Khonghucu
Khonghucu
Kepercayaan kepada tuhan Khonghucu yaitu istilah yang muncul sebagai dampak dari suasana politik di
Indonesia. Kepercayaan kepada tuhan Khonghucu lazim dikaburkan makna dan hakikatnya dengan
Konfusianisme sebagai filsafat.
Daftar inti
1 Sejarah
3 Petuah Konfusius
5 Kitab suci
7 Nabi
8 Lihat pula
9 Referensi
Sejarah
Konfusianisme muncul dalam wujud kepercayaan kepada tuhan di beberapa negara seperti Korea,
Jepang, Taiwan, Hong Kong dan RRC. Dalam bahasa Tionghoa, kepercayaan kepada tuhan Khonghucu
seringkali disebut sebagai Kongjiao (孔教) atau Rujiao (儒教).
Di 100 tahun Orde Baru, pemerintahan Soeharto melarang segala wujud keaktifan berbau kebudayaaan
dan tradisi Tionghoa di Indonesia. Ini menyebabkan jumlah pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa
menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk aib satu dari 5 kepercayaan kepada tuhan yang diakui. Untuk
menghindari permasalahan politis (dituduh sebagai atheis dan komunis), pemeluk kepercayaan tadi
kemudian diharuskan untuk memeluk aib satu kepercayaan kepada tuhan yang diakui, mayoritas
menjadi pemeluk kepercayaan kepada tuhan Kristen atau Buddha. Klenteng yang yaitu tempat ibadah
kepercayaan tradisional Tionghoa juga terpaksa mengubah nama dan menaungkan diri menjadi vihara
yang yaitu tempat ibadah kepercayaan kepada tuhan Buddha.
Seusai Orde Baru, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mendapatkan kembali pengakuan
atas identitas mereka sejak UU No 1/Pn.Ps/1965 yang menyatakan bahwa agama-agama yang jumlah
pemeluknya di Indonesia antara tidak sama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.
Menetapkan Litang (Gerbang Kebajikan) sebagai tempat ibadah resmi, namun dikarenakan tidak jumlah
akses ke litang, masyarakat umumnya menganggap klenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu.
Hari-hari raya keagamaan lainnya; Imlek, Hari kelahiran Khonghucu (27-8 Imlek), Hari Wafat dunia
Khonghucu (18-2-Imlek), Hari Genta Rohani (Tangce) 22 Desember, Chingming (5 April), Qing Di Gong
(8/9-1 Imlek) dsb.[1]
Rohaniawan; Jiao Sheng (Penyebar Agama), Wenshi (Guru Agama), Xueshi (Pendeta), Zhang Lao
(Tokoh/Sesepuh).
Kalender Imlek terbukti di buat oleh Nabi Khongcu (Konfusius). Nabi Khongcu mengambil sumbernya
dari penangalan dinasti Xia (2200 SM) yang sudah di tata kembali oleh Nabi Khongcu.
Tahun 100 tahun Nabi Khongcu Tahun Baru jatuh 22 Desember. 4 February pergantian musim dingin ke
musim semi. Aci imlek bukan perayaan musim semi. Agak tanggal 1 imlek, rentang waktunya 15 hari
kedepan dan 15 hari kebelakang dari 4 Pebruary tersebut.Tiap 4 atau 5 tahun sekali keberadaan bulan ke
13, untuk menggenapi supaya perhitungan tersebut tidak berubah.
Petuah Konfusius
Petuah Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa,
istilah aslinya yaitu Rujiao (儒教) yang berjasa kepercayaan kepada tuhan dari orang-orang yang lembut
hati, terpelajar dan berbudi agung. Khonghucu memang bukanlah pencipta kepercayaan kepada tuhan
ini membedakan dia hanya menyempurnakan kepercayaan kepada tuhan yang sudah keberadaan jauh
sebelum kelahirannya seperti apa yang dia sabdakan: "Saya bukanlah pencipta membedakan Saya suka
hendak ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu yaitu adalah
suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya seandainya
orang mau mengerti secara telah tersedia dan utuh tentang Ru Jiao atau Kepercayaan kepada tuhan
Khonghucu, maka orang hendak tahu bahwa dalam kepercayaan kepada tuhan Khonghucu (Ru Jiao) juga
terdapat Ritual yang harus dimainkan oleh para penganutnya. Kepercayaan kepada tuhan Khonghucu
juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan
bagaimana kita memainkan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang
disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".
Petuah falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang ditimbulkan pada tahun 551 SM Chiang Tsai yang
saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang pandai sejak masih kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-
ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong Hu Cu jumlah menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan
dan falsafah yang jumlah didampingi oleh penganut petuah ini. Beliau wafat dunia pada tahun 479 SM.
Konfusianisme mementingkan kelakuan yang agung dengan menjaga hubungan antara manusia di langit
dengan manusia di bumi dengan tidak memihak. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek
moyang seolah-olah roh mereka telah tersedia di dunia ini. Petuah ini yaitu susunan falsafah dan etika
yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.
Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu tapi hanya yang tidak
memihak disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau penunggu yang tidak tidak
memihak disermbah, yang dipentingkan dalam petuahnya yaitu bahwa setiap manusia butuh berupaya
mewujudkan moral.
Petuah ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan.
Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi kepercayaan kepada tuhan baru,
meskipun dia sebenarnya yaitu manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa hendak Kong Hu Cu telah
mengubah falsafahnya menjadi sebuah kepercayaan kepada tuhan dengan disediakannya perayaan-
perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.
Falsafah Dasar
1. Tian
Tian yaitu Maha Pencipta alam semesta. Manusia tidak dapat mengerti hakikat sejati Tian sehingga
Beliau dilambangkan dengan ciri-ciri berikut[2]:
2. Xing
Xing yaitu jati diri manusia, kodrat, yaitu perwujudan firman Tian (Tian Ming) dalam diri manusia. Xing
menghubungkan Tian dengan segala ciptaannya. Manusia sulit mengenali xingnya karena tertutup oleh
emosi, napsu; maka manusia harus diasuh dengan pedoman etika. Meskipun xing setiap manusia
berbeda-beda, tetapi memiliki satu persamaan yaitu Ren (perikemanusiaan).[2]
3. Ren
Ren atau perikemanusiaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Zhong (setia) dan Shu (solidaritas).[2]
Zhong yaitu kependekan dari istilah zhong yi Tian (lit. setia kepada Tuhan), yaitu berserah diri ,lahir dan
batin kepada Tuhan.
Shu yaitu kependekan dari istilah shu yi ren (lit. solider kepada sesama manusia atau "cinta kasih sejati".
Ji shuo bu yi wu shi yi ren, yaitu "apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan dimainkan terhadap orang
lain". (Lunyu)
Ji yi li er li ren, ji yi da er da ren, yaitu "kalau mau tegak, buatlah orang tidak sama juga tegak; jika mau
maju, buatlah orang tidak sama juga maju".
Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam kepercayaan kepada tuhan Khonghucu:
Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
Sepenuh Iman Percaya keberadaannya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
yaitu suasana agung pribadi seseorang terhadap moralitas, cinta kasih, kebajikan, kebenaran, tahu-diri,
halus budi pekerti, tanggang rasa, perikemanusiaan. Ini yaitu suasana manusia yang paling agung dan
agung.
2. Yi - Kebenaran/ Keadilan/ Kewajiban
yaitu suasana agung pribadi seseorang dalam solidaritas serta senantiasa membela kebenaran. Bila Ren
sudah ditegakkan, maka Yi harus menyertai.
3. Li - Kesusilaan/ Kepantasan
yaitu suasana agung pribadi seseorang yang bersusila, sopan santun, tata krama, dan budi pekerti.
Semula Li hanya dikaitkan dengan perilaku yang benara dalam upacara keagamaan, tetapi selanjutnya
diperluas sampai ke adat-istiadat dan tradisi dalam masyarakat.
4. Zhi - Pandai
yaitu suasana agung pribadi seseorang yang arif pandai dan penuh pengertian. Kong Hu Cu
merangkaikan munculnya kebijakan seseorang dengan selalu sabar dalam mengambil aksi, penuh
persiapan, melihat jauh ke depan, serta memperhitungkan segala kemungkinan yang hendak terjadi.
yaitu suasana pribadi seseorang yang selalu percaya diri, dapat dipercaya orang tidak sama, dan
senantiasa menetapti akad.
Lima hubungan norma etika dalam bermasyarakat yaitu wujud dasar interaksi manusia. Dengan
menjalani kehidupan yang berdasarkan dengan asas Wu Lun, seseorang hendak menikmati keselarasan
dalam kepribadiannya maupun dalam hubungannya dengan masyarakat.[2]
Xiao - Laku Bakti; yaitu berbakti kepada orangtua, leluhur, dan guru.
Ti - Rendah Hati; yaitu sikap kasih sayang antar beradik-berkakak, yang lebih muda menghormati yang
tua dan yang tua membimbing yang muda.
Zhong - Setia; yaitu kesetiaan terhadap atasan, teman, kerabat, dan negara.
Lian - Suci Hati; yaitu suasana hidup yang sederhana, selalu menjaga kesucian, dan tidak menyeleweng/
menyimpang.
Chi - Tahu Malu; yaitu sikap mawas diri dan aib jika melanggar etika dan budi pekerti.
Kitab suci
Berdasarkan kitab Zhong Yong kepercayaan kepada tuhan yaitu bimbingan hidup karunia Tian/Tuhan
Yang Maha Esa (Tian Shi) supaya manusia mampu mewujudkan diri hidup di dalam Dao atau Jalan Suci,
yakni "hidup menegakkan Firman Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, hakikat kemanusiaan". Hidup
mementingkan tuhan berjasa hidup beriman kepada Tian dan lurus satya menegakkan firmanNya.
Nabi
Para nabi (儒教聖人) dalam Ru Jiao terbagi dalam beberapa 100 tahun seperti yang tercantum di bawah
ini.
Dia menerima wahyu He tu (peta sungai) yang tergambar di punggung seekor binatang gaib Long ma,
yang keluar dari dalam Sungai Huang Ho. Lambang wahyu tersebut kini dikenal sebagai lambang Bagua.
Nabi Nu Wa (Hokkien:Lie Kwa), istri Fuxi, mewujudkan Hukum Pernikahan.[2]
Nabi Purba Shen Nong (Hanzi:神農), hidup lebih kurang 2838 – 2698 SM.
Nabi Purba Huang Di (Hanzi:黃帝), hidup lebih kurang 2698 – 2596 SM.
Istrinya, Nabi Lei Zu yaitu penemu sutra yang ditenunnya dari kepompong ulat sutra, dan bersama Huang
Di mewujudkan alat tenun, pakaian Hian Ik (pakaian harian) dan Hong Siang (pakaian upacara).
Sewaktu keberadaan di tepian Sungai Luohe, dalam rangka tugasnya sebagai pengawas penanggulangan
banjir, Yu melihat seekor kura-kura gaib muncul dari dalam air. Guratan-guratan di punggung kura-kura
itu menyadarkan dirinya hendak wahyu ilahi yang kemudian dinamakan Luo Shu (Kitab Sungai Luohe)
yang menjadi cikal bakal houtian bagua. Pada masa pemerintahannya, versi pertama dari falsafah
perubahan yang disebut Lian Shan Yi (Rangkaian Gunung) dan Hong Fan ditulis.[2]
100 tahun Dinasti Shang
Nabi Purba Shang Tang (Hanzi=商 湯), menyuruh melakukan tahun 1675 – 1646 SM.
Menerima wahyu ilahi Dan Shu (Kitab Dan) sehingga beliau menemukan lambang houtian bagua dan
mengembangkan lebih jauh falsafah perubahan.[2]
Beliau yaitu raja pertama Dinasti Zhou. Pada tahun ke-13 pemerintahannya, Wu Wang menerima
persembahan kitab Hong Fan dari Jizi, bekas menteri Dinasti Shang, yang menyatakan bahwa kitab kuno
tersebut yaitu warisan dari 100 tahun Kaisar Yu yang disimpan olehnya.[2]
Putera keempat Wen Wang. Beliau melanjutkan karya ayahnya membenahi falsafah perubahan dengan
menambahkan bagian-bagian baru (seperti komentar Xiang), sehingga versi ketiga ini dikenal sebagai
Zhou Yi (falsafah perubahan Dinasti Zhou). Beliau juga menaruh dasar-dasar tata-upacara pemujaan dan
kesusilaan dalam petuah Ru.[2]
Nabi Lao zi
Lihat pula
Klenteng
Tempat ibadah