Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR SEDIAAN NON STERIL

PRAKTIKUM III KRIM

Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 5 November 2019


Kelompok 3 Farmasi Klinis A2B

Nama Kelompok
1. Kadek Ita Oktapiani (171200173)
2. Made Ayu Megantini (171200175)
3. Made Dio Lokantara (171200176)
4. Ni Kadek Evy Suhartaty (171200177)

Dosen Pengampu : I Gusti Ngurah Agung Windra W.P, S.Farm., M.Sc., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2019
PRAKTIKUM II EMULSI

I TUJUAN
Agar mahasiswa mengetahui formulasi dan cara pembuatan krim beserta cara
uji kualitasnya

II DASAR TEORI
2.1 Pengertian Krim
Menurut Farmakope Edisi III. Krim adalah bentuk sediaan setangah
padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Menurut FI.IV,Krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan
setengah padat yang mempunyai konsistensi relatifcair diformulasi sebagai
emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.Krim terdiri dati emulsi
minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemakatau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih
ditujukanuntuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga
digunakan untuk pemberian obatmelalui vaginal.
Krim merupakan sediaan yang digunakan secara topical. Yang
diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak seperti penyegar kulit dan
minyak dalam air seperti susu pembersih. Krim merupakan salah satu
kosmetik yang paling banyak digunakan. Sediaan ini sangat mudah
diaplikasikan pada kulit dan mudah menyerap ke dalam kulit. Penggunakan
krim disini dimaksudkan untuk obat luar dengan cara dioleskan pada kulit.
Sediaan krim yang tidak stabil akan menimbulkan terjadinya kriming,
pemisahan fase, serta terjadinya inversi fase (Anief, 1999).
Sifat umum sediaan semi padat terutama krim ini adalah mampu
melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama
sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim yang digunakan sebagai
obat umumnya digunakan untuk mengatasi penyakit kulit seperti jamur,
infeksi ataupun sebagai anti radang yang disebabkan oleh berbagai jenis
penyakit (Ansel. 2016).

2.2 Persyaratan Krim


Persyaratan Krim Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut:
a. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.
b. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang
dihasilkan menjadi lunak serta homogen.
c. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim
padat atau cair pada penggunaan. (Widodo, 2013).

2.3 Kestabilan Krim


Kestabilan krim akan terganggu / rusak jika sistem campuranya
terganggu,terutamadisebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi yang disebabkan perubahan salahsatu fase secara berlebihan atau
zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.Pengenceran krim
hanya dapat dilakukan jika diketahui pengenceranya yang cocok
dandilakukan dengan tehnik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus
digunakan dalam jangkawaktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim
umumnya digunakan metil paraben (nipagin)dengan kadar 0,12% hingga
0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga0,05%.
(Anief, M. 1994)
1.4. Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci
dengan air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika.
Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni: (Anief, M. 1994)
1. Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream. Cold
cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa dingin
dan nyaman pada kulit.
2. Tipe m/a, yakni minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing cream.
Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak.
2.5 Pembentukan Krim
Dibawah pengaruh gravitasi, partikel-partikel atau tetesan-tetesan
tersuspensi cenderung meningkat atau mengendap, tergantung pada
perbedaan dalam gravitasi spesifik antar fase tersebut. Jika pembentukan
krim berlangsung tanpa agregasi apapun, emulsi dapat terbentuk kembali
dengan pengocokan atau pengadukan. Pembentukan krim meliputi gerakan
sejumlah tetesan heterodispers, dan gerakan tersebut saling mengganggu satu
sama lain dan biasanya menyebabkan rusaknya tetesan (Lachman, dkk.,
2017).

Formula dasar krim, antara lain terdiri dari fase minyak dan fase air yaitu
(Sumardjo, Damin, 2006):
 Fase minyak : bahan obat yang larut dalam minyak, besifat asam. Contoh: as
am stearate, adeps lanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak,
cera, cetaceu, vaselin, setil alcohol, stearil alcohol dan sebagainya.
 Fase air : bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contohnya : Na tetr
aborat, Trietanolamin/TEA, NaOH, KOH, Gliserin, propilenglikol, Surfaktan
(Na lauril sulfat, Na setostearil alcohol)
1.5. Kelebihan sediaan krim
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung secara setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold krim) tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
(Lachman dkk, 2017)
1.6. Kekurangan Krim
1.Susah dalam pembuatanya harus dalam keadaan panas
2.Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
3.Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu system
campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan
(Lachman dkk, 2017)

1.7. Penyimpanan Krim


Penyimpanan krim biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam
tube, botol yang digunakan biasanya berwarna gelap atau buram. Wadah dari
gelas buram dan berwarna berguna untuk krim yang mengandung obat yang
peka terhadap cahaya. Tube bias saja terbuat dari kaleng atau plastik,
beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan bila krim akan digunakan
untuk penggunaan khusus. Tube dari krim kebanyakan dikemas dalam tube
kaleng dan dapat dilipat yang dapat menampung (sekitar 8.5 g krim). Tube
krim untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai 15 gram
(Ansel, 2016).
Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus
dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu
ditaati. Pertama, tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat
yang baik. Kedua, setiap pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar
atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standar dan spesifikasi
yang telah ada (Lakchman dkk, 2017).
- Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau,
warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek
responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya
pengujianya (macam dan item), menghitung prosentase masing- masing
kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik
(Soetopo dkk, 2015).
- Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan
60 g: 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk
hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur
dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter (Anief, 2014).
- Evaluasi Daya Sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan
bebanya, dan di beri rentang waktu 1-2 menit. kemudian diameter
penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti
menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur) (Ansel, 2016).

III. ALAT DAN BAHAN

3.1. Alat
1. Cawan porselen
2. Blender
3. Sudip
4. Mortir dan Stamper
5. Gelas ukur
6. Beaker glass
7. Batang pengaduk
3.2. Bahan
1. Minyak ikan
2. Air
3. Sirup simplex
4. Aquadest

IV. PEMERIAN BAHAN


1. Kloramfenikol
a. Pemerian : Berwarna Putih sampai putih kelabu / putih kekuningan, tidak
berbau, rasa sangat pahit, hablur halus berbentuk jarum , atau lempeng
memanjang.
b. Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian
etanol 95 % P dan dalam 7 bagian propilen glikol P , sukar larut dalam
kloroform P , dan dalam eter P
c. Stabilitas : Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling
stabil dalam segala pemakaian. Stabilitas baik pada suhu kamar dan
kisaran pH 2-7, suhu 25°C dan pH mempunyai waktu paruh hampir 3
tahun. Sangat tidakstabil dalam suasana basa. Kloramfenikol dalam media
air adalah pemecahanhidrofilik pada lingkungan amida. Stabil dalam basis
minyak dalam air, basisadeps lanae.
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. simpan ditempat sejuk
dan kering.
e. Khasiat : Antibiotikum
(Depkes RI, 1979)
2. Nipagin
Nipagin (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th hal 310)
a. Pemerian : Masa hablur atau serbuk tidak berwarna atau kristal putih,
tidak berbau atau berbau khas lemah dan mempunyai rasa sedikit panas.
b. Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, eter, praktis tidak larut dalam
minyak, larut dalam 400 bagian air.
c. Konsentrasi : 0,02-0,3 % untuk sediaan topical
d. Kegunaan : Anti mikroba, pengawet OTT : Non ionik surfaktan seperti
polisorbat 80, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium
alginate.
e. Stabilitas : Stabil terhadap pemanasan dan dalam bentuk larutan
(Rowe et al, 2009)
3. Asam Stearat
a. Pemerian : Keras, putih, kristal padat atau serbuk putih.
b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol, 2
bagian kloroform, 3 bagian eter.
c. Konsentrasi : 1-20 %
d. Kegunaan : Emulgator OTT : Zat pengoksidasi
e. Stabilitas : Merupakan bahan yang stabil
f. Wadah : Dalam wadah tertutup baik, kering, dan seju
(Depkes RI, 1979)
4. Trietanolamin
a. Pemerian : cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah
mirip amoniak, higroskopik.
b. Kelarutannya mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut
dalam kloroform P.
c. Kegunaan : sebagai zat tambahan dan membantu stabilitas gel basis
karbopol
(Depkes RI, 1979)
5. Paraffin Cair
a. Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak
berwarna;hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.
b. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P;
larutdalam kloroform P dan dalam eter P.
c. Bobot per mL : 0,870 gram sampai 0,890 gram.
d. Khasiat : laksativum. (Depkes RI, 474).
e. Stabilitas : parafin stabil, meskipun dalam bentuk cair dan mungkin dapat
terjadi perubahan secara fisik.
f. Penyimpanan: Parafin harus disimpan padatemperatur tidak melebihi
40°C dalam wadah tertutup baik.
(Rowe et al , 2009)
6. Aquadest
a. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
b. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
c. Khasiat : Zat tambahan( pelarut )
(Depkes RI, 1979)

V. CARA KERJA

Siapkan alat dan bahan yang digunakan

Timbang bahan sesuai kebutuhan dan kalibrasi botol 100 ml

Dimasukan PGA dan air untuk PGA ke dalam blender, lalu nyalakan
blender sampai terbentuk mucilago

Ditambahkan oleum iecoris sedikit demi sedikit dan tambahkan sisa


air dan masukkan sirupus simplek, lalu blender sampai homogen

Campuran kemudian dimasukan kedalam botol dan ditambahkan air


sampai batas kalibrasi, lalu tutup botol.
VI. PERHITUNGAN BAHAN

Formulasi

R/ Kloramfenikol 400 mg
Vaseline 80 gram
Adeps lanae 10 gram
Nipagin 20 mg
Aquadest 11g/11mL

VII. DATA PENGAMATAN

Uji Organoleptis
Miconazole cream
Bau : Tidak berbau
Warna : Putih

Krim
Bau : Berbau khas
Warna : Kuning

Uji Daya Sebar Miconazole


Beban Diameter Krim
Tanpa beban 4 cm
Beban 50 g 4,2 cm
Beban 100 g 5 cm
Beban 150 g 5,7 cm
Beban 200 g 6 cm
Beban 250 g 6,2 cm
Beban 300 g 6,4 cm
Beban 350 g 6,6 cm
Beban 400 g 6,8 cm
Beban 450 g 6,9 cm
Beban 500 g 7 cm

Uji Daya Sebar Krim


Beban Diameter Krim
Kloramfenikol
Tanpa beban 3,5 cm
Beban 50 g 3,7 cm
Beban 100 g 4 cm
Beban 150 g 4,1 cm
Beban 200 g 4,2 cm
Beban 250 g 4,5 cm
Beban 300 g 4,7 cm
Beban 350 g 4,9 cm
Beban 400 g 5 cm
Beban 450 g 5,1 cm
Beban 500 g 5,3 cm
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknologi Formulasi Sediaan Non Steril adalah
membuat sediaan krim. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui
formulasi dan cara pembuatan krim beserta cara uji kualitasnya. Krim
adalahbentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarutatau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
(mengandung air tidak kurang dari 60%) (Syamsuni,2006). Fungsi krim
adalah Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit,
sebagaibahan pelumas bagi kulit, sebagai pelindung untuk kulit yaitu
mencegah kontak langsung denganzat-zat berbahaya. (anief,1999).
Keuntungan penggunaan krim adalah umumnya mudah menyebar rata pada
permukaan kulit serta mudah dicuci dengan air (Ansel, 2005).
. Bahan yang digunakan dalam formulasi krim asam salisilat ini adalah
kloramfenikol, vaseline, adeps lanae, nipagin, dan aquadest. Bahan aktif yang
terkandung dalam krim ini yaitu kloramfenikol adalah senyawa antimikroba
yang bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein mikroba yaitu enzim
peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk
ikatan-ikatan peptide pada proses sintesis protein kuman dan dan digunakan
secara topikal untuk pengobatan penyakit kulit.
Praktikum diawali dengan penimbangan dan pengukuran bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan krim kloramfenikol. Selanjutnya masukkan
kloramfenikol kedalam mortir, tambahkan nipagin aduk sampai homogen
(campuran I). Lalu tambahkan aquadest sebagai pelarut aduk sampai
homogen. Penggunaan nipagin digunakan sebagai bahan pengawet untuk
mencegah tumbuhnya mikroba dalam sediaan krim. Selanjutnya pembuatan
fase minyak (basis krim) masukkan adeps lanae dan vaseline ke dalam cawan
porselin lalu dilebur diatas waterbath hingga melebur sempurna. Tujuan
peleburan disini karena adep lanae dan vaseline berupa padatan dan
mempermudah pencampuran kedua fase minyak tersebut. Setelah melebur,
masukkan campuran I dan basis krim (fase minyak) ke dalam mortir yang
sudah dipanaskan sebelumnya menggunakan aquadest panas. Tujuan
pemanasan mortir agar tidak terjadi penurunan suhu yang drastis yang akan
menyebabkan fase minyak akan memadat/ menjadi keras. Selanjutnya diaduk
konstan hingga terbentuk campuran I dan fase minyak yang homogen.
Pengadukan konstan bertujuan agar campuran dapat tercampur homogen.
Setelah dingin masukkan krim ke dalam wadah pot.
Krim harus disimpan pada tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar
matahari karena tingginya suhu akan mempengaruhi sifat fisikokimia zat
yang terkandung dalam krim dan menyebabkan krim menjadi tidak stabil.
Sediaan krim dapat menjadi rusak bila sistem campurannya terganggu (Anief,
1997).
Selanjutnya dilakukan evaluasi sediaan krim. Evaluasi yang dilakukan
adalah uji organoleptis dan uji daya sebar. Evaluasi ini selain dilakukan pada
sediaan krim kloramfenikol yang dibuat di laboratorium tetapi dilakukan juga
pada krim miconazole yang dijual dipasaran yang bertujuan sebagai
pembanding untuk melihat perbedaannya. Pada krim kloramfenikol saat uji
organoleptis menunjukkan yaitu berwarna kuning, berbentuk semisolid
(lembut) dan baunya khas. Warna kuning yang dihasilkan dari vaseline
kuning yang digunakan saat praktikum dan bau khas yang dihasilkan karena
konsentrasi pengawet yang sedikit dan kurang homogen saat pengadukan.
Selanjutnya dilakukan uji daya sebar miconazole dan krim
kloramfenikol. Ditimbang 0,5 g krim diletakkan ditengah cawan petri yang
berada dalam posisi terbalik. Diletakkan cawan petri yang lain diatas krim.
Dibiarkan selama 1 menit. Diukur diameter krim yang menyebar.
Ditambahkan 50 g beban tambahan, didiamkan 1 menit dan ukur diameter
sampai beban mencapai 500 g. Pada uji daya sebar miconazole didapatkan
hasil yaitu tanpa beban diameternya 4 cm, beban 50 g diameternya 4,2cm,
beban 100 g diameternya 5cm, beban 150 g diameternya 5,7cm, beban 200g
diameternya 6cm, beban 250g diameternya 6,2cm, beban 300g diameternya
6,4cm, beban 350g diameternya 6,6cm, beban 400g diameternya 6,8cm, 450g
diameternya 6,9cm, beban 500g diameternya 7cm. selanjutnya dilakukan
pengukuran uji daya sebar pada krim kloramfenikol didapatkan hasil yaitu
tanpa beban diameternya 3,5 cm, beban 50 g diameternya 3,7cm, beban 100 g
diameternya 4cm, beban 150 g diameternya 4,1cm, beban 200g diameternya
4,2cm, beban 250g diameternya 4,5cm, beban 300g diameternya 4,7cm,
beban 350g diameternya 4,9cm, beban 400g diameternya 5cm, 450g
diameternya 5,1cm, beban 500g diameternya 5,3cm.
Perbedaan hasil ini dapat terjadi karena pengukuran diameter
dilakukan secara manual dengan menggunakan penggaris, sehingga
diperlukan ketelitian untuk memperoleh hasil yang baik. Selain itu krim
kloramfenikol yang dibuat kemungkinan lebih kental daripada krim
miconazole. Secara umum semakin bertambahnya beban maka diameter
sebarnya akan semakin besar. Pada uji daya sebar ini diketahui bahwa krim
yang tanpa diberi beban memiliki daya sebar paling rendah. Hal ini dilihat
dari kecilnya penambahan diameter yang terjadi.
IX. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini yaitu, sebagai berikut:
9.1 Formulasi yang digunakan untuk membuat krim asam salisilat pada praktikum ini
adalah :

R/ Kloramfenikol 400 mg
Vaseline 80 gram
Adeps lanae 10 gram
Nipagin 20 mg
Aquadest 11g/11mL

9.2 Krim dibuat dengan memasukkan kloramfenikol kedalam mortir, tambahkan


nipagin aduk sampai homogen (campuran I). Lalu tambahkan aquadest sampai
homogen. Selanjutnya pembuatan fase minyak (basis krim) masukkan adeps lanae
dan vaseline ke dalam cawan porselin lalu dilebur diatas waterbath hingga
melebur sempurna. Setelah melebur, masukkan campuran I dan basis krim (fase
minyak) ke dalam mortir panas. Selanjutnya diaduk konstan hingga terbentuk
campuran I dan fase minyak yang homogen. Setelah dingin masukkan krim ke
dalam wadah pot.
9.3 Krim kloramfenikol saat uji organoleptis menunjukkan yaitu berwarna kuning,
berbentuk semisolid (lembut) dan baunya khas. Sedangkan uji sebar didapatkan
hasil yaitu tanpa beban diameternya 3,5 cm, beban 50 g diameternya 3,7cm,
beban 100 g diameternya 4cm, beban 150 g diameternya 4,1cm, beban 200g
diameternya 4,2cm, beban 250g diameternya 4,5cm, beban 300g diameternya
4,7cm, beban 350g diameternya 4,9cm, beban 400g diameternya 5cm, 450g
diameternya 5,1cm, beban 500g diameternya 5,3cm.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1994. Ilmu Meracik Obat.Jogyakarta : Gadjah Mada University Press.


Anief., Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anief, M., 1999, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, 168-169, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Anief. 2014. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Pres
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI
Press.
Ansel. 2016. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI press
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Lachman dkk. 2017. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press
Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th Edition, Pharmaceutical Press
Sumardjo,Damin.2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran Dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC
Soetopo dkk. 2015. Ilmu Resep Teori. Jakarta: Departemen Kesehatan
Syamsuni A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
Widodo, Hendra. (2013). Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker, Jogjakarta: D-Medika
LAMPIRAN

Vaseline Adeps lanae Nipagin

Kloramfenikol Aquadest Krim Kloramfenikol

Krim Miconazole

Anda mungkin juga menyukai