dari hasil pembelajaran kimia materi elektrolisis
penilaian angket aspek afektif siswa pada kreativitas memberikan pengaruh yang
siklus II, diperoleh bahwa rata-rata signifikan terhadap prestasi belajar aspek
ketercapaian tiap aspek afektif siswa kognitif. Siswa dengan kreativitas tinggi
kategori tinggi pada siklus II sebesar akan memiliki kemampuan kelancaran
80,50% dimana hasil ini telah melampaui dalam berpikir, kelenturan, berpikir
target yang telah ditentukan yaitu 80,00%. orisinal, dan dapat berpikir rinci
Untuk hasil tes kreativitas siswa pada (elaborasi) dalam mengemukakan
siklus II, diperoleh presentase siswa yang gagasan-gagasan atau ide-idenya untuk
mempunyai kreativitas tinggi adalah menyelesaikan masalah. Dengan
86,11%. Hasil ini telah mencapai target kemampuan tersebut akan membantu
yang telah ditentukan yaitu 80,00%. Dari siswa mencapai prestasi belajar kognitif
hasil siklus II, semua aspek telah yang maksimal.
mencapai target yang telah ditentukan
sehingga pelaksanaan tindakan KESIMPULAN
dicukupkan sampai siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang
Dalam penelitian tindakan kelas, telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penelitian dinyatakan berhasil jika semua penerapan Learning Cycle 5E dilengkapi
indikator dapat tuntas dan mencapai worksheet dapat meningkatkan kreativitas
target setiap siklus yang sudah siswa (50,00% pada siklus I meningkat
ditetapkan. Penelitian ini dapat menjadi 86,11 pada siklus II) dan prestasi
disimpulkan berhasil karena setiap belajar siswa (aspek kognitif siswa
indikator berupa kreativitas siswa dan 66,67% pada siklus I meningkat menjadi
prestasi belajar yang meliputi aspek 88,89% pada siklus II, aspek afektif
kognitif dan aspek afektif telah mencapai 47,22% pada siklus I meningkat menjadi
target. Dari angket balikan siswa dan 80,50 pada siklus II) pada pokok bahasan
wawancara dengan siswa tentang hidrolisis garam di kelas XI IPA 1 SMA
pembelajaran yang dilakukan dapat Negeri 3 Boyolali.
disimpulkan siswa puas dan senang
dengan pembelajaran yang sudah UCAPAN TERIMA KASIH
dilaksanakan. Bapak Suwarno, S.Pd., M.H. selaku
Dari hasil tindakan, observasi dan Kepala SMA Negeri 3 Boyolali yang telah
pembahasan dapat disimpulkan bahwa memberikan izin penelitian, serta Bapak
penerapan model Learning Cycle 5E Paerah, S.Pd., selaku guru kimia SMA
dilengkapi worksheet dapat meningkatkan Negeri 3 Boyolali yang telah memberikan
kreativitas siswa dan prestasi belajar kesempatan, bimbingan dan bantuan
siswa pada materi hidrolisis garam siswa selama penelitian.
kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Boyolali
tahun ajaran 2013/2014.
Berdasarkan penelitian yang DAFTAR RUJUKAN
dilakukan oleh Asiyah [8] bahwa model [1] Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat
Learning Cycle 5E dilengkapi LKS Satuan Pendidikan. Bandung: PT
mendorong siswa untuk terlibat aktif Remaja Rosdakarya.
bertanya, menjawab, mengerjakan soal
dan berdiskusi dalam kelompok untuk
memecahkan masalah. Adanya diskusi

Copyright © 2014 5
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 4 Tahun 2014 Hal. 1-6

[2] Paerah. (2013). Wawancara dan


Data Nilai Kelas XI IPA SMA Negeri 3
Boyolali. Data Nilai tidak
dipublikasikan.

[3] Setyosari, P. (2013). Metode


Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan. Jakarta: Kencana.

[4] Qarareh, A. O., (2012). International


Journal Education Science, 4 (2),
123-132.

[5] Sari, S.D., Mulyani,B., dan Utami, B.


(2013). Jurnal Pendidikan Kimia, 2
(1), 1.

[6] Miles, M.B dan Huberman, A.M.


(1995). Analisa Data Kualitatif..
Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi
Rohidi. Jakarta: UI Press.

[7] Moleong, L.J. (1996). Metodologi


Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

[8] Asiyah, S., Mulyani, S., dan


Nurhayati, N.D. (2013). Jurnal
Pendidikan Kimia. 2 (2), 1-8.

[9] Susanti, R., Sunarno, W., dan


Haryono (2012). Jurnal Inkuiri, 1 (1),
1-9.

Copyright © 2014 6

Anda mungkin juga menyukai