CEDERA KEPALA
Disusun Oleh:
POLTEKKES KEMESKES MALANG
KAMPUS VI PONOROGO
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan permasalahan kesehatan global sebagai
penyebab kematian, disabilitas, dan defisit mental. Menurut World Health
Organization (WHO) pada tahun 2015 kecelakaan lalu lintas merupakan
penyebab kematian urutan kesebelas di seluruh dunia dan menelan korban jiwa
sekitar 1,25 juta manusia setiap tahun.(Depkes RI, 2017). Trauma dapat
diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas. Trauma yang paling banyak terjadi pada
saat kecelakaan lalu lintas adalah trauma kepala. Trauma kepala akibat kecelakaan
lalu lintas merupakan penyebab utama disabilitas dan mortalitas di negara
berkembang. Keadaan ini umumnya terjadi pada pengemudi motor tanpa helm
atau memakai helm yang tidak tepat dan yang tidak memenuhi standar. (Depkes
RI, 2015).
WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa kematian pada
cedera kepala diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas. WHO mencatat 2500
kasus kematian yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas pada tahun
sebelum sampai rumah sakit, 80% cedera kepala ringan, 10% cedera kepala
sedang dan 10% cedera kepala berat dengan rentang kejadian berusia 15-44
tahun. Persentase dari kecelakaan lalu lintas tercatat sebesar 48-58% diperoleh
dari cedera kepala, 20-28% dari jatuh dan 3-9% disebabkan tindak kekerasan
faktor, misalnya sebagian kasus-kasus yang fatal tidak pernah sampai ke rumah
sakit, dilain pihak banyak kasus yang ringan tidak datang pada dokter kecuali
perawatan di rumah sakit. Cedera kepala paling banyak terjadi pada laki-laki
berumur antara 15-24 tahun, dimana angka kejadian cedera kepala pada laki-
untuk menjaga keselamatan di jalan raya, cedera kepala merupakan salah satu
lebih dari 50% kematian. Lebih dari 2 juta orang mengalami cedera kepala,
75.000 diantaranya meninggal dunia dan lebih dari 100.000 orang yang selamat
dalam kepala terdapat otak yang mempengaruhi segala aktivitas manusia, bila
kepala yang terbanyak adalah kecelakaan bermotor (47,7%), jatuh (40,9%) dan
terkena benda tajam atau tumpul (7,3%) (Riskesdas, 2015). Angka kejadian
kematian urutan kedua (4,37%) setelah stroke, dan merupakan urutan kelima
(2,18%) pada 10 pola penyakit terbanyak yang dirawat di rumah sakit di
Trauma kepala (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang secara
dini telah menurunkan angka kematian dari 50% pada 30 tahun yang lalu
menjadi 30%, meskipun demikian korban cedera kepala yang selamat masih
korban CKR sampai CKB yang masih hidup yang dapat kembali ke fungsional
finansial dan sosial. Cedera kepala mengakibatkan sekitar 5,3 juta orang di
H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu keluarga
pasien
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga mengetahui tentang cidera kepala, jenis cidera
kepala, penyebab, tanda dan gejala, serta penanganan pada cidera
kepala.
I. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
.
1. 2 Pembukaan :
Menit Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
Menyebutkan materi yang Memperhatikan
akan diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
Menit Menjelaskan tentang Memperhatikan
pengertian cidera kepala
Menjelaskan pengertian dari Memperhatikan
cedera kepala
Menjelaskan penyebab Bertanya dan menjawab
cedera kepala pertanyaan yang diajukan
Menjelaskan jenis-jenis Bertanya dan menjawab
cidera kepala pertanyaan yang diajukan
Menjelaskan tanda dan
gejala cidera kepala
Menjelaskan Penanganan
dan kebutuhan nutrisi pada
cedera kepala.
Memberi kesempatan
kepada peserta untuk
bertanya.
3. 7 Evaluasi :
Menit Menanyakan kepada Menjawab pertanyaan
peserta tentang materi yang
telah diberikan.
4. 2 Terminasi :
Menit Mengucapkan terimakasih Mendengarkan
Mengucapkan salam Menjawab salam
penutup
J.Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Cedera kepala
2. Sasaran
Keluarga pasien dan pengunjung RS
3. Metode
Ceramah, tanya jawab dan diskusi.
4. Media dan Alat
Leaflet dan LCD
5. Waktu dan tempat
Hari / tanggal : Senin, 11 November 2019
Waktu : menyesuaikan
Tempat : Ruang tunggu IGD
6. Pengorganisasian
Penanggung jawab : A. Heuna Ega Wijaya
Moderator : Erisa Bekti Pratiwi dan Tian Ramanda
Pemateri : Wahyu Wibowo dan Anisatul Ulfi
Absen : Herlin Yuli dan Fauziah Zain
Fasilitator : Dian Citra,Adelia, dan Nindiya
Perlengkapan : Herlina Dika dan Riswanda
7. Uraian Tugas
a. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhuan.
b. Moderator
Membuka acara
Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
Menjelaskan tujuan dan topik
Menjelaskan kontrak waktu
Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
Mengarahkan alur diskusi
Memimpin jalannya diskusi
Menutup acara
c. Pemateri
Mempresentasikan materi untuk penyuluhan.
d. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
e. Fasilitator
Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya
penyuluhan
Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta
8. Setting Tempat
Keterangan :
: Pembimbing : Moderator
: Pemateri : Fasilitator
: Peserta : Observer
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
Cedera kepala merupakan kedaruratan neurologik yang memiliki
akibat yang kompleks, karena kepala merupakan pusat kehidupan seseorang.
Di dalam kepala terdapat otak yang mempengaruhi segala aktivitas manusia,
bila terjadi kerusakan akan mengganggu semua sistem tubuh. Penyebab
trauma kepala yang terbanyak adalah kecelakaan bermotor (47,7%), jatuh
(40,9%) dan terkena benda tajam atau tumpul (7,3%) (Riskesdas, 2015).
2. Etiologi
1. Kecelakaan
2. Jatuh
3. Trauma akibat persalinan
3. Klasifikasi Cedera Kepala
Cedera kepela dapat diklasifikan berdasarkan mekanisme, keparahan dan
morfologi cedera.
1. Mekanisme: berdasarkan adanya penetrasi durameter
- Trauma tumpul: kecepatan tinggi (tabrakan)
Biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas, jatuh atau pukulan
dapat berupa garis/ linear, mutlipel dan menyebar dari satu titik
Lesi intrakranial:
- fokal: epidural, subdural, epidural
- Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus
4. Tanda Gejala Cidera Kepala
a. Cidera kepala ringan (kelompok resiko rendah)
- Sadar penuh, orientasi baik (GCS: 14-15)
- Tidak ada kehilangan kesadaran
- Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
- Paseien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit
kepala
- Tidak ada kriteria sedang berat
b. Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang)
- GCS 9-13 (konfusi, letargi, atau stupor)
- Konkusi
- Amnesia pasca trauma
- Muntah
- Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle sign, mata
rabun, otore, rinorea cairan serebrospinal, hemotimpanum)
- Kejang
c. Cidera kepala berat (kelompok resiko berat)
- Cidera GCS 3-8 (koma)
- Penurunan derajat kesehatan secara progresif
- Tanda neurologis fokal
- Cedera kepala penetrasi, atau teraba fraktur depresi kranium
5. Penatalaksanaan
Pada penderita dengan cedera kepala ringan, dapat diatasi dengan cara
memberikan es atau handuk dingin pada daerah yang mengalami trauma untuk
membantu mengurangi bengkak. Jika terdapat luka, tutup dengan perban
bersih dan tekan selama 5 menit. Luka robek di kepala sering berdarah
banyak. Jika terjadi cedera kepala berat, maka segera dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan untuk mencegah timbulnya
komplikasi klinis lainnya.
Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan
penderita cedera kepala sedang dan berat saat di luar rumah sakit :
1. Amankan jalan nafas dan berikan oksigen. Jika muntah harus dimiringkan
ke kiri dengan posisi log roll (membatasi gerakan tulang belakang
penderita).
2. Stabilisasi penderita pada papan untuk tulang belakang/ backboard. Batasi
gerakan leher dengan collar kaku dan alat untuk imobilisasi kepala.
3. Segera bawa ke rumah sakit terdekat atau telpon ambulan 119.
Penatalaksanaan Tambahan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosenfeld & Dun (2015) terhadap 2
anak yang mengalami trauma kepala sedang di Royal Children Hospital (RCH)
Respon perilaku dari pasien-pasien cedera kepala sedang yang tidak sadar
yang tidak diberikan stimulasi suara musik. Hal-hal diatas bisa terjadi karena
efek relaksasi dari musik yang lembut kemungkinan berpengaruh positif pada
kesiagaan atau kondisi kesadaran dan siklus bangun tidur. Untuk pasien dengan
trauma kepala yang tidak sadar, yang berfungsi hanyalah RAS dan hipotalamus
lebih tinggi dari otak akan mulai berfungsi (Rosenfeld & Dun, 2015).
Penurunan stimulasi sistem syaraf simpatis merupakan efek yang
8. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya cedera kepala, sangat dibutuhkan kesadaran
dari diri sendiri untuk menjaga kesehatan terutama keselamatan kita dalam
melakukan suatu aktivitas. Selain itu perlu diperhatikan keselamatan kita saat
di jalan raya, karena dari epidemiologi di atas, kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya
karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan
olahraga dan rekreasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Menurunkan kecepatan saat berkendaraan.
b. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu saat
mengemudi mobil.
c. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.
d. Program pendidikan langsung untuk mencegah berkendaraan sambil
mabuk.
e. Mencegah jatuh
f. Menggunakan alat-alat pelindung dan tehnik latihan.
DAFTAR PUSTAKA
TIM IRD RSU dr Syaiful Anwar Malang. 2014. Basic Trauma Life Support.
Miranda., et al. (2014). Gambaran Ct Scan Kepala Pada Penderita Cedera Kepala
Ringan Di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2012 –
2013.
Padila (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha 358.
Setyawan, H. (2015). Gambaran Pengetahuan Peran Perawat Dalam Ketepatan
Waktu Tanggap Penanganan Kasus Gawat Darurat Di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
Sekar, R.E. (2015). Peran Perawat terhadap Ketepatan Waktu Tanggap
Penanganan Kasus Cedera Kepala di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Dr.Moewardi Surakarta. Surakarta: Stikes Kusuma Husada.