Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TRADE REMEDIES

Nama : ALI SYARIATI

NPM : 1806156506

Jurusan : Hukum Perdagangan International

SUMMARY PUTUSAN PANEL DAN APPELATE BODY DS 490 & 496

A. LATAR BELAKANG

Pada tanggal 22 Juli 2014, Pemerintah Indonesia mengenakan Bea Masuk Tindakan
Pengamanan (BMTP) berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
137.1/PMK.011/2014 terhadap impor barang “produk canai lantaian dari besi atau baja bukan
paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, disepuh atau dilapisi dengan paduan aluminium-
seng, mengandung karbon kurang dari 0,6% menurut beratnya, dengan ketebalan sampai
dengan 0,7 mm” (BjLAS) yang termasuk dalam Nomor Harmonized System (HS.) ex.
7210.61.11.00.Pada tanggal 19 Desember 2016, PT. NS BlueScope Indonesia dan PT. Sunrise
Steel mengajukan permohonan penyelidikan perpanjangan pengenaan BMTP atas impor
barang BjLAS yang didasari oleh klaim bahwa pengenaan BMTP masih diperlukan untuk
dapat melaksanakan penyesuaian lebih lanjut yang diperlukan agar dapat bersaing dengan
barang impor. Selain itu, BMTP masih diperlukan untuk mencegah atau memulihkan kerugian
serius atau ancaman kerugian serius yang diderita oleh Industri Dalam Negeri (IDN).
Sesuai dengan Pasal 72 dan Pasal 88 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 tentang
Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan
(PP34/2011), pada tanggal 18 Januari 2017 Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia
(KPPI) mengumumkan dimulainya penyelidikan perpanjangan pengenaan BMTP terhadap
impor barang BjLAS yang diatur dalam PMK No. 137.1/PMK.011/2014. Selanjutnya,
berdasarkan Pasal 74 PP 34/2011, pada tanggal yang sama KPPI menyampaikan surat
pemberitahuan resmi disertai kuesioner tentang dimulainya penyelidikan perpanjangan
dimaksud kepada Pemohon, importir, eksportir yang diketahui, dan pihak-pihak terkait
lainnya. KPPI juga memberikan kesempatan untuk menyampaikan tanggapan tertulis dan
mengadakan dengar pendapat kepada PYB (Pihak Yang Berkepentingan). Sesuai dengan Pasal
92 PP 34/2011 dan Article 12.1(a) of the Agreement on Safeguards (AoS), pada tanggal 18
Januari 2017, Indonesia mengirimkan notifikasi perihal dimulainya penyelidikan perpanjangan
pengenaan BMTP terhadap impor BjLAS kepada Committee on Safeguards, dan telah
disirkulasikan dengan nomor dokumen G/SG/N/6/IDN/22/Suppl.2–G/SG/N/14/IDN/2.
Sesuai dengan Article 3.1 AoS, pada tanggal 2 Februari 2017, Indonesia mengirimkan
suplemen notifikasi kepada WTO terkait Article 12.1(a) AoS perihal pelaksanaan dengar
pendapat yang diselenggarakan pada tanggal 20 Februari 2017 dan telah disirkulasikan oleh
WTO dengan nomor dokumen G/SG/N/6/IDN/22/Suppl.3G/SG/N/14/IDN/2/Suppl. Periode
Penyelidikan adalah tahun 2013 - 2016.

Pihak terkait yang mendaftar sebagai PYB dan/atau yang menyampaikan tanggapan tertulis
penyelidikan ini adalah:

a. Asosiasi. Asosiasi Pengusaha Baja Ringan Indonesia.


b. Importir.
1) PT. Tatalogam Lestari.
2) PT. Blue Steel Australasia.

c. Perwakilan Negara Eksportir.


1) Vietnam
2) Republik Rakyat Tiongkok (RRT)
3) Taiwan
d. Perusahaan Eksportir.
1) Hoa Sen Group
2) Ton Dong A
3) Ton Nam Kim

B. PUTUSAN PANEL
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner, KPPI melakukan verifikasi pada tanggal 13-14
Maret 2017 ke PT. Sunrise Steel dan pada tanggal 15-16 Maret 2017 ke PT. NS BlueScope
Indonesia.

Berdasarkan penjelasan pada B.6 sampai dengan B.12, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pemohon sudah melakukan penyesuaian struktural yang diperlukan sesuai dengan yang
telah diprogramkan, namun Pemohon masih membutuhkan waktu untuk bersaing dengan
barang impor, maka dari itu BMTP masih diperlukan untuk mencegah atau memulihkan
terjadinya kembali ancaman kerugian serius yang diderita oleh Pemohon.
b. Pada periode tahun 2013-2014 dan 2014-2015, volume impor barang BjLAS mengalami
penurunan secara absolut dan secara relatif terhadap produksi nasional. Namun, pada tahun
2016 volume impor barang BjLAS mengalami peningkatan secara absolut sebesar 62%
dan secara relatif terhadap produksi nasional sebesar 50%. Peningkatan volume impor pada
tahun 2016 mengakibatkan peningkatan pangsa pasar impor menjadi sebesar 27% dari
sebesar 19% di tahun 2015. Peningkatan volume impor tersebut mengakibatkan terjadinya
penurunan pangsa pasar domestik IDN, laba/rugi, dan peningkatan persediaan.
c. Adanya overcapacity di negara RRT, Vietnam, Taiwan, dan Korea Selatan, kecenderungan
peningkatan ekspor dari adanya pengenaan Tindakan Antidumping dan Tindakan Imbalan
oleh Negara Amerika dan Australia menyebabkan Negara-negara pengekspor BjLAS
tersebut perlu mencari pasar Negara lain untuk menyeimbangkan produksinya. Selain itu,
India dan Vietnam melakukan inisiasi penyelidikan Anti Dumping dan Safeguard atas
barang BjLAS, sehingga apabila pengenaan BMTP tidak diperpanjang, maka Negara-
negara tersebut berpotensi untuk mengalihkan pasar ekspornya ke Indonesia.
d. Terdapat adanya pengalihan impor barang BjLAS dengan nomor HS. yang berbeda selama
periode pengenaan BMTP sehingga berdasarkan data statistik BPS terjadi peningkatan
yang signifikan pada produk-produk tersebut (Hs. 7210.70.10.00, 7212.50.21.00,
7212.50.22.00) sebagaimana dijelaskan pada resital 28, sehingga apabila pengenaan
BMTP tidak diperpanjang dikhawatirkan barang impor BjLAS akan kembali melonjak dan
dapat menyebabkan terjadinya kembali ancaman kerugian serius pada IDN.
C. PUTUSAN APPELATE BODY
Berdasarkan resital 42, dan agar IDN dapat melanjutkan melakukan penyesuaian
struktural, maka KPPI merekomendasikan untuk memperpanjang penerapan BMTP selama 3
tahun terhadap impor” Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan Nomor
Harmonized System ex (HS.) 7210.61.11”.

Sesuai dengan Article 2.2 dan Article 9.1 WTO Agreement on Safeguards, KPPI
merekomendasikan agar BMTP dimaksud dikenakan terhadap importasi yang berasal dari
semua negara, kecuali negara-negara berkembang yang pangsa impornya tidak melebihi 3%,
atau secara kumulatif tidak melebihi 9% dari total impor sepanjang masing-masing negara
berkembang pangsa impornya kurang dari 3%. Pangsa impor Negara pengekspor dihitung dari
rata-rata selama periode penyelidikan.

Pada 20 Agustus 2015, China Taipei meminta pembentukan panel. Pada pertemuannya
pada tanggal 31 Agustus 2015, DSB menunda pendirian panel. Pada pertemuannya pada 28
September 2015, DSB membentuk panel. Australia, Chili, Cina, Uni Eropa, India, Jepang,
Korea, Federasi Rusia, Ukraina, Vietnam dan Amerika Serikat telah mencadangkan hak-hak
pihak ketiga mereka. Sesuai dengan Pasal 9.1 Pengertian tentang Aturan dan Prosedur yang
Mengatur Penyelesaian Perselisihan (DSU), panel yang dibentuk pada pertemuan 28
September 2015 di DS490 juga akan memeriksa sengketa di DS496.

Pada 1 Desember 2015, Tiongkok Taipei dan Vietnam meminta Direktur Jenderal untuk
menyusun panel. Pada 9 Desember 2015, Direktur Jenderal menyusun panel. Pada 18 Agustus
2017, laporan panel diedarkan ke Anggota. Pada tanggal 28 September 2017, Indonesia
memberi tahu DSB tentang keputusannya untuk mengajukan banding kepada Badan Banding
masalah-masalah hukum dan interpretasi hukum tertentu dalam laporan panel. Pada 3 Oktober
2017, China Taipei memberi tahu DSB tentang keputusannya untuk mengajukan banding
silang.

Pada tanggal 27 November 2017, setelah berakhirnya periode 60 hari yang diatur dalam
Pasal 17.5 DSU, Badan Banding memberi tahu DSB bahwa mereka tidak akan dapat
mengedarkan laporan Badan Banding dalam banding ini pada akhir 60- periode hari, atau
dalam jangka waktu 90 hari yang diatur dalam Pasal 17.5 dari DSU. Badan Banding mengacu
pada peningkatan beban kerja yang dihadapinya pada tahun 2017, adanya beberapa banding
yang berjalan secara paralel, dan meningkatnya tumpang tindih dalam komposisi Divisi
mendengar banding yang berbeda karena kekosongan pada Badan Banding. Badan Banding
juga merujuk pada masalah penjadwalan yang timbul dari keadaan ini, jumlah dan kerumitan
masalah yang diangkat dalam proses banding ini, bersamaan dengan tuntutan bahwa
permohonan serentak ini dilakukan pada layanan terjemahan Sekretariat WTO, dan
kekurangan staf di Sekretariat Badan Banding. Badan Banding juga memberi tahu DSB bahwa
tanggal sirkulasi laporan Badan Banding dalam banding ini akan dikomunikasikan kepada para
peserta dan peserta ketiga setelah sidang lisan. Pada 6 Juli 2018, Badan Banding memberi tahu
DSB bahwa laporannya dalam banding ini akan diedarkan pada 15 Agustus 2018.

Pada 15 Agustus 2018, laporan Badan Banding diedarkan kepada Anggota. Laporan Badan
Banding ini berkaitan dengan perselisihan di DS490 dan DS496. Pada pertemuannya pada
tanggal 27 Agustus 2018, DSB mengadopsi laporan Badan Banding dan laporan panel,
sebagaimana dimodifikasi oleh laporan Badan Banding.

Pada 11 Oktober 2018, Indonesia memberi tahu DSB bahwa diperlukan jangka waktu yang
wajar untuk mematuhi rekomendasi dan keputusan DSB karena tidak praktis bagi Indonesia
untuk segera melakukannya. Dalam komunikasinya, Indonesia mengindikasikan bahwa perlu
bagi para pihak untuk mencapai periode waktu yang wajar yang disepakati bersama di luar
periode 45 hari yang relevan sebagaimana diatur dalam Pasal 21.3 (b) DSU. Indonesia berharap
dapat mendiskusikan jangka waktu yang wajar dengan China Taipei dan Vietnam. Pada 20
November 2018, Cina Taipei dan Indonesia memberi tahu DSB bahwa Cina Taipei dan
Vietnam, di satu sisi, dan Indonesia, di sisi lain, telah menyetujui bahwa jangka waktu yang
wajar untuk mengimplementasikan rekomendasi dan keputusan DSB adalah tujuh. bulan.
Dengan demikian, jangka waktu yang wajar ditetapkan akan berakhir pada tanggal 27 Maret
2019. Pada tanggal 11 April 2019, Cina Taipei dan Indonesia memberi tahu DSB tentang
Prosedur yang Disetujui berdasarkan Pasal 21 dan 22 dari DSU (perjanjian urutan).

Implementasi Laporan yang Diadopsi

Pada 15 April 2019, Indonesia memberi tahu DSB bahwa mereka telah mengadopsi
peraturan, menghapus tindakan perlindungan yang ditentang dalam perselisihan ini, yang
dianggap memastikan implementasi penuh rekomendasi dan keputusan DSB dalam
perselisihan ini serta di DS496 Indonesia - Perlindungan pada Tertentu Produk Besi atau Baja.

Anda mungkin juga menyukai