Anda di halaman 1dari 8

PAPER SOSIOLOGI

“BUDAYA BAPOPAS LIPU DARI KESULTANAN BACAN PULAU


HALMAHERA”

DOSEN MATA KULIAH:


DR.TUTIK SULISTYOWATI,M.Si

DISUSUN OLEH:
A’QILATUL BADLIYAH
201910360311245

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
HUBUNGAN INTERNASIONAL
2019-2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Alhamdulillah hirobbil aalamiin, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam atas
segala karunia nikmatnya sehingga saya dapat menyusun paper ini dengan sebaik-
baiknya. Paper yang berjudul “BUDAYA BAPOPAS LIPU DARI KESULTANAN
BACAN PULAU HAMAHERA” Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sosiologi.

Paper ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan paper ini. Untuk itu saya ucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan paper ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun dari segi tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat lebih
baik dalam hal pennulisan paper.

Malang, 16 Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,


kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-
kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata
lain, kebudayaan mencakup kesemuanya yang di dapatkan atau dipelajari oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, Artinya mencakup segala cara-cara
atau pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak.
Berkenaan dengan masalah manusia dan penciptaannya serta produk budaya hasil
ciptaannya, terdapat dua teori yang secara diametral saling “bersebrangan”. Teori
pertama diyakini dan dipegang oleh kaum agamawan. Menurut teori ini manusia serta
makhluk yang lain diciptakan secara spontan tidak disertai dengan proses yang berlaku
didalamnya (pada umumnya teori ini dipakai oleh kaum nasrani dan yahudi,serta hal
ini dijelaskan dalam kitab masing-masing diantara mereka). Sedangkan teori kedua
menjelaskan, bahwa manusia berdasarkan penciptaannya adalah melalui proses
evolusi yang mengikat dirinya sebagai sistem. Dari kedua konsep ini, ada sedikit
gambaran bagaimana manusia ditinjau dari hal yang berbeda mengenai penciptaannya
sampai pada proses membentuk sebuah tatanan masyarakat, yang di dalamnya juga
menuntut tentang adanya budaya serta adat istiadatnya dan berimplikasi pada
peradaban.
Struktur kebudayaan juga merupakan kajian yang menarik dalam mempelajari pola
serta tindakan manusia memahami alam di sekitarnya. Implikasi kebudayaan juga
berpengaruh dalam menentukan pemahaman serta perbaikan pada taraf manusia yang
berperadaban. Default kebudayaan bukan hanya menjadi kekhawatiran oleh bangsa-
bangsa di dunia, hingga indonesia dan daerah-daerah didalamnya juga dituntut
memahami serta berperan penting, dalam membendung globalisasi kebudayaan yang
dapat mengancam asas moralitas kemanusiaan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa arti dan tata cara pelaksanaan dari Budaya Bapopas Lipu?
2. Darimanakah asal mula dan sejarah Budaya Bapopas Lipu?
3. Apa masalah atau keadaan, fungsi,serta manfaat Budaya Bapopas Lipu untuk
masyarakat?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk menyelesaikan salah satu tugas yang diberikan
2. Untuk memahami dan menjelaskan makna yang terkandung dalam kebudayaan
3. Untuk meneliti dan mengkaji budaya dari suatu daerah
4. Untuk memperkenalkan budaya daerah asal
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BUDAYA BAPOPAS LIPU


Bapopas Lipu bisa juga dikatakan sebagai tradisi atau ritual yang arti katanya
berasal dari bahasa bacan yang memiliki arti, Bapopas artinya mengitari,
mengelilingi, atau membersihkan. Lipu artinya negeri, kampung, atau wilayah.
Sehingga Bapopas Lipu adalah ritual mengelilingi negeri dan memanjatkan doa
pada sang Maha Pencipta memohon keselamatan negeri atau kampung agar
terhindar dari berbagai bahala dan malapetaka.
Bapopas Lipu juga merupakan prosesi adat yang bertujuan menolak bala yang
ada di daerah kesultanan bacan, tentu dengan menggunakan batas syar’i dari ajaran
islam itu sendiri. Secara harfiah Bapopas Lipu juga bermakna membersihkan negeri
dari segala hal yang kotor secara moralitas yang dapat mengundang murka
kekuatan tertinggi yakni Tuhan, baik dalam negeri maupun dari luar negeri
kesultanan Bacan, moral, ekonomi maupun seluruh dimensi kehidupan masyarakat
kesultanan Bacan.
B. ASAL MULA DAN SEJARAH BUDAYA BAPOPAS LIPU
Belum tau pasti kapan mulainya Budaya Bapopas Lipu ini dilaksanakan, tapi
yang jelasnya Budaya ini sudah dilaksanakan oleh sultan-sultan terdahulu dari
kesultanan Bacan. Budaya ini dilakukan oleh kesultanan yang ada di Pulau Bacan
Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara.
Maluku utara, dengan perkembangan kebudayaan dunia, tak ayal telah
mempengaruhi watak serta tindakan masyarakatnya, sehingga pemangku adat serta
otoritas kesultanan dituntut lebih objektif dan kritis mem-filterisasi bentuk-bentuk
dan produk kebudayaan dari luar yang dapat membahayakan kehidupan manusia di
Maluku Utara.
Kabupaten Halmahera Selatan, kesultanan Bacan pada segi antropologi maupun
segi religius, yang nantinya bertumpu pada sebuah realitas adat istiadat
masyarakatnya adalah kekhazanan local wisdom yang harus tetap di jaga begitupun
daerah-daerah yang lain. Sistem sosial-budaya pada masyarakat kesultanan Bacan,
mustahil untuk tidak dibicarakan hal yang sesuai empiris penelitian, sebab
masyarakat Bacan dari segi antropologi adalah tipikal masyarakat yang bersesuaian
dengan budaya tradisi, memakai pendekatan agama sebagai keniscayaan
perkembangan sejarah bagi masyarakat kesultanan Bacan itu sendiri.
Masalah yang tengah dihadapi pada struktur sosial serta keterpengaruhan
pemikiran dalam percatutan ideologi dunia di Eropa dan Timur dunia, juga
mereduksi pemikiran masyarakat di Bacan seperti yang dijelaskan pada penjelasan
awal di atas. Pasalnya, pergantian sultan mulai pada abad ke-16 pada pertengahan
abad ke-20, dan juga pergantian masa penjajahan bangsa eropa terhadap kerajaan
Bacan menjadikan masyarakat kehilangan kebudayaan yang sesungguhnya,
sehingga masyarakat terjebak pada misi westernisasi. Sehingga yang terjadi adalah
berbagai macam gejolak alam yang dipercaya masyarakat dan pihak kesultanan
merupakan teguran dari Tuhan atas tindakan kezhaliman yang ada di negeri
kesultanan Bacan. Melihat keadaan yang semakin tidak memungkinan ini, sang
sultan tergerak untuk mengumpulkan seluruh perangkat adat kesultanannya dan
mendiskusikan keadaan tersebut. Baru menjelang beberapa waktu lamanya proses
diskusi itu, di tentukanlah sebuah prosesi adat yang bertujuan menolak bala yang
ada di daerah kesultanan Bacan, tentu dengan menggunakan batas syar’i dari ajaran
islam itu sendiri. Prosesi adat ini kemudian diberi nama Bapopas Lipu.
Sampai sekarang Budaya ini masih dilaksanakan di Kesultanan Bacan tepatnya
Kabupaten Halmahera Selatan, dilaksanakannya setiap 1 Muharam Tahun Baru
islam atau Tahun Hijriyah.

C. KEADAAN ATAU MASALAH YANG TERJADI PADA BUDAYA


BAPOPAS LIPU
Tradisi Bapopas Lipu, pada rangkaian adat istiadat kesultanan bacan, tengah
menghadapi pengurangan makna yang terkandung didalamnya. Bukan hanya
proses westernisasi yang menjadi ancaman kesadaran berbudaya masyarakatnya
dari segi eksternal, juga problem internal perdebatan tentang prosesi ritual Bapopas
Lipu, terdapat perbedaan beberapa orang pemangku adat di kesultanan bacan, ada
yang mengkaji lokasi ritual yang dilaksanakan dengan penjumlahan yang berbeda,
dilain sisi ada yang tetap mempertahankan pada tradisi lama ritual itu dilaksanakan.
Penggunaan bahasa pun kerap kali terjadi perbedaan pendapat pada ritual tersebut,
baik yang digunakan adalah bahasa Ternate yang dianggap sebagai the mom of
language dan ada yang berpendapat penting kiranya untuk menggunakan bahasa
lokal Bacan. Walau pada kenyataannya perbedaan-perbedaan ini sering terjadi,
prosesi adat tetap saja berjalan sebagai warisan nenek moyang negeri tersebut.
Dengan menggunakan ilustrasi empiris budaya, bahwa suatu pekerjaan tradisi
atau kejadian yang telah manjadi rutin berlangsung dalam hidup kita. Maka
berkurang kepekaan terhadap tradisi atau kejadian itu. Sebagai contoh, tradisi
Bapopas Lipu di kesultanan bacan, jika di tahun 2019 tidak lagi dibuat sebagai
tradisi rutinan,maka pasti masyarakat merasa heran dan mempertanyakan sebab
musabab tradisi Bapopas Lipu sudah tidak lagi dibuat. Sama halnya juga dengan
sentiman sosial terhadap tradisi itu, yang pada awalnya muncul sebagai upaya
sakralisasi untuk menjaga daerah dari marabahaya, sudah mulai kehilangan esensi
yang sesungguhnya. Masalah antropologi budaya yang dikaji serta diteruskan
sebagai bentuk ritual yang hidup ditengah-tengah masyarakat, tentu memuat norma,
hukum adat serta hal-hal yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat tersebut.
Landasan logika mengedepanan koherensi,korespodensi serta pragmatis dan
universalitas dalam kajiannya, maka akan menemukan sedikit kejanggalan dari
tradisi yang sudah sekian lama dilakukan sejak turun temurun tersebut dikesultanan
bacan. Kejanggalan itu adalah tidak sedikit yang memahami hanya sebatas ritus
keagamaan bukan sebagai nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakatnya.
Sistem sosial yang hidup dalam masyarakat kesultanan Bacan, juga
menghadappi semacam demoralisasi yang sudah seharusnya dipandang serius
untuk ditangani sebagai alasan yang solutif atas paradigma masyarakatnya. Tentu
masyarakat kesultanan Bacan dewasa ini banyak yang menganggap rentetan tradisi
kesultanan Bacan, terkhusus tradisi Bapopas Lipu, hanya sebatas eksoterik
tradisinya, seehingga menghilangkan makna esoteris yang terkandung hukum,
norma serta batasan aturan yang terdapat dalam adat istiadat tersebut. Sehingga
sudah seharusnya, dibuat konsolidasi kesadaran serta peran pemangku adat dan
pemerintah untuk membijaki persoalan yang marak terjadi di tengah-tengah
masyarakat kesultanan Bacan. Memang perlu kiranya konflik internal pemangku
adat juga harus diselesaikan dengan menghilangkan egoisitas pengetahuan untuk
melihat hal yang lebih besar, yakni perbaikan kebudayaan untuk membentuk
peradaban yang baldatun thayyiban warabbun gafur, dalam perspektif islam.

D. FUNGSI DAN MANFAAT BUDAYA BAPOPAS LIPU BAGI


MASYARAKAT
Menurut pandangan masyarakat kesultanan Bacan mengenai tradisi Bapopas
Lipu, terbilang sakral dan suatu bentuk adat yang penting. Karena memiliki peran
yang fundamental bagi kehidupan masyarakat selama bertahun-tahun hingga di era
revolusi industri 4.0 ini. Masyarakat kesultanan Bacan sangat kuat dalam hal
agamanya sehingga beranggapan bahwa segala bentuk bencana yang terjadi di
negeri kesultanan Bacan tersebut merupakan teguran dari Tuhan atas tindakan
kezhaliman masyarakatnya sehingga dibuatlah sebuah adat istiadat, budaya, atau
tradisi Bapopas Lipu untuk menolak bala atau membersihkan negeri dari hal kotor
yang timbul dari budaya-budaya barat yang bertentangan dengan syariat Islam.
Tradisi ini juga diharapkan dapat memperbaiki tatanan sosial, demi membentuk
masyarakat madani, masyarakat yang kaya akan nilai, serta norma sosial dengan
mengedepankan iman, ilmu serta amal dalam Islam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kebudayaan itu identik dengan sesuatu yang sakral atau sesuai dengan
kepercayaan agama masyarakat setempat. Mereka membuat suatu kebudayaan
tetapi berdasarkan dengan syariat agama masing-masing. Dan daerah yang
memakai sistem kesultanan sangat identik dengan syariat-syariat islam. Seiring
dengan perkembangan jaman, kebudayaan itu dapat berkurang maknanya karena
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal, faktor eksternalnya itu adalah
westernisasi yang menjadi ancaman kesadaran berbudaya masyarakatnya, dan
faktor internal yaitu terdapat perbedaan dari petinggi-petinggi masyarakat tentang
prosesi ritual sebuah kebudayaan. Tetapi walaupun terdapat faktor-faktor seperti ini
kebudayaan yang dianut sebuah masyarakat tetap menjadi tradisi yang tidak dapat
dihilangkan. Karena menurut pandangan masyarakat sebuah kebudayaan
merupakan suatu adat yang sangat penting dan memiliki peran yang fundamental
bagi kehidupan masyarakat selama bertahun-tahun hingga di era revolusi industri
4.0 ini.

B. SARAN

Kita sebagai bagian dari masyarakat indonesia terutama sebagai mahasiswa


harus mempelajari dan mengerti kebudayaan-kebudayaan yang ada di indonesia
terutama kebudayaan dari asal daerah kita sendiri, karena ini merupakan sesuatu
yang sangat penting untuk dibahas demi memahami karakteristik atau sikap
masyarakat dari berbagai daerah yang ada di indonesia. Dengan memahami bahwa
indonesia mempunyai berbagai kebudayaan yang berbeda kita dapat berpegang
pada ideologi kita pancasila poin ke-3 persatuan indonesia, sehingga walaupun kita
mempunyai kebudayaan-kebudayaan yang berbeda tetapi kita harus saling
menghargai perbedaan dan mementingkan persatuan guna menuju indonesia yang
aman, damai, dan tentram. Kita juga tidak bisa membuat budaya dari luar negeri
untuk mencampuri budaya kita karena budaya kita merupakan warisan dan
pemberian dari leluhur kita yang terdahulu, kebudayaan juga merupakan suatu ciri
khas indonesia yang sangat berperan penting dalam kehidupan manusia saat ini dan
saat yang akan datang, oleh karena itu pelajari, pahami, jaga, dan lestarikan budaya
kita.
DAFTAR PUSTAKA

- https://www.academia.edu/16807358/SOSIOLOGI_-_Kebudayaan_dan_Masyarakat
- Koordinator Generasi Muda Kesultanan Bacan “OMPU SAKIR ALI”

Anda mungkin juga menyukai