Anda di halaman 1dari 2

5.

1 Kesimpulan
Berdasarkan dari data dan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada SPL 1 memiliki
kelerengan sebesar 18% dan kedalaman efektif tanah >90 cm dengan tekstur tanah lempung
berdebu dan drainase baik. Dengan kondisi ini SPL 1 yang memiliki tingkat erosi sebesar 124,65
digolongkan dalam kelas kemampuan lahan IVe. Pada SPL 2 vegetasi yang tidak jauh beda, tetapi
digolongkan sebagai SPL 2 karena tingkat kelerengannya yang berbeda yaitu sebesar 32% dengan
kedalaman efektif tanah, tekstur, dan drainase yang sama dengan SPL 1. Berdasarkan kondisi plot
4 SPL 2 dengan tingkat erosi sebesar 503, 38 digolongkan dalam kelas kemampuan lahan kelas
VIe.
Berdasarkan hasil pengujian tanah di laboratorium dan hasil perhitungan menggunakan rumus,
diperoleh nilai Edp pada SPL 1 yaitu 25,5 ton/ha/tahun dengan nilai A sebesar 124,65, sedangkan
pada SPL 2 diperoleh nilai Edp 22, 5 ton/ha/tahun dengan nilai A 503,38. Sesuai dengan data
tersebut dapat diketahui bahwa baik pada SPL 1 dan SPL 2 memiliki nilai A yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai Edpnya, hal ini menyatakan bahwa pada kedua SPL memiliki tingkat
erosi yang tinggi. Laju erosi yang melebihi nilai Edp (erosi diperbolehkan) akan menyebabkan
penurunan produktivitas lahan, maka dari itu pada kedua SPL butuh dilakukan tindakan konservasi
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya erosi atau longsor agar produktivitas lahan tidak
menurun. Permasalahan yang muncul dari kondisi actual dalam pengelolaan lahannya. Dari kedua
SPL memiliki factor pembatas yang sama yaitu kelerengan. Pada SPL 1 dengan kelerengan 18%
termasuk agak miring dan masuk dalam kelas III dalam kelas kemampuan lahan yang masih
diperbolehkan melakukan kegiatan pertanian. Pada SPL 2 dengan kelerengan 32% termasuk pada
kelas IV dalam kelas kemampuan lahan yang masih diperbolehkan dalam kegiatan pertanian
namun memerlukan suatu pengolahan yang intensif agar kegiatan pertanian berjalan dengan baik
kerena lahan tersebut sangat miring.
Nilai erosi (A) pada kedua SPL lebih besar dibandingkan nilai EDP-nya, oleh karena itu
diperlukan adanya rekomendasi konservasi untuk mengurangi besar nilai A. Rekomendasi
konservasi yang diberikan pada SPL 1 dan SPL 2 ialah konservasi secara vegetative dan mekanis.
Untuk SPL 1 konservasi vegetative yang dilakukan ialah dengan penanaman campuran tanaman
semusim dan tahunan. Tanaman semusim yang direkomendasikan ialah kedelai dan alang-alang.
Sementara itu tanaman tahunan yang direkomendasikan ialah tanaman pinus dan suren.
Konservasi secara mekanis yang direkomendasikan ialah dengan pembuatan teras gulud yang
sebagian telah ada pada lahan dalam kondisi yang kurang baik, sehingga hanya dibutuhkan
perbaikan saja. Rekomendasi konservasi ini menurunkan nilai faktor CP yang semula 0,1 menjadi
0,00114125, sehingga nilai A yang semula 124,64 ton.ha-1tahun-1 menjadi 1,42 ton.ha-1tahun-1
yang berada di bawah EDP yaitu 25,5 ton.ha-1tahun-1.
Rekomendasi konservasi vegetative untuk SPL 2 hampir sama dengan SPL 1 dengan penanaman
cempuran tanaman semusim dan tahunan. Tanaman semusim yang direkomendasikan ialah alang-
alang. Tanaman tahunan yang direkomendasikan ialah tanaman pinus dan suren. Konservasi secara
mekanis yang direkomendasikan sama dengan SPL 1 yaitu dengan teras gulud, namun pada lahan
SPL 1 tidak terdapat teras gulud seperti pada SPL 1, sehingga dibutuhkan biaya tambahan untuk
pembuatan teras gulud. Rekomendasi konservasi ini menurunkan nilai faktor CP yang semula 0,1
menjadi 0,00119167, sehingga nilai A yang semula 503,38 ton.ha-1tahun-1 menjadi 6 ton.ha-1tahun-
1
yang berada di bawah EDP yaitu 22,5 ton.ha-1tahun-1.

Anda mungkin juga menyukai