Filum Annelida
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ZOOLOGI AVERTEBRATA”
Dosen Pengampu :
Desi Kartikasari, M.Si.
Disusun Oleh :
Siti Nurul Laili 12208183065
Binti Musrifah 12208183065
Nila Chamdatur R 12208183072
Muhammad Fatkhur Reza 12208183076
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-
Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun oleh penulis untuk
memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Morfologi Tumbuhan.
Tulungagung,
November 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar Belakang....................................................................................................
2.Rumusan Masalah...............................................................................................
3.Tujuan Masalah...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan..............................................................................................
Saran
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Avertebrata merupakan golongan hewan yang termasuk ke dalam
kelompok yang tidak mempunyai tulang belakang atau penyokong
tubuh. Hewan ini memiliki pola organisasi tubuh yang sederhana
dibandingkan dengan kelompok avertebrata.
B. RumusanMasalah
1. Bagaimanaciri-ciri umum yang dimiliki oleh filum Annelida?
2. Bagaimana anatomi pada filum Annelida?
3. Bagaimana fisiologi yang terjadi pada filum Annelida?
4. Dimana habitat pada filum Annelida?
5. Bagimana klasifikasi pada filum Annelida ?
6. Bagaimana peranan filum Annelida ?
C. Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri umum yang dimiliki oleh filum Annelida.
2. Mengatahui anatomi pada filum Annelida.
3. Mengetahui fisiologi yang terjadi pada filum Annelida.
4. Mengetahui habitat pada filum Annelida.
5. Mengetahui klasifikasi pada filum Annelida.
6. Mengetahui peranan filum Annelida.
BAB II
PEMBAHASAN
a) Cara Kopulasi
Dua ekor cacing tanah saling berdekatan. Kemudian
saling merapatkan diri pada bagian ventral segmen-segmen ke-9
sampai ke-11. Dalam keadaan ini cacing membentuk pipa lendir
dan tiap-tiap cacing itu mengeluarkan spermatozoanya dari
vesicula seminalisnya. Spermatozoa dari cacing pertama melalui
pipa lendir tadi masuk kedalam receptaculum seminalis cacing
kedua, dan begitu juga sebaliknya.
Kemudian masing-masing cacing tadi saling memisahkan
diri dengan tetap membawa bagian pipa lendirnya. Didalam
pipa lendir ini, cacing mengeluarkan suatu subtansi, yang
kemudian membentuk cocon atau kantong. Cocon ini kemudian
tergelincir diatas segmen ke 14 dan menerima ova. Selanjutnya
diatas segmen 9-11 menerima spermatozoa. Akhirnya cocon
tergelincir diatas kepala cacing dan mengeras. Didalam cocon
ini,spermatozoz membuahi ova. Ova yang telah dibuahi ini,
lama kelamaan akan mengalami perkembangan lebih lanjut,
sehingga nanti jika sudah menetas akan keluarlah cacing-cacing
muda.
b) Regenerasi
Kebanyakan avertebrata mempunyai kenampuan
regenerasi dan begitu pula cacing tanah dari genus Lumbricus
dan pheretima. Kemampuan regenerasi ini tergantung pada
bagian tubuh cacing yang dipotong. Bila seekor cacing tanah
dipotong menjadi 2 bagian, maka pada potongan bagian anterior
akan segera terbentuk ekor baru, sedangkan pada potongan
bagian posterior akan terbentuk kepala baru, tetapi prosesnya
lebih lambat. Banyak segmen-segmen yang terjadi pada
regenerasi, umumnya lebih sedikit dari pada jumlah segmen
yanng hilang. Contohnya: bila 18 segmen dari bagian anterior
dipisahkan, ternyata hanya segmen-segmen ke-1 sampai ke-5
saja yang mengalami regenerasi.
1. Polychaeta
a. Morfologi
Polychaeta atau umumnya dikenal cacing laut. PolyChaeta
merupakan kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari
2 kata yaitu Poli yang berarti banyak, dan Chaeta berarti rambut.
Sehingga PolyChaeta adalah kelas dengan rambut paling banyak di
filum Annelida. PolyChaeta memiliki bagian tubuh yang terdiri
dari kepala, mata, dan sensor palpus. PolyChaeta mempunyai
tubuh bersegmen dengan struktur mirip daging yang bentuknya
mirip dayung, hal ini disebut Parapodia (tunggal
=parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia
adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus
2
Ibid hlm.163
sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.
Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang
tersusun dari kitin.
Menurut FAUHALD (1977) kelas Polychaeta ini dibagi
menjadi 17 bangsa (ordo), 81 suku (familia) dan 1540 marga
(genus). Nama lain Polychaeta adalah Lug worm (cacing bor),
Clam worm (cacing kerang), Bristle worm (cacing rambut/bulu)
dan Sea mouse (tikus laut). Cacing laut mempunyai ukuran tubuh
mikroskopik, pada umumnya berkisar antara 2 - 3 mm dan dapat
mencapai beberapa centimeter. Tetapi ada yang mempunyai ukuran
tubuh beberapa meter, salah satu contoh dari spesies Eunice
aphroditois yang hidup di pasir perairan dangkal mencapai panjang
tubuh sekitar 2 meter (AZIZ 1980). Bagian tubuh cacing laut ini
dibagi menjadi tiga bagian (Gambar 1).
Gambar 2. Potongan melintang
segmen tubuh Polychaeta
(FAUHALD 1977).
Keterangan :
A. Rongga tubuh
B. Ventral nerve
1. Setae
2. Notopodium
3. Neuropodium
Gambar 1. Morfologi Polychaeta
4. Parapodium
(FAUHALD 1977)
Keterangan :
A. Presegmental
B. Segmental
C. Postsegmental
1. Palp
2. Antenna
3. Prostomium
4. Peristomial cirrus
5. Peristomium
6. Segmen
7. Setiger
8. Parapodium
9. Septa
10. Pygidium
11. Anus
12. Anal cirrus
Pada bagian presegmental terdapat prostomium yang
biasanya dilengkapi dengan sepasang palpi dan sepasang antena,
kedua organ ini berfungsi sebagai alat peraba (sensory organ). Pada
prostomium dari kebanyakan cacing laut biasanya mempunyai
beberapa buah bintik mata. Kemudian terdapat segmental pada
deretan segmen tubuh. Deretan segmen tubuh bagian depan disebut
dada (thorax) dan deretan segmen tubuh bagian belakang disebut
perut (abdomen). Pada setiap segmen tubuh terdapat dua pasang
podia (kaki), sepasang podia pada sisi atas segmen tubuh
(dorsolateral) disebut notopodia, sedang podia pada sisi bawah
(ventrolateral) disebut neuropodia. (Gambar 2). Segmen paling
akhir dari cacing laut ini biasa disebut postsegmental, dimana
terdapat pygidium, anus dan sepasang anal cirri.
Pada saat musim kawin, cacing betina akan melepaskan sel telur ke
air laut dan diikuti cacing jantan melepaskan sperma. Fertilisasi terjadi
di air laut dan berbentuk larva trachopor yang kemudian berkembang
menjadi cacing dewasa. Trachopor adalah larva yang berenang
bebas dan merupakan plankton. Selanjutnya, larva cacing yang
memiliki bulu getar ini akan mengalami metamorfosis menjadi
hewan bentuk dewasa (Yusron, 1985). Adapun siklus hidup dari
polychaeta yang terjadi secara seksual via fertilisasi eksternal adalah
sebagai berikut :
Ovum & sperma dilepas diair → Zigot → trokofor →juvenil
2) Perkembangbiakannya dilakukan secara Aseksual
1) Kelembaban
Kelembaban sangat berpengaruh terhadap aktifitas
pergerakan cacing tanah karena sebagian tubuhnya terdiri atas
air berkisar 75-90% dari berat tubuhnya. Itulah sebabnya
pencegahan kehilangan air merupakan masalah bagi cacing
tanah. Meskipun demikian cacing tanah masih mampu hidup
dalam kondisi kelembaban yang kurang menguntungkan dengan
cara berpindah ketempat yang lebih sesuai atau pun diam.
Lubricus terretris misalnya, dapat hidup walaupun kehilangan
70% dari air tubuhnya. Kekeringan yang lama dan berkelanjutan
dapat menurunkan jumlah cacing tanah. Cacing tanah menyukai
kelembaban sekitar 12,5-17,2 % (Agustini,2006).
Rukmana (1999) menjelaskan bahwa kelembaban tanah
yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat menyebabkan cacing
tanah berwarna pucat dan kemudian mati. Sebaliknya bila
kelembaban tanah terlalu kering, cacing tanah akan segera
masuk kedalam tanah dan berhenti makan serta akhirnya mati.
Kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara 15-
50%, namun kelembaban optimumnya adalah antara 42-60%.
Kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat
menyebabkan cacing tanah berwarna pucat dan kemudian mati.
2) Suhu (temperatur) tanah
Kehidupan hewan tanah juga ikut ditentukan oleh suhu
tanah. Suhu yang ekstrim tinggi atau rendah dapat mematikan
hewan tanah. Disamping itu suhu tanah pada umumnya
mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan metabolism hewan
tanah. Tiap spesies hewan tanah memiliki kisaran suhu optimum
(Odum,1996).
Suhu tanah pada umumnya dapat memprngaruhi
pertumbuhan, reproduksi dan metabolism. Tiap spesies cacing
tanah memiliki kisaran suhu optimum tertentu, contohnya L.
rubellus kisaran suhu optimumnya 15-18˚C, L. Terrestris ±
10˚C, sedangkan kondisi yang sesuai untuk aktivitas cacing
tanah di permukaan tanah pada waktu malam hari ketika suhu
tidak melebihi 10,5˚C (Wallwork,1970).
3) pH tanah
kemasaman tanah sangat mempengaruhi populasi dan
aktivitas cacing tanah sehingga menjadi faktor pembatas
penyebaran dan spesiesnya. Umumnya cacing tanah tumbuh
baik pada PH sekitar 4,5-6,6 tetapi dengan bahan organik tanah
yang tinggi mampu berkembang pada PH 3 (Fender, 1990).
Cacing tanah sangat sensitiv terhadap keasaman tanah,
karena itu PH merupakan faktor pembatas dalam menentukan
jumlah spesies yang dapat hidup pada tanah tertentu. Dari
penelitian yang telah dilakukan secara umum didapatkan cacing
tanah menyukai PH tanah sekitar 5,8-7,2 karena dengan kondisi
ini bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal
untuk mengadakan pembusukan. Penyebaran vertical maupun
horizontal cacing tanah sangat dipengaruhi oleh PH tanah.
4) Kadar organik tanah
Suin (1997) mengatakan bahan organik tanah sangat
menentukan kepadatan organisme tanah. Bahan organik tanah
merupakan sisa-sisa tumbuhan, hewan organisme tanah, baik
yang telah terdekomposisi maupun yang sedang terdekomposisi.
Bahan organik tanah sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan populasi cacing tanah karena bahan organik yang
terdapat ditanah sangat diperlukan umtuk melanjutkan
kehidupannya. Bahan organik juga mempengaruhi sifat fisik-
kimia tanah dan bahan organik itu merupakan sumber pakan
untuk menghasilkan energi dan senyawa pembentukan tubuh
cacing tanah.
Berdasarkan klasifikasinya, cacing tanah termasuk ke
dalam kelas Oligochaeta yang terbagi menjadi 12 famili (suku).
Beberapa famili yang terkenal diantaranya Lumbriciadae,
Megascolecidae, Acanthrodrilidae, dan Octochaetidae (Maulida,
2015).
1) Familia Achanthobdellidae
2) Familia Rhyncobdellidae
Rhyncobdellidae hidup diair laut dan didalam air tawar, darah tidak
berwarna, proboscis dapat ditonjolkan, tidak mempunyai rahang.
3) Famillia genathobdellidae
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan lebih
mengerti tentang hewan avertebrata filum Annelida. Namun, dalam
makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan dalam
pengerjaannya dan kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
belum sempurna dan untuk menjadi sempurna kami sangat
membutuhkan masukan dari pembaca atau pihak lain untuk
memberikan berbagai masukan dan kritik demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Nizar. Sulastri, Nofi. 2018. Identifikasi Jenis Annelida pada Habitat
Brata, Bieng. 2018. Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah
pada Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda. Bengkulu.
Universitas Bengkulu. Vol 3. No 1