Secara bahasa, kata al-shulhu )(الصلح berarti قطع التراع artinya: Memutus
1
Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al-Husaini, Kifayat Al-Akhyar.(Bandung: PT Al-Maarif,
Tt), Hlm. 271
2
Hasbi Ash-Shiddiqi, Pengantar Fiqih Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), Hlm. 92
3
Sayyid Sabiq, Beirut: Dar Al-Fkr, 2006), Jilid III, Hlm. 938
4
Wahbah Zuhaily,Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu, (Beirut: Dar Al-Fikr Al-Muashir, 2005), Jilid IV, Hlm.
4330
b. Surah al-hujurat ayat 9
2. Hadist rasulallah
)الصلح جائز بين المسلمين اال صلحا حراما و حالال (روه ابن حبان
Artinya; “mendamaikan dua muslim (yang berselisih) itu hukumnya boleh kecuali
perdamaian yang mengarah kepada upaya mengharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram. (HR. Ibnu Hibbah dan Turmidzi)”
Contoh menghalalkan yang haram seperti berdamai untuk menghalalkan riba.
Contoh yang mengharamkan yang halal seperti berdamai untuk mengharamkan jual
beli.
Shulhu yang berkaitan dengan hak-hak Allah tidak dapat dilakuka. Contoh, jika
orang yang berbuat zina, mencuri atau peminum khamar berdamai kepada orang yang
menangkapnya yang akan membawanya ke hakim dengan memberi uang misalnya agar
ia dapat dilepas maka shulhu seperti ini tidak dapat dibenarkan. Karena hal tersebut tidak
dapat diganti. Jikadilakukan iwadh dalam perkara diatas maka hal qazaf (menduh orang
berzina). Karena qazaf adalah perkara yang sangat buruk dan dapat menjatuhkan nama
baik seseorang yang akan membawa kejurang kehancuran. Meskipun kelihatannya ini
termasuk hak manusia, tetapi Allah di dalamnya lebih banyak.
D. Macam-macam shulhu
Dijelaskan dalam fiqh sfafiyyah sebagaimana dikutip oleh idris ahmad bahwa
shulhu (perdamaian) terbagi menjadi empat:
1. Perdamaian anatar muslim dan kafir yaitu membuat perjanjian untuk meletakkan
senjata dalam masa tertentu (sekarang disebut dengn perjanjian senjata) secara bebas
atau dengan cara mengganti kerugian yang diatur oleh undnag-undnag yan telah
disepakati bersama.
2. Perdamaian antara kepala negara dan pemberontak. Hal ini berkaitan dengan masalah
keamanan negara yaitu dengan membuat perjanjian atau aturan mengenai peraturan
mengenai keamanan dalam negara yang harus ditaati. Lebih jelasnya dapat dilihat
dalam bab bughat.
5
Sayyid sabiq, op. cit., jilid III, hlm. 940
3. Perdamaian antara suami dan istri yaitu membuat perjanjian dan aturan tentang
pembagian nafkah, masalah durhaka, serta dalam masalah menyerahkan haknya
kepada suaminya manakala terjadi perselisihan.
4. Perdamaian dalam muamalaj yaitu yang berkaitan dengan masalah yang terkait
dengan perselisihan yang terjadi dalam masalah muamalah seperti utang-piutang.
Dilihat dari cara melakukannya, shulhu dibagi menjadi:
a. Shulhu dengan ikrar yaitu shulhu yang dicapai melalui ikrar. Contohnya, seorang
mendakwa orang lain berutang, kemudian si terdakwa mengambil sesuatu dari si
terdakwa
b. Shulhu degan ingkar, yaitu perdamaian yang dicapai melalui cara menolak.
Contohnya, seseorang menggugat orang lain dengan materi atau utang kemudian
si tergugat mengingkari yang digugatkan kepadanya lalu keduanya berdamai.
c. Shulhu dengan sukut (diam) yaitu perdamaian yang dicapai dengan cara diam.
Contohnya, seseorang menggugat orang lain dengan suatu gugatan materi
kemudian pihak tergugat tidak berbuat apa-apa kecuali hanya berdiam dan tidak
mengakui dan tidak mengingkari.
Para ulamam membolehkan dilakukannya shulhu dengan cara
mengingkari dan berdiam.
Adapun dilihat dari kebasahannya dapat dibagi menjadi dua:
1. Shulhu ibra yaitu melepaskan sebagian dari apa yang menjadi haknya. Shulhu
ibra ini tidak terikat oleh syarat.
2. Shulhu muawaddah yaitu berpalingnya seseorang dari haknya kepada orang
lain. Hukum yang berlaku pada shulhu ini adalah hukum jual beli.6
E. Hikmah Shulhu
Shulhu menrupakan cara yang terpuji untuk menyelesaikan permasalahan. Allah dan
rasulnya memerintahkan untuk berdamai jika terjadi perselisihan,
pertengkaran,dendang dan peperangan. Melalui perdamaian semua pihak akan
merasa puas. Segala macam kekesalan, dendam dan sikap egois dan merasa benar
akan hang seketika. Dalam perdamaian tidak ada istilah yang kalah dan menang.
6
Imam Taqiyyuddin Abu Bakar Bin Muhammad Al-Husaini, Kifayat Al-Akhyar, ter. K.H Syarifuddin Anwar,
2007, (Surabaya: bijna imam, 2007), hlm. 603
Semuanya menjadi pihak yang berpegang kepada kebenaran yang telah ditetapkan
oleh Allah dan Rasul Swt. Bayangkan seandainya manusia tidak mau berdamai
ketika berselisih atau bertengkar maka yang terjadi permusuhan yang abadi., sling
menyalahkan, dan saling marah-marahan bahkan tidak mustahil akan terjadi
peperangan dan pertumpahan darah yang sangat merugikan. Wahbah zuhaily
menambahkan, dengan shulhu akan terjaga kasih-sayang, menjauhkan perpecahan,
Rasulallah bersabda “janganlah kamu saling membenci, saling hasud, saling
memutuskan, jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Bahkan dalam hadist lain
tidak ada istilah pendusta bagi orang-orang yang melakukan islah (perdamaian).
F. Kesimpulan.
1. Shulhu adalah suatu usaha untuk mendamaikan dua pihak yang berselisih,
bertengkar, saling dendam, dan bermusuhan dalam mempertahankan hak, dengan
usaha tersebut diharapkan akan berakhir perselisihan. Dengan kata lain, sebagaimana
diungkapkan oleh wahbah zuhaily shulhu adalah akad untuk mengakhiri semua
bentuk pertengkaran/perselisihan. Shulhu hukumnya diperintahkan kecuali
perdamaian yang mengarah kepada upaya mengharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram. Rukun shulhu meliputi:
a. Mushalih yaitu dua belah pihak yang melakukan akad shulhu untuk mengakhiri
pertengkaran atau perselisihan.
b. Mushalih anhu yaitu persoalan yang diperselisihkan.
c. Mushalih bih yaitu sesuatu yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap
lawannya untuk memutuskan perselisihan. Hal ini disebut dengan istilah badan al-
shulh.
d. Shigat ijab Kabul yang masing-masing oleh dua pihak yang berdamai. Seperti
ucapan” aku bayar utangku kepadamu yang berjumlah lima puluh ribu dengan
seratus ribu (ucapan pihak tertentu). Kemudian, pihak kedua menjawab “saya
terima”.
2. Shulhu yang berkaitan dengan hak-hak Allah tidak dapat dilakukan. Contoh, jika
orang yang berbuat zina mencuri atau peminum khamar bershulhu kepada orang yang
menangkap yang akan membawanya ke hakim dengan memberrikan uang, misalnya
agar dia dapat dilepas maka shulhu seperti ini tidak dibenarkan.
3. Menurut Shafiiyah shulhu (perdamaian) terbagi menjadi:
a. Perdamaian antara muslim dan kafir yaitu membuat perjanjian untuk meletakan
senjata dalam masa tertentu ( sekarang disebut dengan genjatan senjata).
b. Perdamaian antara kepala negara dan pemberontak.
c. Perdamaian antara suami istri yaitu membuat perjanjian, dan aturan tentang
pembagian nafkah, masalah durhaka serta maslah menyerahkan haknya kepada
suaminya manakala terjadi perselisihan.
d. Perdamaian dalam muamalah yaitu yang berkaitan dengan masalah yang terkait
dengan perselsihan yang terjadi dalam masalah muamalah seperti utang piutang.
4. Dilihaty dari cara melakukannya, shulhub terbagi menjadi:
a. Shulhu dengan ikrar yaitu shulhu yang dicapai melalui ikrar.
b. Shulhu dengan ingkar, yaitu perdamaian yang dcapai melalui cara menolak.
c. Shulhu dengan sukut (diam) yaitu perdamaian yang dicapai dengan cara diam.
Adapun dilihat dari keabsahannya dapat dibagi menjadi dua:
1. Shulhu ibra byaitu melepaskan sebahagian dari apa yang menjadi hakya. Shulhu
ibra ini tidak terikat oleh syarat.
2. Shulhu muawadah yaitu berpalingnya seseorang dari haknya kepada orang lain.
Hukum yang berlaku pada shulhu ini adalah hukum jual beli.