Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Bina Mulia Hukum

Volume 3, Nomor 1, September 2018 P-ISSN: 2528-7273 E-ISSN: 2540-9034


Artikel diterima 27 Agustus 2018, artikel direvisi 10 September 2018, artikel diterbitkan 28 September 2018
DOI: 10.23920/jbmh.v3n1.2 Halaman Publikasi: http://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/jbmh/issue/archive

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA WANITA UNTUK MEMPEROLEH HAK-HAK


PEKERJA DIKAITKAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI
Mulyani Djakaria*

ABSTRAK
Masalah ketenagakerjaan sampai saat ini masih menjadi sorotan. Kurangnya jaminan
keselamatan, kesehatan, dan hak-hak reproduksi bagi tenaga kerja wanita merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya berbagai permasalahan dalam bidang ketenagakerjaan. Tenaga kerja
sebagai pekerja di perusahaan masih saja mendapat perlakuan yang diskriminatif dari pengusaha,
hal ini yang menimbulkan hak-hak yang seharusnya diterima oleh tenaga kerja wanita seperti
perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan dan hak-hak reproduksi tenaga kerja wanita tidak
diberikan sepenuhnya. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif untuk melihat
perlindungan hukum terhadap keselamatan, kesehatan dan hak-hak reproduksi pekerja wanita dan
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan, dan
hak-hak reproduksi bagi tenaga wanita. Hasil menunjukkan bahwa Perlindungan hukum terhadap
keselamatan, kesehatan dan hak-hak reproduksi dalam pelaksanannya secara umum sebagian
sudah sesuai, misalnya jaminan sosial secara umum telah diberikan kepada tenaga kerja wanita,
tetapi ada sebagian yang belum sesuai misalnya, cuti haid, cuti hamil. Kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan, dan hak-hak reproduksi
tenaga kerja wanita, dari pihak pemerintah yaitu lemahnya pengawasan, dari pihak pengusaha
sering melanggar peraturan demi keuntungan pengusaha, dari pihak tenaga kerja wanita yaitu
kurang paham terhadap peraturan perundangan ketika terjadi pelenggaran hak-haknya sebagai
pekerja.
Kata kunci: pekerja wanita; perlindungan hukum; reproduksi.

ABSTRACT
Employment problem is still in the spotlight. Lack of warranty of safety, health, and reproductive
rights received by female workers was one factor contributting to the problems in the employment
field. Female workers as wokers in the company still gets the discriminatory treatment from the
employer which cause the rights that should be accepted by the female workers as a protection of
safety, heatlh and reprodutive rights of women workers are not given in full. The research method
used is normative juridical to see the legal protection of the safety, health and reproductive rights
of female workers and the obstacles faced in implementing protection against safety, health, and
reproductive rights for female workers. The results show that legal protection for safety, health and
reproductive rights in general implementation is partly appropriate, for example social security in

* Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung 40132, email: mulyani@unpad.ac.id.
16 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

general has been given to female workers, but there are some item are not suitable for example,
menstruation leave, maternity leave. Constraints faced in the implementation of protection
against safety, health, and reproductive rights of female workers, from the government, namely
weak supervision, from the employer often violate the rules for the benefit of employers, from the
female labor force that is lack of understanding of legislation when it occurs release of his rights
as a worker.
Keywords: female workers; legal protection; reproductive.

PENDAHULUAN bangsa Indonesia. Dengan pembangunan


Keadilan mengandung nilai moral ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan
universal yang merupakan hak dan kebutuhan kelangsungan hidup bangsa terutama pada
dasar manusia di seluruh dunia.1 Nilai moral negara yang sedang berkembang seperti
keadilan tersebut menjadi cita-cita setiap Indonesia. Pembangunan ketenagakerjaan
bangsa yang di dalamnya terdapat kepentingan bertujuan untuk menyediakan lapangan kerja
berbagai golongan.2 Dalam hal ini keadilan bagi setiap angkatan kerja, sehingga dapat
menjadi kesepakatan diantara berbagai unsur memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang
masyarakat yang menginginkan kehidupan layak bagi kemanusiaan sesuai dengan Pasal
bernegara yang adil dan makmur. 27 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 dan
merupakan ciri dari sistem ekonomi kerakyatan.
Dalam era reformasi yang bergulir saat
ini, semangat dan pelaksanaan hak asasi Pemerintah telah bertekad untuk
nampak semakin semarak, namun disatu melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang
pihak perlakuan tidak adil termasuk pelecehan Dasar 1945 secara murni dan konsekuen
terhadap kaum wanita masih saja berlangsung. dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat,
Perlakuan tidak adil tersebut dapat berupa berbangsa dan bernegara. Salah satu aspek
diskriminasi gender, perlakuan yang berakibat tersebut adalah tata pergaulan di tempat
terjadinya perbedaan mengenai hak dan bekerja atau perusahaan yang lazim disebut
kesempatan antara kaum pria dan wanita pada Hubungan Industrial, karena itu aspek ini harus
khususnya, dan di samping itu terjadi pula diataati sesuai dengan jiwa dan semangat
pelecehan secara fisik. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam proses pembangunan tenaga kerja Berdasarkan arah kebijakan tersebut,


sebagai sumber daya manusia mempunyai dilaksanakan program perlindungan dan
peran dan kedudukan yang penting. Hal ini pengembangan lembaga tenaga kerja dimana
karena tenaga kerja adalah sebagai pelaku atau salah satu kegiatan pokok yang dilakukan adalah
subyek pembangunan sekaligus juga sebagai meningkatkan pembinaan syarat-syarat dan
tujuan atau obyek pembangunan nasional penegakan terhadap pelaksanaan peraturan
yang akan menentukan kelangsungan hidup ketenagakerjaan, termasuk jaminan kerja

1
Emmy Latifah “Eksistensi Prinsip-Prinsip Keadilan Dalam Sistem Hukum Perdagangan Internasional”, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum,
Vol. 2 Nomor 1 Tahun 2015 ISSN 2442-9325, hlm. 65.
2
Ibid, 65.
Mulyani Djakaria 17
Perlindungan Hukum bagi Pekerja Wanita untuk Memperoleh Hak-Hak Pekerja

untuk mencegah praktik-praktik diskriminatif maka Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (2)
terhadap perempuan dan memastikan agar Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
perempuan mendapatkan haknya baik hak acuan utama dengan asumsi sebagaimana
ekonomi langsung seperti upah yang layak dikemukakan di atas bahwa salah satu hakekat
sesuai dengan kebutuhan hidup para pekerja dari Pasal 27 tersebut adalah persamaan atau
dan jenjang karier maupun hak ekonomi tidak kesetaraan diantara warga negara. Jadi dalam
langsung seperti cuti haid, melahirkan dan persfektif hukum tidak ada tempat di Indonesia
menyusui. ini untuk tindakan atau perlakuan diskriminatif.
Dalam perspektif hak asasi manusia yang Hal ini berarti baikpekerja wanita maupun
memiliki nilai dan berlaku secara universal pekerja pria dalam kedudukannya sebagai
terhadap asumsi bahwa manusia dilahirkan warga negara memiliki hak dan kesempatan
sama dan sederajat, juga memiliki kebebasan yang sama dibidang ketenagakerjaan ataupun
(free and equal), dengan berlandaskan asumsi memiliki hak yang sama dalam berbagai aspek
ini tidak diperkenankan adanya diskriminasi, baik itu di bidang ekonomi, politik, sosial, dan
baik secara gender, ras, suku, warna kulit, budaya maupun ilmu pengetahuan.
agama dan hal-hal lainnya. Undang-Undang memberikan kesempatan
Sebagaimana dikemukakan terdahulu tenaga kerja wanita untuk tidak melaksanakan
bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam pekerjaan pada keadaan, tempat, dan waktu
hak asasi berlaku secara universal, hal ini tertentu. Pembatasan ini sehubungan dengan
berarti nilai-nilai tersebut pun berlaku di kondisi wanita yang secara kodrati berbeda
Indonesia. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan dengan pria. Pada dasarnya wanita tidak
falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila yang dilarang melakukan pekerjaan, tetapi dibatasi
begitu sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan. berdsarkan pertimbangan bahwa wanita itu
Khususnya di bidang ketenagakerjaan di negeri lemah badannya dan untuk menjaga kesehatan
ini menggunakan sistem hubungan industrial dan kesusilaannya.
yang salah satu aspeknya adalah penghormatan Adapun jenis pekerjaan yang diberikan
terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam arti kepada wanita yaitu yang sesuai dengan sifat
berbagai tindakan yang bertentangan dengan alamiah wanita yang luwes, lemah lembut,
nilai-nilai tersebut tidak diperkenankan.3 telaten, sabar, menarik dan sifat lainnya yang
Dalam perspektif hukum di Indonesia berhubungan dengan wanita, sehingga apa
kajian pertama yang perlu dilakukan adalah yang dikerjakannya mencapai hasil yang baik.
terhadap Undang-Undang Dasar 1945 hal ini Contoh pekerjaan yang sering diberikan kepada
berdasarkan asumsi bahwa Undang-Undang wanita adalah sekretaris, penjahit di pabrik
Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi dan garmen, perawat kesehatan dan lain-lainnya.
menjadi dasar dan acuan bagi perundang- Penempatan tenaga kerja merupakan titik berat
undangan yang ada di bawahnya. Menyinggung upaya penanganan masalah ketenagakerjaan.
tentang perangkat hukum dalam kaitannya Terlebih Indonesia tergolong salah satu negara
dengan perlindungan bagi tenaga kerja wanita, yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke

3
Ali Abdurahman dkk, Perlindundungan Bagi Pekerja Wanita Dalam Persfektif Ham dan Hukum, UNPAD, 2001, Bandung: hlm. 8.
18 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

empat di dunia, sehingga penempatan angkatan Pekerja wanita yang berumur kurang
kerja juga harus diatur sedemikian rupa dan dari 18 tahun dilarang dipekerjakan antara jam
secara terpadu. 23.00 sampai jam 07.00. Selanjutnya pengusaha
Prinsip penempatan tenaga kerja wanita dilarang mempekerjakan pekerja perempuan
pada suatu perusahaan adalah bahwa setiap hamil yang menurut keterangan dokter
tenaga kerja wanita mempunyai kesempatan berbahaya bagi kesehatan dan keselamatn
yang sama untuk memilih, mendapatkan atau kandungannya maupun dirinya apabila bekerja
pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan antara jam 23.00 sampai dengan jam 07.00.
yang layak di dalam satu perusahaan tertentu Khusus bagi pekerja wanita mendapat
sesuai dengan keahlian juga kemampuan yang perlindungan sebagai berikut:4
dimilikinya dengan tidak melupakan kodrat 1. Jika dalam masa haid merasakan sakit dan
wanita yang mempunyai sifat lemah lembut, memberitahukan kepada pengusaha, tidak
teliti dan cendrung lemah. wajib bekerja pada hari pertama dan kedua
Bagi pengusaha yang hendak waktu haid;
mempekerjakan tenaga kerja wanita harus 2. Pekerja perempuan berhak memperoleh
mengetahui bagaimana mempekerjakan istirahat selama 1,5 bulan sebelum saatnya
tenaga kerja wanita dalam perusahaannya melahirkan anak dan 1,5 bulan sesudah
dan hendaknya dalam pemberian tugas atau melahirkan menurut perhitungan dokter
penempatannya dalam jenis-jenis pekerjaan kandungan atau bidan.
tertentu selalu memakai pertimbangan yang
bijaksana dengan melihat kenyataan-kenyataan Selain Undang-Undang Nomor 13 Tahun
bahwa wanita mempunyai sifat: 2003 tentang Ketenagakerjaan, terdapat
pula aturan hukum yang lain yang mengatur
1. Para wanita umumnya bertenaga lemah, tentang tenaga kerja wanita yaitu diantaranya
halus tetapi tekun; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
2. Norma-norma susila harus diutamakan Keselamatan Kerja, Undang- Undang Nomor 80
agar tenaga kerja wanitantersebut tidak Tahun 1957 tentang Persetujuan Konvensi ILO
terpengaruh oleh perbuatn-perbuatan No. 100 Tahun 1953 mengenai Pengupahan
negatif dari tenaga kerja lawan jenisnya, yang Sama Bagi tenaga Kerja Wanita dan Pria
terutama kalau dipekerjakan pada malam Untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya. Konvensi
hari; ini kemudian diratifikasi oleh pemerintah dan
3. Para tenaga kerja itu umumnya mengerjakan akhirnya pemerintah mengeluarkan Peraturan
pekerjaan-pekerjaan halus sesuai dengan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang
sifat dan tenaganya; Perlindungan Upah, Undang-Undang No. 3
4. Para tenaga kerja wanita ada yang masih Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
gadis ada pula yang telah bersuami atau kerja, Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999
berkeluarga yang dengan sendirinya tentang Hak Asasi Manusia, Peraturan Menteri
mempunyai beban-beban rumah tangga Tenaga Kerja Nomor 3 tahun 1989 tentang
yang harus dilaksanakannya juga. Larangan PHK terhadap wanita menikah, hamil,
menyusui.

4
Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta: 2003, hlm. 113.
Mulyani Djakaria 19
Perlindungan Hukum bagi Pekerja Wanita untuk Memperoleh Hak-Hak Pekerja

Berkaitan dengan hal tersebut di atas pemerintah dalam masalah ketenagakerjaan ini
maka diperlukan suatu pengawasan dari pihak adalah dalam rangka memberikan perlindungan
yang berwenang Dalam hal ini pemerintah agar kepada pihakyang lemah dalam hal ini pihak
peraturan yang telah ada tentang peraturan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja wanita.
ketenagakerjaan secara umum, mengenai Masalah ketenagakerjaan pada
kesehatan, keselamatan dan hak–hak reproduksi hakekatnya merupakan masalah nasional yang
tenaga kerja wanita dilaksanakan dengan sangat kompleks ditambah lagi dengan kondisi
sebaik- baiknya untuk mengawasi hak dan ekonomi yang semakin merosot. Keadaan ini
kewajiban para tenaga kerja wanita tersebut. menimbulkan semakin banyak tenaga kerja
Dan pengawasan ini menjadi tanggung jawab yang kehilangan pekerjaan karena adanya
dan tugas bagian pengawasan ketenagakerjaan pemutusan hubungan kerja, sementara itu
Dinas Ketenagakerjaan. Berdasarkan latar menimbulkan banyaknya tuntutan dari tenaga
belakang yang telah dipaparkan di atas, maka kerja baik yang bersifat normatif maupun non
masalah utama dari penelitian ini yang akan normatif. Menghadapi kondisi ini pemerintah
dibahas adalah bagaimanakah perlindungan dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja sangat
hukum terhadap keselamatan, kesehatan penting untuk menangani permasalahan
dan hak-hak reproduksi tenaga kerja wanita. ketenagakerjaan secara tepat, salah satunya
Kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaaan masalah perlindungan tenaga kerja wanita.
perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan Selama ini perlindungn terhadap tenaga kerja
dan hak- hak reproduksi tenaga kerja wanita. wanita, khususnya mengenai keselamatan,
kesehatan dan hak-hak reproduksinya tidak
METODE PENELITIAN dapat dilakukan sepenuhnya karena adanya
Metode penelitian yang digunakan peluang yang diberikan oleh peraturannya
dalam penulisan ini adalah metode analisis sendiri yang secara tegas melarang dan tidak
normatif kualitatif dengan pendekatan yuridis adanya sanksi yang tegas. Hal ini dapat
normatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dilihat dalam undang-undang dan peraturan
dengan studi dokumen guna memperoleh data menteri yang mengatur tentang tenaga kerja
sekunder yang didukung dengan wawancara wanita yang tidak membuat sanksi terhadap
untuk memperoleh data primer, kemudian penyimpangan dari perusahaan dan kalaupun
dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara ada sanksi, pelaksanaannya kurang adil dan
deskriptif. tegas.
Perusahaan banyak melakukan usaha-
PEMBAHASAN usaha demi meminimalisasi kerugian mereka
Tujuan perlindungan hukum bagi tenaga dengan memberikan insentif seperti bonus
kerja dimaksudkan untuk memberikan kehadiran (attendance bonus), bonus dari
perlindungan dari kesewenang-wenangan pelaksanaan suatu pekerjaan (performance
pengusaha dan untuk menciptakan suasana bonus) dan bonus-bonus yang berkaitan
yang harmonis di perusahaan yang dapat dengan kehadiran tenaga kerja di tempat
dilaksanakan sesuai dengan prinsip yang kerja. Hal ini berarti segala jenis insentif yang
ada dalam hubungan industrial. Peranan diberikan secara otomatis hilang jika pekerja
20 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

tidak bekerja, walaupun hanya dalam waktu 1 mana pun terutama dari kebijakan untuk
(satu) hari dengan alasan yang jelas ataupun pembangunan kependudukan;
jika pekerja tidak dapat memenuhi target 2. Perempuan memiliki hak-hak untuk
pekerjaan dalam satu hari, maka pekerja tidak menentukan kapan, seperti apa,
akan memperoleh insentif, sebagai contoh bagi mengapa, dengan siapa dan bagaimana
tenaga kerja wanita dengan pemberian insentif mengungkapkan seksualitasnya. Kebijakan
ini membuat pekerja wanita dengan terpaksa kependudukan harus didasarkan pada
bekerja selama mengalami menstruasi yang prinsip penghormatan pada integritas
sangat sakit sekalipun, hal ini mempengaruhi seksual dan kebutuhan anak perempuan
terhadap keselamatan dan kesehatan reproduksi dan perempuan;
pekerja tersebut. Hak untuk mendapat cuti 3. Perempuan memiliki hak individual dan
haid para pekerja pada umumnya tidak pernah tanggungjawab sosial untuk menentukan
diambil oleh tenaga kerja wanita, dikarenakan apakah, bagaimana dan kapan memiliki
panjangnya birokrasi yang harus dihadapi. anak dan berapa banyak, tidak ada seorang
Kenyataannya banyak tenaga kerja wanita perempuan pun dapat dipaksakan untuk
yang diberhentikan atau terkena pemutusan melahirkan, apabila hal itu idak sesuai
hubungan kerja, karena pekerja sudah menikah dengan keinginannya;
atau dalam keadaan hamil, pelanggaran 4. Laki-laki juga memiliki tanggung jawab
menikah ini memilki tendensi di dalam industri personal dan sosial atas tingkah laku
yang mana mempekerjakan wanita sebagai seksual dan atas tingkah laku mereka pada
pekerjanya. Perusahaan saat ini lebih suka kesehatan serta kesejahteraan pasangan
untuk melakukan perekrutan pekerja terhadap dan anak-anaknya
pekerja wanita yang belum menikah sehingga Perempuan berdasarkan fungsi biologisnya
mudah untuk mengontrol fasilitas yang melahirkan suatu hak yaitu hak reproduksi yang
diberikan. harus dilindungi. Fungsi reproduksi perempuan
Untuk lebih memahami keselamatan. meliputi masa menstruasi, masa pra dan pasca
Kesehatan, dan hak-hak reproduksi perlu kehamilan serta masa menyusui. Ketiga fungsi
mendapatkan perhatian dan penghormatan, ini sudah melekat pada setiap perempuan
khususnya pada hak-hak reproduksi sehingga pelaksanaan perlindungan untuk
perempuan, melihat kutipan dasar konferensi menjaga hak- hak reproduksi perempuan itu
internasional kependudukan dan pembangunan suatu keharusan.
di Kairo tahun 1994 deklarasi tersebut terus Perlindungan yang diberikan bagi
menguraikan prinsip-prinsip etis fundamental perempuan terhadap kesehatan reproduksi
tersebut yaitu sebagai berikut: akan berdampak terhadap proses pembangunan
1. Perempuan dapat dan telah membuat khususnya pada bidang kependudukan. Dengan
keputusan yang bertanggungjawab untuk kesehatan reproduksi yang baik, maka seorang
dirinya sendiri, keluarganya, masyarakatnya ibu akan melahirkan seorang anak yang sehat.
dan untuk keadaan dunia pada umumnya. Keguguran dan kematian ibu akan dapat
Perempuan harus menjadi subyek bukan diminimalisir dengan adanya dari tiap individu
obyek dari kebijakan pembangunan untuk menjaga kesehatan reproduksinya.
Mulyani Djakaria 21
Perlindungan Hukum bagi Pekerja Wanita untuk Memperoleh Hak-Hak Pekerja

Disinilah peran pemerintah sangat besar di Perlindungan yang diatur adalah perlindungan
dalam pengawasan pelaksanaan perlindungan terhadap kesehatan kerja (gezonheidhealth)
hak- hak reproduksi. dan keselmatan kerja atau keamanan kerja
(veiligheid safety) dalam menjalankan
Perlindungan Hukum Terhadap Keselamatan, pekerjaan. Kedua hal tersebut dikembangkan
Kesehatan dan Hak-Hak Reproduksi Pekerja sebagai suatu bidang tersendiri dalam hukum
Wanita perburuhan yang menonjolkan intervensi negara
Perlindungan pekerja merupakan faktor dalam bentuk hukum (peraturan perundang-
utama dalam keselamatan, kesehatan kerja dan undangan). Pada mulanya, peraturan yang
hak-hak reproduksi pekerja wanita. Pendekatan disusun hanya berupa pembatasan jam kerja
tersebut bermula dari meningkatnya dampak bagi pekerja anak, kemudian pekerja remaja
buruk perkembangan doktrin Laissez Faire di dan selanjutnya pekerja wanita.8
Eropa pada abad pertengahan. Doktrin tersebut Dasar pemikiran yang melatar belakangi
mengusung filosofi liberalisasi ekonomi, pengaturan tersendiri bagi pekerja wanita
khususnya di sektor industri. Secara garis adalah karena wanita memiliki kekhususan-
besar, intervensi pemerintah dalam hubungan kekhususan tertentu, utamanya fisik biologis,
ekonomi/industrial tidak diperkenankan. psikis moral dan sosial kesusilaan. Prinsip
Berkembang pula aksi pengabaian terhadap dibidang kesehatan kerja bagi pekerja wanita
berbagai peraturan perundang-undangan yang adalah perlindungan khusus atas kekhususan
telah ditetapkan oleh pemerintah.5 mereka utamanya fungsi melanjutkan
Perlindungan hukum6 pekerja, terlebih keturunan (biologis). Perlindungan berbentuk
9

dalam bentuk peraturan perundang-undangan pembatasan-pembatasan dalam praktik


berkembang sangat lambat. Pertentangan pemerkerjaan wanita terkait batas usia
terjadi antara serikat pekerja dan para reformis dan kondisi tertentu sebagai penghalang
di dalam maupun di luar parlemen, dengan pemerkerjaan. Pembatasan meliputi larangan
para pengusaha besar dan kaum intelektual mempekerjakan pekerja wanita yang
pengusung doktrin Laissez Faire.7 berumur kurang dari 18 tahun atau kondisi
hamil dengan keterangan dokter bahwa
Penyusunan dan penerbitan undang- mempekerjakan pekerja wanita tersebut dapat
undang pertama bidang kesehatan kerja membahayakan kesehatan dan keselamatan
(arbeidsbeschermingswetten) bermula di diri dan kandungannya pada malam hari, mulai
Inggris pada tahun 1802 melalui The Health jam 11 malam sampai dengan jam 7 pagi.
and Moralsof Apprentices Act yang ditujukan Disisi lain, apabila pengusaha mempekerjakan
bagi pekerja anak magang yang dipekerjakan pekerja wanita terdapat syarat-syarat yang
dipabrik dengan jamkerja yang berkepanjangan. harus dipenuhi yaitu pemberian makanan

5
Melania Kiswandari, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, PT Raja Grafindo, Jakarta: 2014, hlm. 73.
6
Wina Puspitasari, “Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional dengan Sistem Perijinan:Perspektif Negara Kesejahteraan”,
Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum,Vol 1-No.1 tahun 2014.
7
Ibid, hlm. 74.
8
Ibid, hlm. 75.
9
Idem, hlm. 87.
22 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

dan minuman bergizi, adanya jaminan bagi sesudahmelahirkan anak menurut perhitungan
kesusilaan dan keamanan pekerja wanita dokter kandungan atau bidan, serta cuti gugur
selama di tempat kerja, serta penyediaan kandung selama 1,5 (satu setengah) bulan atau
angkutan antar jemput. Bentuk perlindungan sesuai dengan keterangan dokter kandungan
lainnya adalah pemberian hak-hak khusus atau bidan.
wanita terkait waktu istirahat dan kesempatan Selanjutnya pembatasan lain atas
untukmenyusui anak selama waktu kerja. waktu kerja adalah hari libur.13 Pekerja tidak
Prinsip berikutnya adalah larangan diwajibkan bekerja pada hari-hari libur resmi
diskriminasi atas dasar jenis kelamin/gender di yang ditetapkan oleh pemerintah. Hari libur
tempat kerja.10 Bentuk-bentuk diskriminasi di bertujuan agar pekerja berkesempatan untuk
tempat kerja meliputi perbedaan pengupahan merayakan hari raya tertentu, hal mana
untuk pekerjaan yang bernilai sama, perbedaan merupakan salah satu faktor kesejahteraan
kesempatan untuk memperoleh pekerjaan, pekerja.
pelatihan ketrampilan dan jabatan tertentu, Tujuan perlindungan hukum bagi tenaga
serta perbedaan ketentuan dan syarat kerja. kerja dimaksudkan untuk memberikan
Pertimbangan pembatasan-pembatasan perlindungan dari kesewenang-wenangan
tersebut adalah karena wanita memiliki pengusaha dan untuk menciptakan suasana
kekhususan-kekhususan utamanya biologis yang harmonis di perusahaan yang dapat
tertentu dengan aspek kerentanan yang lebih dilaksanakan sesuai dengan prinsip yang
tinggi dibandingkan pria, selain kekhususan ada dalam hubungan industrial. Peranan
kesusilaannya. pemerintah dalam masalah ketenagakerjaan
Pembatasan berikutnya berupa pemberian ini dalam rangka memberikan perlindungan
waktu istirahat bagi pekerja di sela waktu kerja kepada pihak yang lemah dalam hal ini pihak
yang harus dipenuhinya.11 Waktu istirahat tenaga kerja.
bertujuan agar pekerja dapat memulihkan Pelindungan ini dimaksudkan untuk
tenaganya setalah bekerja terus menerus memberikan kepastian hak pekerja yang
selama beberapa hari dalam seminggu. Selain berkaitan dengan norma kerja yang meliputi
waktu istirahat terdapat pula bentuk lain dari waktu kerja, istirahat (cuti). Perlindungan
waktu istirahat berupa cuti.12 Meliputi cuti terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk
untuk menjalankan ibadah yang diwajibkan menjamin hak-hak dasar tenaga kerja dan
oleh agama pekerja, cuti haid selama dua hari menjamin kesamaan kesempatan, serta
per bulan, cuti hamil dan melahirkan selama 1,5 perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun
(satu setengah bulan) sebelum melahirkan dan untuk mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja
1,5 (satu setengah bulan) sesudah melahirkan dan keluarganya dengan tetap memperhatikan

10
Konvensi ILO No. 100 Tahun 1951 tentang Upah yang sama bagi Pekerjaan Bernilai Sama bagi Pria dan Wanita yang diratifikasi
melalui Undang-undang No. 80 Tahun 1957 dan Konvensi ILO No. 111 Tahun 1958 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan
yang diratifikasi melalui UU No. 21 Tahun 1999.
11
Ibid, Pasal 79 UUK.
12
Ibid, Pasal 80-84 UUK.
13
Ibid, Pasal 85 UUK.
Mulyani Djakaria 23
Perlindungan Hukum bagi Pekerja Wanita untuk Memperoleh Hak-Hak Pekerja

perkembangan dunia usaha.14 (3) Hak hkusus yang melekat pada


Bentuk perlindungan tenaga kerja diri wanita dikarenakan fungsi.
akan terlihat dalam perjanjian kerja atau isi reproduksinya dijamin dan dilindungi
perjanjian kerja harus mencerminkan isi dari oleh hukum”.
Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Perjanjian Ketentuan inilah yang menjadi dasar
inilah yang mendasari lahirnya hubungan kerja terbentuknya Undang-Undang Nomor 13 Tahun
dengan kata lain hak dan kewajiban pekerja 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya
dan pengusaha sebagaimana diuraikan pada berkaitan dengan perlindungan bagi tenaga
bagian hubungan kerja harus dituangkan kerja wanita yang meliputi perlindungan tenaga
dalam PKB dan perjanjian kerja. Hubungan kerja wanita di bawah umur. Perlindungan
kerja adalah hubungan antara tenaga kerja terhadap larangan anak untuk dipekerjakan
dengan pengusaha yang terjadi setelah adanya dimaksudkan agar anak dapat memperoleh
perjanjian kerja, yakni suatu perjanjian dimana haknya untuk mengembangkan kepribadiannya
pekerja menyatakan kesanggupan untuk serta untuk memperoleh pendidikan karena
bekerja pada pihak perusahaan/majikan dengan anak merupakan generasi penerus bangsa.
menerima upah danpengusaha menyatakan Dalam Pasal 69 ayat (1) UUK bahwa anak
kesnggupannyauntuk mempekerjakan pekerja yang diperbolehkan bekerja yaitu anak yang
dengan membayar upah.15 berumur antara 13 tahun sampai dengan 15
Undang-Undang Nomor 39 Tahun tahun melakukan pekerjaan ringan sepanjang
1999 tentang Hak Asasi Manusia, mengatur tidak mengganggu perkembangan dan
mengenai hak-hak perempuan di dalam Pasal kesehatan fisik, mental, dan sosial.16 Pekerjaan
49 yang merumuskan: ringan yang dapat dilakukan oleh anak-anak
“(1) Wanita berhak untuk memilih, dipilih, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:17
diangkat dalam pekerjaan, jabatan, 1. Ijin tertulis dari orang tua/wali;
dan profesi sesuai dengan persyaratan 2. Perjanjian kerja antara pengusaha dan
dan peraturan perundang-undangan. orang/wali;
(2) Wanita berhak untuk mendapatkan 3. Waktu kerja maksimal 3 (tiga) jam/hari;
perlindungan khusus dalam 4. Dilakukan pada siang hari dan tidak
pelaksanaan untuk mendapatkan mengganggu waktu sekolah;
perlindungan khusus dalam 5. Perlindungan K3;
pelaksanaan pekerjan atau profesinya 6. Adanya hubungan kerja yang jelas;
terhadap hal-hal yang dapat 7. Menerima upah sesuai dengan ketentuan
mengancam keselamatan dan atau yang berlaku.
kesehatannya berkenaan dengan
fungsi reproduksi wanita.

14
Riris Ardhanariswari, “Perlindungan Hak Asasi Manusia Bagi Tenaga Kerja Perempuan Indonesia Dalam Perspektif Perkembangan
Sistem Hukum Indonesia Abad 21”, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum jilid XXXIII No.1 April 2009, hlm. 97
15
Ibid, hlm. 97.
16
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan, Ghalia Indonesia, Bogor: 2011, hlm. 77.
17
Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bhakti, Bandung: 2003, hlm. 111.
24 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

Berkaitan dengan jaminan sosial Undang- pada kehidupan sosial ekonomi bagi
Undang Ketenagakerjaan memberikan keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena
pengaturan secara umum dalam Pasal 99 itu diperlukan jaminan kematian dalam
sampai dengan Pasal 101. Pasal 99 ayat (1) upaya meringankan beban keluarga baik
merumuskan: dalam bentuk biaya pemakaman maupun
“Setiap pekerja/buruh dan keluarganya santunan berupa uang.
berhak untuk memperoleh jaminan 3. Jaminan Hari Tua
sosial tenaga kerja”. Hari tua dapat mengakibatkan
Jaminan sosial secara khusus diatur terputusnya upah, karena tidak mampu
dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 bekerja lagi, akibat terpusnya upah tersebut,
tentang Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja yang menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja
penyelenggaraannya sekarang dikelola oleh dan mempengaruhi ketenangan kerja
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sewaktu mereka bekerja terutama bagi
melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun mereka yang berpenghasilan rendah,
2011, dimana jaminan sosial ketenagakerjaan jaminan hari tua memberikan kepastian
berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, ruang penerimaan penghasilan yang dibayarkan
lingkup meliputi: sekaligus dan/atau berkala pada saat
tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau
1. Jaminan Kecelakaan Kerja memenuhi persyaratan tertentu.
Kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja merupakan resiko yang dihadapi 4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
oleh tenaga kerja. Untuk menanggulangi Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan
sebagian atau seluruh penghasilan yang untuk meningkatkan produktivitas tenga
diakibatkan oleh kematian atau cacat atau kerja, sehingga dapat melaksanakan tugas
kecelakaan kerja baik fisik maupun mental sebaik-baiknya dan merupakan upaya
maka perlu adanya jaminan kecelakaan kesehatan dibidang penyembuhan (kuratif).
kerja. Mengingat gangguan mental akibat Pengusaha mempunyai kewajiban untuk
kecelakaan kerja sifatnya relatif, sehingga mengadakan pemeliharaan kesehatan
sulit ditetapkan derajat cacatnya, maka tenaga kerja yang meliputi upaya
jaminan atau santunan hanya diberikan peningkatan (promotif), pencegahan
dalam hal terjadi cacat mental tetap (preventif) dan pemulihan (rehabilitatif).
yang mengakibatkan tenaga kerja yang Dengan demikian diharapkan tercapainya
bersangkutan tidak bekerja lagi. derajat kesehatan yang optimal sebagai
potensi yang produktif bagi pembangunan.18
2. Jaminan Kematian
Tenaga kerja yang meninggal Peraturan-peraturan ini dapat dijadikan
dunia bukan sebagai akibat kecelakaan patokan dasar dalam penegasan pemberian
kerja akan mengakibatkan terputusnya pelindungan terhadap keselamatan, kesehatan
penghasilan dan sangat berpengaruh dan hak-hak reproduksi pekerja wanita, hanya

Zaenal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2002, hlm. 156-157.
18
Mulyani Djakaria 25
Perlindungan Hukum bagi Pekerja Wanita untuk Memperoleh Hak-Hak Pekerja

saja pihak pengusaha tidak dapat merealisasikan perlindungan hak asasi manusia bagi tenaga
secara baik ketentuan yang ada. kerja, khususnya tenaga kerja wanita dan bagi
Pekerja wanita hanya dituntut untuk yang melanggarnya harus diambil tindakan
bekerja tanpa adanya suatu pemahaman hukum.
yang baik tentang hak dan kewajibannya, Perlindungan hukum bagi tenaga kerja
disatu sisi juga perusahaan perusahaan atau wanita di Indonesia harus berdasarkan pada
pengusahapun tidak pernah dipertemukan peraturan perundang-undangan yang berlaku
secara langsung oleh pemerintah untuk yangtidak boleh bertentangan dengan Pancasila
mensosialisasikan peraturn yang ada. dan UUD 1945 dan juga harus disesuaikan
Saat ini pemasalahan seperti ini tidak dengan konvensi internasionl yang sudah
disorot sebagai permasalahan yang berat, akan diratifikasi oleh bangsa Indonesia sepanjang
tetapi suatu saat nanti akan terjadi dimana tidak bertentangan dengan tujuan bangsa dan
pekerja sampai pada taraf pendidikan yang negara.
lebih baik, para pekerja wanita akan sadar
bahwa keselamatan,kesehatan, dan hak-hak Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan
reproduksi (cuti haid, hamil dan melahirkan) Perlindungan terhadap Keselamatan,
adalah kondisi biologis yang merupakan bagian Kesehatan, dan Hak-Hak Reproduksi bagi
dari hak asasi wanita yang harus dihargai dan Tenaga Wanita
dihormati. Resiko kerja diperusahaan tentunya
Dengan adanya beberapa kelemahan akan merugikan pengusaha, baik kerugian
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 berupa materi maupun kerugian moral.
tentang Ketenagakerjan, khususnya berkaitan Selain merugikan pengusaha resiko kerja di
dengan pelindungan hak asasi manusia bagi perusahaan pun merupakan kergian juga bagi
tenaga kerja wanita, maka sudah selayaknya pekerja.
Indonesia memberikan perhatian yang serius Kendala dari pengusaha. Pengusaha
terhadap perlindungan tenaga kerja, khususnya yang dianggap paling kuat kedudukannya
tenaga kerja wanita. Hal ini dapat dilakukan dibandingkan pekerja, cenderung melakukan
dengan mengeluarkan regulasi-regulasi penyimpangan terhadap ketentuan-ketentuan
dibidang ketenagakerjaan. yang berlaku. Adapun bentuk penyimpangan
Upaya pembinaan bagi tenaga kerja dan yang dilakukan pengusaha dikarenakan masih
pengusaha dalam upaya penegakkan hak-hak adanya pengusaha yang kurang menyadari
tenaga kerja, khususnya tenaga kerja wanita manfaat dari dilaksanakannya peraturan
harus terus dilakukan. Hal ini dimaksudkan perundang-undangan yang berlaku bagi
agar tenaga kerja lebih memahami lagi hak- perusahaannya maupun bagi pekerja itu
haknya dan pengusaha memahami lagi akan sendiri. Sebagai contoh pelaksanaan jaminan
kewajiban-kewajibannya. Upaya pengawasan sosial tenaga kerja yang dalam hal ini menjamin
dimaksud, diharapkan bukan hanya suatu hak-hak tenaga kerja secara keseluruhan sering
rutinitas periodik saja, tetapi sungguh-sungguh dilanggar dengan cara tidak mendaftarkan
memperhatikan perkembangan dan aplikasi pekerja sebagai peserta jamsostek yang
26 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

sekarang menjadi BPJS Ketenagakerjaan masih pengusaha ataupun dari pihak yang terkait
ada kendala dari pengusaha sperti dalam program ini.
1. Pengusaha yang kurang menyadari manfaat Kendala dari pihak pekerja wanita itu
diselenggarakannya program jamsostek bagi sendiri, misalnya kurang memahami akan
pekerja diperusahaannya. Program tersebut hak dan kewajibannya, pekerja mempuyai
dirasakan oleh perusahaan sebagai suatu kewajiban untuk memenuhi dan mematuhi
yang membebani keuangan perusahaan seluruh syarat dalam peraturan kesehatan dan
dan merupakan penghambat dari jalannya keselamatan kerja yang diwajibkan.
proses produksi, padahal manfaat dari Kendala yang terjadi dari aparat penegak
diadakannya program jamsostek sangat hukum dikarenakan penegakaan peraturan
menguntungkan bagi pengusaha, misalnya dibidang ketenagakerjaan belum dapat
apabila suatu waktu terjadi kecelakaan dilaksanakan secara efektif. Penegakan hukum
kerja, kematian, hari tua/sakit yang dibidang ketenagakerjaaan dilakukan oleh
dialami oleh tenaga kerja, pengusaha tidak pengawas ketenagakerjan dari Kementrian
harus memikirkan lagi biaya pengobatan/ Ketenagakerjaan.
tunjangan bagi pekerjanya, karena segala
pembiayaan yang semestinya dikeluarkan Di dalam keselamatan dan kesehatan
oleh pengusaha ditanggung oleh program kerja terdapat panitia pembina keselamatan
jamsostek; dan kesehatan kerja yaitu merupakan suatu
panitia yang dibentuk untuk suatu perusahaan
2. Pengusaha masih kurang taat terhadap yang menggunakan tenaga kerja minimal 50
peraturan perundang-undangan (lima puluh) orang. Bagi perusahaan yang
yang berlaku, hal yang paling penting menggunakan kurang dari 50 (lima puluh)
dalam program jamsostek di bidang orang tenaga kerja tidak diharuskan adanya
ketenagakerjaan adalah dengan didukung panitia pembina K3. Adapun bagi perusahaan
oleh adanya kejujuran dari pihak pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja diatas 100
dalam membuat keterangan sebagai syarat orang maka di dalam perusahaan tersebut
dari pihak penyelenggara; diharuskan adanya seorang ahli K3 dalam
3. Masih terdapat pekerja yang tidak tahu hak panitia K3 tersebut.
dan kewajibannya dalam penyelenggaraan Pembentukan Panitia K3 merupakan
program jamsostek, sehingga pengusaha wewenang dari Menteri Tenaga Kerja
dapat memanfaatkan ketidaktahuan pekerja sebagaimana ditegaskan di dalam Pasal 10
itu untuk membayarkan seluruh tanggungan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
jamsostek kepada para pekerjanya, padahal Keselamatan Kerja yaitu:
pekerja hanya membayar iuran hari
tuanya saja, sedangkan untuk keselamatan “Menteri Tenaga Kerja berwenang
dan kesehatan pekerja ditanggung oleh membentuk Panitia K3 guna
pengusaha tersebut; memperkembangkan kerjasama, saling
pengertian dan partipasi efektif dari
4. Kurangnya penyuluhan dan penerangan pengusaha atau pengurus dan tenaga
kepada pekerja baik itu dari pihak kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
Mulyani Djakaria 27
Perlindungan Hukum bagi Pekerja Wanita untuk Memperoleh Hak-Hak Pekerja

melaksanakan tugas dan kewajiban ruang untuk memberikan asi, selanjutnya


bersama di bidang k3 dalam rangka karena tenaga kerja wanita lebih banyak di
melancarkan usaha berproduksi”. sektor domestik pada akhirnya akan lebih
Masih belum sempurnanya sistem banyak mengalami diskriminasi terutama bagi
administrasi yang dilaksanakan oleh pengawas tenaga kerja wanita yang bekerja di luar negeri.
ketenagakerjaan dapat menjadi salah satu Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
penyebab terjadinya penyimpangan secara perlindungan terhadap keselamatan,
administrasi oleh pengusaha. Pada dasarnya kesehatan, dan hak-hak reproduksi tenaga
segala penyimpangan secara administratif kerja wanita, dari pihak pemerintah terkaitnya
akan terdeksi secara dini, apabila dalam lemahnya pengawasan, dari pihak pengusaha
pelaksanaan ketentuan adminstratif tersebut sering melanggar peraturan demi keuntungan
dapat dilaksanakan maka segala bentuk pengusaha, dari pihak tenaga kerja wanita
penyelewengan yang dilakukan oleh pengusaha yaitu kurang paham terhadap peraturan
dapat teratasi. perundangan ketika terjadi pelenggaran hak-
Pembinaan dan penyuluhan terhadap haknya sebagai pekerja.
unsur perusahaan tentang perlindungan Adapun sebagai saran, bagi pengusaha
terhadap keselamatan, kesehatan dan yang mempekerjakan pekerja wanita harus
hak-hak reproduksi pekerja wanita hanya melaksanakan hak-hak bagi pekerja wanita
dapat berjalan apabila pengusaha berusaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan
mematuhi ketentuan yang berlaku, untuk itu dan perjanjian kerja, serta perjanjian kerja
kepada pengusaha perlu diadakan pembinaan bersama. Pemerintah juga harus memberikan
dibidang ketenagakerjaan mengenaihak- sanksi yang tegas bagi perusahaan yang
hak dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh melanggar terhadap peraturan perundang-
pengusaha dan pekerja, sehingga diharapkan undangan maupun perjanjian kerja dan
pengusaha tersebut akan memahami hak perjanjian kerja bersama yang mempekerjakan
dan kewajibannya. Hal ini berkaitan dengan pekerja wanita.
masalah tanggungjawab yang harus dilakukan
oleh pengusaha terhadap pekerja wanita dalam DAFTAR PUSTAKA
hal pelindungan keselamatan, kesehatan kerja Buku
dan hak-hak reproduksinya. Abdul Khakim, Pengantar Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra
PENUTUP Aditya Bakti, Jakarta: 2003.
Perlindungan hukum terhadap Ali Abdurahman, Perlindungan Hukum Bagi
keselamatan, kesehatan dan hak-hak Pekerja Wanita dalam Perspektif Hak Asasi
reproduksi dalam pelaksanannya secara umum Manusia dan Hukum, UNPAD, Bandung:
sebagian sudah sesuai, misalnya jaminan sosial 2002.
secara umum telah diberikan kepada tenaga
kerja wanita, tetapi ada sebagian yang belum Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan, Ghalia
sesuai misalnya, cuti haid, cuti hamil, belum Indonesia, Bogor: 2011.
sepenuhnya diberikan, belum disediakannya
28 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 1, September 2018

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Peraturan Perundang-undangan


Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta: Undang-Undang Dasar 1945.
2003.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Melania Kiswandari, Kesehatan dan Keselamtan Kerja.
Keselamatan Kerja, Raja Grafindo, Jakarta:
2014. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia.
Jurnal Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Wina Puspitasari, “Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan.
Terhadap Pengetahuan T r a d i s i o n a l Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 3
Dengan Sistem Perizinan: Perspektif Tahun 1989 tentang Larangan Pemutusan
Negara Kesejahteraan”, Padjadjaran Hubungan Kerja terhadap Pekerja Wanita
Jurnal Ilmu Hukum, Volume 1 Nomor 1 Karena Menikah, Hamil dan Melahirkan.
April 2014.
Emmy Latifah, “Prinsip-prinsip Keadilan
dalam Sistem Hukum Perdagangan
Internasional”, Padjadjaran Jurnal Ilmu
Hukum, Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015.
Riris Ardhanariswari, “Perlindungan Hak
Asasi Manusia Bagi Tenaga Kerja
Perempuan Di Indonesia Dalam Perspektif
Pengembangan Sistem Hukum Indonesia
Abad 21”, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum,
No. 1 April 2009.

Anda mungkin juga menyukai