Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia yang diberikan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Dalam penyusunan makalah ini kami tidak lupa untuk mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:

Ibu Lindawati Simorangkir S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku dosen pembimbing kami, yang


telah memberikan kesempatan, saran serta masukan untuk kami dalam mengikuti dan
menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar kami dapat memperbaikinya.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 8 Juni 2017


Penulis

(Kelompok 8)

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Lansia (Gerontik)

2.1.1 Pengertian Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya imulai dari waktu
ke waktu tertentu, tidak hanya dimulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. WHO dan UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pada
Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah sebuah penyakit, tetapi merupakan proses yang beraangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.

Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono
(1994) mengatakan bahwa “menua” adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.

2.1.2 Teori-teori proses menua

Proses menua bersifat individual :dimana proses menua pada setiap orang terjadi
dengan usia yang berbeda, tiap lanjut usia mempunyai kebiasaan atau life style yang
berbeda dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. Harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami oleh lansia misalnya, Hipertensi,
Diabetes Militus, Rematik, Asam urat.

Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu :

1. Teori biologis
Yang merupakan teori biologis adalah :
Teori jam genetik

2
Menurut Hay ick 1965, secara genetik sudah terprogram bahwa material didalam
inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi
mitosis.

 Teori cross-linkage ( rantai silang)


 Teori radikal bebas : Merusak membran sel yang menyebabkan
kerusakan dan penurunan secara fisik.
 Teori genetic :menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang deprogram oleh molekul-molekul dan setiap selnya akan
mengalami mutasi.
 Teori immonologi : system immune menjadi kurang efektif dalam
mempertahankan diri.
 Teori stress-adaptasi : akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
linkungan internal.
Teori psikososial
Yang merupakan teori psikososial adalah :
 Teori integritas ego
Tugas perkembangan terakhir merefleksikan kehidupan seseorang
dan pencapaiannya. Hasil akhir antara integritas rgo dan keputusan
adalah kebebasan.
 Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap
bertahan secara stabil.

Teori sosiokultural
Yang merupakan teori sosiokultural adalah :
 Teori pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan disekitarnya, yang melibatkan kehilangan ganda seperti :
 Kehilangan peran
 Hambatan kontak sosial
 Berkurangnya komitmen

3
 Teori aktifitas
Penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang usia lanjut
merasakan kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas
tersebut selama mungkin.
Teori konsekuensi fungsional
Yang merupakan teori konsekuensi fungsional adalah :
 Konsekuensi fungsional usia lanjut yang berhubungan dengan
perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan.

Tanpa adanya intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif, dan
dengan adanya intervensi menjadi positif.

2.1.3 Proses Menua ( aging process)

Menjadi tua ( menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melewati tahap-tahap
kehidupannya. Memasuki usia tua banyak mengalami penurunan fisik yang ditandai dengan
kulit menjadi keriput karena kurangnya bantalan lemak, gigi mulai ompng, rambut memutih,
pendengaran berkurang, penglihatan memburuk dan nafsu makan berkurang.

2.1.4 Karakteristik Lansia

Menurut Budi Ana Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Berusia lebih dari 60 tahun


b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan bio, psiko, sosial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :

 Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun


 Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
 Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
 Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) yaitu:

4
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54) tahun , keadaan ini dikatakan sebagai
masa virilitas
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa presenium
c. Kelompok – kelompok usia lanjut (>65 tahun) yang dikatakan sebagai masa
senium.

2.1.5 Tugas Keluarga dalam Tahap Lansia

a. Mempertahankan Pengaturan Hidup Yang Memuaskan

Orang tua yang tinggal di rumah sendiri biasanya mempunyai penyesuaian diri yang
baik daripada tinggal bersama anaknya. Orang tua yang pindah ke rumah anaknya biasanya
lansia dengan penurunan kesehatan atau ekonomi sehingga tidak punya pilihan lain. Hal ini
merupakan bukti pengaturan diri yang kurang memuaskan lansia.pengaturan hidup secara
mandiri merupakan prediktor kesejahteraanyang ampuh bagi lansia. Perpindahan
tempat,merupakanpengalaman traumatik , karena berarti meninggalkanpertalian tetangga
dan persahabatan yang memberi kenyamanan dan keamanan. Akan tetapi, jika hal ini herus
terjadi maka menciptakan lingkungan seperti lingkungan lama merupakan hal yang penting
bagi lansia. (Andormoyo,2012)

b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penurunan pendapatan

Lansia lebih banyak menghabiskan uang untuk perawatan kesehatan sehingga perlu
menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatannya. Program asuransi atau bantuan orang
lain terutama dari generasinya mungkin sangat dibutuhkanpada saat ini. (Andormoyo,2012)

c. Mempertahankan hubungan perkawinan

Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang
berlangsung bagi kedua pasangan . kegiatan seksual mungkin pada masa ini sudah dialihkan
ke hal lain yang bisa saling memuaskan. (Andormoyo,2012)

d. Menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan

Lansia umumnya menyadari bahwa kematian merupakan proses kehidupan yang


normal. Akan tetapi, kematian pasangan merupakan hal yang sulit diadaptasi . kehilangan
psanagn merupakan hal paling traumatis bagi lansia dan mampu melunturkan semua
dukungan , meskipun anak telah mengisi kekosongannya . wanita biasanya lebih menderita

5
daripada pria. Hal ini akibat hilangnya rasa saling ketergantungan dan membagi kegiatan
secara bersama. Namun demikian, biasanya wanita mampu bertahan hidup daripada pria.
Bagi pria kehilangan pasangan berarti kehilangan teman, hubungan sanak family/keluarga,
dan dunia sosial secara umum. Duda lansia umumnya tidak punya minat untuk
melaksanakan peran ibu sehingga sering membutuhkan bantuan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan perwatannya. (Andormoyo,2012)

e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

Secara umum, lansia akan mengalami penurunan hubungan sosial. Hal ini bukan
berarti lansia akan menarik diri dari dunia sosial sekitarnya. Interaksi dari pasangan,
generasinya dan saudaranya merupakan dukungan sosial terpenting bagi lansia.
(Andormoyo,2012)

f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelahaan dan intergrasi hidup)

Penelahaan hidup atau life review merupakan aktivitas kongnitif yang vital dan
umum dilakukan lansia . aktivitas ini menggambarkan suatau penelahaan sentral terhadap
arti kehidupan dan memberikan fungsi untuk memudahkan penyesuaian diri terhadap situasi
yang sulit dan memberikan pandangan terhadap kejadian pada masa lalu . lansia sangat
peduli dengan kualitas hidup mereka dan berharap dapat hidup terhormat dan penuh
arti.pendekatan diri kepada tuhan secara serius merupakan tidakan yang dapat meningkatkan
kehormatan bagi lansia dengan ditunjang life review yang baik. (Andormoyo,2012).

2.1.6 Masalah-masalah yang Sering Terjadi pada Lansia

Saat ini, diseluruh dunia jumlah lanjut orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta
dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.
Permasalahan pada lansia dalam pemeliharaan kesehatan : hanya 5% yang hanya diurus oleh
institusi, 25% dari semua resep obat-obatan adalah lanjut usia , akibat dari ketidakmampuan
akan lebih terjadi apabila lanjut usia itu jatuh sakit, respon terhadap pengobatan berkurang.
Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh lanjut usia meliputi :ketergantungan fisik dan
ekonomi,sakit-sakitan yang kronis (mis, hipertensi, kurangnya pendengaran dan penyakit
jantung).

6
Permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia antara lain :

 Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami penurunan


kemampuan fisik dan penurunan pada peran-peran sosialnya yang menimbulkan
timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga
memerlukan bantuan orang lain.
 Lanjut usia juga tidak hanya ditandai dengan penurunan fisik, tetapi juga
berpengaruh terhadap kondisi mental.
 Sebagian dari pada lanjut usia masih mempunyai kemampuan untuk bekerja.
Dalam hal ini masalah yang akan timbul bagaimana memfungsikan tenaga dan
kemampuan mereka dalam situasi keterbatasan kesempatan bekerja.
 Masih ada dari sebagian dari lanjut usia dalam keadaan terlantar, selain tidak
mempunyai bekal hidup dan pekerjaan, mereka juga tidak memiliki
keluarga/sebatang kara.
 Dalam kebiasaan tradisional biasanya lanjut usia dihargai dan sangat dihormati,
tetapi dalam masyarakat industri mereka cenderung kurang dihargai sehingga
mereka terpisahkan dari kehidupan masyarakat.

2.2 Asuhan Keperawatan pada Lansia

Keperawatan adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang


didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-kultural
dan spiritual yang berdasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Asuhan
keperawatan kepada individu bersifat komprehensif, yang ditujukan kepada individu,
kelompok, keluarga dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat aupun sakit, yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.

Asuhan keperawatan gerontik diberikan berupa bantuan kepada klien lanjut usia
karena adanya: kelemahan fisik, mental, sosial, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya
kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri.
Tujuan asuhan keperawatan lanjut usia (lansia) adalah:

a) Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan, sehingga
memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hayatnya.

7
b) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan mereka yang usianya telah lanjut
dengan perawatan dan pencegahan.
c) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup
klien lanjut usia.
d) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang m/’enderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu (baik kronis maupun akut).
e) Merangsang perugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis
yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelaian tertentu.
f) Mencari upaya semaksimal mungkin, agar klien lansia yang menderita suatu
penyakit/gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).

Fokus asuhan keperawatan lamjut usia adalah: peningkatan kesehatan, pencegahan


penyakit (preventif), mengoptimalkan fungsi mental, dan mengatasi gangguan kesehatan
umum.

2.2.1 Pengkajian

Tujuan Pengkajian:

Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri


Melengkapi dasar rencana perawatan individu
Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien
Memberi waktu kepada klien untuk menjawab

Pengkajian meliputi aspek:

1. Fisik
a. Wawancara:
 Pandangan lansia mengenai kesehatannya
 Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
 Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
 Kekuatan fisik lansia: otot, sendi, penglihatan dan pendengaran
 Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar dan buang air kecil
 Kebiasaan gerak bdan/olahraga/senam usia lanjut
 Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
 Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dalam minum obat

8
 Masalah seksual yang dirasakan
b. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi,
untuk mengetahui perubahan fungsi sistem tubuh
 Pendekatan yang digunkan dalam pemeriksaan fisik adalah head to toe (dari
ujung kepala sampai ujung kaki) dan sistem tubuh
2. Psikologis
a. Apakah mengenal maslaah utamanya.
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak.
d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis.
e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami.
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapn pada saat ini dan akan dating
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses piker, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah
3. Sosoal-ekonomi
a. Sumber keuangan lansia
b. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi yang diikuti lansia
e. Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada
4. Spritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal

9
2.2.2 Pengkajian Dasar

1. Temperatur/suhu tubuh
a. Mungkin (hipotermia) kurang lebih 35oC
b. Lebih teliti diperiksa di sublingual
2. Denyut nadi
a. Kecepatan, irama, volume
b. Apical, radial, pedal
3. Respirasi (pernafasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman
b. Pernafasan tidak teratur
4. Tekanan darah
a. Saat baring, duduk, berdiri
b. Hipotensi akibat posisis tubuh
5. BB perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir
6. Tingkat orientasi
7. Memori (ingatan)
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial
10. Sistem Persarafan
 Kesimetrisan raut wajah
 Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
 Mata: pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
 Pupil: kesamaan, dilatasi
 Ketajaman penglihatan menurun karena menua:
a. Jangan di uji didepan jendela
b. Gunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi kacamata
 Gangguan sensori
 Ketajaman pendengaran
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tin itus
c. Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
 Adanya rasa sakit atau nyeri

10
11. Sistem Kardiovaskular
 Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
 Auskultasi denyut nadi apikal
 Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
 Pusing
 Sakit/nyeri
 Edema
12. Sistem Gastrointestinal
 Status gizi
 Asupan diet
 Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
 Mengunyah, menelan
 Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
 Auskultasi bising usus
 Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
 Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, inkontinesia alvi
13. Sistem Genitourinaria
 Urine (warna dan bau)
 Distensi kandung kemih, inkontinesia (tidak dapat menahan untuk buang air
kecil)
 Frekuensi, tekanan, atau desakan
 Pemasukan dan pengeluaran cairan
 Disuria
 Seksualitas
a. Kurangnya minat melakukan hubungan seks
b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
d. Dorongan/daya seks menurun
e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas
f. Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
14. Sistem Kulit
 Kulit
a. Temperatur, tingkat kelembapan
b. Keutuhan kulit: luka, luka terbuka, robekan
11
c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen
 Adanya jaringan parut
 Keadaan kuku
 Keadaan rambut
 Adanya gangguan umum
15. Sistem Muskuloskletal
 Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatan gerakan sendi
 Tingkat mobilisasi
a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan
 Gerkan sendi
 Paralis
 Kifosis
16. Psikosial
 Menunjukkan tanda meningkatnya ketergantungan
 Fokus pada diri bertambah
 Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
 Membutuhkan bukti nyata rasa kasih sayang yang berlebihan

(Berdasarkan Buku Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2012)

17. Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi disebabkan oleh hormonal. Menopause berhubungan


dengan menurunnya respon ovarium terhadap hormon hipofise dan menurunnya kadar
estrogen dan progesterone. Pria tidak mengalami terhentinya fertilitas akibat penuaan
yang mutlak. Spermatogenesis dimulai pada dekade ke-4 dan terus berjalan sampai
dekade ke-9. Perubahan sistem reproduksi tidak mempengaruhi libido. Penurunan
aktivitas seksual, berkurangnya sosialisasi atau hilangnya minat seksual.

12
(Berdasarkan Buku Fundamental Keperawatan. 2009)

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

a) Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
faktor biologis
c) Konstipasi berhubungan dengan faktor fungsional (kelemahan otot abdomen)
d) Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan
e) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan adanya hambatan penerimaan dan
pengiriman rangsangan

2.2.4 Intervensi

a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


faktor biologis

NOC: Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria
hasil:

 Asupan Gizi (100401)


 Asupan makanan (100402)
 Asupan cairan (100408)

NIC: Manajemen Nutrisi (1100)

1. Tentukan jumlah kalori dan jenis zat yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan
gizi
2. Atur diet yang diperlukan
3. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan (misalnya:
bersih, berventilasi, santai, dan bebas dari baru yang menyengat)
4. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan
5. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi, jika memungkinkan
6. Pastikan makanan yang disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang
paling cocok untuk dikonsumsi secara optimal
7. Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi
8. Monitor kalori dan asupan makanan

13
DAFTAR PUSTAKA

 Nugroho, H. Wahjudi. 2012. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC


 Potter. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi . Jakarta: Salemba Medika
 Andarmoyo, Sulistyo (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan
Praktik Keperawatan,Yogyakarta : Graha Ilmu

14

Anda mungkin juga menyukai