Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Sirkum pasifik adalahRangkaian pegunungan yang dimulai

dari pegunungan Los Andes di Amerika Selatan, pegunungan di Amerika


Tengah, Rocky Mountain di Amerika Utara, Kepulauan Aleuten, Jepang,
Filipina dan masuk ke Indonesia melalui tiga jalur, yaitu Kalimantan, Sulawesi,
dan Halmahera berlanjut ke kepalaburung Papua dan membentuk tulang
punggung pegunungan di Papua, Australia, dan berakhir di Selandia Baru

Pengertian Sirkum mediterania adalah Rangkaian pegunungan sambungan


dari jalur pegunungan disekitar laut Tengah, yaitu Afrika Utara, Spanyol,
Alpen, Alpenina, Semenanjung Balkan, membujur ke pegunungan Himalaya,
Myanmar, Malaysia kemudian menyebrang ke Indonesia.

Ras Melayu adalah paham yang diusulkan ilmuwan Jerman Johann Friedrich Blumenbach (1752-1840) yang
menggolongkannya sebagai "ras coklat".[1] Setelah Blumenbach, banyak antropolog sudah menolak teorinya
mengenai lima ras manusia dengan begitu kompleksnya klasifikasi manusia.
Paham "ras Melayu" harus dibedakan dari paham "suku Melayu" yang mengacu kepada penduduk Malaysia dan
beberapa bagian Indonesia.
Istilah "ras Melayu" sempat lazim dipakai di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Yang dimaksudkan adalah
penduduk kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia dan Filipina, dan Semenanjung Melayu. Istilah tersebut
kemudian meluas ke kepulauan Pasifik.[2]Apa yang disebut "ras Melayu" sebetulnya adalah penutur bahasa
Austronesia, walau beberapa mengatakan bahwa kelompok ini merupakan "subras" dari apa yang dulu
dinamakan ras Mongoloid.[3]
Pakar genetika asal Itali Luigi Luca Cavalli-Sforza telah membuktikan bahwa membagi manusia dalam "ras" adalah
suatu usaha yang sia-sia. Dengan demikian, dari segi biologi, istilah seperti "ras Melayu" dan pada umumnya, "ras
manusia", tidak dianggap lagi. Fenotipe seseorang ditentukan oleh hanya sejumlah kecil gen. Secara biologis, hanya
ada satu ras manusia, yaitu Homo sapiens.
Dengan bukti-bukti ilmiah baru yang ditonjolkan Hugo (Human Genome Organization) melalui penelitian genetik atas
sejulah bangsa Asia, kenyataan menunjuk bahwa yang pernah terjadi adalah satu migrasi tunggal Asia Tenggara
(yang kebanyakan dihuni oleh penutur bahasa Austronesia) ke arah utara, dengan secara berangsur menduduki Asia
Timur (Tiongkok, Korea dan Jepang), bukannya sebaliknya seperti biasanya digambarkan. [4]

Daftar isi

 1Etimologi
 2Pengaruh kolonial
 3Di Malaysia
 4Di Filipina
 5Di Amerika Serikat
 6Di Indonesia
 7Lihat pula
 8Referensi
 9Pranala luar
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Nama Melayu atau Malayu ditemukan dalam sejumlah catatan Cina, dan menyebut satu kerajaan yang mengirimkan
utusan ke Cina pada tahun 645 untuk pertama kali, berita tentang keberadaan kerajaan ini didapat dari buku T'ang-
Hui-Yao yang disusun oleh Wang p'u pada tahun 961 masa Dinasti Tang.[5] Selanjutnya masih dari catatan Cina,
berita tentang adanya Kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua buah buku karya Pendeta I-tsing atau I Ching
(義淨; pinyin Yì Jìng) (634-713)[6], di saat dalam pelayarannya dari Cina ke India tahun 671, kisah pelayaran I-tsing ini
diceritakannya sendiri, dengan terjemahan sebagai berikut:

“Ketika angin timur laut mulai bertiup, kami berlayar meninggalkan Kanton menuju selatan .... Setelah
“ lebih kurang dua puluh hari berlayar, kami sampai di negeri Sriwijaya. Di sana saya berdiam selama
enam bulan untuk belajar Sabdawidya. Sri Baginda sangat baik kepada saya. Dia menolong
mengirimkan saya ke negeri Malayu, di mana saya singgah selama dua bulan. Kemudian saya kembali
meneruskan pelayaran ke Kedah .... Berlayar dari Kedah menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami
sampai di Kepulauan Orang Telanjang (Nikobar) .... Dari sini berlayar ke arah barat laut selama
setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India)” ”
Sehubungan dengan itu, perkataan "Melayu" dapat berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Malaya yang
bermaksud bukit ataupun "tanah tinggi".[7] Dari sumber lain, perkataan bhumi malayu juga telah dipahatkan
pada Prasasti Padang Roco yang bertarikh 1286 di Dharmasraya, dan kemudian pada tahun
1347, Adityawarman mengeluarkan sendiri piagam yang dipahatkan pada arca Amoghapasa, yang menyatakan
bahwa dia mendirikan suatu kerajaan di Malayapura[8]. Dan kemudian dari catatan Kerajaan
Majapahit, Nagarakretagamabertarikh 1365 M, disebutkan "negeri-negeri Melayu yang menjadi takhlukan
Majapahit".[9]

Pengaruh kolonial[sunting | sunting sumber]


Pandangan mengenai Bangsa Melayu, dikemukakan oleh Thomas Stamford Raffles yang karyanya hingga sekarang
memiliki pengaruh signifikan di antara para penutur bahasa Inggris. Raffles mungkin orang paling penting yang
mempromosikan ide mengenai Bangsa Melayu, yang tidak terbatas hanya pada kelompok etnis Melayu saja.
Menurutnya Bangsa Melayu juga merangkul sebagian besar rakyat di kepulauan Asia Tenggara. Raffles membentuk
visi Melayu sebagai "bangsa", sejalan dengan pandangan gerakan Romantik Inggris pada waktu itu. Setelah
ekspedisinya ke pedalaman Minangkabau, tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, ia menyatakan bahwa
Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian penduduknya tersebar luas di
Kepulauan Timur. Dalam tulisannya kemudian ia mengkategorikan Melayu dari sebuah etnis menjadi bangsa. [10]

Di Malaysia[sunting | sunting sumber]


Di Malaysia, sensus awal kolonial mengelompokan beberapa etnis seperti "Melayu, Boyan, Aceh, Bugis, Manilamen
dan Siam". Sensus 1891 hanya mengelompokan etnis ke dalam tiga "ras", di mana pengelompokan tersebut masih
digunakan oleh Malaysia hingga saat ini, yaitu: Cina, 'Tamil dan pribumi lain India', dan 'Melayu dan pribumi lainnya
di Nusantara'. Hal ini berdasarkan pandangan Eropa pada saat itu bahwa ras adalah kategori ilmiah biologis. Untuk
sensus tahun 1901, pemerintah menyarankan agar kata "ras" diganti dengan "kebangsaan". [10]
Setelah beberapa periode, identitas individu dibentuk berdasarkan konsep Bangsa Melayu (ras Melayu). Pada
generasi muda, konsep ini dilihat sebagai sarana persatuan dan solidaritas terhadap kekuasaan kolonial dan para
imigran non-Melayu. Bangsa Malaysia, kemudian dibentuk dari Bangsa Melayu yang memiliki posisi sentral dan
menentukan di dalam negeri.[10]

Di Filipina[sunting | sunting sumber]


Di Filipina, banyak orang menganggap istilah "Melayu" untuk merujuk kepada penduduk pribumi negara, serta
penduduk negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Namun H. Otley Beyer, antropolog Amerika,
mengusulkan bahwa Filipina sebenarnya adalah Melayu yang bermigrasi dari Malaysia dan Indonesia. Ide ini pada
gilirannya disebarkan oleh sejarawan Filipina dan masih diajarkan di banyak sekolah. Namun, konsensus umum di
kalangan ahli antropologi kontemporer, arkeolog, dan ahli bahasa mengusulkan hal sebaliknya, yaitu bahwa selama
periode prasejarah, nenek moyang bangsa Austronesia yang berasal dari Taiwan, bermigrasi ke Malaysia dan
Indonesia melalui Filipina.
Di Amerika Serikat[sunting | sunting sumber]
Di Amerika Serikat, klasifikasi "ras Melayu" diperkenalkan pada awal abad ke dua puluh ke dalam undang-undang
anti-perkawinan antar suku bangsa di sejumlah negara bagian barat AS. Undang-undang anti-perkawinan antar suku
bangsa adalah hukum negara yang melarang perkawinan antara kulit putih dengan Afro-Amerika, dan di beberapa
negara juga dengan non-kulit putih. Setelah masuknya imigran Filipina di beberapa negara bagian barat, undang-
undang yang ada diubah dan melarang perkawinan antara kulit putih dengan Filipina, yang diklasifikasikan sebagai
anggota dari Bangsa Melayu. Sejumlah negara bagian selatan berkomitmen untuk mengikuti segregasi rasial.
Dimana sembilan negara (Arizona, California, Georgia, Maryland, Nevada, South Dakota, Utah, Virginia, dan
Wyoming) secara jelas melarang perkawinan antara kulit putih dan Asia. [11]
Banyak undang-undang anti-perkawinan antara suku bangsa secara bertahap dicabut setelah Perang Dunia Kedua,
dimulai dengan California pada tahun 1948. Pada tahun 1967, semua larangan terhadap perkawinan antar-ras yang
tersisa dinilai tidak konstitusional oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat dan karena itu kemudian dicabut.

Di Indonesia[sunting | sunting sumber]


Di Indonesia, istilah "Melayu" lebih diasosiasikan ke suku Melayu daripada ras Melayu. Hal ini dikarenakan Indonesia
telah memiliki suku bangsa pribumi lain yang telah memiliki serta membangun kebudayaan dan identitas mereka
yang dipercaya bahwa mereka mempunyai tradisi dan bahasa yang sangat berbeda dengan orang-orang Melayu
pesisir. Terutama orang Minang dan orang Jawa yang tidak merasa sebagai Melayu. Melayu tidak lebih dari salah
satu banyak sukubangsa di Indonesia yang mempunyai kedudukan yang sama dengan Jawa (termasuk sub-etnis
mereka seperti Osing, Tengger, & Cirebon), Sunda (termasuk sub-etnis mereka seperti Baduy), Minangkabau, suku-
suku Batak, Bugis, suku-suku Dayak, Aceh, Bali, Toraja, dll. Istilah yang lebih diterima untuk menyebut komunitas ini
adalah Austronesia, dan juga prespektif dari negara Indonesia, sebagai Pribumi. .
Istilah ras Melayu pertama kali dipakai oleh ilmuwan asing pada masa penjajahan. Pada masa Hindia Belanda,
pribumi digolongkan sebagai inlanders atau pribumi untuk membedakan penduduk asli Indonesia dari
penduduk Eropa dan pendatang dari Asia (Tiongkok, Arab, dan India). Konsep ras Melayu digunakan di Malaysia
dan juga Filipina, serta digunakan di sebagian Indonesia di pesisir timur Sumatera dan pesisir barat Kalimantan,
pada umumnya disebut sebagai puak Melayu atau rumpun Melayu. Namun, pemikiran dan kedudukan 'kemelayuan'
juga berbeda-beda di Indonesia, dari mencakup wilayah besar orang Austronesia untuk membatasi hanya dalam
wilayah Jambi di mana nama Melayu pertama kali tercatat.
Saat ini, identitas bersama yang mengikat orang Melayu adalah kesamaan bahasa (dengan varian dialek yang ada di
antara mereka), Islam dan budaya mereka.[12]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


 Masyarakat Melayu di Malaysia
 Melayu Sri Lanka
 Melayu-Bugis
 Melayu-Batak
 Melayu-Bima
 Melayu-Bali
 Senjata Melayu
 Marga Melayu Minangkabau
 Suku Minangkabau
 Kerajaan Melayu
 Mafilindo

Anda mungkin juga menyukai