Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Filum Annelida
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ZOOLOGI AVERTEBRATA”
Dosen Pengampu :
Desi Kartikasari, M.Si.

Disusun Oleh :
Siti Nurul Laili 12208183065
Binti Musrifah 12208183065
Nila Chamdatur R 12208183072
Muhammad Fatkhur Reza 12208183076

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-
Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun oleh penulis untuk
memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Morfologi Tumbuhan.

Atas terselesaikannya makalah ini,penulis menyampaikan rasa


hormat dan penghargaan serta terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam


Negeri (IAIN) Tulungagung yang telah memberikan kesempatan
untuk mengenyam pendidikan S1.
2. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.
3. Ibu Dr. Eni Setyowati, S.Pd., MM selaku Kajur Tadris Biologi
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.
4. Ibu Desi Kartikasari, M.Si. selaku dosen pengampu mata Zoologi
Avertebrata yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian
makalah ini.
5. Seluruh keluarga dan teman-teman yang telah memberi bantuan
dan dukungan baik moril maupun materil.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Penulis sangat mengharap kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung,

November 2019

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.Latar Belakang....................................................................................................
2.Rumusan Masalah...............................................................................................
3.Tujuan Masalah...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

a. Ciri Umum Filum Annelida..............................................................................


b. Anatomi Filum Annelida..................................................................................
c. Fisiologi Filum Annelida..................................................................................
d. Habitat Filum Annelida.....................................................................................
e. Klasifikasi Filum Annelida
f. Peranan Filum Annelida...................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan..............................................................................................

Saran

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Avertebrata merupakan golongan hewan yang termasuk ke dalam
kelompok yang tidak mempunyai tulang belakang atau penyokong
tubuh. Hewan ini memiliki pola organisasi tubuh yang sederhana
dibandingkan dengan kelompok avertebrata.

Annelida sering juga disebut Annulata adalah salah satu jenis


cacing yang bersegmen. Jika dilihat dari namanya Annelida yang
berasal dari bahasa latin (annulus yang berarti cincin). Tubuhnya yang
bersegmen menyerupai cincin itu sehingga banyak yang menyebutnya
cacing gelang. Annelida merupakan salah satu filum invertebrata yang
memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan filum-
filum invertebrata lainnya. Tubuhnya berongga (celomata) dan
tripoblastik.

Filum Annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti cacing


tanah. Perkembangan buku-buku badan ini memungkinkan adanya
pembentukan fungsi yang berbeda dalam ruas badan (segementasi)
yang berbeda. Annelida memiliki coelom yang besar untuk
mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat sekitar
12,000 jenis di laut, airtawar dan daratan. Filum Annelida terbagi
menjadi tiga kelas yakni kelas Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.

Berdasarkan pemamaran diatas,makalah ini akan menyajikan


pembahasan tentang ciri umum, anatomi, fisiologi, habitat, klasifikasi,
dan peranan Annelida dalam kehidupan.

B. RumusanMasalah
1. Bagaimanaciri-ciri umum yang dimiliki oleh filum Annelida?
2. Bagaimana anatomi pada filum Annelida?
3. Bagaimana fisiologi yang terjadi pada filum Annelida?
4. Dimana habitat pada filum Annelida?
5. Bagimana klasifikasi pada filum Annelida ?
6. Bagaimana peranan filum Annelida ?
C. Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri umum yang dimiliki oleh filum Annelida.
2. Mengatahui anatomi pada filum Annelida.
3. Mengetahui fisiologi yang terjadi pada filum Annelida.
4. Mengetahui habitat pada filum Annelida.
5. Mengetahui klasifikasi pada filum Annelida.
6. Mengetahui peranan filum Annelida.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Umum Annelida

Annelida berasal dari bahasa latin(kata annulus yang berarti


cincin danoidos yang berarti bentuk), darinamanya Annelida dapat
disebutsebagai cacing yang bentuk tubuhnyabergelang-gelang atau
disebut jugacacing gelang. Tubuh hewan annelida bilateral simetris,
panjang dan jelas bersegmen-segmen, serta memiliki alat gerak yang
berupa rambut kaku(setae) pada tiap segmen. Polychaeta dengan
tentakel pada kepalanya dan setae pada bagain-bagian tubuh yang
menonjol ke lateral, ata pada lobi lateralis yang disebut parapodia.
Tubuh tertutup oleh kutikula yang licin yang terletak diatas epitelium
yang bersifat glanduler. Dinding tubuh dan saluran pencernaan dengan
lapisan-lapisan otot sirkuler dan longitudinal. Annelida sudah memiliki
rongga tubuh yang disebut coelom dan umumnya terbagi oleh septa.
Annelida susah memiliki saluran pencernaan yang lengkap, tubuler,
memanjang sesuai dengan sumbu tubuh.

Sistem kardiovaskuler adalah sistem tertutup, pembuluh darah


membujur, dengan cabang-cabang kecil (kapiler) pada tiap segmen
(metamer); plasma darah mengandung hemoglobin. Respirasi dengan
kulit, atau dengan branchia. Organ ekskresi terdiri atas sepasang
nephridia pada tiap segmen. Sistem nervosum terdiri atas sepasang
ganglia cerebrales pada ujung dorsal otak, yang berhubungan dengan
berkas saraf medio ventral yang memanjang sepanjang tubuh, dengan
ganglia pada tiap segmen. Annelida juga memiliki sel-sel tangoreceptor
dan photo receptor. Kebanyakan bersifat hermaphrodit dan
perkembangan secara langsung atau bersifat gonochoritis dan
perkembangan melalui stadium larva. Reproduksi dengan membentuk
tunas terjadi pada beberapa spesies. Salah satu contoh Annelida adalah
Lumbricus terrestris (cacing tanah). Banyak tipe cacing tanah, tetapi
Lumbricus terrestrismerupakan salah satu contoh spesies yang baik
atau representatif bagi filum Annelida.

B. Anatomi pada filum Annelida

Bentuk tubuh Lumbricus terrestris adalah panjang silindris,


dengan kurang lebih 2/3 bagian posteriornya sedikit memipih ke arah
dorsoventral. Tubuh bersegmen-segmen dan jelas ada annuli external
bersesuaian dengan seluruh tubuh. Warna tubuh permukaan atas
berwarna merah sampai biru kehijauan dan dari luar aorta dorsalis
kelihatan jelas, sedangkan permukaan bawah (facies ventralis) lebih
pucat, umumnya merah jambu dan kadang-kadang putih. Mulut
terdapat diujung anterior pada bagian yang disebut prostomium, yang
bukanmerupakan segmen yang sebenarnya Pada bagian ventral mulut
dibatasi oleh peristomium, yang merupakan segmen pertama. Anus
terletak pada ujung segmen yang terakhir. Pada segmen ke 32-37,
terdapat penebalan kulit clitellum. Clutellum ini nampak jelas lada
bagian dorsal dan lateral, dimana disini tidak terdapat annuli. Pada tiap
segmen terdapat 4 pasang setae, kecuali segmen pertama dan terakhir; 2
pasang di lateral dan 2 pasang lainnya di ventro lateral. Setae berguna
sebagai alat gerak bagi cacing tanah, yang digerakkan oleh musvulus
retractor.

Pada permukaan tubuh cacing tanah, terdapat lubang-lubang muara


keluar dari berbagai alat atau organ didalam tubuh. Lubang-lubang
tersebut ialah :

1. Mulut, berbentuk bulan sabit, terletak di medio ventral segmen


pertama.
2. Anus, terletak pada segmen terakhir.
3. Lubang muara keluar ductus spermaticus, atau vas deferens,
terletak pada segmen ke 15.
4. Lubang muara keluar oviduct, terletak pada segmen ke 14.
5. Lubang muara keluar receptaculum seminalis (tempat
penyimpanan sperma) berupa 2 pasang pori yang terletak diantara
segmen ke 9 dan ke 10, dan diantara segmen ke 10 dan ke 11. Pori
ini tidak mudah terlihat.
6. Pori dorsales merupakan lubang muara coelom. Pori ini terlatak di
medio-dorsal pada tepi anterior pada tiap segmen, segmen ke 8
dan ke 9, sampai ujung posterior tubuh.
7. Sepasang nephridiopor merupakan lubang muara keluar dari
saluran ekskresi dan terletak pada tiap segmen, kecuali segmen
terakhir dan 3 segmen pertama.

Jika tubuh cacing tanah dipotong membujur melalui dinding


tubuh bagian dorsal, akan nampak bahwa diantara saluran pencernaan
dan dinding tubuh terdapat rongga tubuh atau coelom. Coelom ini
terbagi menjadi bagian-bagian kecil oleh septa. Bagian-bagian kecil ini
disebut segmen, tetapi diantara segmen 1 dan 2 tidak terdapat segtum,
sedangkan diantara segmen 3 dan 4 septumnya tidak lengkap, demikian
juga septum diantara segmen 17 dan 18. Dinding coelom dibatasi suatu
epitelium, yang disebut peritoneum. Suatu cairan yang tidak berwarna
mengisi coelom ini dan mengalir dari satu segmen ke segmen lainnya.
Saluran pencernaan lurus dan menembus septa. Disebelah dorsal
saluran pencernaan terdapat aorta dorsalis, sedangkan disebelah
ventralnya terdapat aorta ventralis.

C. Fisiologi yang terjadi pada filum Annelida1


1. Sistem Gerak
Dinding tubuh cacing tanah mempunyai 2 lapis otot, yaitu:
stratum circular, adalah lapisan otot sebelah luar dan stratum
longitudinal, lapisan otot sebelah dalam. Jika musculi ini
berkontraksi akan menimbulkan gerakan gelombang dari cacing
tanah itu sehingga ia bergerak. Dinding intestin juga mempunyai
lapisan otot, yaitu stratum longitdinal. Jika otot kontraksi, akan
menimbulkan gerak peristaltik yang dapat mendorong makanan
dalam saluran pencernaan dan mendorong keluar sisa-sisa
pencernaan. Ada juga musculi di dalam dinding-dinding pembuluh
1
Yusuf kastawi, Zoologi Avertebrata,cet 1(Malang : UM PRESS,2005) hlm.157-162
darah, di dalam pipa-pipa musculer pada nephirida dan bagian
dibagian luar berkas saraf. Pada pharynx juga ada musculi, yaitu
musculi yang melekatkan pada pharinx pada dinding tubuh.
Setae digerakkan oleh 2 berkas otot yaitu musculus protaktor
yang mendorong setae keluar dan musculus retaktor, yang menarik
kembali setae masuk kembali pada rongganya. Kedua musculi ini
melekat pada ujung-ujung dalam setae. Jadi cacing tanah bergerak
dengna setae dan kontraksi otot-otot dinding tubuh.
2. Sistem respirasi
Cacing tanah bernafas dengan kulitnya, kulitnya bersufat
lembab, tipis, anyak mengandung kapiler darah.
3. Sistem perncernaan makanan
Saluran pencernaan makanan (saluran pencernaan) cacing
tanah sudah lengkap dan sudah terpisah dari sistem cardiovascular.
Saluran pencernaan ini terdiri atas: mulut, pharinx, esophagus,
proventriculus, ventriculus, instetin, dan anus.
Mulut cacing tanah terletak didalam rongga oris atau rongga
buccale. Pharynx terdapat didalam segmen ke-4 dan ke-5, bersifat
musculer dan berguna untuk mengisap partikel-partikel makanan.
Esophagus terletak diujung pharynx memanjang dari segmen ke-6
sampai segmen ke-14. Proventiculus merupakan bagian ujung
esophagus yang membesar, dan dibagian ini makanan disimpan,
dinding proventiculus tipis. Ventriculus merupakan lanjutan ke arah
belakang dari proventiculus, terletak di dalam segmen ke-17 dan ke-
18, bersifat musculer dan berguna untuk mencernakan makanan.
Intestin adalah merupakan lanjutan ke ujung dari ventriculus.
Dinding intestin bagian dorsal melekuk kedalam lumen intestin dan
bagian ujung lekukan ini membesar, sehingga terjadilah bangunan
sebagai kantong. Bangunan ini disebut typhlosole. Typhlosole ini
berguna untuk memperluas permukaan intestin, sehingga dapat
mengabsorbsi sari-sari makanan lebih banyak.
Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa hewan dan tanaman
cacing-cacing tanah itu mencari makanannya di luar liang, pada saat
malam hari. Makanan diambil melalui mulutnya. Makanan didalam
esophagus tercampur dengan cairan hasil sekresi kelenjar kapur
(calciferous glands) yang terdapat pada dinding esophagus itu.
Cairan ini bersifat alkalis, tetapi fungsinya yang tepat belum
diketahui. Mungkin cairan ini menetralkan makanan-makanan yang
bersifat asam. Dari esophagus, makanan terus masuk kedalam
proventiculus yang merupakan tempat penyimpanan makanan yang
bersifat sementara.
Selanjutnya, makanan masuk kedalam ventriculus. Disini
makanan dicernakan menjadi partikel-partikel halus. Dari
ventriculus, kemudian partikel-partikel makanan ini masuk kedalam
intestin. Didalam intestin, partikel-partikel makanan akan
dicernakan lebih lanjut, sehingga menjadi subtansi-subtansi yang
lebih kecil, yang dapat diabsorbsi oleh dinding intestin tersebut.
Dinding intestin mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan
enzim-enzim. Karena pengarung enzim-enzim ini, partikel-partikel
makanan tadi dicernakan menjadi monosakarida, asam lemak dan
gliserol, dan asam amino yang siap untuk diabsorbsi.
Senyawa-senyawa monosakarida, asam lemak dan gliserol,
dan asam amino diabsorbsi oleh dinding intestindan selanjutnya
bersama-sama dengan sirkulasi darah diangkut ke seluruh bagian-
bagian tubuh. Pada saat cacing tanah mengambil makanan melalui
mulutnya, ikut juga termakan sejumlah partikel-partikel tanah.
Kemudian sisa-sisa makanan beserta partikel-partikel tadi
dikeluarkan melalui anus dan diletakkan diatas permukaan tanah
didekat lubang dari liang tempat cacing itu berada. Sisa-sisa ini
berbentuk kelompok-kelompok kecil dari partikel-partikel tanah.
4. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi (peredaran darah/ cardiovaskular) cacing
tanah adalah sistem peredaran tertutup. Pembahasan sistem
cardiovascular meliputi: (a) benda yang diedarkan, yaitu darah,
(b)saluran yang dilalui darah ialah pembuluh-pembuluh darah, (c)
peredaran darah, (d) fungsi darah, (e) lympha.
Darah terdiri atas bagian cair disebut plasma, dan sel-sel darah
atau korpuskula. Korpuskula terdapat didalam plasma darah.
Eritrosit mengandung hemoglobin (haima= darah, globus=butir)
yang mempunyai kemampuan mengikat oksigen. Pembuluh-
pembuluh darah terdiri atas: aorta dorsalis, aorta ventralis.
Aorta dornalis terletak di sebelah dorsal saluran pencernaan
dan mudah terlihat dari luar pada cacing yang hidup sebab kulit
tubuh cacing sedikit transparan. Didaerah esophagus 5 pasang
cabang-cabang aorta dorsalis membesar dan berfungsi sama dengan
cor (jantung) pada hewan-hewan tinggi. Jantung cacing ini
mengelilingi esophagus dan berhubungan dengan dengn aorta
ventralis, yang terletak disebelah ventral saluran pencernaan dan
disebelah dorsal truncus nervosus. Disamping kedua aorta tersebut
masih ada 3 pembuluh darah, ialah 2 pembuluh yang masing-masing
terletak di lateral truncus nervosus dan 1 pembuluh disebelah ventral
truncus itu. Kelima pembuluh darah tersebut dengan banyak cabang-
cabang dan beberapa rongga lympha membentuk sistem
cardiovascular cacing tanah.
Darah dalam aorta dornalis terdorong ke anterior oleh kontraks
dinding aorta itu. Didalam aorta itu terdapat valvula yang berfungsi
untuk mencegah mengalirnya kembali darah itu dari ujung anterior.
Dari aorta dorsalis darah mengalir ke dalam cor(jantung), kemudia
ke aorta ventralis. Didalam jantung juga terdpat valvula, sehingga
darah hanya mengalir ke satu arah saja. Dari aorta ventralis, darah
mengalir menuju ke dinding tubuh dan nephridia. Karena cacing
tanah mempergunakan kulitnya sebagai alat respirasi maka CO2
diikeluarkan dan O2 diambil oleh darah yang mengalir dalam
kapiler-kapiler dalam kulit. Darah dari dinding tubuh atau kulit,
melalui pembuluh-pembuluh darah parietalis masuk kedalam aorta
dorsalis.
Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen, sari-sari
makanan, sisa-sisa metabolisme, dan subtansi-subtansi lain. Pada
saat darah mengalir menuju kulit, hemoglobin mengikat CO2. CO2
keluar melalui kulit sedangkan O2 dari udara masuk kedalam tubuh
cacing tanah melalui kulit dan bersenyawa dengan hemoglobin,
membentuk oxyhemoglobin. Dalam proses respirasi , jaringan-
jaringan memerlukan adanya O2. Darah mengalir dari dinding tubuh
ke kapiler-kapiler dalam jaringan-jaringan pertukaran zat-zat
diantara darah dan jaringan terjadi didalam rongga-rongga lympha
yang sangat kecil. Darah mengangkut subtansi-subtansi lain, seperti:
sekresi kelenjar-kelenjar.
Plasma darah dan beberapacorpuscula membentuk lympha,
yang keluar dari aliran darah melalui kapiler-kapiler menuju ke
jaringan-jaringan. Lympha mengangkut O2 darah ke jaringan-
jaringan dan mengangkut CO2 dan sisa-sisa metabolisme masuk
kedalam peredaran darah melalui kapiler-kapiler darah.
5. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi/ excretorium cacing tanah berupa nephridia
(nephridios= ginjal). Pada tiap segmen tubuh terdapat sepasang
nephridia, kecuali 3 segmen yang pertama dan segmen yang terakhir
tidak ada.
Tiap nepridium terdiri atas: (a) suatu bangunan berbentuk
corong dan bersilia yang disebut: nephrostoma, (b) saluran atau pipa
yang berkeloik-kelok. Jika silia itu bergetar, mereka menimbulkan
aliran cairan tubuh, yang mengandung sisa-sisa metabolisme dari
coelom masuk ke dalam saluran ekskresi. Kemudian cairan ini
keluar dari tubuh cacing melalui nephridioporus, yaitu sebuah
lubang kecil yang merupakan muara keluar dari saluran ekskresi dan
terletak pada permukaan ventral tubuh cacing. Diantara nephrostoma
dan saluran eksresi terdapat sekat yang disebut septum
intersegmentale.
6. Sistem Saraf
Sistem saraf (sistem nervosum) cacing tanah, terletak
disebelah dorsal pharinx didalam segemen yang ke 3 dan terdiri atas:
(a) ganglion cerebrale, yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf
dengan comissura, (b) berkas saraf ventralis dengan cabang-
cabangnya. Ganglion cerebrale terletak di sebelah dorsal pharynx,
didalam segmen ke tiga.
Dari detiap kelompok sel-sel tersebut terdapat: (a) saraf-saraf
yang menginervasi daerah mulut dan berpangkal pada ujung anterior
tiap kelompok sel-sel tersebut, (b) cabang saraf yang menuju ke
ventral dan melingkari pharynx. Saraf ini disebut comissura circum
pharyngeale, yang berhubungan dengan berkas saraf ventralis.
7. Organ Sensoris
Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit
tubuhnya terdapat sel-sel saraf tertentu, yang peka terhadap sinar.
8. Sistem Reproduksi
Cacing tanah bersifat hemafrodit. Sepasang ovarium
menghasilkan ova, dan terletak di dalam segmen ke-13. Kedua
oviductnya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan infudibulumnya
bersilia. Oviduc tadi melalui septum yang terletak diantara segmen
ke-13 dan ke-14, dan dalam ke-14 membesar membentuk kantong
telur. Testes: ductus spermaticus atau vasa deferentia masing-masing
ada 2 pasang, sedang vesicula seminalisnya ada 3 pasang. Tetes
terletak didalam suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding
vesicula seminalis. Ductus spermaticus mulai dari testes bagian
ujung, dan melanjutkan dirinke posterior sampai segmen ke15, dan
pada segmen ini juga ductus itu bermuara keluar.
Spermatozoa yang telah meninggalkan testes, akan masuk
kedalam vesicula seminalis dan selanjutnya tersimpan didalamnya.
Walaupun cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi
autofertilisasi. Diantara segmen-segmen 9 dan 10, 10 dan 11,
terdapat receptaculum seminalis, yang merupakan tempat
penampung spermatozoa dari cacing lain.

a) Cara Kopulasi
Dua ekor cacing tanah saling berdekatan. Kemudian
saling merapatkan diri pada bagian ventral segmen-segmen ke-9
sampai ke-11. Dalam keadaan ini cacing membentuk pipa lendir
dan tiap-tiap cacing itu mengeluarkan spermatozoanya dari
vesicula seminalisnya. Spermatozoa dari cacing pertama melalui
pipa lendir tadi masuk kedalam receptaculum seminalis cacing
kedua, dan begitu juga sebaliknya.
Kemudian masing-masing cacing tadi saling memisahkan
diri dengan tetap membawa bagian pipa lendirnya. Didalam
pipa lendir ini, cacing mengeluarkan suatu subtansi, yang
kemudian membentuk cocon atau kantong. Cocon ini kemudian
tergelincir diatas segmen ke 14 dan menerima ova. Selanjutnya
diatas segmen 9-11 menerima spermatozoa. Akhirnya cocon
tergelincir diatas kepala cacing dan mengeras. Didalam cocon
ini,spermatozoz membuahi ova. Ova yang telah dibuahi ini,
lama kelamaan akan mengalami perkembangan lebih lanjut,
sehingga nanti jika sudah menetas akan keluarlah cacing-cacing
muda.
b) Regenerasi
Kebanyakan avertebrata mempunyai kenampuan
regenerasi dan begitu pula cacing tanah dari genus Lumbricus
dan pheretima. Kemampuan regenerasi ini tergantung pada
bagian tubuh cacing yang dipotong. Bila seekor cacing tanah
dipotong menjadi 2 bagian, maka pada potongan bagian anterior
akan segera terbentuk ekor baru, sedangkan pada potongan
bagian posterior akan terbentuk kepala baru, tetapi prosesnya
lebih lambat. Banyak segmen-segmen yang terjadi pada
regenerasi, umumnya lebih sedikit dari pada jumlah segmen
yanng hilang. Contohnya: bila 18 segmen dari bagian anterior
dipisahkan, ternyata hanya segmen-segmen ke-1 sampai ke-5
saja yang mengalami regenerasi.

D. Habitat pada filum Annelida


Sebagian besar annelida hidup bebas. Jenis lainnya hidup sebagai
parasit yang menempel sementara pada tubuhvertebrata, termasuk
manusia. Annelida umumnya hidup di dasar laut dan perairan tawar.
Beberapa jenis lainnya hidup ditanah dan tempat-tempat lembab.
Annelida hidup diperairan dan tanah didalam liang yang dibuatnya2

E. Klasifikasi pada filum Annelida

Secara Umum, Filum Annelida dibagi menjadi 3 (tiga) kelas,


yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.

1. Polychaeta
a. Morfologi
Polychaeta atau umumnya dikenal cacing laut. PolyChaeta
merupakan kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari
2 kata yaitu Poli yang berarti banyak, dan Chaeta berarti rambut.
Sehingga PolyChaeta adalah kelas dengan rambut paling banyak di
filum Annelida. PolyChaeta memiliki bagian tubuh yang terdiri
dari kepala, mata, dan sensor palpus. PolyChaeta mempunyai
tubuh bersegmen dengan struktur mirip daging yang bentuknya
mirip dayung, hal ini disebut Parapodia (tunggal
=parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia
adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus

2
Ibid hlm.163
sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.
Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang
tersusun dari kitin.
Menurut FAUHALD (1977) kelas Polychaeta ini dibagi
menjadi 17 bangsa (ordo), 81 suku (familia) dan 1540 marga
(genus). Nama lain Polychaeta adalah Lug worm (cacing bor),
Clam worm (cacing kerang), Bristle worm (cacing rambut/bulu)
dan Sea mouse (tikus laut). Cacing laut mempunyai ukuran tubuh
mikroskopik, pada umumnya berkisar antara 2 - 3 mm dan dapat
mencapai beberapa centimeter. Tetapi ada yang mempunyai ukuran
tubuh beberapa meter, salah satu contoh dari spesies Eunice
aphroditois yang hidup di pasir perairan dangkal mencapai panjang
tubuh sekitar 2 meter (AZIZ 1980). Bagian tubuh cacing laut ini
dibagi menjadi tiga bagian (Gambar 1).
Gambar 2. Potongan melintang
segmen tubuh Polychaeta
(FAUHALD 1977).

Keterangan :

A. Rongga tubuh
B. Ventral nerve
1. Setae
2. Notopodium
3. Neuropodium
Gambar 1. Morfologi Polychaeta
4. Parapodium
(FAUHALD 1977)
Keterangan :
A. Presegmental
B. Segmental
C. Postsegmental
1. Palp
2. Antenna
3. Prostomium
4. Peristomial cirrus
5. Peristomium
6. Segmen
7. Setiger
8. Parapodium
9. Septa
10. Pygidium
11. Anus
12. Anal cirrus
Pada bagian presegmental terdapat prostomium yang
biasanya dilengkapi dengan sepasang palpi dan sepasang antena,
kedua organ ini berfungsi sebagai alat peraba (sensory organ). Pada
prostomium dari kebanyakan cacing laut biasanya mempunyai
beberapa buah bintik mata. Kemudian terdapat segmental pada
deretan segmen tubuh. Deretan segmen tubuh bagian depan disebut
dada (thorax) dan deretan segmen tubuh bagian belakang disebut
perut (abdomen). Pada setiap segmen tubuh terdapat dua pasang
podia (kaki), sepasang podia pada sisi atas segmen tubuh
(dorsolateral) disebut notopodia, sedang podia pada sisi bawah
(ventrolateral) disebut neuropodia. (Gambar 2). Segmen paling
akhir dari cacing laut ini biasa disebut postsegmental, dimana
terdapat pygidium, anus dan sepasang anal cirri.

PolyChaeta mempunyai tubuh bersegmen dengan struktur


mirip daging yang bentuknya mirip dayung, hal ini disebut
Parapodia (tunggal = parapodium) Fungsi parapodia adalah sebagai
alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat
berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium
memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin..
Berfungsi sebagai alat gerak. Sebagian besar dari Polychaeta,
memiliki Parapodia berfungsi sebagai insang karena terdapat
pembuluh darah halus.
Contoh-contoh : Neanthes, Chartopterus, Arenicola,
Spirorbis, Serpula, Nereis.
b. Habitat Polychaeta
Cacing laut ini dapat hidup di berbagai macam habitat seperti
pada dasar berlumpur, berpasir dan berbatu. Makanan cacing laut
adalah kelompok udang-udangan rendah, diatomae, cacing lain
yang lebih kecil dan sisa-sisa zat organik (detritus). Menurut
TIMOTHY et al (1983) ada beberapa spesies Polychaeta yang
terdapat di dalam plankton atau sebagai plankton, yang paling
dikenal di antaranya adalah genus Tomopteris. Pada daerah tropik,
Polychaeta pelagis pada umumnya menggerombol sebagai
karnivor dan biasanya memangsa zooplankton renik termasuk larva
herring. Cacing ini mempunyai tubuh yang lunak dan hidup bebas
sebagai fauna dasar (benthic fauna) pada berbagai habitat di dasar
laut. Cacing laut dapat hidup pada perairan dangkal sampai
kedalaman ribuan meter. Cacing laut ini dijumpai di daerah tropis,
subtropis ataupun di daerah empat musim.
Berdasarkan hidupnya, polychaeta dibagi menjadi 2 sub
kelas yaitu Errantia (berkeliaran bebas) dan Sedentaria (menetap).
Yang termasuk Errantia adalah jenis pelagis yang hidupnya
merayap pada celah batu dan karang, membuat lubang atau lorong
di dalam pasir dan lumpur serta ada yang membentuk selubung.
Sedangkan yang termasuk sedentaria merupakan jenis cacing yang
hidupnya tinggal didalam selubung permanen, tidak pernah
meninggalkan liang dan hanya kepalanya saja yang keluar masuk
untuk mencari makan (Anonim,201 la).
c. Reproduksi
Polychaeta memiliki kelamin terpisah
1) Perkembangbiakannya dilakukan secara seksual.

Pada saat musim kawin, cacing betina akan melepaskan sel telur ke
air laut dan diikuti cacing jantan melepaskan sperma. Fertilisasi terjadi
di air laut dan berbentuk larva trachopor yang kemudian berkembang
menjadi cacing dewasa. Trachopor adalah larva yang berenang
bebas dan merupakan plankton. Selanjutnya, larva cacing yang
memiliki bulu getar ini akan mengalami metamorfosis menjadi
hewan bentuk dewasa (Yusron, 1985). Adapun siklus hidup dari
polychaeta yang terjadi secara seksual via fertilisasi eksternal adalah
sebagai berikut :
Ovum & sperma dilepas diair → Zigot → trokofor →juvenil
2) Perkembangbiakannya dilakukan secara Aseksual

Reproduksi aseksual pada beberapa jenis dilakukan dengan jalan budding


(pertunasan ) atau pembelahan, tubuh melakukan epitoksi (pembentukan
individu reproduktif) dan hewan menjadi tampak 2 bagian yang akhirnya
akan membentuk individu baru.
Ada dua sifat reproduksi yang dimiliki oleh polychaeta yaitu sifat
monotelik dan politelik. Monotelik yaitu cacing yang melakukan
reproduksinya hanya sekali dalam hidup dan akan segera mati setelah
memijah. Contoh cacing yang bersifat monotelik adalah Nereis sp.
(Ariawan, dkk., 2004). Sedangkan politelik adalah cacing yang dapat
melakukan reproduksi lebih dari sekali sepanjang hidupnya dan tidak akan
segera mati setelah memijah (Hariyadi, Nurbiakto, Bhagawi, dan Sireger,
2002).
d. Pernapasan dan peredaran darah
Pada beberapa polychaeta, parapodia dan insang berperan dalam
pertukaran gas. Respirasi gas pada kebanyakan annelid adalah dengan difusi
melewati dinding tubuh dan parapodia meningkatkan luas permukaan untuk
meningkatkan pertukaran gas ini. Organ insang sangat berkaitan erat dengan
adanya parapodia atau merupakan modifikasi dari organ parapodia, misalnya
yaitu cirrus dorsal.

Polychaeta mempunyai sistem peredaran darah tertutup dengan sepasang


pembuluh darah utama yakni pada saluran pencernaan yang sejajar dengan
pembuluh darah dorsal dan pembuluh darah ventral. Pembuluh berkontraksi
akan mendorong darah dari belakang kedepan ke ventral aorta selanjutnya
meninggalkan ventral aorta menuju pencernaan dan mendorong dari depan
menuju ke belakang. Dalam perjalanan darah dari pembuluh ventral ke dorsal,
dalam tiap 2 atau 3 segmen maka darah dialirkan menuju kapiler yang
mengalir ke usus dan dinding tubuh. Oksigen dibawa melalui kombinasi
dengan molekulyang disebut pigmen respiratori yang larut dalam plasma.
Pigmen darah bisa tidak berwarna, berwarna hijau atau merah tergantung pada
pigmen respiratorinya.
2. Oligochaeta
a. Deskripsi
Oligochaeta adalah meliputi cacing tanah dan beberapa
spesies yang hidup dalam air tawar. Oligochaeta tubuhnya juga
jelas bersegmen-segmen, jumlah setae sedikit (Oligos =
sedikit,chetae = rambut kaku atau setae). Tubuh cacing ini
umumnya berbentuk panjang silindris, dengan panjang 18cm dan
diameter tubuhnya ± 0,935cm. setae tidak terdapat pada parapodia,
prostomium jelas ada tetapi umumnya tanpa extremitas, selalu
bersifat hermaphrodit, testis dan ovarium terdapat pada segmen –
segmen anterior, dan testis selalu terletak di sebelah anterior
ovarium, ductus genitalis bermuara ke dalam suatu rongga yang
disebut spermatheca, reproduksi dilakukan dengan fertilisasi
silang, ova terdapat di dalam cocon, pertumbuhan atau
perkembangan secara langsung tanpa melalui stadium larva. Kelas
Olighocaheta meliputi 2 Ordo yaitu
1) Ordo Torriselae
Yaitu Oligochaeta yang bersifat terrestrial, yaitu hidup di dalam
tanah. Contoh : Lumbricus, Allolophobora, Eutyphocus.
2) Ordo Limicolae
Yaitu Oligochaeta yang bersifat aquatic. Contoh : Tubifex,
Stylaria, Aelosoma
b. Morfologi cacing tanah

Cacing tanah merupakan kelompok hewan filum Annelida


kelas Oligochaeta, dengan ciri tubuh memiliki cincin annulus
(Edwards and Lofty, 1977). Oligochaeta memiliki karakter dengan
sedikit seta, prostomium yang terletak di bagian ujung anterior dan
memiliki clitellum (di belakang prostomium). Clitelum merupakan
daerah penebalan segmen yang muncul pada bagian tertentu saat
cacing mencapai tahap dewasa (Stephenson,1930).
Cacing tanah mempunyai bagian luar yang bersegmen yang
berhubungan dengan bagian dalam yang juga bersegmen.Mereka
tidak berkerangka dan mempunyai kutikula berpigmen yang tipis
bersama setae di atas semua segmen kecuali pada dua segmen yang
pertama. Mereka hermaprodit dengan relatif sedikit gonads yang
terletak pada posisi segmen tertentu. Bila dewasa, bagian dari
epidermis tertentu membengkak yang tempatnya tertentu disebut
klitelum (clitellum) mengeluarkan kokon (cocoon) dimana telur
atau ova disimpan. Bila kawin, terdapat perkembangan di dalam
telur tanpa adanya tahap larva bebas, cacing yang baru menetas
langsung menyerupai dewasa (Anas, 1990).
Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit
tubuhnya terdapat sel-sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar.
Cacing tanah bersifat hermaphrodit. Pada Lumbricus terrestis
sepasang ovarium menghasilkan ova, dan terletak di dalam segmen
ke-13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan
infun dibulumnya bersilia. Oviduct tadi melalui septum yang
terletak di antara segmen ke-13 dan ke-14, dan di dalam segmen
ke-14 membesar membentuk kantong telur. Testes: ductus
spermaticus atau vasa deferentia masing-masing ada 2 pasang,
sedang vesicular seminalisnya ada 3 pasang. Testes terletak di
dalam suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesicular
seminalis (Kastawi, 2005).

Menurut Hanafiah (2005), setae adalah struktur fungsional


sebagai pemegang subtract dan peranti bergerak termasuk dalam
berkopulasi, berbentuk serupa bulu yang timbul di dalam kantong
rambut pada bagian luar kulit yang diapat dimelarkerutkan melalui
otot protactor-retractor. Kedua otot ini tumbuh dari lapisan sirkuler,
melewati otot longitudinal di dasar lubang rambut.Setae
mempunyai bentuk yang bervariasi tergantung spesiesnya, ada
yang berbentuk batang, jamur, atau serupa rambut.

Warna cacing tanah tergantung pada jenis pigmen yang


dimilikinya.Sel atau butiran pigmen ini berada didalam lapisan otot
dibawah kulitnya.Sebagian warna juga disebabkan oleh adanya
cairan kulomik kuning. Warna pada bagiandada dan perut
umumnya lebih muda dari pada bagian lainnya kecuali pada
Megascolidae yang berpigmen gelap, berwarna sama. Cacing tanah
tanpa atau berpigmen sedikit, jika kulit transparan biasanya terlihat
berwarna merah atau pink. Apabila kutikulanya sangat irridescent,
seperti pada Lumbricus dan Dendrobaena maka akan terlihat biru
(Hanafiah, 2005). Menurut Anas (1990), Warna cacing tanah yang
berpigmen bila disimpan dalam formalin bersifat agak stabil, tetapi
warna merah dan pink dari cacing tanah yang tidak berpigmen
biasanya memudar.

Gambar Morfologi cacing tanah (Jhamyanti,2013)

Menurut Anas (1990), mulut terbuka pada segmen yang


pertama disebut peristomium, yang ada permukaan dorsal
prostomium, cuping yang tergantung pada mulut prostomium
bervariasi pada ukurannya, dan pada beberapa cacing dapat pula
demikian kecilnya sehingga tidak dapat dibedakan. Cara
peristomium dan prostomium disatukan berbeda antara spesies
yang satu dengan yang lain dan kriteria ini merupakan karakter
yang digunakan dalam sistematik taksonomi Hubungan ini dapat
berupa zygolobus, prolobus, epilobus atau tanylobus, tergantung
dari batas prostomium.

Gambar Berbagai bentuk Prostomium (Chepalsation) (a)


Zyigolobus (b) Prolobus (c) Prolobus dan (d) Epilobus (e)
Tanylobus.(Anas, 1990).

Menurut Anas (1990), pada Lumbricidae, lubang jantan


terletak pada punggung samping disegmen ke-13. Setiap lubang
terletak pada lekukan yang pada beberapa spesies dibatasi oleh
bibir yang menonjol atau papillae grandular, sering berkembang ke
atas segmen yang di sampingnya. Pada famili yang lain,
umpamanya pada Megascolicidae, sering berasosiasi dengan dua
pasang lubang prostatik. Lubang-lubang ini merupakan bagian
tambahan dari alat reproduksi yang dikenal dengan nama prostates
yang umumnya tidak ada pada Lumbricidae. Lubang betina
umumnya sepasang, terletak didalam lekukan antar segmen atau
pada segmen, letaknya sering digunakan sebagai penciri famili
tertentu. Pada Enchytraeidae, ada pada lekuk 12/13, sedangkan
pada Lumbricidae, Megascolecidae dan Glossoscolecidae ada pada
segmen ke-14.
Menurut Kastawi (2005), kemampuan regenerasi cacing
tanah tergantung pada bagian tubuh cacing yang dipotong. Bila
seekor cacing tanah dipotong menjadi 2 bagian, maka pada
potongan bagian anterior akan segera terbentuk ekor baru,
sedangkan pada potongan bagian posterior akan terbentuk kepala
baru, tetapi prosesnya lebih lambat. Banyak segmen-segmen yang
terjadi pada regenerasi, umumnya lebih sedikit daripada jumlah
segmen yang hilang. Contohnya: bila 18 segmen dari bagian
anterior dipisahkan, ternyata hanya segmen-segmen ke-1 sampai
ke-5 saja yang mengalami regenerasi.

c. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan cacing


tanah

1) Kelembaban
Kelembaban sangat berpengaruh terhadap aktifitas
pergerakan cacing tanah karena sebagian tubuhnya terdiri atas
air berkisar 75-90% dari berat tubuhnya. Itulah sebabnya
pencegahan kehilangan air merupakan masalah bagi cacing
tanah. Meskipun demikian cacing tanah masih mampu hidup
dalam kondisi kelembaban yang kurang menguntungkan dengan
cara berpindah ketempat yang lebih sesuai atau pun diam.
Lubricus terretris misalnya, dapat hidup walaupun kehilangan
70% dari air tubuhnya. Kekeringan yang lama dan berkelanjutan
dapat menurunkan jumlah cacing tanah. Cacing tanah menyukai
kelembaban sekitar 12,5-17,2 % (Agustini,2006).
Rukmana (1999) menjelaskan bahwa kelembaban tanah
yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat menyebabkan cacing
tanah berwarna pucat dan kemudian mati. Sebaliknya bila
kelembaban tanah terlalu kering, cacing tanah akan segera
masuk kedalam tanah dan berhenti makan serta akhirnya mati.
Kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara 15-
50%, namun kelembaban optimumnya adalah antara 42-60%.
Kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat
menyebabkan cacing tanah berwarna pucat dan kemudian mati.
2) Suhu (temperatur) tanah
Kehidupan hewan tanah juga ikut ditentukan oleh suhu
tanah. Suhu yang ekstrim tinggi atau rendah dapat mematikan
hewan tanah. Disamping itu suhu tanah pada umumnya
mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan metabolism hewan
tanah. Tiap spesies hewan tanah memiliki kisaran suhu optimum
(Odum,1996).
Suhu tanah pada umumnya dapat memprngaruhi
pertumbuhan, reproduksi dan metabolism. Tiap spesies cacing
tanah memiliki kisaran suhu optimum tertentu, contohnya L.
rubellus kisaran suhu optimumnya 15-18˚C, L. Terrestris ±
10˚C, sedangkan kondisi yang sesuai untuk aktivitas cacing
tanah di permukaan tanah pada waktu malam hari ketika suhu
tidak melebihi 10,5˚C (Wallwork,1970).
3) pH tanah
kemasaman tanah sangat mempengaruhi populasi dan
aktivitas cacing tanah sehingga menjadi faktor pembatas
penyebaran dan spesiesnya. Umumnya cacing tanah tumbuh
baik pada PH sekitar 4,5-6,6 tetapi dengan bahan organik tanah
yang tinggi mampu berkembang pada PH 3 (Fender, 1990).
Cacing tanah sangat sensitiv terhadap keasaman tanah,
karena itu PH merupakan faktor pembatas dalam menentukan
jumlah spesies yang dapat hidup pada tanah tertentu. Dari
penelitian yang telah dilakukan secara umum didapatkan cacing
tanah menyukai PH tanah sekitar 5,8-7,2 karena dengan kondisi
ini bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal
untuk mengadakan pembusukan. Penyebaran vertical maupun
horizontal cacing tanah sangat dipengaruhi oleh PH tanah.
4) Kadar organik tanah
Suin (1997) mengatakan bahan organik tanah sangat
menentukan kepadatan organisme tanah. Bahan organik tanah
merupakan sisa-sisa tumbuhan, hewan organisme tanah, baik
yang telah terdekomposisi maupun yang sedang terdekomposisi.
Bahan organik tanah sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan populasi cacing tanah karena bahan organik yang
terdapat ditanah sangat diperlukan umtuk melanjutkan
kehidupannya. Bahan organik juga mempengaruhi sifat fisik-
kimia tanah dan bahan organik itu merupakan sumber pakan
untuk menghasilkan energi dan senyawa pembentukan tubuh
cacing tanah.
Berdasarkan klasifikasinya, cacing tanah termasuk ke
dalam kelas Oligochaeta yang terbagi menjadi 12 famili (suku).
Beberapa famili yang terkenal diantaranya Lumbriciadae,
Megascolecidae, Acanthrodrilidae, dan Octochaetidae (Maulida,
2015).

d. Sistem pernapasan dan peredaran darah


Cacing tanah bernapas menggunakan kulit. Diatas kulis
cacing tanah dilengkapi dengan lapisan tipis yang disebut kutikula.
Pembuluh darah yang terdapat dibawah kutikula berfungsi
mengambil oksigen (O₂) langsung dari udara dan melepaskan CO₂.
selanjutnya, darah dipompa oleh lima pasang jantung kesaluran
darah perut untuk dikirim ke bagian-bagian tubuh. Darah kembali
masuk jantung melalui saluran darah punggung. Dalam proses
peredaran darah terssebut, terjadi pengangkutan zat makanan dan
oksigen kesel-sel tubuh, serta pelepasan CO₂ ke udara.
e. Perkembangbiakan
Cacing tanah bersifat “hermaphrodite biparental”. Artinya,
cacing tanah memiliki dua jenis alat reproduksi sekaligus, yakni
jantan dan betina. Namun, untuk menghasilkan keturunan, mereka
harus melakukan perkawinan dengan cacing dewasa lainnya. Jadi,
meski alat kelaminnya dua, cacing tanah tidak dapat melakukan
perkawinan sendiri. Ciri-ciri cacing tanah dewasa dan siap
melakukan perkawinan adalah berumur diatas 2,5 bulan dan sudah
terbentuk kitelum. Proses perkawinan terjadi secara silang (cross
fertilization) dengan cara saling bertukar spermatozoid. Caranya,
kedua cacing tanah yang berpasangan saling melekatkan bagian
depannya (anterior) dengan posisi saling berlawanan yang
diperkuat oleh seta. Selanjutnya, kliteum masing-masing cacing
tanah tersebut akan mengeluarkan lender yang berfungsi
melindungi sel-sel sperma yang dikeluarkan oleh lubang alat
kelamin jantan masing-masing. Setelah beberapa jam berkopulasi
(kawin) dan masing-masing kantong ovarium yang berisi sel-sel
telur menerima sel-sel sperma, maka masing-masing kantong
ovarium saling berpisah.
Tahap selanjutnya akan terjadi pembentukan koon. Kopulasi dan
produksi kokon biasanya dilakukan pada musim kemarau. Anak
cacing tanah menetas dari kokon setelah 2-3 minggu inkubasi. Dua
hingga tiga bulan kemudian, anak tersebut menjadi dewasa.
d. Habitat alami cacing tanah
Jenis-jenis cacing tanah lokal atau asli biasanya ditemukan
hidup di berbagai jenis tanah, baik tanah bertekstur halus, tanah
liat, tanah liat berdebu, maupun lempung berdebu. Namun, jarang
ditemukan di tanah berpasir. Pada dasarnya, tempat yang tidak
terkena matahari langsung. Kelembaban ini penting untuk
mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya.
Sebanyak 85% dari berat tubuh cacing tanah berupa air.
Untuk itu, menjaga media pemeliharaan agar tetap lembap menjadi
hal yang mutlak. Walaupun tubuh cacing mempunyai mekanisme
otomatis yang dapat mempertahankan kelembaban di permukaan
tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan, ternyata
cacing juga bisa mengalami kekeringan. Kekeringan yang
berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke media
yang lebih cocok.3

3. Kelas Hirudinea (Hirudo = Lintah)

Tubuh Hirudinae pada keadaan diam atau istirahat berbentuk


langsing atau oval dan memipih kearah dorsoventral. Pada permukaan
tubuhnya terdapat banyak lekukan-lekukan atau annuli, tidak terdapat
satae (kecuali pada Acanthobdella) atau parapodia pada ujung anterior
dan ujung posterior beberapa segmen mengalami beberapa perubahan
bentuk alat penghisap (batil penghisap). Dengan demikian pada tubuh
seekor lintah terdapat dua batil penghisap, yaitu: satu diujung
anterior, terletak disekitar mulut dan satu lagi diujung posterior. Batil
penghisap ini berguna untuk melekatkan diri pada permukaan tubuh
hewan atau manusia, yang akan dihisap darahnya.

Jaringan mesenchim dinding coelom membentuk tonjolan-


tonjolan kecil atau villi kedalam rongganya atau coelomnya.
Hirudinae kebanyakan bersifat hermaphrodit dan padanya terdapat
clitellum, dan embrio berkembang didalam cocon.
3
Khairuman dan khairul Amri, Mengeruk Untung dari Berternak cacing, Cet1( Jakarta:
AgroMedia, 2009) hal 7-8
Kelas Hirudinae dapat dibagi atas beberapa familia, diantaranya
yaitu:

1) Familia Achanthobdellidae

Familia ini merupakan bentuk peralihan diantara Olighochaeta dan


Hirudinea, dan hanya ada satu genus yaitu Achantobdella.

2) Familia Rhyncobdellidae

Rhyncobdellidae hidup diair laut dan didalam air tawar, darah tidak
berwarna, proboscis dapat ditonjolkan, tidak mempunyai rahang.

3) Famillia genathobdellidae

Genathobdellidae ada yang bersifat aquatis yaitu dalam air tawar,


dan ada juga yang bersifat terestial, darah berwarna merah, tanpa
proboscis, tetapi umumnya mempunyai rahang. Contoh : Hirudo
medicinalis4

F. Peranan Annelida bagi Kehidupan Manusia.


1. Sebagai penghasil pupuk organik. Pupuk organik dihasilkan dari
proses pengomposan atau perombakan bahan organik oleh pengurai.
Cacing tanah mengurai bahan organik 5 kali lebih cepat. Itulah
sebabnya cacing tanah sangat potensialsebagai penghasil pupuk
organik. Bahan organik merupakan sumber makananutama bagi
cacing tanah. Setelah bahan organik dimakan, maka dihasilkan
pupukorganik. Pupuk organik tersebut lebih dikenal sebagai
eksemecat.
2. Sebagai pendaur ulang limbah. Cacing tanah dikenal sebagai
binatang pengurai atau perombak bahanorganik.Dari pengolahan
limbah dengan memantaatkan cacing tanah dapat
diperolehkeuntungan dari segi ekologi yaitu masalah lingkungan
4
Yusuf kastawi, Zoologi Avertebrata,cet 1(Malang : UM PRESS,2005) hlm.165-166
dapat diatasi, sedangkandan segi ekonomis dapat diperoleh
pendapatan dan hasil budidaya tersebut
3. Sebagai bahan baku pakan ternak dan ikan. Ditinjau dari segi
kandungan protein temyata tepung cacing tanah memiliki kandungan
proteinmencapai 64-76%. Cacing tanah jugamengandung asam
amino paling lengkap, berlemak rendah, mudah dicerna, dantidak
mengandung racun.
4. Sebagai bahan baku obat dan kosmetik. Cacing tanah merupakan
salah satu sumber obet tradisional. Masyarakat telah
menggunakancacing tanah ini sebagai obat penyakit tifus dengan
pengolahan yang sederhana.Ekstrak cacing tanah mampu
menghambat pertumbuhan bakteri patogen yangmenyebabkan
penyakit tifus dan diare, karenaenzim dalam cacing tanah mampu
memperbaiki proses fisiologis tubuhsehingga gangguan penyakit
dalam sirkulasi darah menjadi berkurang.Penyumbatan pembuluh
darah oleh lemak tertentu dapat diatasi. Bahkan enzimtersebut dapat
membantu pencernaan makanan sehingga metabolisme tubuh dapat
berjalan dengan lancar. Adapun enzim tersebut adalah perokcidase,
katalase danselulose.
5. Sebagai bahan baku makanan dan minuman. Di Jepang dan
beberapa negara Eropa, cacing dijadikan makanan
manusiakarenadipercaya dapat menyegarkan badan yang di kenal
sebagai Vermijuice.
6. Penyubur tanah. Cacing tanah memegang peranan penting bagi
agroekosistem, cacing tersebutmengandungnutrien dan memproses
sampah tanaman dan mengubahnya menjadi permukaan tanah
sehingga kayanutrisi.
7. Memperbaikidanmempertahankanstrukturtanah
8. Meningkatkandayaserapairpermukaan
9. Sebagai bioindikator pencemaran air laut berdasarkan komunutas
bentos disuatu perairan. Hal ini dikarenakan
sifatnyayangresponsifterhadappengkayaanbahanorganik.
10. Sebagai umpan pancing dan pakan alami udang. Cacing laut
banyakdigunakan untuk umpan pancing, karena hewanini
merupakan salah satu makanan bagi beberapaikan dan
udang.Penggunaan pakan alami dapat mengurangiketergantungan
terhadap pakan buatan, sehingga menekan biaya produksi
danmenjadikan lingkungan budidaya lebihbaikkarenamengurangi
nitrogen dan fosfor terlarut yangberlebih dari sisa pakan. Selain itu,
juga berdampak positif terhadap sistem reproduksi udangyaitu
dengan peningkatan kualitassperma, pematangan gonad dan
peningkatanovulasi karena mengandung progesterone, 17
ahydroxyprogesterone, prostaglandinarachidonic acid,
eicosapentaenoic acid, dan dan docosahexaenoic acid.
11. Sebagai agen antibakteri. Cacing laut mampu menghambat
pertumbuhan bakteri padakonsentrasi 100 JlWmJ. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kawsar et al. (2011)menunjukkan bahwa D-
galactose binding lectin(PnL) dari Perinereis nuntiadapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif, gram negatif, dan
bersifat anti fungal.Senyawa ini tersusun atas 51residu asam amino
dan bersifat bidrofobik.
12. Sumber makanan bagiorganisme yang hidup pada suatu
ekosistemperairan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan lebih
mengerti tentang hewan avertebrata filum Annelida. Namun, dalam
makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan dalam
pengerjaannya dan kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
belum sempurna dan untuk menjadi sempurna kami sangat
membutuhkan masukan dari pembaca atau pihak lain untuk
memberikan berbagai masukan dan kritik demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Nizar. Sulastri, Nofi. 2018. Identifikasi Jenis Annelida pada Habitat

Sungai Jangkok Kota Mataram. Mataram. IKIP Mataram. Vol 6. No 2

Brata, Bieng. 2018. Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah
pada Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda. Bengkulu.
Universitas Bengkulu. Vol 3. No 1

Hadiyanto. 2013. Nilai Ekonomis Cacing Laut (Annelida : Polycaeta).


Jakarta. Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI. Vol
37. No 3

Kastawi, Yusuf. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang. Universitas Negeri


Malang
Setio, Eko. Sri, Indah. Dkk. 2018.Aspek Biologi dan Lingkungan Polychaeta
Nereis sp. di Kawasan Pertambakan Desa Jeruklegi Kabupaten Cilacap:
Potensinya Sebagai Pakan Alami Udang. Universitas Jenderal Soedirman.
Vol 3. No 1

Anda mungkin juga menyukai