Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SISTEMATIKA DAN AKUNTANSI KEUANGAN WAKAF

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU MATA KULIAH

AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

DOSEN PENGAMPU :

NURUL INAYAH,M.E.I

DISUSUN OLEH :

NAMA : YAYANG TIARA TASA


NIM : 1641000022
NAMA : UTIH KARMILA
NIM :1641000020
NAMA : AYUNDA TRI AYUNI
NIM :1641000021

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS POTENSI UTAMA

T.A 2018

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillahn kehadirat Allah SWT yang mana karena karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah
Akuntansi Keuangan Syariah dengan judul “Sistematika Dan Akuntansi
Keuangan Wakaf.”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan,


sehingga kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan, 19 Januari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………..4


B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………...4
C. TUJUAN…………………………………………………………….5
D. MANFAAT………………………………………………………….5

BAB II ISI

A. SISTEMATIKA WAKAF…………….……………………….…..6
B. AKUNTANSI KEUANGAN WAKAF…..…..………………...18

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………….….….22

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan umatnya, seperti yang
berkaitan dengan konteks amal ibadah pokok seperti shalat, selain itu islam juga
mengatur hubungan sosial kemasyarakatan maupun dalam hal pendistribusian
kesejahteraan (kekayaan) dengan cara menafkahkan harta yang dimiliki demi
kesejahteraan umum seperti adanya perintah zakat, infaq, shadaqah, qurban, hibah
dan wakaf.
Pada umumnya wakaf diartikan dengan memberikan harta secara sukarela
untuk digunakan bagi kepentingan umum dan memberikan manfaat bagi orang
banyak seperti untuk masjid, mushola, sekolah, dan lain-lain. Dengan seiring
berjalannya waktu wakaf nantinya tidak hanya menyediakan sarana ibadah dan
sosial tetapi juga memiliki kekuatan ekonomiyang berpotensi antara lain untuk
memajukan kesejahteraan umum, sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya
sesuai dengan prinsip syariah.
Saat ini definisi wakaf lebih mudah dipahami, yaitu wakaf diartikan sebagai
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut syariah. Lalu pengertian harta benda wakaf sendiri juga
mengalami perubahanmaksud yang lebih mudah, yaitu bahwa harta benda wakaf
ialah harta benda yang diwakafkan oleh wakif, yang memiliki daya tahan lama
dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah.
Harta benda wakaf tersebut dapat berupa harta benda tidak bergerak maupun
yang bergerak.

4
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah wakaf ?
2. Apa itu pengertian wakaf ?
3. Apa saja jenis dan syarat wakaf ?
4. Apa saja jenis-jenis wakaf ?
5. Bagaimana akuntansi wakaf ?

C. TUJUAN
Adapun beberapa tujuannya, yaitu :
1. Memahami apa itu wakaf, sejarah, dan jenis beserta manfaatnya.
2. Dapat memahami tentang akuntansi keuangan wakaf.

D. MANFAAT
Beberapa manfaat yang akan didapat :
1. Dapat menambah wawasan mengenai wakaf secara kompleks.
2. Dapat menerapkan pencatatan keungan wakaf pada kebutuhan di
kemudian hari.

5
BAB II
ISI

A. SISTEMATIKA WAKAF
1. SEJARAH WAKAF

Esensi wakaf pada dasarnya telah dilakukan oleh umat- umat terdahulu,
termasuk dikalangan nonmuslim. Hanya saja apa yang dilakukan oleh umat
terdahulu tersebut bukan untuk mendapat keridaan Allah melainkan
persembahan untuk kepercayaan mereka. Kondisi ini menjadi penyebab
ulama besar seperti Imam Syafi’I menyatakan bahwa tidak ada wakaf
sebelum umat islam. Sejarah wakaf dibagi dalam dua kelompok yaitu : 1
a. Masa Rasulullah dan para sahabat
Para ahli fikih berbeda pendapat tentang siapa yang melakukan wakaf
pertama kali, sebagian mengatakan bahwa wakaf dilakukan oleh Rasulullah
atas pembangunan masjid, dan sebagian lagi mengatakan dilakukan oleh
sahabat Umar atas tanahnya di Khaibar. Rasulullah pernah mewakafkan
tujuh kebun kurma di Madinah, selanjutnya disusul oleh para sahabat
lainnya, seperti : Abu Thalhah yang mewakafkan kebunnya, Abu Bakar
yang mewakafkan sebidang tanahnya di Mekah, Utsman bin Affan
menyedekahkan hartanya di Khaibar, Ali Bin Abi Thalib mewakafkan
tanahnya yang subur, Muadz bin Jabal mewakafkan rumahnya. Kemudian
pelaksanaan wakaf disusul oleh Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Zubair
bin Awwan dan ‘Aisyah istri Rasulullah SAW.
b. Masa dinasti-dinasti Islam
Pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, pelaksanaan wakaf menjadi
lebih luas lagi, yaitu untuk turut membangun solidaritas umat dan ekonomi
masyarakat.Pada dinasti Abbasiyah, pengelolaan wakaf baik secara
administrasi dan independen dilakukan oleh lembaga disebut dengan”shadr
al-wuquf”.Pada masa Ayyubiyah, terjadi lompatan besar dalam berwakaf.
Dinasti utsmani, yang menguasai sebagian besar wilayah Negara Arab,
menerapkan syariah islam dengan lebih mudah termasuk mengatur tentang

1 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia,(Ciputat: Ciputat Press, 2005), cet.I,Hal 115

6
wakaf yang mulai diberlakukan pada tanggal 19 Jumadil Akhir tahun 1280
H (1859 M). Selanjutnya tahun 1287 H (1866 M) dikeluarkan Undang-
undang yang menjelaskan tentang kedudukan dan tanah-tanah kekuasaan
Turki Utsman dan tanah produktif yang berstatus wakaf.Dari implementasi
undang-undang tersebut di Negara-negara Arab masih banyak tanh yang
berstatus wakaf dan dipraktikan sampai sekarang.

2. PENGERTIAN WAKAF
Kata wakaf berasal dari bahasa arab “waqafa” berarti menahan atau
berhenti atau diam di tempat atau tetap berdiri. Secara syariah, wakaf berarti
menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah. Perbedaan
pandangan tentang terminology wakaf adalah sebagai berikut :
Menurut Mazhab Hanafi Wakaf adalah menahan suatu benda yang
menurut hukum, tetap milik si wakif/pewakaf dan mempergunakan
manfaatnya untuk kebijakan. Mazhab Syafi’i dan Ahmad bin Hambal
berpendapat Wakaf adalah menahan harta pewakaf untuk bisa dimanfaatkan
di segala bidang kemaslahatan dengan tetap melanggengkan harta tersebut
sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.2

Perbedaan wakaf dengan infak/shadaqah dan hibah :


Wakaf Infak/shadaqah/hibah
Menyerahkan kepemilikan suatu Menyerahkan kepemilikan suatu
barang kepada orang lain barang kepada pihak lain
Hak milik atas barang Hak milik atas barang diberikan
dikembalikan kepada Allah kepada penerima shadaqah/hibah
Objek wakaf tidak boleh Objek shadaqah.hibah boleh
diberikan atau dijual kepada diberikan atau dijual kepada pihak
pihak lain lain
Manfaat barang biasanya Manfaat barang dinikmati oleh
dinikmati untuk kepentingan penerima shadaqah/hibah
social

2 Hendi Suhendi, fiqh muamalh, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2010,Hal 97

7
Objek wakaf biasanya kekal Objek shadaqah/hibah tidak harus
zatnya kekal zatnya
Pengelolaan objek wakaf Pengelolaan obejek shadaqah/hibah
diserhakan kepada administratur diserahkan kepada si penerima
yang disebut nadzir/mutawali

3. DASAR HUKUM WAKAF


a. Al-Qur’an
1) Q.S. al-Baqarah (2): 267
‫ض ۗ َو َْل تَيَ َّم ُموا‬ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما ٰٓ ا َ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِمنَ ْاْلَ ْر‬
َ ‫ت َما َك‬ ِ ‫ٰ ٰٓياَيُّهَا ا َّل ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٰٓوا ا َ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن َطيِ ٰب‬
‫غنِ ٌّي ح َِميْد‬ ‫ست ُ ْم بِ ٰا ِخ ِذ ْي ِه ا َّ ِْٰٓل ا َ ْن ت ُ ْغ ِمض ُْوا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٰٓوا ا َنَّ ه‬
َ َ‫ّٰللا‬ ْ َ‫ث ِم ْنهُ ت ُ ْن ِفقُ ْونَ َول‬ َ ‫ا ْل َخبِ ْي‬
“Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari
apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (Q.S. al-Baqarah
(2): 267)
2) Q.S. Ali Imran (3): 92
‫ع ِليْم‬ ‫لَ ْن تَنَالُوا ا ْلبِ َّر َحتهى ت ُ ْن ِفقُ ْوا ِم َّما ت ُِحبُّ ْونَ َۗو َما ت ُ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن ش َْيءٍ فَاِنَّ ه‬
َ ‫ّٰللاَ بِ ٖه‬
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna)
sebelum kamu menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai.”
(Q.S. Ali Imran (3): 92)
3) Q.S. al-Baqarah (2): 261
‫س ْۢ ْنبُلَ ٍة‬
ُ ‫سنَابِ َل فِ ْي ك ُِل‬ َ ْ‫ّٰللاِ َك َمث َ ِل َحبَّ ٍة ا َ ْۢ ْنبَتَت‬
َ ‫س ْب َع‬ ‫سبِ ْي ِل ه‬َ ‫َمث َ ُل الَّ ِذ ْينَ يُ ْن ِفقُ ْونَ ا َ ْم َوالَ ُه ْم فِ ْي‬
‫ع ِليْم‬َ ‫سع‬ ‫ف ِل َم ْن يَّش َۤا ُء َۗو ه‬
ِ ‫ّٰللاُ َوا‬ ُ ‫ض ِع‬ ‫ِمائ َةُ َحبَّ ٍة ۗ َو ه‬
ٰ ُ‫ّٰللاُ ي‬
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang Dia
kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah (2): 261)
b.Hadis
1) Hadis tentang hal ini secara lengkap adalah; “Umar memperoleh
tanah di Khaibar, lalu dia bertanya kepada Nabi dengan berkata;

8
Wahai Rasulullah, saya telah memperoleh tanah di Khaibar yang
nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh yang lebih tinggi
nilainya dari padanya. Apa yang baginda perintahkan kepada saya
untuk melakukannya? Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan
sumbernya dan sedekahkan manfaat atau faedahnya.” Lalu Umar
menyedekahkannya, ia tidak boleh dijual, diberikan, atau dijadikan
wariskan. Umar menyedekahkan kepada fakir miskin, untuk keluarga,
untuk memerdekakan budak, untuk orang yang berperang di jalan
Allah, orang musafir dan para tamu. Bagaimanapun ia boleh
digunakan dengan cara yang sesuai oleh pihak yang mengurusnya,
seperti memakan atau memberi makan kawan tanpa menjadikannya
sebagai sumber pendapatan.”

2) Hadis lain yang menjelaskan wakaf adalah hadis yang diceritakan


oleh imam Muslim dari Abu Hurairah. Nas hadis tersebut adalah;
“Apabila seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah
amal perbuatannya kecuali dari tiga sumber, yaitu sedekah jariah
(wakaf), ilmu pengetahuan yang bisa diambil manfaatnya, dan anak
soleh yang mendoakannya.”

4. JENIS-JENIS WAKAF
Berikut merupakan beberapa jenis wakaf :3
a. Wakaf Ahli (Wakaf Dzuri). Wakaf jenis ini kadang juga disebut
wakaf ‘alal audad, yaitu wakaf yang diperuntukan baagi kepentingan
dan jaminan sosial dalam lingkungan keluarga, dan lingkungan
kerabat sendiri. Wakaf ahli ini adalah suatu hal yang baik karena
pewakaf akan mendapat dua kebaikan, yaitu kebaikan dari amal
ibadah wakafnya, juga dai silaturahmi terhadap keluarga. Akan tetapi,
wakaf ahli ini sering menimbulkan masalah, akibat terbatasnya pihak-
pihak yang dapat mengambil manfaat darinya.

3 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2005),
Cetakan 3, Hal 120

9
b. Wakaf Khairi (Kebajikan) adalah wakaf yang secara tegas untuk
kepentingan agama atau kemasyarakatan. Seperti wakaf yang
diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan,
rumah sakit, pantti asuhan anak yatim dan lain sebagainya. Wakaf
jenis ini jauh lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan jenis
wakaf ahli, karena tidak terbatasnya pihak-pihak yang dapat
mengambil manfaat darinya. Dan jenis wakaf inilah yang
sesungguhnya paling sesuai denga tuuan wakaf itu sendiri secara
umum.

5. RUKUN DAN SYARAT WAKAF


a. Rukun Wakaf :
1) Pelaku terdiri atas orang yang menakafkan harta (wakil/pewakaf).
2) Barang atau harta yang diwakafkan (mauquf bih)
3) Peruntukan wakaf (mauquf’alaih)
4) Shighat (pernyataan atau ikrar sebagai suatu kehendak untuk
mewakafkan sebagian harta bendanya termasuk penetapan jangka
waktu dan peruntukan)
b. Syarat Ketentuan Pewakaf
Kriteria pewakaf:
1) Merdeka
2) Berakal sehat
3) Dewasa (baligh)
4) Tidak berada di bawah pengampuan
c. Ketentuan Mauquf Bih (Harta yang Diwakafkan)
Syarat sahnya harta wakaf, adalah :
1) Harta yang diwakafkan harus merupakan harta yang bernilai (mal
mutaqowwam).
2) Harta yang akan diwakafkan harus jelas sehingga tidak akan
menimbulkan persengketaan.
3) Milik pewakaf secara penuh.
4) Harta tersebut bukan milik bersama (musya’) dan terpisah

10
5) Syarat-syarat yang ditetapkan pewakaf terkait harta wakaf. Syarat
yang ditetapkan pewakaf dapat diterima asalkan tidak melanggar
prinsip dan hukum syariah/wakaf ataupun menghambat
pemanfaatan barang yang diwakafkan.

B. AKUNTANSI KEUANGAN WAKAF


1. LAPORAN KEUANGAN NAZHIR
a. Perlakuan Akuntansi Nazhir4
Perlakuan akuntansi untuk nazhir yang tidak diatur secara spesifik
dalam PSAK 112:
Akuntansi Wakaf mengacu pada PSAK lain dan ISAK yang
relevan. Laporan keuangan nazhir yang lengkap meliputi.
b. Komponen Laporan Keuangan Meliputi :
1) Laporan posisi keuangan;
2) Laporan rincian aset wakaf;
3) Laporan aktivitas;
4) Laporan arus kas;
5) Catatan atas laporan keuangan.
c. Laporan Posisi Keuangan
1) Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan tidak lancar, dan
liabilitas diklasifikasikan menjadi liabilitas jangka pendek dan
jangka panjang.
2) Khusus untuk nazhir yang merupakan entitas keuangan, aset
dan liabilitas tidak diklasifikasikan.

4 http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_berita/DE%20PSAK%20112%20(1).pdf

11
d. Laporan Rincian Aset Wakaf
Nazhir menyajikan laporan perubahan aset wakaf yang mencakup unsur berikut:
1) Aset wakaf yang diterima dari wakif.
2) Aset wakaf yang berasal dari hasil pengelolaan dan pengembangan

12
e. Nazhir menyajikan laporan aktivitas yang mencakup unsur berikut:
1) Penerimaan wakaf permanen dan temporer;
2) Dampak pengukuran ulang aset wakaf;
3) Hasil pengelolaan dan pengembangan wakaf;
4) Penyaluran wakaf.

13
14
15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah
SWT atau dapat dikatakan juga perbuatan hukum wakif untuk memisahkan
dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.Masih cukup
banyak harta benda wakaf, terutama yang berupa tanah, yang belum dikelola
secara baik dan maksimal.Untuk itu perlu dirumuskan strategi pengelolaan dan
menerapkannya dalam rangka pengembangan wakaf secara berkesinambungan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mencapai tujuan wakaf secara umum yaitu untuk
kemaslahatan manusia, dengan mendekatkan diri kepada Allah, serta
memperoleh pahala dari pemanfaatan harta yang diwakafkan yang akan terus
mengalir walaupun pewakaf sudah meninggal dunia serta fungsi sosial yang
dimiliki dari wakaf, karena sasaran wakaf bukan sekedar untuk fakir miskin
tetapi juga untuk kepentingan publik dan masyarakat luas. Sehingga wakaf
menjadi salah satu alternatif pemberdayaan kesejahteraan umat secara
keseluruhan. Hal ini juga tidak lepas dari peranan nadzir sebagai pihak yang
mengelola wakaf untuk menciptakan wakaf yang mempunyai potensi sebagai
sarana untuk meningkatkan perekonomian masyarakat muslim secara optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim.Hukum Perwakafan di Indonesia.(Ciputat: Ciputat Press, 2005). cet.I

Hendi Suhendi. fiqh muamalh.PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2010

Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. (Yogyakarta: Ekonosia,


2005).Cetakan

http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_berita/DE%20PSAK%20112%20(1).pdf

17

Anda mungkin juga menyukai