Pipa PDF
Pipa PDF
MODUL 04
KEHILANGAN ENERGI DALAM SISTEM PERPIPAAN
(1)
dengan,
Re : Bilangan Reynolds
v : Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
D : Diameter dalam dari pipa (m)
ʋ : Viskositas kinematik cairan (m2/s)
Dari nilai tersebut, maka dapat ditentukan bahwa:
Re < 2300, aliran bersifat laminar
2300 < Re < 4000, aliran bersifat transisi
Re > 4000, aliran bersifat turbulen
Setelah menentukan nilai Bilangan Reynolds dan jenis aliran dari fluida yang
mengalir, maka dapat ditentukan nilai koefisien friksi (f) dari aliran tersebut
dengan menggunakan diagram Moody.
dengan,
Dengan,
9-10 (penyempitan) = 18 cm
I. PENGOLAHAN DATA
A. Menghitung Debit Aktual
Dengan menggunakan data waktu yang telah diperoleh, maka dapat dihitung
waktu rata-ratanya pada masing-masing variasi debit yang hasilnya terdapat
pada tabel 1 dan tabel 2. Diketahui pula bahwa volume dari gelas ukur adalah
0.001 m3. Setelah diketahui waktu rata-rata dari masing-masing variasi debit
dan volume fluidanya yang sama dengan volume gelas ukur, maka dapat
dihitung debit aktual (Qaktual) dari tiap-tiap variasi dengan menggunakan
persamaan:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
(4)
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑣= (5)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 (𝐴)
𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑣=
1⁄ 𝜋 𝑑2
4
C. Menghitung headloss mayor (hL)
Perhitungan headloss mayor dilakukan untuk tiap-tiap pipa yaitu pipa biru
tua dan pipa abu-abu. Dalam menghitung headloss mayor pada masing-masing
pipa ini, dapat menggunakan nilai dari perhitungan perbedaan tinggi fluida
pada masing-masing pipa tersebut. Yaitu dengan menggunakan persamaan:
ℎ𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 = ∆ℎ 𝑝𝑖𝑝𝑎 (6)
D. Menghitung headloss minor pada pipa biru tua
Besarnya headloss minor dari masing-masing aksesoris tersebut dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut.
a. Menghitung headloss minor pada globe valve
𝐻𝐿 𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 = 12.6 𝑥 ∆𝐻 𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒
b. Menghitung headloss minor pada standard elbow
𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑠𝑡𝑑. 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤
𝐻𝐿 = ∆𝐻 𝑠𝑡𝑑. 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤 − ( ) 𝑥 ∆𝐻 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎
𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎
Dari data diketahui bahwa pipa standard elbow memiliki jarak antar
tapping sebesar 98 cm atau 0.98 m. Kemudian diketahui pula panjang pipa
lurus biru tua yaitu 93 cm atau 0.93 m. Besar nilai ∆H dari pipa lurus biru
tua dan standard elbow berbeda-beda untuk tiap-tiap variasi. Sehingga,
persamaan tersebut menjadi
0.98 𝑚
𝐻𝐿 = ∆𝐻 𝑠𝑡𝑑. 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤 − ( ) 𝑥 ∆𝐻 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎
0.93 𝑚
Tabel 4. Hasil Pengukuran Headloss dan Slope pada Pipa Biru Tua
hl mayor hl minor S^0.54
variasi
pipa lurus gate std elbow 90 sharp pipa lurus
1 0 0.0252 0.03 0.006 0
2 0 0.0378 0.005 0.009 0
3 0 0.063 0.004 0.008 0
Tabel 6. Hasil Pengukuran pada Pipa Biru Tua dan Pipa Abu
Q act A pipa BT A pipa abu v pipa BT v pipa abu (vk-vb)^/2g v^2
variasi (m3/s) (m2) (m2) /vk (m/s) /vb (m/s) pipa abu
2.11999E-
1
05 0.000147411 0.000547391 0.143814643 0.038729009 0.00056284 0.020682652
4.61467E-
2
05 0.000147411 0.000547391 0.31304738 0.084303063 0.00266687 0.097998662
3 0.00010453 0.000147411 0.000547391 0.709101399 0.190959656 0.01368353 0.502824794
VI. ANALISA
Percobaan yang dilakukan adalah pertama, diukur terlebih dahulu suhu air
saat awal percobaan. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan massa jenis air.
Kedua, ketinggian awal dari masing-masing pipa dan aksesorisnya dicatat terlebih
dahulu untuk dijadikan sebagai datum. Ketiga, hydraulic bench dinyalakan dan
diatur debitnya dan pastikan globe valve dan gate valve dalam keadaan tertutup
rapat. Keempat, waktu diukur dengan ketentuan perhitungan waktu dimulai saat
pertama kali air dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai memenuhi 1 L kemudian
waktu diberhentikan. Perhitungan waktu dilakukan sebanyak 3 kali. pada waktu
yang bersamaan, globe valve dibuka. Hal tersebut harus dilakukan agar aliran air
yang mengalir pada pipa biru tua maksimal tanpa ada yang mengalir ke pipa abu-
abu sehingga pengukuran beda tinggi akan lebih tepat. Kemudian, ketinggian dari
globe valve, pipa lurus biru tua, std. elbow, dan 90° sharp bend yang terukur pada
masing-masing pipa dibaca dan dicatat. Setelah itu, globe valve ditutup dan gate
valve dibuka. Lalu, ketinggian pada gate valve, pipa lurus abu-abu, bend 2’’, bend
4’’, bend 6’’, pelebaran, dan penyempitan yang terukur pada pipa dibaca dan
dicatat. Ketinggian diukur pada 2 titik sehingga akan dihasilkan nilai beda tinggi
dari masing-masing pipa dan aksesorisnya. Kelima, dilakukan kembali
pengukuran dengan 2 variasi debit lainnya yang berbeda dengan prosedur dan
metode kerja yang sama. Keenam, setelah semua terukur hydraulic bench
dimatikan. Ketujuh, suhu akhir dari air diukur kembali dan dicatat hasil
pengukurannya. Data-data yang telah didapatkan selama percobaan kemudian
diolah dan dihitung. Setelah diolah kemudian data diplotkan pada grafik dengan
hasil sebagai berikut.
0.00008
Axis Title
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08
Axis Title
Grafik 1. Hubungan Headloss pada Gate Valve terhadap Debit Aktual Grafik
diatas merupakakan grafik hubungan antara headloss pada gate valve dengan nilai
debit aktual. Dari grafik tersebut didapatkan persamaan y = 0.0022x-4x10-5 dengan
nilai R2 = 0.9986. Hasil dari nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya
korelasi yang kuat antara kedua variable tersebut. Namun, jika dilihat dari rumus
Hazen-Williams, nilai debit aktual dan headloss memiliki hubungan yang
berbanding lurus (𝑄 = 0,2785 𝐶𝐷2,63𝑆0,54), sehingga seharusnya hasil kedua
variabel ini saling memengaruhi. Perbdaan hasil pada saat percobaan tersebut
dapat saja terjadi akibat beberapa kesalahan selama percobaan.
0.00008
Axis Title
0.00006
hl globe thd
0.00004 Linear (hl globe thd )
0.00002
0
0 0.05 0.1 0.15
Axis Title
Grafik 2. Hubungan headloss pada globe valve terhadap debit aktual Grafik
diatas merupakakan grafik hubungan antara headloss pada globe valve
dengan nilai debit aktual. Dari grafik tersebut didapatkan persamaan y = 0.0007x+3x10-6
dengan nilai R2 = 0.8404. Hasil dari nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa tidak
adanya korelasi yang kuat antara kedua variable tersebut. Namun, jika dilihat dari
rumus Hazen-Williams, nilai debit aktual dan headloss memiliki hubungan yang
berbanding lurus (𝑄 = 0,2785 𝐶𝐷2,63𝑆0,54), sehingga seharusnya hasil kedua
variabel ini saling memengaruhi. Perbdaan hasil pada saat percobaan tersebut
dapat saja terjadi akibat beberapa kesalahan selama percobaan.
Hubungan v2 dengan Headloss Gate Valve
0.07
0.06 y = 0.0731x + 0.0269
R² = 0.9667
0.05
Axis Title 0.04
0.03 v^ thd hl gate
0.02 Linear (v^ thd hl gate)
0.01
0
0 0.2 0.4 0.6
Axis Title
R² = 0.9315
0.1
Title
valve
Headloss globeAxis
0.05
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Axis Title
0.02
0.015
0.01
0.005
0
-0.005 0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Axis Title
0.05
Axis Title 0.04
0.03
0.02
0.025
0.02
Axis Title
0.015
0.01
Jika diperhatikan grafik yang telah terbentuk, hasil regresi pada grafik yang
menunjukkan grafik yang naik sesuai dengan hubungan antara v2 dengan nilai
headloss yang berbanding lurus. Sehingga, semakin besar nilai v2, nilai headloss
dari masing-masing aksesoris juga semakin besar dan grafik akan naik.
0.015
0.01
0.005
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016
Axis Title
berbanding lurus.
Hubungan (vk-vb)2/2g dengan HeadlossPenyempitan
Pipa
0.025
y = 1.3375x + 0.0034
0.02
R² = 0.9995
Axis Title
0.015
0.01
0.005
0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016
Axis Title
berbanding lurus.
Hasil pada grafik menunjukkan grafik yang naik. Hal tersebut sesuai dengan
2
(𝑣𝑘− 𝑣𝑏)2 dimana ketika nilai (𝑣𝑘− 𝑣𝑏)
persamaan 𝐻𝐿 = 𝑘 bertambah, nilai
2𝑔 2𝑔