Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peradaban manusia saat ini telah masuk kedalam era globalisai, dimana

mobilitas kehidupan manusia sangat tinggi. Hal tersebut berjalan lurus sebanding

dengan kemajuan dalam industri transportasi. Dan moda transportasi sangat

bergantung terhadap ketersediaan bahan bakar. Bahan bakar minyak merupakan

sumber bahan bakar terbesar yang digunakan dalam kehidupan rakyat Indonesia

sehari-hari.

Cadangan terbukti minyak Indonesia (cadangan terbukti terdiri dari

cadangan yang sudah dikembangkan dengan cadangan yang belum

dikembangkan) adalah sebesar 3,59 miliar barel diprediksi akan habis dalam 11

tahun kedepan. Karena tingginya tingkat konsumsi bahan bakar yang dipengaruhi

oleh geliat pertumbuhan industri otomotif.

Proyeksi ini dihitung dengan menggunakan asumsi tingkat produksi

sebesar 900 ribu barel per hari (Asumsi RAPBN 2013) dan tidak ditemukan

cadangan baru. Data cadangan minyak Indonesia sebesar 3,59 miliar barel ini

berasal dari data resmi Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK

Migas). Pada APBN-P 2014, program pengendalian subsidi telah ditetapkan

sebesar Rp 403 triliun, terdiri dari subsidi energi Rp 350,3 triliun yaitu subsidi

BBM Rp 246,5 triliun dan subsidi listrik Rp 103,8 triliun, serta subsidi non energi

Rp 52,7 triliun.

1
Selain itu, kuota APBN untuk bahan bakar minyak subsidi yang setiap

tahunnya mengalami defisit mengakibatkan pemerintah perlu mencari cara efektif

dalam penghematan dana APBN serta penggunaan bahan bakar minyak

khususnya jenis subsidi. Dikarenakan jenisnya yang non-renewable, fossil fuel,

pemerintah sebaiknya mengarahkan konsumsi energi dalam bentuk bahan bakar

gas cair untuk kendaraan atau LGV (Liquefied Gas for Vehicle), khususnya bagi

kendaraan baik umum maupun pribadi.

Pengertian menurut Kementrian ESDM, LGV (Liquefied Gas for Vehicle)

merupakan bahan bakar gas yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor yang

menggunakan spark ignition engine terdiri dari campuran propane (C3) dan

butane (C4). Singkatnya, LGV merupakan LPG untuk kendaraan bermotor.

Pada mulanya konversi BBM ke gas diluncurkan pertama kali pada 1986

(Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2014). Namun banyak faktor yang

mempengaruhi gagalnya kebijakan tersebut, serta diikuti menurunnya jumlah

SPBG ataupun SPBU yang menyediakan LGV. Kemudian ditahun 2003 pasar

LGV yang lesu di Indonesia kembali benar-benar berkembang tahun 2008.

Indonesia menempati posisi urutan Negara ke-41 dalam pemanfaatan LGV dari

sisi produksi gas serta kendaraan yang menggunakan LGV (BP Statistical Review,

2009).

Sesuai dengan PP No.27/1999 dan Keputusan Menteri Kelestarian

Lingkungan Hidup No.15 Tahun 1996 tentang Program Langit Biru (Blue Sky

Program). Isi dari program pemerintah tersebut salah satunya adalah Program

2
Langit Biru yang didalamnya menjelaskan kebijakan diversifikasi energi dengan

menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Faktor penting diversifikasi bahan bakar minyak ke gas adalah untuk

mengurangi polusi akibat emisi fossil fuel, khususnya di kota-kota besar di

Indonesia, kemudian manfaat nilai ekonomis yang akan didapat masyarakat

disamping penghematan cadangan minyak bumi serta dana APBN. Selain itu

Indonesia juga memiliki, PT. PERTAMINA, sebagai perusahaan BUMN yang

dipercaya untuk mengolah dan mendistribusikan bahan bakar minyak dan gas.

Dengan adanya peran serta dukungan pemerintah melalui kebijakan dalam

Keputusan Menteri Kelestarian Lingkungan Hidup No. 141 Tahun 2003 tentang

pemberlakuan batas emisi gas buang kendaraan bermotor, serta In-Pres Republik

Indonesia No.10 Tahun 2005 tentang penghematan energi yang

diimplementasikan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

No. 0031 Tahun 2005 tentang tata cara pelaksanaan penghematan energi terutama

pasal 5 ayat 2 yaitu memacu pemakaian bahan bakar gas pada kendaraan umum,

diharapkan dapat bersinergi dengan strategi dari manajemen PT. PERTAMINA

(Persero) Unit Bisnis LPG Industri Domestic Gas Region III dalam memasarkan

produk Vi-Gas.

Selain itu, seiring perkembangan kondisi perekonomian Indonesia, bahan

bakar minyak juga menjadi salah satu komoditas penting. Dalam kaitannya,

pemerintah memberlakukan liberalisasi hingga menyentuh sektor hilir migas

untuk mendapatkan keuntungan dari investasi asing yang terdapat dalam Undang-

undang Migas nomor 22 Pasal 5 tahun 2001 (BPKP). Dengan demikian

3
liberalisasi tersebut dapat mempengaruhi kondisi pasar distribusi bahan bakar

minyak yang juga diramaikan oleh perusahaan bahan bakar minyak swasta asing.

Kondisi pasar yang semula hanya dimonopoli oleh PT. PERTAMINA kini telah

berubah menjadi bentuk oligopoli.

Pasar oligopoli merupakan suatu kondisi dimana hanya ada beberapa

perusahaan besar dalam sebuah industri yang menawarkan produk yang sama

ataupun yang terdiferensiasi (Baye, Michael R, 2010). Dalam industri minyak dan

gas bumi seperti diketahui sangat membutuhkan modal yang sangat besar,

sehingga akan sangat sulit bagi perusahaan baru untuk dapat masuk kedalam

persaingan pasar tersebut.

Untuk membantu tugas pemerintah dalam menjaga ketersediaan dan

kelancaran penyaluran bahan bakar minyak, PT. PERTAMINA menyediakan

alternatif bahan bakar jenis LGV (Liquefied Gas for Vehicle). Dari hal tersebut,

penulis berkesimpulan bahwa PT. PERTAMINA (Persero) sebagai korporat telah

melakukan Strategic Innovation, melalui lompatan strategi Value Innovation serta

Value Creation dari diferensiasi tersebut.

Sebagai salah satu perusahaan yang menyediakan bahan bakar LGV

(Liquefied Gas for Vehicle), Produk Vi-Gas dan ENVOGAS dari PT.

PERTAMINA (Persero), hanya memiliki Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai

pesaing dalam kompetisi bisnis tersebut. Dengan memaksimalkan resources, core

competencies dan competitive advantage yang dimiliki serta statusnya sebagai

BUMN, maka hal ini merupakan sebuah keuntungan yang dapat dimanfaatkan.

4
Untuk menjadi pelopor dan pemimpin bisnis, bahkan sesuai dengan tujuan

perusahaan yaitu untuk menjadi salah satu perusahaan energi kelas dunia, PT.

PERTAMINA (Persero) Unit Bisnis LPG Industri Domestic Gas Region III perlu

melakukan sinergi serta integrasi manajemennya dan mengaplikasikannya

kedalam pengambilan keputusan-keputusan strategis pada produk Vi-Gas.

Melalui Strategic Innovation memungkinkan perusahaan untuk beroperasi

secara optimal, efektif dan efisien. Dengan demikian perusahaan dapat memiliki

revenue yang maksimal melalui competitive advantage of differentiation serta

memungkinkan untuk melakukan cost leadership melalui optimalisasi resources,

kompetensi serta aset yang telah dimiliki.

1.2 Rumusan Masalah

Unit Bisnis LPG Industri Domestic Gas Region III merupakan salah satu

fungsi dari PT. PERTAMINA (Persero) yang secara khusus mengelola produk gas

diantaranya gas LPG Bottled and Bulk (3Kg, 12Kg, 50Kg, Bright Gas LPG Bulk

Industry), Liquefied Gas for Vehicle (Vigas, Envogas), Hydrocarbon Aerosol

Propellant (HAP), Hydrocarbon Refrigerant (Musicool).

Ketersediaan cadangan minyak bumi Indonesia yang semakin menipis

sebesar 3,59 miliar barel diprediksi akan habis dalam 11 tahun kedepan

berdasarkan data dari SKK Migas dengan asumsi tingkat produksi 900 ribu barel

per hari. Oleh karena itu, perusahaan perlu mencari strategi agar minyak bumi

masih dapat dinikmati oleh generasi berikutnya serta solusi melalui energi

alternatif dan terbarukan.

5
Selain itu permasalahan lainnya adalah dampak dari emisi karbon yang

berpengaruh pada kelestarian lingkungan. Hal tersebut mengakibatkan polusi

udara sebagai hasil dari gas pembuangan kendaraan bermotor yang menggunakan

bahan bakar minyak.

PT. PERTAMINA (Persero) Unit Bisnis LPG Industri Gas Domestik

Region III memasarkan produk Vigas saat ini fokus kepada konsep B2B dengan

menjual nilai efisiensi bagi konsumen. Konsep direct selling (B2C) masih

dilakukan perusahaan hanya saja peningkatan penjualannya kurang signifikan.

Sehingga perusahaan perlu mengkaji strategi apa yang tepat serta konsep apa yang

efiktif untuk mendorong penjualan Vigas.

Kondisi turunnya harga minyak dunia juga merupakan salah satu faktor

dalam penjualan Vigas yang sebenarnya sedang digencarkan pemerintah melalui

Konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas. Dengan demikian, perusahaan

perlu mencari formula dan pembenahan strategi untuk mencapai tujuan serta

menghadapi dinamika pasar minyak global dan dalam negeri.

Rumusan masalah tersebut muncul dikarenakan lingkungan bisnis

memiliki pengaruh dan dampak baik langsung ataupun tidak langsung bagi

perusahaan dalam membuat keputusan-keputusan strategis. Oleh karena itu,

lingkungan internal maupun lingkungan eksternal perusahaan perlu diidentifikasi

untuk mengetahui sejauhmana efektifitas serta potensi proses inovasi berpengaruh

terhadap produk Vi-Gas Unit Bisnis LPG Industri PT. PERTAMINA (Persero)

Domestic Gas Region III.

6
Penulis beranggapan bahwa strategi dari manajemen PT. PERTAMINA

melalui produk Vi-Gas telah melakukan sebuah proses Strategic Innovation dalam

kegiatan bisnisnya.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana produk Vi-Gas PT. PERTAMINA mampu menjadi solusi yang

efektif bagi kebijakan penghematan cadangan minyak bumi Indonesia melalui

proses Strategi Inovasi yang dilakukan?

2. Strategi dan kebijakan apa saja yang dapat mendukung PT. PERTAMINA

dalam proses Strategi Inovasi, perkembangan bisnis serta sustainability pada

produk Vi-Gas?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan proposal ini adalah seperti di

bawah ini:

1. Menganalisa sejauhmana produk Vi-Gas mampu menjadi solusi yang efektif

bagi kebijakan penghematan cadangan minyak bumi Indonesia melalui proses

Strategi Inovasi yang dilakukan.

7
2. Mengidentifikasi Strategi dan kebijakan apa saja yang dapat mendukung

perusahaan dalam proses Strategi Inovasi, perkembangan bisnis serta

sustainability pada produk LGV.

1.5 Batasan Penelitian

Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada konsep proses inovasi

bukan dari aspek persaingan bisnis bahan bakar minyak (BBM), namun lebih

cenderung pada Strategi Inovasi dari produk Vi-Gas pada PT. PERTAMINA

(Persero) Unit Bisnis LPG Industri Domestic Gas Region III yang meliputi

wilayah DKI Jakarta, Jawa Bagian Barat. Ruang lingkup kajian hanya terbatas

pada faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Dan dikarenakan

sifatnya yang rahasia, penulis tidak dapat menyajikan data internal biaya produksi

BBM PT. PERTAMINA (Persero) sebagai pembanding.

1.6 Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil maupun saran pada penelitian ini, dapat menjadi

bahan acuan atau masukan bagi pengambilan keputusan manajemen PT.

PERTAMINA (Persero) Unit Bisnis LPG Industri Gas Domestik Region III dalam

perumusan dan pelaksanaan konsep proses Strategi Inovasi untuk menghadapi

kompetisi bisnis, mengedukasi jenis energi alternatif bagi masyarakat dalam

konsumsi bahan bakar kendaraan serta membantu pemerintah dalam melakukan

penghematan cadangan bahan bakar minyak.

8
Selain itu, hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi

baik bagi penulis maupun masyarakat umum dalam menambah pengetahuan,

wawasan, informasi dan memberikan gambaran mengenai bisnis minyak bumi

dan gas di Indonesia.

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep-konsep teori yang relevan

terhadap analisis pembahasan mengenai strategi operasi.

BAB III METODA PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM

PERUSAHAAN

Pada bab ini akan dibahas tentang metoda penelitian seperti sumber data,

metoda pengumpulan data, kerangka penelitian, analisis data, metoda analisis

data. Dan juga pembahasan mengenai gambaran umum PT. Pertamina (Persero)

Unit Bisnis LPG Industri Domestic Gas Region III yang merupakan perusahaan

yang dijadikan sebagai obyek penelitian.

9
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengambilan data, bagaimana

data tersebut diolah, dan pembahsan lainnya yang terkait dengan proses

penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian

beserta saran-saran untuk perusahaan PT. Pertamina (Persero) Unit Bisnis LPG

Industri Gas Domestik Region III dan pembaca.

10

Anda mungkin juga menyukai