Anda di halaman 1dari 8

Pengertian dan Langkah - langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

ismaagung 9:07 PM Model Pembelajaran

Pengertian dan Langkah - langkah Model Pembelajaran Discovery Learning - Dalam


pendidikan, model pembelajaran merupakan salah satu alat yang bisa dipergunakan oleh para
pendidik agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal. Selain itu model
pembelajaran yang diaplikasikan oleh pendidik pada setiap pembelajarannya akan membuat
kegiatan belajar mengajar menjadi bervariasi dan tentu hal ini bisa menghindari kejenuhan
siswa dalam belajar.

Perlu diketahui bersama, model pembelajaran yang menitik beratkan peran aktif siswa akan
memberikan suatu efek positif dan bagus ketimbang model belajar yang menitikberatkan
keaktifan guru dalam kegiatan pembelajarannya. Siswa yang hanya mencatat dan guru
berbicara tidak memberikan pengalaman belajar secara maksimal. Padahal jika meniliki
manfaat pengalaman belajar terhadap siswa akan ada banyak sekali yang bisa siswa peroleh
terutama dalam hal wawasan keilmuan.

Nah salah satu model pembelajaran yang mengusung keaktifan siswa adalah model
pembelajaran discovery learning. Pada intinya model belajar ini akan menyuruh siswa untuk
menemukan suatu jawaban atas permasalahan yang berikan sang guru.

Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Metode pembelajaran discovery Learning merupakan sebuah teori pembelajaran yang


diartikan sebagai bentuk proses belajar yang terjadi jika siswa tidak disuguhkan dengan
pelajaran dalam bentuk akhirnya, akan tetapi diharapkan untuk mengorganisasi sendiri.

Sebagai sebuah strategi belajar, model pembelajaran discovery learning memiliki prinsip
yang mirip dengan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran problem solving.
Perbedaannya dengan model discovery yaitu bahwa pada model pembelajaran ini per
masalahan yang diberikan kepada peserta didik sebagai suatu masalah yang sudah direkayasa
oleh pendidik, sedangkan pada model pembelajaran inkuiri permasalahan yang dibuat bukan
merupakan hasil rekayasa.

Nah perbedaannya dengan problem Solving adalah model pembelajaran problem solving
lebih memberikan tekanan terhadap keterampilan dalam memecahkan permasalahan. Akan
tetapi prinsip pembelajaran yang terlihat jelas dalam model discovery Learning adalah bahan
pelajaran atau materi yang hendak diberikan tidak disampaikan seutuhnya, sebagai gantinya
siswa akan didorong untuk menganalisis sendiri apa yang ingin dicari kemudian para siswa
mengorgansasi apa yang telah mereka pahami dalam suatu bentuk final.

Langkah - langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

Ada beberapa langkah operasional dari model pembelajaran discovery learning. Untuk
uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan dari pembelajaran
2. Menganalisis/mengidentifikasi karakterisitik para siswa
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik - topik yang harus dipelajari oleh peserta didik secara induktif (dari
contoh yang bersifat general)
5. Mengembangkan suatu bahan belajar yang berupa ilustrasi, contoh - contoh, atau
tugas yang nantinya dipelajari oleh siswa.
6. Mengorganisir topik - topik pembelajaran dari yang sederhana ke yang lebih
kompleks.
7. Melakukan penilaian hasil belajar dan proses.
Mungkin sekian saja artikel kali ini. Semoga kita selaku guru kreatif mampu memberikan
yang terbaik untuk anak didik kita.

Pendekatan Saintifik

Pengertian Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik/ ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau
gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya (Materi Diklat Guru Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 2, diunduh dari
www.puskurbuk.net).

Sedangkan menurut M. Lazim (2013: 1), Pendekatan saintifik didefinisikan sebagai berikut:
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang “ditemukan”.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik/ ilmiah adalah
suatu teknik pembelajaran yang menempatkan siswa menjadi subjek aktif melalui tahapan-
tahapan ilmiah sehingga mampu mengkonstruk pengetahuan baru atau memadukan dengan
pengetahuan sebelumnya. Pendekatan saintifik/ ilmiah terbukti lebih efektif dalam
pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut (Materi Diklat Guru Implementasi
Kurikulum 2013, 2013: 2, diunduh dari www.puskurbuk.net):
Retensi informasi dari guru pada pembelajaran tradisional sebesar 10% setelah 15 menit dan
perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25%, sedangkan pada pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90% setelah dua hari dan
perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70%.

Penerapan Pendekatan Santifik


Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan (M.
Lazim, 2013:2).

Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Kemendikbud melalui Materi Diklat Guru
Implementasi Kurikulum 2013 (2013: 2-5, diunduh dari www.puskurbuk.net) sebagai berikut.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring (5M). Pendekatan ini
merujuk kepada teknik-teknik investigasi atas suatu fenomena, cara memperoleh pengetahuan
baru, atau mengoreksi dan memadukan dengan pengetahuan sebelumnya.

Baca juga: Komponen- komponen RPP Kurikulum 2013.

1) Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Keunggulan metode
mengamati adalah peserta didik senang dan tertantang dan mudah pelaksanaannya.

2) Menanya
Menanya menurut Kemendikbud mempunyai fungsi sebagai berikut:
(a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik.
(b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
(c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk
mencari solusinya.
(d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan. (e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang
baik dan benar.
(f) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
(g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok.
(h) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul.
(i) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu
sama lain.

3) Mengumpulkan data/ Mengekplorasi


Mengumpulkan data artinya siswa diajak untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak dari
berbagai sumber pengetahuan
4) Menalar
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

5) Mengkomunikasikan
Situasi kolaboratif peserta didik akan dilatih berinteraksi dengan empati, saling menghormati,
dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.

Salah satu kebijakan dalam implementasi kurikulum 2013 (K-13) adalah perubahan
paradigma pembelajaran dari berpusat kepada guru (teacher centered) menjadi berpusat
kepada siswa (student centered). Untuk mewujudkan hal tersebut, maka guru-guru
diharapkan untuk menerapkan pendekatan saintifik (ilmiah) dalam kegiatan pembelajaran
yang dikenal dengan 5 M, yaitu; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/
mengasosiasikan, dan mengomunikasikan.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran mendorong peserta didik untuk menjadi "peneliti",
berpikir ilmiah, kritis dan analitis, karena pembelajaran dilakukan mulai dari tahapan
mengidentifikasi permasalahan, menyusun rumusan masalah, menyusun dan menguji
hipotesis, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, menyusun laporan, hingga
mempersentasikannya.

Pendekatan saintifik juga mendorong siswa untuk berjiwa investigatif, memiliki rasa ingin
tahu (curiosity) yang tinggi, hingga dia bisa membangun konsep sendiri melalui pengalaman
belajar yang dialaminya. Oleh karena itu, dia bisa mendapatkan pembelajaran yang
menantang, menyenangkan, dan bermakna.

Model-model pembelajaran yang dapat digunakan untuk penerapan pendekatan saintifik


antara lain; menyingkap atau menemukan (discovery/ inquiry), penyelesaian
masalah (problem solving), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan
pembelajaran berbasis projek (project based learning).

Guru sebagai pengelola pembelajaran tentunya harus memahami langkah-langkah pendekatan


saintifik dengan baik, walau sebenarnya disadari atau tidak, guru pun sebenarnya telah
mempraktekannya, meskipun tidak menyebutnya sebagai pendekatan saintifik.

Pada diklat atau bimtek kurikulum 2013 (in), para peserta diberikan materi penerapan
pendekatan sainitifik dalam pembelajaran, walau kadang tidak bisa dipungkiri kurang optimal
mengingat terbatasnya waktu.

Oleh karena itu, pada saat pendampingan kurikulum 2013 (on), para peserta didampingi oleh
instruktur K-13 cara menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di kelas, lalu
mereka bisa berdiskusi jika ada kendala untuk mencari solusinya.
Menurut saya, penerapan pendekatan saintifik pada dasarnya mudah, dengan catatan mau
mengubah paradigma pembelajaran dan mau belajar untuk mempraktekkannya.

Metode ceramah bukannya tidak boleh dilakukan, karena dalam penerapan model
pembelajaran apapun, ceramah pasti dilakukan oleh guru, minimal sebagai pengantar pada
awal pembelajaran, ketika menjawab pertanyaan siswa, atau saat memberikan penguatan di
akhir pelajaran.

Pendekatan saintifik dapat mendukung pembentukan keterampilan abad 21 yang dikenal 4C


yang meliputi (1) Communication (komunikasi), (2) collaboration (kolaborasi), (3) critical
thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), dan (4) creative
and innovative (kreatif dan innovatif). Selain itu, penerapan pendekatan sainifik dalam
pembelajaran dapat membantu guru untuk memberikan pengalama belajar kepada siswa para
ranah berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS).

Siswa bukan hanya diarahkan untuk bisa mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan (C1
s.d. C3), tetapi juga mampu untuk menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta atau
membuat karya (C4 s.d. C6).

Apalagi saat ini para siswa yang disebut sebagai generas millennial atau generasi Z (Gen Z)
bukan hanya perlu diberikan kemampuan abad 21 atau yang disebut HOTS, tetapi juga
kemampuan untuk menghadapi revolusi industri 4.0.

Saat ini tengah ramai diperbincangkan masalah revolusi industri 4.0. yaitu era industri yang
menggunakan teknologi yang serba digital. Tenaga manusia sudah diganti mesin atau robot
cerdas.

Penerapan teknologi tinggi, berbasis online semakin memudahkan manusia dalam setiap
urusannya. Cukup hanya dengan sentuhan jari pada gawai, maka manusia dapat mengakses,
mengatur, dan memenuhi kebutuhannya. Dunia industri, perdagangan, dan pendidikan adalah
tiga bidang yang termasuk mengalami dampak yang signifikan akibat dari revolusi industri
4.0.

Teknologi online lambat laun akan menlenyapkan cara-cara tradisional dan konvensional
dalam sebuah proses kerja. Inovasi teknologi begitu cepat berubah, dan yang lambat berubah
akan tertinggal dan tergerus oleh perkembangan zaman. Internet menjadi kebutuhan pokok
manusia. Globalisasi telah membuat dunia telah menjadi seolah tanpa batas. Melalui dunia
maya manusia menyebarkan informasi, berkomunikasi, dan berinteraksi.

Revolusi industri 4.0 berimplikasi terhadap pentingnya para peserta didik diberikan
kemampuan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan standar kebutuhan
kompetensi yang semakin tinggi. Selain kemampuan untuk bersaing, mereka pun dituntut
untuk bisa bekerjasama, kreatif, dan inovatif untuk mampu bertahan.

Penerapan penggunaan walau tidak bisa dikatakan sebagai satu-satunya jurus jitu untuk
meningkatkan standar kelulusan peserta didik, setidaknya hal ini merupakan sebuah upaya
untuk mewujudkan hal tersebut. Intinya, perkembagan zaman yang dinamis perlu diimbangi
oleh inovasi-inovasi dalam pendidikan.

Dalam kurikulum 1984 kita mengenal Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), lalu pada kurikulum
1994 dan 2006, kita mengenal yang pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (contextual
teaching and learning/CTL), lalu pada kurikulum 2013 muncul pendekatan santifik, HOTS,
4C, dan integrasi literasi serta PPK dalam pembelajaran.

Guru sebagai ujung tombak pembelajaran yang tidak dipungkiri kadang suka merasakan
dijadikan "kelinci percobaan" kebijakan pemerintah dan merasa bingung dengan "dinamika"
yang terus berkembang, mau tidak mau memang harus bisa beradaptasi dan menyiasati
dinamika tersebut dengan tetap mengedepankan niat baik dan optimism bahwa kebijakan
yang dilakukan pemerintah adalah untuk meningkatan mutu pendidikan dan untuk
meningkatkan daya saing bangsa di tengah kompetisi global yang semakin ketat dan
kompetitif.

Berdasarkan kepada hal tersebut, tidak ada kata lain bagi guru untuk terus meningkatkan
kompetensinya, termasuk dalam hal penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Guru adalah manajer pembelajaran. Dia sepenuhnya pengendali pembelajaran. Alur
pembelajaran sangat tergantung dari "racikan" strategi pembelajaran yang dirancangnya.

Menyajikan pembelajaran yang menarik bukan hal yang mudah. Butuh kreativitas dan
inovasi guru. Sebelum pembelajaran, guru disamping perlu menyiapkan "amunisi" yang akan
digunakan dalam pembelajaran seperti sumber belajar, alat peraga/media pembelajaran, dan
menguasai berbagai model dan metode pembelajaran.

Dan satu hal yang pasti adalah guru harus menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK), jangan sampai menjadi guru "gaptek", karena pembelajaran saat ini memang harus
dikemas secara menarik, dan TIK dapat membantu untuk mewujudkannya.

Guru yang mampu menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran akan menjadi guru
yang bukan hanya sebagai salah satu sumber belajar, tapi juga sebagai fasilitator, dan
"manajer" kelas yang andal dan profesional. Mau menjadi guru seperti itu?

Apalagi saat ini para siswa yang disebut sebagai generas millennial atau generasi Z (Gen Z)
bukan hanya perlu diberikan kemampuan abad 21 atau yang disebut HOTS, tetapi juga
kemampuan untuk menghadapi revolusi industri 4.0.

Saat ini tengah ramai diperbincangkan masalah revolusi industri 4.0. yaitu era industri yang
menggunakan teknologi yang serba digital. Tenaga manusia sudah diganti mesin atau robot
cerdas.

Penerapan teknologi tinggi, berbasis online semakin memudahkan manusia dalam setiap
urusannya. Cukup hanya dengan sentuhan jari pada gawai, maka manusia dapat mengakses,
mengatur, dan memenuhi kebutuhannya. Dunia industri, perdagangan, dan pendidikan adalah
tiga bidang yang termasuk mengalami dampak yang signifikan akibat dari revolusi industri
4.0.
Teknologi online lambat laun akan menlenyapkan cara-cara tradisional dan konvensional
dalam sebuah proses kerja. Inovasi teknologi begitu cepat berubah, dan yang lambat berubah
akan tertinggal dan tergerus oleh perkembangan zaman. Internet menjadi kebutuhan pokok
manusia. Globalisasi telah membuat dunia telah menjadi seolah tanpa batas. Melalui dunia
maya manusia menyebarkan informasi, berkomunikasi, dan berinteraksi.

Revolusi industri 4.0 berimplikasi terhadap pentingnya para peserta didik diberikan
kemampuan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan standar kebutuhan
kompetensi yang semakin tinggi. Selain kemampuan untuk bersaing, mereka pun dituntut
untuk bisa bekerjasama, kreatif, dan inovatif untuk mampu bertahan.

Penerapan penggunaan walau tidak bisa dikatakan sebagai satu-satunya jurus jitu untuk
meningkatkan standar kelulusan peserta didik, setidaknya hal ini merupakan sebuah upaya
untuk mewujudkan hal tersebut. Intinya, perkembagan zaman yang dinamis perlu diimbangi
oleh inovasi-inovasi dalam pendidikan.

Dalam kurikulum 1984 kita mengenal Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), lalu pada kurikulum
1994 dan 2006, kita mengenal yang pendekatan kontekstual dalam pembelajaran (contextual
teaching and learning/CTL), lalu pada kurikulum 2013 muncul pendekatan santifik, HOTS,
4C, dan integrasi literasi serta PPK dalam pembelajaran.

Guru sebagai ujung tombak pembelajaran yang tidak dipungkiri kadang suka merasakan
dijadikan "kelinci percobaan" kebijakan pemerintah dan merasa bingung dengan "dinamika"
yang terus berkembang, mau tidak mau memang harus bisa beradaptasi dan menyiasati
dinamika tersebut dengan tetap mengedepankan niat baik dan optimism bahwa kebijakan
yang dilakukan pemerintah adalah untuk meningkatan mutu pendidikan dan untuk
meningkatkan daya saing bangsa di tengah kompetisi global yang semakin ketat dan
kompetitif.

Berdasarkan kepada hal tersebut, tidak ada kata lain bagi guru untuk terus meningkatkan
kompetensinya, termasuk dalam hal penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Guru adalah manajer pembelajaran. Dia sepenuhnya pengendali pembelajaran. Alur
pembelajaran sangat tergantung dari "racikan" strategi pembelajaran yang dirancangnya.

Menyajikan pembelajaran yang menarik bukan hal yang mudah. Butuh kreativitas dan
inovasi guru. Sebelum pembelajaran, guru disamping perlu menyiapkan "amunisi" yang akan
digunakan dalam pembelajaran seperti sumber belajar, alat peraga/media pembelajaran, dan
menguasai berbagai model dan metode pembelajaran.

Dan satu hal yang pasti adalah guru harus menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK), jangan sampai menjadi guru "gaptek", karena pembelajaran saat ini memang harus
dikemas secara menarik, dan TIK dapat membantu untuk mewujudkannya.

Guru yang mampu menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran akan menjadi guru yang
bukan hanya sebagai salah satu sumber belajar, tapi juga sebagai fasilitator, dan "manajer" kelas yang
andal dan profesional. Mau menjadi guru seperti itu?

Anda mungkin juga menyukai