Anda di halaman 1dari 24

HIDROLIKA I IL-2101

MODUL 04
KEHILANGAN ENERGI DALAM SISTEM PERPIPAAN

Nama Praktikan : Fira Harditriyani


NIM :15717005
Kelompok / shift : 2 / Shift 02 Minggu Genap
Tanggal Praktikum : Selasa, 23 Oktober 2018
Tanggal Pengumpulan : Rabu, 21 November 2018
PJ Modul : Abraham
Asisten yang bertugas : Egi Ghifari & Riva

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan besar headloss minor dan mayor pada pipa dengan aksesoris gate
valve.
2. Menentukan besar headloss minor dan mayor pada pipa dengan aksesoris globe
valve.
3. Menentukan debit aktual aliran yang melalui sistem perpipaan.

II. PRINSIP PERCOBAAN


Pada percobaan modul ini digunakan dua jenis pipa yaitu pipa berwarna biru
tua yang disambungkan dengan globe valve dan pipa berwarna abu-abu yang
disambungkan dengan gate valve. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran beda
tinggi dari tiap-tiap pipa dan aksesorisnya dan kemudian ditentukan nilai
headlossnya.
Pertama-tama, diukur terlebih dahulu suhu air saat awal percobaan. Kedua,
ketinggian awal dari masing-masing pipa dan aksesorisnya dicatat terlebih dahulu
untuk dijadikan sebagai datum. Ketiga, hydraulic bench dinyalakan dan diatur
debitnya. Keempat, waktu diukur dengan gelas ukur 1. Perhitungan waktu
dilakukan sebanyak 3 kali. Kemudian, ketinggian dari globe valve, pipa lurus biru
tua, std. elbow, dan 90° sharp bend yang terukur pada masing-masing pipa dibaca
dan dicatat. Setelah itu, globe valve ditutup dan gate valve dibuka. Lalu, ketinggian
pada gate valve, pipa lurus abu-abu, bend 2’’, bend 4’’, bend 6’’, pelebaran, dan
penyempitan yang terukur pada pipa dibaca dan dicatat. Ketinggian diukur pada 2
titik sehingga akan dihasilkan nilai beda tinggi dari masing-masing pipa dan
aksesorisnya. Kelima, dilakukan kembali pengukuran dengan 2 variasi debit
lainnya yang berbeda dengan prosedur dan metode kerja yang sama. Keenam,
setelah semua terukur hydraulic bench dimatikan. Ketujuh, suhu akhir dari air
diukur kembali dan dicatat hasil pengukurannya.
III. TEORI DASAR
Headloss adalah kerugian atau kehilangan energi per satuan massa fluida
pada suatu aliran dalam sistem perpipaan. Sehingga satuan headloss adalah satuan
panjang yang setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk
memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu satuan panjang yang
bersesuaian. Headloss terbagi menjadi dua yaitu headloss mayor dan headloss
minor dimana headloss total merupakan penjumlahan dari kedua nilai tersebut.
1) Major Headloss (major losses)
Major losses merupakah kehilangan atau kerugian energi pada suatu aliran
fluida yang disebabkan oleh adanya friksi di sepanjang aliran fluida dengan
dinding pipa yang lurus. Sebelum menentukan nilai headloss mayor, harus
ditentukan terlebih dahulu jenis aliran yang terjadi pada fluida tersebut
dengan menggunakan Bilangan Reynolds. Dengan menggunakan Bilangan
Reynolds, maka dapat ditentukan apakah aliran fluida laminar atau turbulen.
Dalam menentukan Bilangan Reynolds, digunakan persamaan:

(1)
dengan,
Re : Bilangan Reynolds
v : Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
D : Diameter dalam dari pipa (m)
ʋ : Viskositas kinematik cairan (m2/s)
Dari nilai tersebut, maka dapat ditentukan bahwa:
 Re < 2300, aliran bersifat laminar
 2300 < Re < 4000, aliran bersifat transisi
 Re > 4000, aliran bersifat turbulen
Setelah menentukan nilai Bilangan Reynolds dan jenis aliran dari fluida yang
mengalir, maka dapat ditentukan nilai koefisien friksi (f) dari aliran tersebut
dengan menggunakan diagram Moody.

Gambar 1. Diagram Moody


Nilai dari headloss mayor ini ditentukan dengan menggunakan persamaan
Darcy-Weisbach:
𝐿 𝑣2 (2)
= 𝑓
ℎ𝐿 𝐷 2𝑔

dengan,

hL : Headloss mayor (m)


f : Koefisien gesekan (friksi)
L : Panjang pipa (m)
D : Diameter dalam pipa (m)
v : Kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)

2) Minor Headloss (minor losses)


Minor losses merupakan kehilangan atau kerugian energi dari suatu aliran
fluida yang disebabkan oleh aksesoris-aksesoris, fitting, dan valve yang ada
di sepanjang pipa. Perhitungan headloss minor ini dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut.
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘 (3)
2𝑔

Dengan,

hL : Headloss minor (m)


k : koefisien untuk headloss minor
v : Kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
Besar kehilangan atau kerugian energi yang disebabkan oleh aksesoris,
fitting, atau valve dari pipa ini lebih kecil dibandingkan kehilangan energi
yang disebabkan oleh gesekan dengan dinding pipa lurus.
a. Kehilangan energi akibat valve
Kehilangan tekanan yang terjadi pada sistem perpipaan atau
saluran akan menghasilkan dampak yang sama, baik oleh bagian lurus
dari pipa ditambah dengan jumlah kesetaraan panjang pipa utama dari
kehilangan tekanan yang disebabkan oleh komponen sistem perpipaan
seperti klep, sambungan T, belokan dengan berbagai besaran sudut,
pembesaran dan pengecilan pipa, pintu masuk kedalam dan keluar dari
tangki. Salah satu contoh dari valve adalah globe valve dan gate valve.
b. Kehilangan energi akibat belokan
Belokan pada pipa menghasilkan kerugian head yang lebih besar
dari pada jika lurus. Kerugian-kerugian tersebut disebabkan daerah-
daerah aliran yang terpisah didekat sisi dalam belokan (khususnya jika
belokan tajam) dan aliran sekunder yang berpusar karena ketidak
seimbangan gaya-gaya sentripetal akibat kelengkungan sumbu pipa.
Ada dua macam belokan pipa, yaitu belokan lengkung atau belokan
patah (mitter atau multipiece bend).
Kelokan atau lengkungan dalam pipa, senantiasa mengimbaskan
atau menginduksikan rerugi yang lebih besar dari pada rerugi gesekan
Moody karena pemisahan aliran pada dinding dan aliran sekunder yang
berpusar yang timbul dari percepatan memusat. Kehilangan energi
akibat tikungan diakibatkan meningkatnya tekanan pada bagian luar
pipa dan menurun pada bagian dalam pipa. Untuk mengembalikan
tekanan dan kecepatan pada bagian dalam pipa, menyebabkan
terjadinya pemisahan aliran.
c. Kehilangan energi akibat pelebaran
Pelebaran (Expansion) dalam suatu perpipaan dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pembesaran mendadak atau terjadi secara
tiba-tiba yang seringkali disebut dengan sudden expansion, ataupun
pembesaran / gradual expansion.

Sudden expansion Gradual expansion

d. Kehilangan energi akibat penyempitan


Penyempitan (Contraction) sama halnya dengan ekspansion,
contraction juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sudden
contraction (pengecilan secara tiba-tiba), dan gradual contraction
(pengecilan secara bertahap).

Gradual contraction Sudden contraction

IV. DATA AWAL


Suhu awal = 28.5°C
Suhu akhir = 28.5°C
Volume gelas ukur = 1000mL = 0.001m3
Diameter pipa:
 Pipa abu-abu = 26.4 mm = 0.0264m
 Pipa abu-abu = 13.7 mm = 0.0137m

Jarak antar tapping:

1-2 (standard elbow) = 98 cm

3-4 (pipa lurus biru tua) = 93 cm 5-

6 (90° sharp bend) = 88 cm

7-8 (pelebaran) = 18.5 cm

8-9 (pipa lurus abu-abu) = 85 cm

9-10 (penyempitan) = 18 cm

11-12 (bend 4’’) = 88 cm

12-13 (bend 6’’) = 99 cm

14-15 (bend 2’’) = 81 cm


Didapatkan nilai beda tinggi kolom fluida pada tiap-tiap variasi debit yang
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Data Pengukuran Pipa Biru Tua


Waktu (detik) ∆H Kolom (m)
Variasi
t1 t2 t3 gate valve Std. elbow pipa lurus 90° sharp bend
1 45.49 47.62 48.4 0.002 0.03 0 0.006
2 21.88 20.99 22.14 0.003 0.005 0 0.009
3 9.49 9.4 9.81 0.005 0.004 0 0.008

Tabel 2. Data Pengukuran Pipa Abu


Waktu (detik) ∆H kolom (m)
Variasi pipa
t1 t2 t3 globe valve bend 2' bend 4" bend 6" pelebaran penyempitan
lurus
1 45.49 47.62 48.4 0.004 0.002 0.002 0.023 0.004 0.0045 0.0005
2 21.88 20.99 22.14 0.003 0.004 0.056 0.003 0.006 0.007 0.001
3 9.49 9.4 9.81 0.011 0.036 0.003 0.003 0.021 0.022 0.001

I. PENGOLAHAN DATA
A. Menghitung Debit Aktual
Dengan menggunakan data waktu yang telah diperoleh, maka dapat dihitung
waktu rata-ratanya pada masing-masing variasi debit yang hasilnya terdapat
pada tabel 1 dan tabel 2. Diketahui pula bahwa volume dari gelas ukur adalah
0.001 m3. Setelah diketahui waktu rata-rata dari masing-masing variasi debit
dan volume fluidanya yang sama dengan volume gelas ukur, maka dapat
dihitung debit aktual (Qaktual) dari tiap-tiap variasi dengan menggunakan
persamaan:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
(4)

B. Menghitung Kecepatan Aliran Fluida


Ketika sudah diketahui nilai debit aktual dari masing-masing variasi untuk
kedua jenis pipa, maka dapat dihitung kecepatan aliran fluida dengan
menentukan terlebih dahulu luas penampang dari pipa dengan variabel
diameter dari masing-masing pipa yang telah diketahui. Dengan demikian,
untuk menghitung kecepatan aliran fluida dari masing-masing variasi untuk
tiap-tiap jenis pipa menggunakan persamaan:

𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑣= (5)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 (𝐴)

𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑣=
1⁄ 𝜋 𝑑2
4
C. Menghitung headloss mayor (hL)
Perhitungan headloss mayor dilakukan untuk tiap-tiap pipa yaitu pipa biru
tua dan pipa abu-abu. Dalam menghitung headloss mayor pada masing-masing
pipa ini, dapat menggunakan nilai dari perhitungan perbedaan tinggi fluida
pada masing-masing pipa tersebut. Yaitu dengan menggunakan persamaan:
ℎ𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 = ∆ℎ 𝑝𝑖𝑝𝑎 (6)
D. Menghitung headloss minor pada pipa biru tua
Besarnya headloss minor dari masing-masing aksesoris tersebut dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut.
a. Menghitung headloss minor pada globe valve
𝐻𝐿 𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 = 12.6 𝑥 ∆𝐻 𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒
b. Menghitung headloss minor pada standard elbow
𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑠𝑡𝑑. 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤
𝐻𝐿 = ∆𝐻 𝑠𝑡𝑑. 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤 − ( ) 𝑥 ∆𝐻 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎
𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎

Dari data diketahui bahwa pipa standard elbow memiliki jarak antar
tapping sebesar 98 cm atau 0.98 m. Kemudian diketahui pula panjang pipa
lurus biru tua yaitu 93 cm atau 0.93 m. Besar nilai ∆H dari pipa lurus biru
tua dan standard elbow berbeda-beda untuk tiap-tiap variasi. Sehingga,
persamaan tersebut menjadi
0.98 𝑚
𝐻𝐿 = ∆𝐻 𝑠𝑡𝑑. 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤 − ( ) 𝑥 ∆𝐻 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎
0.93 𝑚

c. Menghitung headloss minor pada 90° sharp bend


𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 90° 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑝 𝑏𝑒𝑛𝑑
𝐻𝐿 = ∆𝐻 90° 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑝 𝑏𝑒𝑛𝑑 − ( ) 𝑥 ∆𝐻 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎
𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa pipa 90° sharp bend
memiliki jarak antar tapping sebesar 88 cm atau sebesar 0.88 m dan untuk
pipa lurus biru tua adalah 93 cm atau 0.93 m. Sedangkan, nilai ∆H 90°
sharp bend dan pipa lurus biru tua berbeda-beda untuk tiap-tiap variasinya
berdasarkan hasil pengukuran pada percobaan sehingga persamaannya
menjadi
0.88 𝑚
𝐻𝐿 = ∆𝐻 90° 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑝 𝑏𝑒𝑛𝑑 − ( ) 𝑥 ∆𝐻 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎
0.93 𝑚

E. Menghitung headloss minor pada pipa abu-abu


Besarnya headloss minor dari masing-masing aksesoris tersebut dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut.
a. Menghitung headloss minor pada gate valve
𝐻𝐿 𝑔𝑎𝑡𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 = 12.6 𝑥 ∆𝐻 𝑔𝑎𝑡𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒
Dengan persamaan tersebut, didapatkan nilai headloss minor dari gate
valve dari masing-masing variasi debitnya dengan menggunakan data beda
tinggi

Dalam menghitung besar headloss minor dari masing-masing aksesoris pada


pipa abu dapat menggunakan persamaan berikut.
𝐿 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠
𝐻 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 = ∆𝐻 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 − ( ) 𝑥 ∆𝐻 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑎𝑏𝑢 (7)
𝐿 𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑎𝑏𝑢

b. Menghitung headloss minor pada bend 2’’


Dengan menggunakan data yang telah diperoleh dan dengan
menggunakan persamaan (7)

c. Menghitung headloss minor pada bend 4’’

Dengan menggunakan data yang telah diperoleh dan dengan


menggunakan persamaan (7)
d. Menghitung headloss minor pada bend 6’’
Dengan menggunakan data yang telah diperoleh dan dengan
menggunakan persamaan (7)

e. Menghitung headloss minor pada pelebaran pipa

Dengan menggunakan data yang telah diperoleh dan dengan


menggunakan persamaan (7)

f. Menghitung headloss minor pada penyempitan pipa

Dengan menggunakan data yang telah diperoleh dan dengan


menggunakan persamaan (7)

F. Menghitung slope dari masing-masing pipa lurus


Dalam menghitung slope, digunakan persamaan rumus:
𝐻𝐿
𝑆=
𝐿
II. DATA AKHIR

Tabel 3. Hasil Pengukuran pada Pipa Biru Tua


variasi t rata-rata Q act A (m2) v (m/s) v2 (m2/s2)
1 47.17 2.11999E-05 0.000147411 0.143814643 0.020682652
2 21.67 4.61467E-05 0.000147411 0.31304738 0.097998662
3 9.566666667 0.00010453 0.000147411 0.709101399 0.502824794

Tabel 4. Hasil Pengukuran Headloss dan Slope pada Pipa Biru Tua
hl mayor hl minor S^0.54
variasi
pipa lurus gate std elbow 90 sharp pipa lurus
1 0 0.0252 0.03 0.006 0
2 0 0.0378 0.005 0.009 0
3 0 0.063 0.004 0.008 0

Tabel 5 . Hasil Pengukuran Headloss dan Slope pada Pipa Abu-Abu


hl mayor hl minor s^0.54
variasi
pipa lurus 2" 4" 6" globe pelebaran penyempitan pipa lurus
1 0.0005 0.001523529 0.001482353 0.022417647 0.0504 0.00389118 0.004394118 0.018011819
2 0.001 0.003047059 0.054964706 0.001835294 0.0378 0.00578235 0.006788235 0.02618869
3 0.001 0.035047059 0.001964706 0.001835294 0.1386 0.02078235 0.021788235 0.02618869

Tabel 6. Hasil Pengukuran pada Pipa Biru Tua dan Pipa Abu
Q act A pipa BT A pipa abu v pipa BT v pipa abu (vk-vb)^/2g v^2
variasi (m3/s) (m2) (m2) /vk (m/s) /vb (m/s) pipa abu
2.11999E-
1
05 0.000147411 0.000547391 0.143814643 0.038729009 0.00056284 0.020682652
4.61467E-
2
05 0.000147411 0.000547391 0.31304738 0.084303063 0.00266687 0.097998662
3 0.00010453 0.000147411 0.000547391 0.709101399 0.190959656 0.01368353 0.502824794
VI. ANALISA
Percobaan yang dilakukan adalah pertama, diukur terlebih dahulu suhu air
saat awal percobaan. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan massa jenis air.
Kedua, ketinggian awal dari masing-masing pipa dan aksesorisnya dicatat terlebih
dahulu untuk dijadikan sebagai datum. Ketiga, hydraulic bench dinyalakan dan
diatur debitnya dan pastikan globe valve dan gate valve dalam keadaan tertutup
rapat. Keempat, waktu diukur dengan ketentuan perhitungan waktu dimulai saat
pertama kali air dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai memenuhi 1 L kemudian
waktu diberhentikan. Perhitungan waktu dilakukan sebanyak 3 kali. pada waktu
yang bersamaan, globe valve dibuka. Hal tersebut harus dilakukan agar aliran air
yang mengalir pada pipa biru tua maksimal tanpa ada yang mengalir ke pipa abu-
abu sehingga pengukuran beda tinggi akan lebih tepat. Kemudian, ketinggian dari
globe valve, pipa lurus biru tua, std. elbow, dan 90° sharp bend yang terukur pada
masing-masing pipa dibaca dan dicatat. Setelah itu, globe valve ditutup dan gate
valve dibuka. Lalu, ketinggian pada gate valve, pipa lurus abu-abu, bend 2’’, bend
4’’, bend 6’’, pelebaran, dan penyempitan yang terukur pada pipa dibaca dan
dicatat. Ketinggian diukur pada 2 titik sehingga akan dihasilkan nilai beda tinggi
dari masing-masing pipa dan aksesorisnya. Kelima, dilakukan kembali
pengukuran dengan 2 variasi debit lainnya yang berbeda dengan prosedur dan
metode kerja yang sama. Keenam, setelah semua terukur hydraulic bench
dimatikan. Ketujuh, suhu akhir dari air diukur kembali dan dicatat hasil
pengukurannya. Data-data yang telah didapatkan selama percobaan kemudian
diolah dan dihitung. Setelah diolah kemudian data diplotkan pada grafik dengan
hasil sebagai berikut.

Headloss pada Gate Valve terhadap Debit Aktual


0.00012
y = 0.0022x - 4E-05
0.0001 R² = 0.9986

0.00008
Axis Title

0.00006 hl gate thd Qact

0.00004 Linear (hl gate thd


Qact)
0.00002

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08
Axis Title
Grafik 1. Hubungan Headloss pada Gate Valve terhadap Debit Aktual Grafik
diatas merupakakan grafik hubungan antara headloss pada gate valve dengan nilai
debit aktual. Dari grafik tersebut didapatkan persamaan y = 0.0022x-4x10-5 dengan
nilai R2 = 0.9986. Hasil dari nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya
korelasi yang kuat antara kedua variable tersebut. Namun, jika dilihat dari rumus
Hazen-Williams, nilai debit aktual dan headloss memiliki hubungan yang
berbanding lurus (𝑄 = 0,2785 𝐶𝐷2,63𝑆0,54), sehingga seharusnya hasil kedua
variabel ini saling memengaruhi. Perbdaan hasil pada saat percobaan tersebut
dapat saja terjadi akibat beberapa kesalahan selama percobaan.

headloss pada globe valve terhadap debit aktual


0.00012
y = 0.0007x + 3E-06
0.0001 R² = 0.8404

0.00008
Axis Title

0.00006
hl globe thd
0.00004 Linear (hl globe thd )

0.00002

0
0 0.05 0.1 0.15
Axis Title

Grafik 2. Hubungan headloss pada globe valve terhadap debit aktual Grafik
diatas merupakakan grafik hubungan antara headloss pada globe valve
dengan nilai debit aktual. Dari grafik tersebut didapatkan persamaan y = 0.0007x+3x10-6
dengan nilai R2 = 0.8404. Hasil dari nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa tidak
adanya korelasi yang kuat antara kedua variable tersebut. Namun, jika dilihat dari
rumus Hazen-Williams, nilai debit aktual dan headloss memiliki hubungan yang
berbanding lurus (𝑄 = 0,2785 𝐶𝐷2,63𝑆0,54), sehingga seharusnya hasil kedua
variabel ini saling memengaruhi. Perbdaan hasil pada saat percobaan tersebut
dapat saja terjadi akibat beberapa kesalahan selama percobaan.
Hubungan v2 dengan Headloss Gate Valve
0.07
0.06 y = 0.0731x + 0.0269
R² = 0.9667
0.05
Axis Title 0.04
0.03 v^ thd hl gate
0.02 Linear (v^ thd hl gate)
0.01
0
0 0.2 0.4 0.6
Axis Title

Grafik 3. Hubungan nilai v2 dengan headloss pada gate valve

Hubungan v2 dengan Headloss Globe Valve


0.15
y = 2.8227x + 0.0332
(mm)

R² = 0.9315
0.1
Title
valve
Headloss globeAxis

0.05

0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Axis Title

v^ thd globe Linear (v^ thd globe)

Grafik 4. Hubungan nilai v2 dengan headloss pada globe valve

Hubungan nilai v2 dengan headloss pada bend 2’’


0.04
0.035 y = 1.002x - 0.0018
0.03 R² = 0.988
0.025
Axis Title

0.02
0.015
0.01
0.005
0
-0.005 0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Axis Title

v^ thd hl blend 2" Linear (v^ thd hl blend 2")

Grafik 5. Hubungan nilai v2 dengan headloss pada bend 2’’


Hubungan nilai v2 dengan headloss pada bend 4’’
0.06

0.05
Axis Title 0.04

0.03

0.02

0.01 y = -0.5857x + 0.0283


R² = 0.128
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Axis Title

v^ thd hl bend 4" Linear (v^ thd hl bend 4")

Grafik 6. Hubungan nilai v2 dengan headloss pada bend 4’’

Hubungan nilai v2 dengan headloss pada bend 6’’

0.025

0.02
Axis Title

0.015

0.01

0.005 y = -0.3947x + 0.0146


R² = 0.389
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Axis Title

v^ thd hl bend 6" Linear (v^ thd hl bend 6")

Grafik 7. Hubungan nilai v2 dengan headloss pada bend 6’’

Kelima grafik diatas menunjukkan hubungan antara v2 dengan nilai headloss


pada masing-masing aksesoris yaitu gate valve, globe valve, bend 2’’, bend 4’’,
dan bend 6’’. Pada gate valve didapatkan persamaan y = 0.0731x + 0.0269
dengan nilai R² = 0.9667. Nilai R2 tersebut mendekati nilai 1 yang menandakan bahwa
kedua variabel pada persamaan tersebut memiliki korelasi yang cukup kuat. Pada globe
valve didapatkan persamaan y = 2.8227x + 0.0332 dengan nilai R² = 0.9315. Dapat dilihat
bahwa nilai R2 tersebut mendekati nilai 1 yang menandakan bahwa adanya hubungan
antara kedua variabel. Hal tersebut sesuai dengan persamaan headloss
𝑣2
untuk aksesoris yaitu 𝐻𝐿 = 𝑘 dimana nilai headloss pada tiap-tiap aksesoris
2𝑔

berbanding lurus dengan nilai v2.

Kemudian, pada bend 2’’ didapatkan persamaan y = 1.002x - 0.0018


dengan nilai R² = 0.988, pada bend 4’’ persamaannya adalah y = -0.5857x +
0.0283 dengan nilai R² = 0.128, dan pada bend 6’’ didapatkan persamaan

y = -0.3947x + 0.0146 dengan nilai R² = 0.389 dengan R² = 0.389. Dari nilai


tersebut dapat dilihat bahwa pada bend 2’’ terdapat hubungan antara kedua
variabel sedangkan pada bend 4’’ dan bend 6’’ didapatkan bahwa tidak terdapat
korelasi antara kedua variabel karena nilai R2 kurang dari 0.5. Seperti yang sudah
dibahas sebelumnya, seharusnya kedua variabel yaitu v2 dengan nilai headloss dari
tiap-tiap aksesoris memiliki hubungan yang berbanding lurus sesuai dengan
persamaan headloss untuk aksesoris. Perbedaan hasil pada bend 4’’ dan bend 6’’
dengan teori dapat saja terjadi akibat beberapa kesalahan yang terjadi selama
praktikum.

Jika diperhatikan grafik yang telah terbentuk, hasil regresi pada grafik yang
menunjukkan grafik yang naik sesuai dengan hubungan antara v2 dengan nilai
headloss yang berbanding lurus. Sehingga, semakin besar nilai v2, nilai headloss
dari masing-masing aksesoris juga semakin besar dan grafik akan naik.

Hubungan (vk-vb)2/2g dengan Headloss Pelebaran


Pipa
0.025

0.02 y = 1.3118x + 0.0028


R² = 0.9977
Axis Title

0.015

0.01

0.005

0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016
Axis Title

(vk-vb)^/2g thd hl pelebaran Linear ((vk-vb)^/2g thd hl pelebaran)

Grafik 8. Hubungan nilai (vk-vb)2/2g terhadap headloss minor pada


pelebaran pipa
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara nilai (Vk-Vb)2/2g terhadap nilai
headloss pada pelebaran pipa. Dari grafik diatas didapatkan persamaan nilai y =
1.3118x + 0.0028 dengan nilai R² = 0.9977. Dari nilai tersebut maka dapat dilihat
bahwa terdapat korelasi antara kedua variabel pada grafik. Hal tersebut sesuai dari
2
(𝑣𝑘− 𝑣𝑏)2 dimana nilai antara headloss dengan (𝑣𝑘− 𝑣𝑏)
persamaan 𝐻𝐿 = 𝑘
2𝑔 2𝑔

berbanding lurus.
Hubungan (vk-vb)2/2g dengan HeadlossPenyempitan
Pipa
0.025
y = 1.3375x + 0.0034
0.02
R² = 0.9995
Axis Title

0.015

0.01

0.005

0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016
Axis Title

(vk-vb)^/2g thd penyempitan Linear ((vk-vb)^/2g thd penyempitan)

Grafik 9. Hubungan nilai (vk-vb)2/2g terhadap headloss minor pada


penyempitan pipa

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara nilai (Vk-Vb)2/2g terhadap nilai


headloss pada penyempitan pipa. Dari grafik diatas didapatkan persamaan nilai y
= 1.3375x+0.0034 dengan nilai R² = 0.9995. Dari nilai tersebut maka dapat dilihat
bahwa terdapat korelasi antara kedua variabel pada grafik. Hal tersebut sesuai
dari
2
(𝑣𝑘− 𝑣𝑏)2 dimana nilai antara headloss dengan (𝑣𝑘− 𝑣𝑏)
persamaan 𝐻𝐿 = 𝑘
2𝑔 2𝑔

berbanding lurus.

Hasil pada grafik menunjukkan grafik yang naik. Hal tersebut sesuai dengan
2
(𝑣𝑘− 𝑣𝑏)2 dimana ketika nilai (𝑣𝑘− 𝑣𝑏)
persamaan 𝐻𝐿 = 𝑘 bertambah, nilai
2𝑔 2𝑔

headloss nya juga akan bertambah dan grafik akan naik.


Terdapat adanya perbedaan hasil yang tidak sesuai degan teori maupun
dengan literatur. Perbedaan hasil tersebut dapat terjadi akibat beberapa kesalahan.
Pertama, kesalahan saat pengukuran waktu. Pada saat praktikum, kurang tepatnya
saat memberhentikan waktu oleh praktikan dapat menyebabkan hasil yang kurang
tepat dan nilai debit yang kurang tepat pula. Kedua, kesalahan pembacaan alat.
Kesalahan pembacaan alat biasa terjadi karena beberapa hal yaitu karena kurang
telitinya praktikan saat membaca hasil ukur alat dan juga karena adanya lumut
pada pipa sehingga mengurangi ketelitian saat membaca.
Percobaan dalam modul ini memiliki aplikasi yang dapat dilakukan pada
bidang Rekayasa Infrastruktur Lingkungan pada beberapa hal. Dengan
menentukan nilai headloss mayor dan headloss minor dari suatu sistem perpipaan
salah satunya dalam sistem instalasi air minum. Pada sistem instalasi air minum
terdapat dua jenis pipa utama yang disebut sebagai pipa transmisi dan pipa
distribusi. Dengan mengetahui besarnya kehilangan energi yang terjadi di dalam
pipa akibat gesekan pada pipa lurus dan juga karena aksesorisnya, maka dapat
ditentukan rancangan sistem pipa yang tepat untuk mengetahui besar debit dan
volume air yang tepat agar jumlah air yang terdistribusi ke konsumen dalam
jumlah yang optimal.
VII. KESIMPULAN
1. Berdasarkan perhitungan dan pengolahan didapatkan nilai headloss mayor
dan headloss minor dari pipa dengan gate valve adalah sebagai berikut

Tabel 12. Hasil Pengukuran Headloss pada Pipa Abu-abu


hl mayor hl minor
variasi
pipa lurus 2" 4" 6" globe pelebaran penyempitan
1 0.0005 0.001523529 0.001482353 0.022417647 0.0504 0.00389118 0.004394118
2 0.001 0.003047059 0.054964706 0.001835294 0.0378 0.00578235 0.006788235
3 0.001 0.035047059 0.001964706 0.001835294 0.1386 0.02078235 0.021788235

2. Berdasarkan perhitungan dan pengolahan didapatkan nilai headloss mayor


dan headloss minor dari pipa dengan globe valve adalah sebagai berikut.

Tabel 13. Hasil Pengukuran Headloss pada Pipa Biru Tua


hl mayor hl minor
variasi
pipa lurus gate Std. elbow 90° sharp bend
1 0 0.0252 36.89 158.1
2 0 0.0378 86.95 204.1
3 0 0.063 77.89 211.1

3. Berdasarkan perhitungan dan pengolahan data, didapatkan nilai debit aktual


dari tiap-tiap variasi adalah sebagai berikut.

Tabel 14. Hasil Pengukuran Debit Aktual


Variasi Debit (m3/s)
Pipa biru tua Pipa abu
1 2.11999E-05 2.11999E-05
2 4.61467E-05 4.61467E-05
3 0.00010453 0.00010453
VI. DAFTAR PUSTAKA
-Finnemore, E. John. 2002. Fluid Mechanics with Engineering Applications.
McGraw Hill: North America.
-Giles, Ronald V. 1990. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Mekanika Fluida
dan Hidraulika Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga
-Munson, Bruce R, dkk. 2004. Mekanika Fluida. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai