Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

MANAJEMEN STRATEGI

KELOMPOK 8

NI MADE NOVIANI SAPUTRI 1832125042


NI NYOMAN ARI NATARINI 1832125046
NI NYOMAN RINI FLORENTA 1832125050
A.A.ISTRI MENTARI NIRMALA T. 1832125021
NI PUTU ERLIN PRAMESTI 1832125048
AYU SURYARASMI 1832125051
PUTU WINARNI 1832125045

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2019
“ANALISIS EKSTERNAL, INTERNAL DAN STRENGH, WEAKNESS, OPPORTUNITY
AND THREATS (SWOT) PADA BPJS KESEHATAN”

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan) merupakan Badan Hukum Publik yang bertanggung jawab langsung kepada
Presiden dan memiliki tugas untuk menyelenggarakan jaminan Kesehatan Nasional bagi
seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS
dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha
lainnya ataupun rakyat biasa. BPJS Kesehatan merupakan penyelenggara program
jaminan sosial di bidang kesehatan yang merupakan salah satu dari lima program dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek )
merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai
beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai
beroperasi sejak 1 Juli 2014.
BPJS Kesehatan juga menjalankan fungsi pemerintahan (governing function) di
bidang pelayanan umum (public services) yang sebelumnya sebagian dijalankan oleh
badan usaha milik negara dan sebagian lainnya oleh lembaga pemerintahan. Gabungan
antara kedua fungsi badan usaha dan fungsi pemerintahan itulah, yang dewasa ini,
tercermin dalam status BPJS Kesehatan sebagai badan hukum publik yang menjalankan
fungsi pelayanan umum di bidang penyelenggaraan jaminan sosial nasional.
BPJS Kesehatan juga dibentuk dengan modal awal dibiayai dari APBN dan
selanjutnya memiliki kekayaan tersendiri yang meliputi aset BPJS Kesehatan dan aset
dana jaminan sosial dari sumber-sumber sebagaimana ditentukan dalam undang-undang.
Kewenangan BPJS Kesehatan meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat
mewakili Indonesia atas nama negara dalam hubungan dengan badan-badan
Internasional. Kewenangan ini merupakan karakteristik tersendiri yang berbeda dengan
badan hukum maupun lembaga negara lainnya. Maka dari itu, BPJS Kesehatan
merupakan salah satu bentuk Badan Hukum Milik Negara (BHMN), sehingga
pelaksanaan tugasnya dipertanggungjawabkan kepada Presiden sebagai kepala
pemerintahan negara. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan),
yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011
tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1
Januari 2014.
BPJS Kesehatan menjadi proteksi kesehatan seluruh warga Indonesia dan menjadi
kepercayaan sejak tahun 2014. Nama BPJS menjadi sangat terkenal dengan pro dan
kontra bagi para penggunanya. Kerjasama yang dilakukan BPJS dengan beberapa rumah
sakit Pemerintah Daerah, Pusat maupun Swasta menimbulkan banyak kritikan. Ditambah
lagi adanya asuransi pesain dari kalangan swasta yang mulai terkenal di Indonesia.
Namun secara umum, BPJS tetap menjadi asuransi kesehatan terbaik melihat BPJS yang
bisa dinikmati oleh masyarakat seluruh Indonesia. Karena BPJS menjadi perusahaan
besar tentunya memiliki tenaga Sumber daya manusia, sistem pengelolaan keuangan dan
standar operasional yang diterapkan. Oleh karena itu diperlukan analisis eksternal,
internal dan SWOT guna mengetahui bagaimana kinerja BPJS secara keseluruhan.
BAB II
VISI MISI DAN SEJARAH BPJS

A. Visi dan Misi

Adapun visi dan misi dari BPJS sebagai berikut :

1. Visi : Terwujudnya jaminan kesehatan yang berkualitas tanpa diskriminasi.


2. Misi :
a) Memberikan pelayanan yang terbaik kepada peserta masyarakat
b) Memperluas kepesertaan program jaminan kesehatan mencakup seluruh
penduduk Indonesia
c) Bersama menjaga kesinambungan financial program jaminan kesehatan.

B. Sejarah BPJS Kesehatan


Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman
kolonial Belanda. Pelayanan kesehatan dilanjutkan setelah zaman kemerdekaan
Indonesia. Setelah mendapat pengakuan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda, Pemerintah
Indonesia melanjutkan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya bagi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) beserta keluarga. Menteri Kesehatan Prof. G.A. Siwabessy
periode 1966-1978, mengajukan sebuah gagasan untuk menyelenggarakan Program
Asuransi Kesehatan, karena program ini mulai diberlakukan di sejumlah negara maju.
Programnya berkembang dengan pesat. Pada saat penerapan Program Asuransi
Kesehatan, penerima manfaat dari program ini masih terbatas bagi PNS beserta anggota
keluarga. Namun Prof. G.A. Siwabessy sudah yakin, kelak suatu saat, Program Asuransi
Kesehatan bisa dinikmati seluruh masyarakat Indonesia ini demi terjaminnya pelayanan
kesehatan. Sejarah BPJS Kesehatan mencakup 4 (empat) periode .
- 1968 - Pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor
1 Tahun 1968 dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan
Kesehatan (BPDPK). Badan ini mengatur pemeliharaan kesehatan bagi pegawai
negara (PNS) dan penerima pensiun beserta keluarganya.
- 1984 - Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 dan 23 Tahun 1984.
BPDPK berubah status dari sebuah badan di lingkungan Departemen Kesehatan
menjadi BUMN, yaitu Perum Husada Bhakti (PHB). Tugas PHB adalah melayani
jaminan kesehatan bagi PNS, pensiunan PNS, veteran, perintis kemerdekaan, dan
anggota keluarganya.
- 1992 - PHB berubah status menjadi PT Askes (Persero) melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 1992. PT Askes (Persero) mulai menjangkau karyawan BUMN
melalui Program Askes Komersial. Pada Januari 2005, PT Askes (Persero) dipercaya
pemerintah untuk melaksanakan Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin
(PJKMM). Program ini kemudian dikenal menjadi Program Askeskin dengan sasaran
peserta masyarakat miskin dan tidak mampu sebanyak 60 juta jiwa. Pemerintah Pusat
menanggung biaya iuran. PT Askes (Persero) juga menciptakan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU), yang ditujukan bagi masyarakat yang belum
dilayani oleh Jamkesmas, Askes Sosial, maupun asuransi swasta. PJKMU adalah
Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan pengelolaan diserahkan kepada PT
Askes (Persero). Pada periode tersebut, tercatat sebanyak 6,4 juta jiwa yang berasal
dari 200 kabupaten/kota telah menjadi Peserta PJKMU.
- 2014 - Pada tanggal 1 Januari 2014, BPJS Kesehatan mulai resmi beroperasi. Hal ini
berawal pada tahun 2004 saat pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Pada tahun 2011,
pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai
penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan. Sehingga PT Askes
(Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan.
BAB III
ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL, INTERNAL DAN SWOT

A. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan


1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem perekonomian tempat suatu
perusahaan beroperasi. Oleh karena itu. Perekonomian Negara tentu ikut
mempengaruhi peraturan yang akan diterapkan di BPJS Kesehatan , yaitu bagian
iuran peserta. Apabila tak ada intervensi maka akan terjadi BPJS akan mengalami
defisit tahun 2015 sebanyak Rp 11,7 triliun (BPJS, 2015). Selain itu, penetapan tarif
BPJS kesehatan minimal harus disesuaikan dengan perubahan inflasi.
2. Faktor Budaya
Sesuai UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
bahwa untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu dibentuk badan
penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan prinsip kegotongroyongan,
nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat
wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. BPJS
Kesehatan yang mempunyai prinsip gotong royong dengan cara mewujudkan
mekanisme gotong royong dari peserta yang mampu ke peserta yang kurang mampu
dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat Indonesia, melalui sistem
asuransi nirlaba. Maksudnya nirlaba adalah seluruh pendapatan dipergunakan bagi
pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Faktor Politik
Awalnya dari kartu BPJS Keseharan menjadi KIS
Kartu BPJS Kesehatan merupakan kartu identitas peserta yang dikeluarkan sejak
BPJS Kesehatan mulai beroperasi Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016. Kartu
identitas ini tetap dapat digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan peserta
JKN-KIS.
Kartu KIS merupakan identitas seluruh jenis peserta JKN-KIS, baik peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI) maupun bukan PBI (PPU, PBPU, BP). Peserta dapat mengganti
kartu peserta Askes dan kartu peserta BPJS Kesehatan menjadi Kartu Indonesia Sehat
secara perorangan ke Kantor BPJS Kesehatan, apabila terdapat perubahan data pada
kartu sebelumnya, kartu rusak atau hilang. Penggantian kartu dilakukan secara
kolektif bagi peserta PPU dan BP Penyelenggara Negara.
4. Faktor Hukum
BPJS kesehatan menjadi badan usaha yang berada dibawah kekuatan Presiden secara
langsung, hal ini juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 5 ayat (1) dan (2) yang mengatur tiap
warganya wajib memiliki jaminan sosial, hal tersebut membuat pangsa pasar BPJS
Kesehatan sangat kuat.
5. Faktor Teknologi
 BPJS Kesehatan memanfaatkan teknologi yaitu dengan nama Aplikasi Mobile
JKN merupakan inovasi untuk kemudahan calon peserta atau peserta JKN-KIS,
dengan memanfaatkan teknologi informasi yang dapat diunduh melalui aplikasi
Mobile JKN di Google Playstore atau Apps Store. Aplikasi Mobile JKN
merupakan inovasi untuk kemudahan calon peserta atau peserta JKN-KIS, dengan
memanfaatkan teknologi informasi yang dapat diunduh melalui aplikasi Mobile
JKN di Google Playstore atau Apps Store. Lima Kemudahan menggunakan
Aplikasi Mobile JKN:
1. Kemudahan mendaftar dan mengubah data kepesertaan.
2. Kemudahan mengetahui informasi data peserta dan keluarga.
3. Kemudahan mengetahui informasi tagihan dan pembayaran iuran.
4. Kemudahan mendapatkan pelayanan di Faskes.
5. Kemudahan menyampaikan pengaduan dan permintaan informasi seputar JKN-
KI
 BPJS memanfaatkan teknologi dengan penerapan Bridging System. Adanya
penerapan Bridging System, yaitu penggunaan aplikasi web service yang
menghubungkan sistem pelayan kesehatan menjadi satu. Dengan Bridging
System dapat melakukan dua proses pelayanan tanpa ada intervensi satu sistem
dengan sistem lainnya secara langsung. Hubungan kedua sisyem tersebut dikelola
dengan web service yang akan membatasi akses ke masing-masing sistem
sehingga keamanan data tetap terjaga. Bridging System sangat bermanfaat bagi
pasien, Rumah Sakit, dan BPJS Kesehatan. Salah satunya, bisa meminimalisir
proses antrean dan pelayanan kesehatan di rumah sakit menjadi lebih cepat
sehingga pasien tidak perlu lama berada di Rumah Sakit.
6. Faktor Sosial
 Membantu biaya pelayanan masyarakat di seluruh Indonesia
Pelayanan BPJS Kesehatan tampaknya sudah cukup merata di seluruh wilayah
Indonesia. Sebanyak 51 persen penduduk Jakarta telah memiliki asuransi
kesehatan dan rata-rata 46 persen responden wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan beberapa wilayah lain di Indonesia juga telah memiliki asuransi kesehatan. Hal
ini bisa dipengaruhi oleh tingkat rata-rata ekonomi masyarakat serta kemudahan
akses dalam mendapatkan informasi dan layanan asuransi kesehatan terutama di
kota-kota besar. Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia, pemerintah terus menambah kerja sama
dengan berbagai fasilitas kesehatan, termasuk klinik utama, optik, hingga RS Kelas
D Pratama.
 Kepatuhan masyarakat untuk membayar iuran BPJS Kesehatan dan
mengingatkan pembayaran sebelum tanggal 10 setiap bulannya.
Kepatuhan dalam membayar iuran JKN bagi peserta mandiri merupakan
komponen terpenting untuk mempermudah pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Bagi peserta JKN kategori pekerja bukan penerima upah wajib membayar iuran ke
BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 setiap bulan. Apabila tanggal 10 jatuh
pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Bagi peserta
kategori pekerja bukan pnerima upah
yang membayar iuran lewat tanggal 10 maka status kepesertaannya akan
diberhentikan sementara dan akan dikenakan denda keterlambatan pembayaran
iuran sebesar 2,5% dari biaya pelayanan dari setiap bulan
tetunggak.
7. Faktor Pesaing
Masuknya pendatang baru dalam industri asuransi jiwa dapat memeperburuk
situasi persaingan yang kini sudah sangat ketat. Perusahaan-perusahaan jiwa
maupun kerugian yang sekarang ini banyak bermunculan. Terutama perusahaan –
perusahaan asuransi jiwa luar negeri. Keuntungan dalam bisnis inilah yang menarik
banyak investor untuk datang dan mencicipi manisnya bisnis ini. Hal ini disebabkan
penetrasi pasar yang kurang yakni kurang dari lima persen terhadap total penduduk
yang diperkirakan mencapai 260 juta jiwa.
8. Faktor Pemasok
Formularium Nasional adalah daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia
di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN-KIS.
Formularium Nasional atau yang dikenal dengan FORNAS diatur oleh Menteri
Kesehatan. Formularium Nasional harus dijadikan sebagai acuan bagi seluruh pihak
yang terkait dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi peserta JKN-KIS.
Formularium Nasional juga menjadi acuan oleh rumah sakit dan puskesmas untuk
penyusunan formularium rumah sakit dan puskesmas.

B. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan


Analisis Lingkungan Internal Perusahaan dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Bidang Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang penting dalam efektivitas
perusahaan. Bagi perusahaan yang bergerak di sektor jasa, tenaga SDM adalah
indikator yang harus dikedepankan agar manajemen perusahaan dapat dikelola
dengan baik. Tenaga SDM yang ada di BPJS Kesehatan secara kuantitas cukup dan
terbagi pada masing-masing bidangnya. Secara kualitas, tenaga SDM yang ada pada
BPJS Kesehatan juga cukup baik dengan seleksi yang ketat, perekrutan karyawan
tentunya yang memiliki integritas tinggi serta professional di bidangnya. Karyawan
pada tenaga SDM juga diberikan pelatihan baik itu seminar maupun workshop dalam
meningkatkan kompetensi bekerja.
2. Bidang Keuangan
BPJS yang dimiliki oleh pemerintah awalnya diberikan modal dari dana APBN.
Namun, seringkali adanya keluhan dari pihak rumah sakit dan klinik yang diajak
bekerja sama akibat keterlambatan claim yang ditimbulkan dari premi bulanan yang
belum cukup dalam memaksimalkan kinerja serta kas BPJS yang belum cukup baik
pengelolaannya menjadikan timbulnya permasalahan di bidang ini.

Hal ini didasari karena besaran persentase dana operasional ditetapkan setiap tahun
oleh Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan dan Dewan Jaminan
Sosial Nasional. Dana operasional tersebut merupakan alokasi dana setiap tahun yang
dikhususkan untuk membiayai operasional BPJS Kesehatan, dan bukan digunakan
untuk membiayai pembayaran manfaat jaminan sosial kepada fasilitas kesehatan, baik
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan.
Dengan ditetapkannya PMK ini, operasional BPJS Kesehatan diharakan dapat
tercukupi, sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara Jaminan
Kesehatan Nasional.

3. Bidang Operasional
Sumber daya finansial untuk implementasi SOP dalam pelayanan BPJS Kesehatan
yang disediakan pemerintah telah sesuai dengan kebutuhan yang ada seperti yang
ditetapkan dan dituangkan dalam APBN pada setiap tahun anggaran. Kemampuan
SDM dan sumberdaya finansial ini menyebabkan implementasi SOP program BPJS
Kesehatan berjalan baik dan efektif sebagaimana yang telah diprogramkan.
C. Analisis SWOT
1. Strength
Kelebihan yang dimiliki oleh BPJS Kesehatan adalah
- karyawan yang ahli di bidang masing-masing. Kuantitas dan kualitas tenaga kerja di
BPJS Kesehatan mampu mengelola manajemen BPJS dengan baik.
- Tarif premi yang diterapkan terjangkau bagi semua kalangan dengan sistem kelas
yang bisa dipilih oleh pengguna sesuai kemampuan.
- BPJS menanggung segala tindakan rawat jalan maupun inap bagi pasien sesuai
dengan protap dan ketentuan yang ditetapkan sehingga pengguna BPJS yang sesuai
kelas dan sesuai ketentuan tidak dipungut biaya dalam pengobatan.
2. Weakness
- Terlalu murahnya tariff premi berakibat pergolakan kas dan pengelolaan kas yang
belum stabil menyebabkan keterlambatan claim, sehingga memunculkan dampak
banyaknya rumah sakit dan klinik terpaksa meminjam di Bank demi kelancaran
operasional.
3. Opportunity
- Karna BPJS adalah satu-satunya perusahaan asuransi milik pemerintah, BPJS
memiliki peluang besar dalam menguasai pangsa pasar seluruh Indonesia dengan
tariff terjangkau dan sistem yang fleksibel.
4. Threats
- Ancaman yang datang dari pihak eskternal adalah adanya pesaing asuransi lain yang
bergerak di bidang swasta.

D. Analisis Strategi
Strategi manajemen dibagi menjadi 12, namun berdasarkan analisis eksternal,
internal dan analisis SWOT, Strategi yang dipilih untuk BPJS Kesehatan adalah
Retrechement yang merupakan bagian dari Strategi Defensif. Retrechement adalah
strategi yang didesain untuk memperkuat kompetensi dasar organisasi yang unik. Selama
Retrechement penyusunan strategi bekerja dengan sumber daya yang terbatas dan
menghadapi tekanan dari pemegang saham, karyawan dan media. Retrechement terjadi
jika suatu organisasi mengelompokkan ulang melalui pengurangan kas dan biaya untuk
membalikkan penjualan dan laba yang menurun. Strategi ini dipilih mengingat BPJS
Kesehatan memiliki masalah di bidang keuangan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam suatu perusahaan tentunya memiliki kelebihan, kelemahan, peluang dan
ancaman baik dari pihak eksternal maupun pihak internal. BPJS Kesehatan adalah
asuransi kesehatan milik pemerintah yang sudah terkenal dengan berbagai fasilitas yang
diberikan. Berdasarkan analisis bab pembahasan, secara keseluruhan BPJS dapat
disimpulkan merupakan perusahaan yang cukup baik dengan tenaga karyawan yang ahli
menurut analisis lingkungan internal serta memiliki peluang baik dalam mensejahterakan
warga Indonesia. Strategi yang dipilih dalam meningkatkan kinerja perusahaan adalah
Retrechement di mana strategi ini didesain untuk meningkatkan laba perusahaan dan
mengurangi biaya.
B. Saran
Meskipun sudah dikatan baik di bidang tenaga kerja, BPJS tetap harus berbenah
di bidang keuangan dengan melakukan pengelolaan kas yang lebih sistematis, meninjau
kembali dan membuat anggaran terkait aktivitas keuangan mengingat peran BPJS
menjadi kontra di mata klinik dan rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS.
Diharapkan pembenahan di sektor keuangan melalui strategi Retrechement yang dipilih
ini dapat menjadi langkah baru yang dapat meningkatkan kinerja BPJS sehingga dapat
menjadi keuntungan bagi pihak rumah sakit dan klinik dan bagi pengguna BPJS.

Anda mungkin juga menyukai