Anda di halaman 1dari 68

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat

otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah

koroner. Secara klinis ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di

dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang kerja berat ataupun berjalan

terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh. Tingginya

prevalensi PJK disebabkan oleh sejumlah faktor yang berhubungan dengan

pola hidup salah satunya merokok. Merokok sendiri pada saat ini merupakan

salah satu faktor resiko utama PJK selain hipertensi dan hiperkolesterolemia

(Kasron, 2012).

Didefinisikan PJK jika pernah didiagnosis menderita PJK (angina

pektoris, infarkmiokard ) oleh dokter atau belum pernah di diagnosis

menderita PJK pernah mengalami gejala : nyeri di dalam dada, rasa tertekan

berat, tidak nyaman di rasakan di dada bagian tengah, dada kiri depan,

menjalar ke lengan kiri dan tidak nyaman di dada di rasakan ketika mendaki,

naik tangga, berjalan tergesa-gesa dan tidak nyaman, nyeri dada hilang ketika

menghentikan aktifitas atau istirahat (RISKESDAS, 2013).

1
2

Berdasarkan (WHO) 2013) PJK adalah penyebab tunggal terbesar

kematian di negara maju dan di negara berkembang. Menurut statistik dunia

ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang disebkan oleh penyakit kardiovaskular

dan 45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner

(Kundasamy, 2014).

Amerika Serikat menyatakan kurang dari 50% dari penderita penyakit

jantung koroner mempunyai manifestasi awal angina pectoris stabil ( APS ).

Jumlah pasti angina pectoris sulit di ketahui. Di laporkan bahwa insiden

angina pectoris pertahun pada penderita di atas usia 30 tahun sebesar 213

penderita per 100.000 pendududk. Asosiasi jantung amerika serikat

memperkirakan ada 6.200.000 penderita APS ini di amerika serikat. Tapi data

ini nampaknya sangat kecil di bandingkan dari laporan dua studi besar dari

Olmsted country dan Framingham yang mendapatkan bahwa kejadian infark

miokard akut sebesar 3% sampain 3,5% dari penderita angina pectoris

pertahun kurang lebih 30 penderita angina pectoris untuk setiap penderita

infark miokard akut (Tucker,2008).

Penyakit kematian di Indonesia yang dahulu kebanyakan di sebabkan

oleh penyakit menular telah bergeser ke penyakit tidak menular (Riskesdas

Depkes RI 2008). Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi jantung

koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar

0,5%, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5%.

Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar

2
3

7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per

mil (Riskesdas Depkes RI,2013).

Faktor risiko penyakit jantung koroner adalah hipertensi, gangguan

mental emosional, diabes mellitus, stroke usia >40 tahun, kebiasaan merokok

,tingkat pendidikan rendah, obesitas sentral dan tingkat sosisal ekonomi

rendah dengan sekisar 1,30 hingga 10,9. Factor resiko dominan penyakit

jantung koroner di Indonesia adalah hipertensi , gangguan mental emosional

dan diabetes mellitus (siregar,dkk,2015).

Pengobatannya adalah untuk mencegah kematian dan terjadinya

serangan jantung, sedangkan yang lainnya adalah mengontrol serangan angina

sehingga memperbaiki kualitas hidup. Jika ada 2 terapi yang sama efektif

mengontrol angina maka yang di pilih adalah terapi yang lebih efektif

mengurangi serangan jantung dan mengurangi kematian, termasuk terapi

revaskularisasi dengan carartera percutaneous coronary intervention atau

coronary artery bypass grafting (PCT atau CABG).

Pengobatan angina pectoris terdiri dari farmakologis dan non

farmakologis, kebanyakan terapi farmakologis adalah untuk segera

mengontrol angina dan memperbaiki kualitas hidup, tetapi belakangan ini

telah terbukti adanya terapi farmakologis yang dapat mencegah serangan

jantung dan juga kematian . dalam hal ini perawat berperan aktif sebagai

esukation dan care giver dalam membantu pasien. (Sudoyo A W,2006).

3
4

RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu mengatakan angina pectoris

tergolong dalam penyakit jantung iskemik. Pada tahun 2014 di dapatkan

penderita jantung iskemik berjumlah 243 orang, yang terdiri dari laki-laki

165 orang dan perempuan 78 orang. Pada tahun 2015 berjumlah 671 orang

yang terdiri dari laki-laki 471 orang dan perempuan 200 orang dan pada tahun

2016 berjumlah 591 orang yang terdiri dari laki-laki 428 orang dan

perempuan 163 orang (Rekam Medik RSUD Dr M Yunus) .

Dalam hal ini perawat berperan aktif sebagai education dan care give

dalam membantu pasien untuk memilih tindakan keperawatan dan

memberikan asuhan keperawatan yang tepat, sebagai konselor, konsultan dan

advokad yang dapat berkolaborasi bersama tim kesehatan lain demi

mendukung kesembuhan pasien dengan angina pectoris. Angina pectoris yang

preelevansinya masih sangat tinggi di Kota Bengkulu yang dapat berubah

menjadi infark miokard dalam waktu seketika dan peran perawat yang sangat

kompleks dalam mencegah komplikasinya, hal ini membuat peneliti tertarik

untuk meneliti tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Unstable

Angina Pektoris di RS M.Yunus Bengkulu Tahun 2017”

4
5

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan unstable angina pectoris.

2. Tujuan Khusus

a). Mengetahui secara tepat hasil pengkajian asuhan keperawatan unstable

angina pectoris.

b). Mengetahui diagnose keperawatan pada pasien dengan unstable angina

pectoris.

c). Mengetahui perencanaan asuhan keperawatan yang untuk npasien

dengan unstable angina pectoris dengan diagnose yang di tegakkan.

d). Mengetahui dan melaksanakan implementasi keperawatan yang tepat

pada pasien unstable angina pectoris.

e). Melaksanakan dan mengetahui hasil evaluasi terhadap tindakan yang

telah di buat dalam intervensi.

5
6

C. Batasan Masalah

Dalam studi kasus ini penulis hanya melakukan asuhan keperawatan

pada pasien dengan gangguan unstable angina pectoris supaya peneliti

terfokus dan terarah.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Akademik

Sebagai tambahan refrensi dan kepustakaan yang nantinya berguna

meningkatkan mutu pendidikan dan sebagai bahan perkuliahan.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Laporan studi kasus ini dapat di jadikan sebagai masukan dan sumber

informasi untuk pengembangan asuhan keperawatan pada pasien dengan

unstable angina pectoris.

3. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mampu mencakup konsep pembelajaran teoritis ke rana

aplikasi dalam proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan

unstable angina pectoris.

6
7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Kardiovakuler

Jantung merupakan organ utama dalam system

kardiovaskuler. Jantung di bentuk oleh organ-organ muscular,

apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan

dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm

serta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200

sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan.

Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa

periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara

7
8

dengan7,571 liter darah. Posisi jantung terletak di antara kedua

paru dan berada di tengah-tengah dada bertumpu pada diagfragma

dan berada kira-kira 5 cm di atas procecus xiphoideus.

Pada tepi kanan cranial berada pada tepi crainalis pars cartilaginis

costa lll dextra,1 cm dari tepi lateral sternum tepi kiri kranil

jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa ll sinistra di

tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang

intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medoi clavicularis.

Selaput yang membungkus jantung di sebut pericardium dimana

terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum

pericardium berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar

tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium. Epicardium

adalah lapisan luar dari jantung. Lapisan berikutnya adalah lapisan

mikardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal.

Lapisan terakhir adalah lapisan endocardium.

A. Ruang-ruang jantung

Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:

1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula

di luar, bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista

terminalis.

8
9

2. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan

melalui osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus

pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel

kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan

3. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula

4. Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra

melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta

melalui osteum aorta.

B. Bagian- bagian dari jantung:

1. Basis kordis : bagian jantung sebelah atas yang

berhubungan dengan pembuluh darah besar dan dibnetuk

oleh atrium sinistra dan sebagian oleh atrium dekstra.

2. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak

kerucut tumpul. Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:

a. Fascies sternokostalis: permukaan menghadap kedepan

berbatasan dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh

atrium dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel

sinistra.

9
10

b. Fascies dorsalis : permukaan jantung menghadap

kebelakang berbentuk segiempat berbatas dengan

mediastinum posterior, dibentuk oleh dinding atrium

sinistra, sebagian atrium sinistra dan sebagian kecil

dinding ventrikel sinistra.

c. Fascies diafragmatika : permukaan bagian bawah

jantung yang bebatas dengan stentrum tindinium

diafragma dibentuk oleh dinding ventrikel sinistra dan

sebagian kecil ventrikel dekstra.

Di antara atrium kanan dan ventrikel kanan nada

katup yang memisahkan keduanya yaitu katup

tricuspidalis, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri

juga mempunyai katup yang di sebut dengan katup mitral.

Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat

terbukadan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke

ventrikel.

Fungsi utama jantung adalah memompa darah

keseluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-

otot jantung (miokardium) yang bergerak. Selain itu otot

jantung juga mempunyai kemampuan untuk menimbulkan

10
11

rangsangan listrik. Kedua atrium merupakan ruang depan

dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan

yang di timbulkan oleh atrium. Sebaliknya atrium

mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel

yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel

kanan.

Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk

berkontraksi demi memenuhi kebutuhan tubuh, maka

jantung membutuhkan lebih banyak darah di bandingkan

dengan organ lain. Aliran darah untuk jantung di peroleh

dari arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri koroner ini

keluar dari aorta kira-kira ½ inci di atas katup aorta dan

berjalan di permukaan pericardium. Lalu bercabang

menjadi arteriol dan kapiler kedalam dinding ventrikel.

Sesudah terjadi pertukaran o2 dan co2 di kapiler, aliran

vena dari ventrikel di bawa melalui vena koroner dan

langsung masuk ke atrium kanan dimana aliran darah vena

dari seluruh tubuh akan bermuara. Sirkulasi darah di tubuh

ada 2 yaitu, sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi

paru mulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri

besar dan arteri kecil, kapiler lalu masuk ke paru, setelah

11
12

dari paru keluar melalui vena kecil, vena pulmonalis dan

akhirnya kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai

tekanana yang rendah kira-kira 15-20 mmhg pada arteri

pulmonalis. Sirkulasi sistemis di mulai dari ventrikel kiri

ke aorta lalu arteri besar,arteri kecil, atriole lalu keseluruh

tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava

inferior,vena cava superior akhirnya kembali ke atrium

kanan.

Sirkulasi sistemis mempunyai fungsi khusus

sebagai sumber tekanan yang tinggi dan membawa

oksigen ke jaringan yang membutuhkan. Pada kapiler

terjadi pertukaran o2 dan co2 dimana pada sirkulasi

sistemis o2, keluar co2 masuk dalam kepiler sedangkan

pada sirkulasi paru o2 masuk co2 keluar dari kapiler.

12
13

A. Pengertian

Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari

jantung dan terjadi sebagai respon terhadap supalai oksigen yang

tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat

menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah

abdomen (Corwin, 2009)

Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana

pasien mendapat serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan

atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri.

Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan

suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan

aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2007)

Unstabel angina pectoris secara keseluruhan sama

dengan penderita angina stabil, tapi nyeri lebih bersifat progesif

dengan frekuensi yang meningkat dan sering terjadi saat istirahat.

Pada pemeriksaan EKG biasanya di dapatkan deviasi segmen ST.

( Harun, Idrus 2007 )

B. Klasifikasi

1. Angina pectoris stabil

a. Secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas fisik

yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.

13
14

b. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian

aktifitas.

c. Durasi nyeri 3-15 menit.

2. Angina pectoris tidak stabil

a. Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip

dengan angina pectoris stabil.

b. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina

pectoris stabil.

c. Pencetus dapat terjadi pada saat istirahat atau pada tingkat

aktifitas ringan.

d. Kurang responsive terhadap nitrat.

e. Lebih sering di temukan depresi segmen ST.

f. Dapat di sebabkan oleh ruktur plak aterosklerosis, spasme,

trobus atau trombosit yang beragregasi.

3. Angina prinzmental (angina varian)

a. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat,

seringkali pagi hari.

b. Nyeri di sebabkan karena spasmus pembuluh koroner

ateroskierotik.

c. EKG menunjukkan elevasi segmen ST.

d. Cenderung berkembang menjadi infark miorkad akut.

e. Dapat terjadi aritmia.

14
15

C. Etiologi

Ateriosklerosis, throbus, vasokontraksi, anemia berat

a. Factor Resiko yang dapat di ubah

Diet (dimodifikasi), Rokok, Hipertensi, Stress,

Obesitas, Kurang aktifitas, Diabetes mellitus, Pemakaian

kontrasepsi oral.

b. Faktor Resiko yang Tidak dapat di ubah

Usia, Jenis kelamin, Ras, Herediter, Kepribadian A

c. Faktor Pencetus Serangan

Emosi, Stress, Kerja fisik terlalu berat, Hawa

terlalu panas dan lembab, Terlalu kenyang, Banyak

merokok.

D. Patofisiologi

Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena

timbulnya iskemia miokard atau karena suplai darah dan oksigen

ke miokard berkurang. Aliran darah berkurang karena

penyempitan pembuluh darah koroner (arteri koronaria).

Penyempitan terjadi karena proses ateroskleosis atau spasme

pembuluh koroner atau kombinasi proses aterosklerosis dan

spasme.

15
16

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak

tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini dinamakan ateroma

atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel

yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan

menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen

pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan

mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya

lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada

lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung

terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan

bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, di ikuti oleh

penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering

aterosklerosis.

Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih

cukup untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat,

tetapi tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard meningkat

seperti pada waktu pasien melakukan aktivitaas fisik yang cukup

berat. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan

oksigennya juga meningkat. Apabila kebutuhan oksigen

meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner akan

berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke

otot jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami

16
17

kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat

berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan

oksigen, dan terjadi iskemia (kekurangan suplai darah)

miokardium dan sel-sel miokardium mulai menggunakan

glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses

pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan

pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH

miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan

angina pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung

berkurang, suplai oksigen, oksigen menjadi adekut dan sel-sel otot

kembali keproses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy.

Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan

menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris

mereda.

17
18

E. WOC

Aterosklerosis thrombus vasokontraksi anemia berat

Aliran o2 arteri koronaria menurun

Kebutuhan o2 meningkat

Hipoksia otot

Iskemia otot

Terjadinya metabolisme anaerob

Peningkatan asam laktat

Kontraksi miokardium reseptor nyeri kurang informasi

Menurun terangsang

Fungsi ventrikel nyeri dada MK : kurang

Terganggu Pengetahuan

Perubahan hemodinamika MK : NYERI AKUT Ekspansi paru menurun

(TD dan nadi meningkat) ANSIETAS

O2 tidak seimbang

MK : PENURUNAN CURAHJANTUNG MK : INTOLERANSI

MK : POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

18
19

F. Manifestasi klinis

a. Nyeri dada timbul saat melakukan aktivitas dan istirahat.

b. Nyeri lebih hebat dan frekuensi serangan lebih sering.

c. Serangan berlangsung sampai dengan 30 menit atau lebih.

d. Saat serangan timbul biasanya di sertai dengan tanda-tanda

sesak napas, mual, muntah dan diaphoresis.

e. Pola EKG : segmen ST Depresi saat serangan dan stelah

serangan ( muncul sebagian ).

f. Seranga dada hilang bila klien mendapat terapi

nitrogliserin, istirahat dan bantuan oksigenasi.

G. Data Penunjang

1. EKG

a. Normal saat klien istirahat

b. Segmen ST elevasi atau depresi, gelombang T inverse

selama serangan berlangsung atau timbul saat tes

treadmill

c. Disritmia ( takikardia abnormal, AV blok, atrial flutter

atau atrial fibrilasi ) bila ada harus di catat

2. Laboratorium darah

a. Complete Blood Cells Count : anema dan hematokrit

menurun. Lekositosis mengidentifikasi adanya

19
20

penyakit infeksi yang menimbulkan kerusakan katup

jantung dan menimbulkan keluhan angina

b. Fraksi lemak : terutama kolesterol ( Low Dinsity

Lipoprotein/LDL ) dan trigliserida yang merupakan

factor risiko terjadinya Artery Coronary Disease (

CKD ).

c. Serum tiroid : menilai keadaan hipotiroid atau

hipertiroid.

d. Cardiac isoenzym.

3. Radiologi

a. Thorax rontgen : melihat gambaran kardiomegali

seperti hipertrofi ventrikel atau cardio-thorax ratio

(CTR) lebih dari 50%.

b. Echocardiogram : melihat adanya penyimpangan

gerakan katup dan dilatasi ruang jantung. Gerakan

katup abnormal dapat menimbulkan keluhan angina.

c. Ventrikulografi : menilai kemampuan kontraksi

miokard dan pemompaan darah yang kecil akibat

kelainan katup atau septum jantung.

d. Kateterisasi jantung (bila di perlukkan) : melihat

kepatenan arteri coroner, lokasi sumbatan dengan

tepat, dan memastikan kekuatan miokard

20
21

H. Penatalaksanaan

1. Terapi Farmakologis

a. Penyekat Beta

obat ini merupakan terapi utama pada angina.

Penyekat beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen

miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut

jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan

peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping

biasanya muncul bradikardi dan timbul blok

atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain: atenolol,

metoprolol, propranolol, nadolol.

b. Nitrat dan Nitrit

Merupakan vasodilator endothelium yang sangat

bermanfaat untuk mengurangi symptom angina pectoris,

disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan

antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen

miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi

pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah

satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah

terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah

terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan

21
22

periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12 jam. Obat

golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit, ISDN,

isosorbid mononitrat, nitrogliserin.

c. Kalsium Antagonis

obat ini bekerja dengan cara menghambat

masuknya kalsium melalui saluran kalsium, yang akan

menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga

terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan

sistemik. Kalsium antagonis juga menurunkan kabutuhan

oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi

vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis

adalah amlodipin, bepridil, diltiazem, felodipin, isradipin,

nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.

22
23

A. Konsep Asuhan Keperawatan Angina Pektoris

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Data ini menggambarkan identitas pasien yang meliputi nama, umur,

jenis kelamin, agama, suku atau kebangsaan, pekerjaan, pendididkan, alamat,

diagnosis medis, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, serta

tanggal dan waktu pengkajian keperawatan.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling menonjol yang di

rasakan oleh klien dan merupakan alasan pokok klien masuk rumah sakit.

Keluhan nyeri dada anterior, prekordial, substernal yang menjalar ke

lengan kiri, leher, rahang, punggung, dan epigastrium. Nyeri dada seperti

tertekan beban berat, terasa berat, dan seperti di remas yang timbul

mendadak.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Faktor pencetus yang sering mengakibatkan angina adalah kegiatan

fisik, emosi yang berlebihan setelah makan.

23
24

d. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Meliputi riwayat penyakit yang pernah di derita klien terutama

penyakit yang mendukung munculnya penyakit saat ini .

a. Riwayat hipertensi

Riwayat penyakit jantung meningkat sejalan dengan

peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah dapat

meningkatkan kejadian atherosklerotik.

b. Riwayat merokok

Risiko penyakit jantung coroner pada perokok 2-4 kali lebih besar

dari pada yang bukan perokok. Rokok akan meyebabkan penurunan

kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi,

penurunan kadar kolesterol HDL, penigkatan pengumpulan darah dan

kerusakan endotel pembuluh darah coroner ( lewis, et. al.2007 ).

c. Riwayat diabetes mellitus

Pada diabetes akan timbul proses penebalan membrane basalis

dan kapiler dan pembuluh darah arterikoronaria, sehingga terjadi

penyempitan aliran darah ke jantung( lewis, et. al.2007 ).

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Meliputi informasi tentang usia dan status kesehatan anggota

keluarga yang bertalian darah.

24
25

Adanya riwayat penyakit jantung( AMI ), DM, Stroke dan

penyakit pernafasan.

f. Riwayat Psikososial

Meliputi riwayat psikologis klien yang berhubungan dengan

kondisi penyakitnya serta dampaknya terhadap kehidupan social klien.

g. Riwayat nyeri

Nyeri dapat timbul mendadak. (dapat atau tidak berhubungan dengan

aktivitas).

Kualitas nyeri : sakit dada di daerah mid sternal dada anterior, subtansi

precordial, rasa nyeri tidak jelas tapi banyak yang menggambarkan seperti

di tusuk-tusuk, di bakar atau di timpa benda berat.

Penjalaran rasa nyeri ke rahang, leher, lengan, jari tangan kiri, lokasinya

tidak tentu seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung dan

leher.

Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit seperti : mual, muntah,

keringat dingin, berdebar-debar, sasak nafas.

Waktu/lama nyeri :pada unstable angina kira-kira 30 menit.

25
26

h. PolaAktivitasSehari-hari

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : pola hidup menonton, kelemahan.

Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan.

Nyeri dada bila kerja.

Menjadi terbangun bila nyeri dada.

Tanda : Dispnea saat bekerja

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan.

Tanda : takikardia, disritmia.

Tekanan darah normal, meningkat, menurun.

Bunyi jantung : mungkin normal : s4 lambat atau murmur

sistolik transien lambat ( disfunsi otot papilaris ) mungkin ada

saat nyeri.

Kulit/membrane mukosa lembab, dingin, pucat pada adanya

vasokontriksi.

3. Makanan dan Cairan

Gejala : mual, nyeri uluh hati/epigastrium saat makan.

Diet tinggi kolesterol/lemak, garam, kafein, minuman keras.

Tanda : ikat pinggang sesak, distensi gaster.

26
27

4. Integritas ego

Gejala : stressor kerja, keluarga, dll.

Tanda : ketakutan, mudah marah.

5. Nyerikenyaman

Gejala :

nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu

dan ekstremitas atas ( lebih pada kiri daripada kanan ).

Kualitas : macam : ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan,

terjepit, terbakar.

Durasi biasanya kurang dari 115 menit, kadang-kadang lebih dari 30

menit.

Factor pencetus nyeri : nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi

besar, seperti marah atau hasrat seksual, olahraga pada suhu ekstrem

atau mungkin tak dapat di perkirakan dan terjadi selama istirahat.

Factor penghilang : nyeri mungkin responsive terhadap mekanisme

penghilang tertentu ( contoh : istirahat dan obat anti angina ).

Nyeri dada baru atau terus menerus yang telah berubah frekuensi,

durasinya, karakter atau dapat di perkirakan ( contoh : tidak stabil,

bervariasi, prinzmetal ).

Tanda :

wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan pada midsternum,

memijat tangan kiri, tegang otot dan gelisah.

27
28

Respon otomatis ( contoh : takikardi, perubahan TD ).

6. Pernapasan

Gejala : Dispnea saat bekerja.

Riwayat merokok.

Tanda : meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan kedalaman.

7. Penyuluhan

Gejala : riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes.

Penggunaan/kesalahan penggunaan obat jantung, hipertensi

atau obat yang di jual bebas.

Penggunaan alcohol teratur, obat narkotik contoh

kokain,amfetamin.

Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama di rawat 3-8 hari.

Rencana pemulangan : perubahan pada penggunaan/terapi obat.

Bantuan/pemeliharaan tugas dengan perawat

di rumah.

Perubahan pada sususna fisik rumah.

28
29

2. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Fisik Umum

Berat Badan, Tinggi Badan, Tekanan Darah, Nadi, Frekuensi

nafas, Suhu Tubuh, Keadaan Umum, GCS.

b. System Penglihatan

a. Konjungtiva : biasanya kebiruan, mengidentifikas ikerusakan fungsi

paru atau right to left shunt pada kelainan jantung congenital atau

ventricular septum defect.

b. Ptechiae : menandakan adanya emboli kapile rmata.

c. Sclera : berwarna putih ( normal ) atau ikterik yang merupakan tanda

adanya gangguan faal hati pada klien gagal jantung.

c. System pernapasan

a. Kesimetrisan bentuk dada : bentuk thoraks di mana tampak cembung

di intercosta merupakan tanda efusi pericard atau efusi pleura. Bentuk

thoraks yang cembung di os costae merupakan tanda kelainan jantung

kongenita

b. Tanda-tanda bernafas menggunakan otot bantu : merupakan manifestasi

kesulitan bernafas.

d. System kardiovaskuler

a. Distensi vena jugularis :lebih dari 5-2 cm atau lebih dari 3 cm atau

tampak pilsasi menunjukkan bedungan daerah pada vena sistemik atau

29
30

peningkatan tekanan di atrium kanan. Hepato jugular refluks

menandakan gagal jantung kanan.

b. Arterikarotis :palpasi pada karotis untuk menilai adanya aterosklerosis

pada arteri karotis kiri dan kanan. Auskultrasi arteri karotis untuk

menemukan bunyi bruit yang merupakan tanda stenosis aorta atau

aterosklerosis arterikarotis.

c. Kelenjar tyroid : auskultasi bisisng kelen jang tiroid menunjukkan

peningkatan vaskularisasi akibat heper fungsi tiroid.

d. Pelebaran vena di dada menandakan adanya kongesti atau bendungan

vena cava inferior.

e. Denyut nadi abnormal di dada atau di punggung mengidentifikasi

adanya aneurisme

f. Denyut apeks jantung

g. Bunyi jantung

h. Bisisng jantung : suara yang timbul akibat disfungsi katup mitral,

aorta, trikuspidalis, pulmonalis, atau defect septum miokard.

i. Nyeri : untuknyeri yang di kaji PQRST

c. System pencernaan

a. Bentuk abdomen : ketegangan dinding perut atau distensi dan gerakan

dinding perut

b. Pelebaran vena abdominal :merupakan manifest kongesti vena

portaatau vena cava superior.

30
31

d. System lntegumen

a. Warna kulit kuning : merupakan tanda penurunan faal hepar pada

gagal jantung

b. Sianosis : terlokalisir pada satu ekstremitas menandakan obstruksi

vena atau arteri pada sisi ekstremitas yang bersangkutan.

c. Kapilary refill : pengisian kapiler normalnya kembali dalam waktu <3

detik.

31
32

B. Diagnose keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah sebuah label singkat yang

menggambarkan kondisi pasien kondisi ini dapat merupakan masalah-masalah

actual,resiko atau pun potensial.(Wilkinson M.Judith 2012)

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung.

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah

jantung.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen.

5. Ansietas berhubungan dengan respon patologis dan ancaman terhadap status

kesehatan.

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

32
33

33
34

B. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional

o Keperawatan

1. Nyeri akut NOC : NIC :

 Pain level (1- Pain manajement

5:sangat berat

,sedang, ringan atau 1. Lakukan pengkajian 1. Menyediakan informasi

tidak ada) secara komprehensif mengenai kebutuhan/

 Convert level (1-5) efektivitas intervensi

 Pain control level (1-

5:tidak pernah, 2. Observasi reaksi 2. Merupakan indicator

jarang,kadang- nonverbal dari yang tidak langsung

kadang, sering atau ketidaknyamanan dialami

selalu

34
35

3. Gunakan teknik 3. Meningkatkan

Criteria hasil komunikasi terapeutik kenyamanan pada

 Mampu mengontrol untuk mengetahui pasien dan dapat

nyeri pengalaman nyeri pasien mengetahui persepsi

 Melaporkan bahwa pasien tentang nyeri

nyeri berkurang

manajement nyeri 4. Control lingkungan yang 4. Untuk meningkatkan

 Mampu mengenali dapat mempengaruhi kenyamanan

nyeri nyerinseperti, suhu, pasien,memberikan

 Menyatakan rasa pencahayaan dan suasana yang rileks

nyaman setelah nyeri kebisingan

berkurang 5. Melepaskan ketegangan

 TTV dalam rentang 5. Ajarkan teknik emosional dan otot.

normal nonfarmakologi (nafas Meningkatkan perasaan

35
36

dalam ,bimbingan control yang mungkin

,imajinasi, visualisasi dapat meningkatkan

kemampuan koping

6. Nyeri dan penurunan

curah jantung dapat

6. Anjurkan pasien untuk merangsang sstem saraf

memberitahu perawat simpatis untuk

dengan cepat bila terjadi mengeluarkan sejumlah

nyeri dada besar norepineprin,

yang meningkatkan

agregasi trombosit dan

mengeluarkan

trombokxace

36
37

menyebabkan respon

vasovagall,menurunkan

TD dan frekuensi

jantung

7. Identifikasi terjadinya

factor pencetus,bila 7. Membantu

ada:frekuensi,durasiintens membedakan nyeri dada

itas dan lokasi nyeri dini dan alat evaluasi

kemungkinan kemajuan

menjadi angina stabil

biasanya berakhir 3

sampai 5 menit

sementara angina tidak

8. Identifikasi terjadinya stabil lebih lama dan

37
38

factor pencetus,bila dapat berakhir lebih

ada:frekuensi,durasi,inten dari 45 menit

sitas dan lokasi nyeri

8. Nyeri jantung dapat

9. Letakkan pasien pada menyebar contoh :nyeri

istirahat total pada lebih sering ke

episode angina pectoris permukaan di persarafi

oleh tingkat saraf spinal

yang sama

10. Tinggikan kepala tempat

tidur bila pasien napas 9. Menurunkann

pendek kebutuhan oksigen

miokard untuk

meminimalkan resiko

38
39

11. Pantau kecepatan atau cidera jaringan atau

irama jantung nekrosis

10. Memudahkan

pertukaran gas untuk

menurunkan hipoksia

dan napas pendek

12. Pantau TTV tiap 5 menit berulang

secala angina berlangsung

11. Pasien angina tidak

stabil mengalami

peningkatan disritmia

yang mengancam hidup

13. Pertahankan secara akut,yang terjadi

39
40

tenang,lingkungan pada respon terhadap

nyaman,batasi iskemia dan atau stress

pengunjung bila perlu

12. TD dapat meningkatkan

14. Berikan makanan lembut. secara dini sehungan

Biarkan pasien istirahat dengan rangsangan

selama 1 jam setelah simpatis,kemudian

makan turun bila curah

jantungdi pengaruhi

15. Kolaborasi : Berikan

antiangina sesuai indikasi 13. Stress mental atau

: nitrogliserin : sublingual emosi meningkatkan

kerja miorkad

40
41

14. Menurunkan kerja

miokard sehubungan

dengan kerja

pencernaan,menurunka

n resiko serangan

angina

2. Penurunan NOC : NIC :

curah jantung  Curah jantung efektif Cardiac care

: efektifitas pompa

jantung, perfusi 1. Pantau TTV ,contoh 1. Takikardi dapat terjadi

jaringan frekuensi jantung,tekanan kaerena

 Status sirkulation darah nyeri,cemas,hipoksemia

level (1-5 : gangguan ,dan menurunnya curah

41
42

ekstrem, berat, jantung,perubahan juga

sedang, ringan, tidak terjadi pada TD

ada gangguan) (Hipertensi atau

hipotensi) karena

Kriteia hasil respon jantung

 Pasien melaporkan 2. Evaluasi status

penurunan episode mental,catat terjadinya 2. Menurunkan perfusi

dipsnea, angina dan bingung,disorientasi otak dapat

disritmia menghasilkan

 Menunjkkan perubahan sensorium

peningkatan toleransi 3. Catat warna kulit dan

aktifitas, klien adanya kualitas nadi 3. Sirkulasi perifer

berpartisipasi pada menurunkan bila curah

perilaku atau jantung turun,membuat

42
43

aktifitas yang kulit pucat dan warna

menurunkan kerja abu-abu (tergantung

jantung tingkat hipoksia) dan

menurunnya kekuatan

4. Mempertahankan tirah nadi perifer

baring pada posisis

nyaman selama episode 4. Menurunkan konsumsi

akut osigen atau kebutuhan

menurunkan kerja

miokard dan risiko

5. Berikan periode istirahat dekompensasi

adekuat.

5. Penghematan

energy,menurunkan

43
44

6. Pantau dan cacat efek kerja jantung

atau kerugian respon

obat,TD,frekuensi jantung 6. Efek yang di inginkan

dan irama (khususnya bila untuk menurunkan

memberikan kombinasi kebutuhan oksigen

antagonis miokard dengan

kalsium,betabloker,dan menurunkan stress

nitras ventricular. Obat

dengan kandungan

inotropik negative dapat

menurunkan perfusi

terhadap iskemik

miokardium.kombinasi

nitras dan penuekat beta

44
45

7. Kolaborasi Berikan obat dapat member efek

sesuai indikasi : penyekat terkumpul pada curah

saluaran jantung

NOC : NIC :

3. Ketidakefektifa  Sirkulatin status Sirkulation manajemen

n perfusi  Respiratory status 1. Vasokonriksi sistemik

jaringan  Vital sign status 1. Kaji pucat,sianosis,kulit di akibatkan oleh

dingin atau lembab dan penurunan curah

45
46

Criteria hasil : catat kekuatan nadi jantung mungkin di

1. Tanda tanda vital perifer buktikan oleh

dalam batas normal penurunan perfusi kulit.

(TD,nadi,pernapasan

) 2. Nadi perifer teraba dan

2. Menunjukkan perfusi 2. Periksa nadi perifer setiap kuat mengidentifikasi

adekuat secara 4 jam aliran arterial yang

individual contoh : masih baik

kulit hangat dan

kering, ada nadi 3. Nadi yang cepat dan

perifer/kuat ,tanda 3. Monitor ttv dan irama regular menandakan

vital dalam batas jantung setiap 4 jam penurunan curah

normal, pasien sadar jantung yang

atau berorientasi, mengakibatkan

46
47

keseimbangan ketidakefektifan perfusi

pemasukan,/pengelu jaringan

aran, tanda edema, 4. Pantau kecepatan irama

bebas kedalaman dan upaya 4. Pada pasien dengan

nyeri/ketidaknyaman pernafasan angina salah satu cara

an mempertahankan curah

jantung adalah

melakukan kompensasi

yang berpengaruh

5. Atur intake untuk cairan terhadap status

menoptimalkan perafasan klien

keseimbangan

5. Mempertahankan

6. Monitor respirasi dan ventilasi yang maksimal

47
48

status 02

6. Perubahan status

respirasi menandakan

gejala yang lebih serius

7. Pertahankan posisi pasien pada penderita angina

7. Memudahkan

8. Observasi adanya tanda- memelihara jalan napas

tanda hipoventilasi atau paten bila jalan

napas pasien di

pengaruhi

9. Monitor adanya

kecemasan pasien 8. Dapat menentukan

terhadap oksigenasi upaya peningkatan

48
49

pernafasan

10. Vital sign monitoring

9. Ansietas meminimalkan

status oksigenasi

memberatkan kerja

jantung dan paru

11. Monitor TD, nadi, suhu 10. Dapat menunjukkan

dan RR intervensi selanjutnya

menyebabkan tubuh

melakukan Teknik

kompensasi sehingga

terjadi perubahan pada

49
50

12. Catat adanya fluktuasi vital sign

tekanan darah

11. Peningkatan tekanan

darah yang abnormal

13. Monitor Tekanan darah, menunjukkan resiko

nadi, Respirasi, sebelum, gangguan pertukaran

selama dan setelah gas

beraktivitas

12. Penurunan tekanan

14. Monitor pola napas darah dapat

abnormal mengindikasikan

terjadinya hipoksemia

15. Monitor suhu,warna dan 13. Peningkatan upaya

50
51

kelembapan kulit pernafasan dapat

menunjukkan derajad

16. Identifikasi penyebab dari hipoksemia

perubahan perubahan

vital sign 14. Takipnea mekanisme

kompensasi untuk

hipoksemia

15. Untuk mengetahui

segera jika terjadi

sianosis atau iskemia

16. Merujuk pada intervensi

selanjutnya

51
52

4. Pola nafas tidak Criteria hasil Manajemen ventilasi

efektif 1. Frekuensi

pernapasan normal. 1. Monitor kondisi perlunya 1. Untuk membantu

2. Irama pernapasan dukungan ventilasi sebagian atau seluruh

teratur. proses ventilasi untuk

3. Jalan napas paten. mempertahankan o2

4. TTV dalam rentang 2. Posisikan pasien semi pasien.

normal. fowler untuk

5. Tidak ada memaksimalkan ventilasi. 2. Posisi semi fowler

penggunaan otot dapat meningkatkan

bantu. ekspansi dada atau paru.

3. Auskultasi bunyi nafas

tambahan, catat adanya 3. Untuk mengetahui

52
53

bunyi nafas tambahan. bunyi napas klien.

4. Kaji frekuensi, kedalaman

pernapasan. Catat 4. Takipnea biasanya ada

penggunaan otot pada beberapa derajad

aksesoris, pernapasan dan dapat di temukan

pursed lips dan kesulitan selama adanya proses

berbicara. infeksi.

5. Ajarkan teknik relaksasi.

5. Membantu

memperpanjang

ekspirasi. Dengan

53
54

teknik relaksasi klien

6. Pertahankan kepatenan akan bernapas lebih

jalan napas efisiendan efektif.

6. Jalan napas yang paten

7. Kaji atau pantau frekuensi dapat memudahkan

napas. untuk proses respirasi.

8. Awasi penggunaan 7. Untuk mengetahui

oksigen. kecepatan pernapasan.

8. Menjaga kelembapan

o2 yang masuk ke

dalam tubuh dan

54
55

9. Pertahankan posisi semi memberikan o2 sesuai

fowler. dengan kebutuhan yang

di perlukan.

10. Anjurkan klien agar tidak 9. Memperbaiki masukan

banyak melakukan oksigen ke paru dan

aktivitas. proses ventilasi.

11. Monitor/pantau tanda- 10. Mengurangi

tanda vital. penggunaan oksigen

dalam tubuh.

11. Takikardi, disritmia dan

perubahan tekanan

55
56

darah dapat

menunjukkan efek

hiposemia pada fungsi

jantung.

5 Intoleransi NOC : NIC :

aktivitas  energy conservation Activity therapy

level (1-5 : tidak

pernah, jarang, 1. bantu klien untuk 1. mengurangi resiko

kadang-kadang, mengidentifikasi aktifitas terjadinya intoleransi

sering, selalu) yang mampu di lakikan aktifitas

 acivity tolerance

level (1-5 : sangat 2. bantu untuk memilih 2. meningkatkan aktifitas

parah, parah,cukup aktifitas sesuai keinginan klien

parah, sedikit parah,

56
57

tidak parah) 3. bantu untuk 3. sumber yang di

 self care level (1-5 : mengidentifikasi dan perlukan angat

sangat parah, parah, mendapatkan sumber membantu aktifitas

cukup parah, sedikit yang di perlukan untuk pasien

parah, tidak parah) aktifitas yang di inginan

criteria hasil 4. kaji respon klien terhadap

 pasien melaporkan aktifitas,perhatikan 4. menyebutkan larameter

peningkatan dalam frekuensi andi lebih dari membantu dalam

toleransi aktifitas 20 kali per menit di atas mengkaji respon

yang apat di ukur frekuensi fisiologi terhadap stress

pesien menunjukan istirahat,peningkatan TD aktifitas dan bila ada

penurunan dalam yang nyata merupaka indikator dari

tanda-tanda selama/sesudah kelebihan kerja yang

57
58

intoleransi fisiologis aktifitas,dispnea atau berkaitan dengan

nyeri dada ,kelithan dan tingkat aktifitas

kelemahan yang

berlebihan,diaphoresis,pu

sing atau pingsan

5. instruksikan pasien 5. teknik menghemat

tentang teknik energy mengurangi

penghematan energy energy,juga membantu

keseimbangan antara

suplai dan kebutuahan

oksigen

6. berikan dorongan untuk 6. kemajuan aktifitass

58
59

melakukan bertahap mencegah

aktifitas/perawatan diri peningkatan kerja

bertahap jika dapat di jantung tiba-tiba.

toleransi Memberikan bantuan

hanya sebatas

kebutuhan akan

mendorong

kemandirian dalam

malakukan aktifitas

59
60

6. Ansietas NOC : NIC :

 anxiety control level Anxiety reduction

(1-5 : tidak pernah,

jarang, kadang- 1. gunakan pendekatan yang 1. hubungan yang baik

kadang, sering, menenangkan mempermudah

selalu) komunikasi

2. nyatan dengan jelas

criteria hasil harapan terhadap perilaku 2. tingkat kepercayaan diri

 pasien menunjukkan pasien yang tinggi akan

strategi koping kesembuhan dapat

efektif/keterampialan memotivasi diri sendiri

pemecahan masalah 3. identifikasi tingkat

60
61

 pasien melaporkan kecemasan 3. tingkat kecemasan yang

ansietas menurun tinggi memerlukan

sampai tingkat yang intervensi lebih lanjut

dapat di atasi

4. jelaskan tujauan tes dan 4. menurunkan cemas dan

prosedur contoh : tes takut terhadap diagnose

stress dan prognosis

5. informasi yang jelas

5. beri infirmasi actual dan di terima oleh

mengenai pasien dapat

diagnosis,tindakan,progn mengurangi kecemasan

osis

6. meyakinkan pasien

61
62

bahwa peran dalam

6. tingkatkan ekspresi keluarga dan kerja tidak

perasaan dan takut,contoh berubah

: menolak,depresi,dan

marah

7. kolaborasi berikan :

sedative, tranquilizer

sesuai indikasi

7. Kurang NOC : NIC :

62
63

pengetahuan  Knowledge Teaching : diasea procces,health

medication behavior

Criteria hasil 1. Kajin ulang patofisiologi 1. Pasien dengan angina

1. Pasien menyatakan kondisi. Tekankan membutuhkan belajar

pemahanaman perlunya mencegah mengapa hal ini terjadi

kondisi/proses serangan angina dan apakah dapat di

penyakit dan control ini adalah focus

pengobatan, manajemen terapeutik

berpartisipasi dalam supaya menurunkan

program pengobatan infark miokard

serta melakukan 2. Dorong untuk

perubahan pola menghindari factor/situasi 2. Dapat menurunkan

hidup yang sebagai pencetus insiden /beratnya

63
64

episode angina,contoh : episode iskemik

stress emosional,kerja

fisik,makan selalu

banyak/berat,terpajan

pada suhu lingkungan

yang eksterm

3. Kaji pentingnya control 3. Pengetahuan factor

berat resiko penting

badan,menghentikan memberikan pasien

merokok,perubahan diet kesempatan untuk

dan olahraga membuat perubahan

kebutuhan

4. Tunjukkan/dorong pasien

64
65

untuk memantau nadi 4. Membiarkan pasien

sendiri selama untuk mengidentifikasi

aktifitas,jadwal/ aktifitas aktifitas yang dapat di

sederhana,hindari modifikasi untuk

regangan menghindari stress

jantung dan tetap

dibawah ambang angina

5. Diskusika langkah yang

di ambil bila terjadi 5. Menyiapkan pasien

serangan angina,contoh : pada kegiatan untuk

menghentikan menghilangkan takut

aktifitas,pemberian obat yang mungkin tidak

bila perlu,penggunaan tahu apa yang harus di

teknik relaksasi lakukan bila terjadi

65
66

serangan

6. Kaji ualang obat yang di

resepkan untuk

mengontrol/mencegah 6. Angina adalah kondisi

serangan angina rumit yang sering

memerlukan

penggunaan banyak

obat untuk menurunkan

kerja

jantung,memperbaiki

sirkulasi koroner,dan

mengontrol terjadinya

serangan angina

66
67

C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implentasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan

kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahhan perawatan untuk

mencapai tujuan yang berpusat pada klien dan mengevaluasi kinerja anggota

staf, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan

perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien. Implementasi menuangkan

rencana asuhan keperawatan kedalam tindakan. Setelah rencana di

kembangkan, sesuai kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan

intervensi keperawatan spesifik yang mencakup kedalam tindakan

keperawatan (Potter,2005)

D. EVALUASI

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap

tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (

Potter,2005 ) tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuanklien

dan tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien di lakukan

berdasarkan criteria yang telah di tetapkan sebelumnya pada tujuan.

67
68

68

Anda mungkin juga menyukai