BAB I
PENDAHULUAN
teknologi yang tumbuh sangat pesat di Indonesia merupakan salah satu tuntutan
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di era modern ini. Semakin
penghasilan dari hasil kerja tersebut. Untuk mencapai hal tersebut seseorang
yang sesuai dengan visi, misi, dan strateginya. Sumber daya manusia adalah
faktor penting dalam suatu organisasi, karena sumber daya manusia adalah
tujuan tertentu.
setiap lini organisasi. Perusahaan harus dapat mencari dan memelihara sumber
1
2
ditetapkan. Tujuan organisasi biasanya atas tujuan pokok yaitu tujuan akhir
yang ingin dicapai organisasi, tercapai atau tidaknya tujuan organisasi akan
tujuan organisasi. Yang di maksud dengan tujuan organisasi adalah suatu target
tenaga pendidik yang mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan tempat mereka bekerja, agar dapat menjalankan tugas dan
dikatakan memiliki kinerja yang tinggi apabila memahami arti atau makna
menjalankan tugasnya. Kinerja seorang guru dapat dilihat dari cara seorang
guru itu dalam menyelesaikan tugasnya. Hasil dari kinerja guru ini adalah
Kinerja seorang guru dapat tercermin dengan baik bila hasil kinerja guru
dapat dihargai dengan baik pula.Salah satu hal yang dapat meningkatkan
kinerja guru adalah dengan pemberian kompensasi atau imbalan jasa, baik yang
kebijaksanaan yang ada. Pemberian kompensasi ini merupakan salah satu cara
Sudah sewajarnya bila suatu lembaga dalam hal ini lembaga pendidikan
memberi balas jasa berupa kompensasi terhadap pendidik. Pendidik pun sudah
diberikan pendidik tersebut karena sekolah harus bisa bersikap adil kepada
lebih luas daripada pemberian upah dan gaji. Konsep upah dan gaji lebih
nonfinansial”.
“employees” baik yang langsung berupa uang (finansial) maupun yang tidak
kinerja terbaiknya di pengaruhi oleh etos kerja yang tinggi dan gaya
organisasi. Kinerja yang baik sangat perlu di perhatikan. Kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan
kepadanya. Kesuksesan yang ingin dicapai diperlukan sikap yang baik dan
prima.
jelas, yang dapat menjadi acuan bagi seluruh pegawai. Kinerja pegawai akan
Definisi kinerja pegawai itu sendiri adalah sebagai kemampuan pegawai dalam
diperlukan, sebab dengan kinerja ini akan diketahui seberapa jauh kemampuan
Etos kerja merupakan salah satu yang harus di miliki setiap karyawan.
Dimana kunci keberhasilan salah satunya dengan adanya etos kerja dalam diri
seseorang. Pengertian etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri
khas seseorang atau kelompok orang bekerja, yang berlandaskan etika dan
perspektif kerja yang diyakini dan diwujudkan melalui tekad dan perilaku
5
konkret di dunia kerja.5 Dalam Islam, bekerja adalah aktivitas dinamis dan
etos kerja namun juga gaya kepemimpinan serta Etos Kerja kerja. Peran
menentukan gagal dan tidaknya dalam mencapai sebuah tujuan organisasi. Hal
rendahnya kinerja hal ini sesuai dengan pendapat Davis (dalam Mangkunegara,
menunjukkan bahwa kinerja mengajar para guru itu relatif, ada guru yang
sudah sertifikasi kinerjanya meningkat dan adapula yang kinerjanya sama saja
6
tidak ada perubahan yang signifikan, selain itu ada pula guru yang belum
“Pada dasarnya banyak guru yang masih belum memiliki kompetensi ideal,
mengajar dan kinerjanya masih sama seperti saat belum menerima tunjangan‟‟.
Sertifikasi guru.
memberi dampak positif untuk meningkatkan kinerja guru dan pegawai, akan
7
pengaruh kompensasi tersebut adalah bisa dilihat dari Etos Kerja pegawai yang
hari, sementara guru membuat laporan dalam kinejar, laporan ini merupakan
bukti bahwa kinerja yang dituntut sudah dipenuhi, akan tetapi dari segi
Kerja pegawai yang tertuang dalam Peraturan presiden NO. 53 Tahun 2010,
masih banyak dijumpai. Indikator ini bisa dilihat dari laporan absen dan
keterlambatan pegawai dan guru sebelum dan setelah diberikan sertifikasi dan
remunerasi.
masih rendah.
2. Etos kerja pegawai masih rendah dilihat dari rendahnya Etos Kerja dalam
masalah penelitian pada “Pengaruh Etos Kerja dan Etos Kerja terhadap Kinerja
1. Secara teoritis
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
instansi.
kinerja karyawan. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada,
Selatan
Selatan
Tangerang Selatan .
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Latar Belakang Masalah
A. Kinerja Guru
sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan (Supardi, 2014: 45).
Kinerja sering disebut dengan prestasi yang merupakan hasil atau apa
yang keluar (outcomes) dari sebuah pekerjaan dan kontribusi sumber daya
peserta didik) berupa pelayanan yang baik; (c) biaya yang harus dikeluarkan
11
12
yang menyeluruh. Jika tidak, maka hal ini tidak akan menjadi potensi
kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu
dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan
Dosen Pasal 1 ayat (1), guru adalah pendidik profesional dengan tugas
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar,
adalah tokoh yang paling banyak bergaul dan berinteraksi dengan para
meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, kinerja guru
hasil belajar peserta didik (Supardi, 2014: 59, mengutip Basyirudin dan
tujuan pembelajaran, (2) pemilihan materi sesuai dengan waktu, (3) strategi
optimum, (4) alat dan sumber, serta (5) kegiatan belajar peserta didik, dan
(6) evaluasi (Rasyidin, 1988: 63-64, Nurdin dan Usman, 2002: 86 dalam
penilaian. Penilaian yang dilakukan guru pada saat awal, proses maupun
melalui pre test dan apersepsi. Penilaian pada proses pembelajaran dapat
dilakukan melalui observasi, tanya jawab dan diskusi. Dan penilaian pada
proses pembelajaran, peserta didik harus dipantau dan dinilai terus menerus,
metode dan alat manakah yang ternyata paling besar atau paling kecil
peserta didik mana. Pada akhir pelajaran perlu lagi diadakan penilaian untuk
mengetahiu: Apakah yang telah mereka kuasai dari seluruh pelajaran, apa
15
yang tak berhasil mereka kuasai, apakah masih perlu diberikan ulangan,
latihan inforcement bagi peserta didik tertentu (Nurdin dan Usman, dalam
dan evaluasi pembelajaran, pada KTSP kinerja seorang guru dinilai dalam
diberikan kepada peserta didik yang cepat dalam menguasai kompetensi dan
dalam belajar dapat lebih ditingkaatkan lagi hasil belajarnya serta dapat
Disebut pengajaran khusus karena peserta didik yang dilayani adalah peserta
didik yang memliki masalah dalam belajar (kurang atau tidak menguasai
mantap, skill dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif denga peserta didik, tenaga
guru, kompetensi tersebut dijabarkan melalui hasil dari kerja yang sudah
17
Dosen, dan kompetensi tersebut sebagai cerminan dari kinerja guru. Kinerja
serta kemampuan yang relatif stabil ketika menghadapi situasi dan kondisi
lain faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Barnawi & Arifin (2014:
43) kinerja guru dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, baik faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal kinerja guru adalah faktor yang
Sedangkan faktor eksternal kinerja guru adalah faktor yang datang dari luar
18
mental (motivasi kerja, Etos Kerja kerja, etika kerja); (2) pendidikan; (3)
gaji dan kesehatan; (7) jaminan sosial; (8) iklim kerja; (9) sarana prasarana;
Jasmani (2013: 159) ada tiga faktor yang mempengaruhi Mutu Pendidikan
apabila ketiga komponen tersebut ada dalam dirinya, dan akan kurang jika
kinerja berasal dari diri individu itu sendiri dan faktor dari luar individu itu
sendiri. Adapun faktor dari diri individu itu sendiri seperti motivasi,
seperti iklim kerja, tingkat gaji, sarana prasarana, dan lain sebagainya.
1) Faktor Internal Kerja Guru Faktor internal kerja guru adalah faktor
keluarga.
kepemimpinan
a) memulai pembelajaran.
21
b) mengelola pembelajaran.
d) mengakhiri pembelajaran.
indikator:
indikator:
a) merencanakan penilaian.
b) melaksanakan penilaian.
a) memberikan tugas.
jumlah dan mutu kerja yang harus dihasilkan guru meliputi, pengetahuan,
22
B. Kompensasi
1. Pengertian Kompensasi
atau motivasi utama seorang karyawan untuk bekerja. Hal ini berarti bahwa
bukan untuk semata – mata ingin membuktikan atau mengabdikan diri pada
perusahaan, tetapi ada tujuan lain yaitu mengharapkan imbalam atau balas
berpengaruh pada kondisi kerja karyawan tersebut. Oleh karena itu dalam
akan datang.
kompensasi tidak sama dengan konsep gaji dan upah. Gaji dan upah
Kompensasi bukan hanya gaji dan upah, tetapi juga hal – hal yang lainnya.
Menurut Bernadi and Russell yang diterjemahkan oleh Agus Maulana (2012
Menurut Edwin B. Flippo dalam buku Malayu S.P Hasibuan (2014 : 139),
menyatakan bahwa:
‘wages is defined as the adequate and equitable renumeration of personnel
for their contribution to organization objectives”.
(upah didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada
para bekerja atas jasa jasanya dalam mencapai tujuan organisasi).
adalah balas jasa yang diterima pegawai atas jasa – jasanya untuk
24
tidak langsung.
selain terdiri dari gaji dan upah, dapat pula berbentuk fasilitas perumahan,
kesehatan, tunjangan pangan , dan masih banyak lagi yang lainnya yang
dapat dinilai dengan uang serta cenderung diterima oleh karyawan secara
tetap.
Menurut Suwanto dkk (2011 : 220) asas – asas kompensasi antara lain :
a. Asas Keadilan
melakukan tugas dengan bobot yang sama. Dengan kata lain, kompensasi
asas keadilan akan tercipta suasana kerja sama yang baik, motivasi kerja,
kebutuhan dirinya beserta keluarganya, pada tingkat yang layak dan wajar.
3. Tujuan Kompensasi
a. Ikatan kerjasama
b. Kepuasan kerja
c. Pengadaan efektif
yang ditetapkan.
d. Motivasi
e. Stabilitas karyawan
f. Etos Kerja
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka Etos Kerja
pekerjaanya tanpa ada gangguan dari pihak eksternal seperti adanya demo
h. Pengaruh pemerintah
a. Gaji
b. Bonus
c. Insentif
2. Kompensasi tidak langsung (indirect compensation)
a. Asuransi
b. THR
c. Fasilitas
28
C. Etos Kerja
Akar kata etos berasal dari bahasa Yunani ethos yang bermakna
watak atau karakter. Pada awalnya kata etos hanya mengandung arti “adat-
2008). Menurut Arief dan Tanjung (2003) dalam Sutisna (2008) etos kerja
kerja yang tinggi tercermin dalam perilakunya, seperti suka bekerja keras,
yang memiliki etos kerja yang tinggi seharusnya juga harus dimiliki oleh
setiap pegawai. Hal ini karena organisasi sangat membutuhkan kerja keras
29
dan komitmen yang tinggi dari setiap pegawai, apabila tidak organisasi
dibagi menjadi tiga dimensi yaitu kerja kerjas, kerja cerdas dan kerja
ikhlas. Tiga dimensi ini merupakan garis besar dari ciri-ciri orang yang
institusi.
yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah
yang menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, Etos Kerja
30
tertentu. Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang
success system) pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dia
Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja
sebagai berikut:
Maha Kuasa, maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan
penuh syukur;
31
penuh integritas;
pengabdian;
kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan
inovatif;
sikap yang memiliki dua alternatif, positif dan negatif. Suatu individu atau
manusia;
2004), yaitu;
kesenangan;
a. Agama
33
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah
pikiran Max Weber. Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern,
nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para
karya tulis The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958),
tekad, Etos Kerja dan semangat kerja. Sikap ini dibentuk oleh sistem
34
b. Budaya
semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya dan secara
operasional, etos budaya ini juga disebut sebagai Etos Kerja. Kualitas
Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat
maju akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat
yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos
Kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki Etos Kerja.
budaya yang ada dan tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan. Etos
Kerja juga sangat berpegang teguh pada moral etik dan bahkan Tuhan.
c. Sosial Politik
bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan
teracu ke masa depan yang lebih baik. Orientasi ke depan itu harus
modern
d. Kondisi Lingkungan/Geografis
di lingkungan tersebut.
36
e. Pendidikan
f. Struktur Ekonomi
Kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos Kerja
suatu motivasi kerja. Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu faktor hygiene dan faktor
motivator. Faktor hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya
puas sebagai manusia. Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Judul Variabel Hasil Penelitian
Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Pengaruh Etos Kerja Etos Kerja kompensasi Variabel Etos Kerja
Karyawan Terhadap kerja karyawan berpengaruh
Prestasi Kerja Motivasi positif dan signifikan
Karyawan Pada terhadap motivasi kerja
PT.Asuransi Jasa karyawan
Indonesia (Persero)
Cabang Bandung Ritel
dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu perusahaan
merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Hal ini
hidup peruahaan.
baik lagi karena mereka yakin akan diberikan imbalan yang sesuai dengan
kerja mereka
penelitian di atas, jelas bahwa dalam hal ini kompensasi dan Etos Kerja
Tanpa dukungan Etos Kerja karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk
perusahaan, akan tetapi selalu saja ada faktor lain yang menjadi penyebab
KOMPENSASI
1. Langsung
2. Tidak Langsung KINERJA GURU
(Malayu S.P. Hasibuan, 2014 : 118) 1. Sifat
Yanda bara kusuma (2013)
2. Perilaku
3. Kompetensi
DISIPLIN 4. Pencapaian tujuan
Tangerang Selatan
Selatan
Selatan
44
BAB III
METODE PENELITIAN
2019.
3.3.1 Populasi
44
45
Tebel 3.1
POPULASI PENELITIAN
Laki-laki Permpuan
SMK An Nashihin 15 21 36
SM IPTEK 16 22 38
Jumlah 31 43 74
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel
(mewakili).
secara keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang,
besar dari 100 orang responden, maka penulis mengambil 100% jumlah
46
populasi yang ada pada 36 Guru SMK An Nashihin dan 38 Guru SMK
sebagai berikut:
1. Observasi
Tangerang Selatan
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
Selatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner dan
A. Variabel Penelitian
variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini
yaitu kompensasi (X1) disiplin kerja (X2) kinerja karyawan (Y). untuk
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
lima alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan. Skala pengukuran alternative yang
digunakan adalah skala likert. Model skala likert yang digunakan adalah lima
kriteria yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju dan sangat tidak
setuju. Pedoman perhitungan skor setiap alternative jawaban pada instrument dapat
2. Setuju 4 2. Setuju 2
susun merupakan instrumen yang baik untuk penelitian. Instrumen dikatakan baik
maka harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliable, yaitu instrumen
yang telah diuji validitas dan reliabilitas, maka akan diketahui butir-butir instrumen
yang sah untuk digunakan dalam pengumpulan data penelitian, sedangkan butir
A. Uji Validitas
diinginkan atau dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat
Jika suatu butir memiliki koefisien korelasi skor butir dan skor total r <
0,300, maka butir instrumen tersebut tidak valid/tidak sah. Uji coba validitas
yang dilakukan:
B. Uji Reliabilitas
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik
meyakinkan jika hasil suatu tes akan menunjukkan hasil yang sama ketika
yang skornya antara 0 sampai 1. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,5 maka
reliabilitas rendah, nilai Cronbach’s Alpha 0,5 – 0,7 dalam kategori reliabel
moderat, dan nilai Cronbach’s Alpha 0.7 – 1 maka nilai riabel sangat tinggi.
(Sugiyono, 2015:188).
1) X ³ M + SD = Tinggi
2) M – SD £ X < M + SD = Sedang
3) X < M – SD = Rendah
Keterangan:
pengujian asumsi klasik atas data yang akan diolah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
>0,05.
b. Uji Multikolinieritas
VIF < 10, maka dapat disimpulkan data bebas dari gejala
multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
55
uji grafik plot, uji park, uji glejser, dan uji white. Pengujian pada
sumbu Y.
2) Uji Linieritas
yang linier atau tidak. Hasi uji dapat dilihat dari tabel ANOVA untuk
kolom hasil F pada baris Deviation From Linierity. Apabila nilai sig F
kurang dari 0,05 maka hubunganya tidak linier, namun apabila nilai sig
F lebih dari 0,05 maka hubunganya bersifat linier ( Ali Muhson, 2015:
36)
3) Uji Regresi
Ŷ = a + bX
56
Dimana :
Ŷ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y bila X = 0 ( harga konstan )
b = Angka arah atau koefiien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik
dan bila ( - ) maka terjadi penurunan
x = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai
n (∑xY)−(∑x).(∑Y)
rxy =
√⦋n.∑x2 −(∑ x)2 ⦌].[n.∑y2 −(∑y)2 ⦌
keterangan :
57
rxy = koefisienkorelasi
∑𝑥 𝑖 = jumlahskor item
n = jumlah responden
5) Analisis Determinasi
antara nol sampai satu (0 < R² < 1). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan
KD = r² x 100%
adalah:
dengan ttabel dengan rumus db = n-2 dengan taraf kuatsi 5%. Apabila
nilai t menunjukan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel, maka
jika sebaliknya nilai t hitung tidak lebih besar dari nilai t tabel maka
2) Uji F
variabel dependen. Jika nilai sig. F < 0,05 maka dikatakan bahwa secara
terikat dan sebaliknya jika sig. F > 0,05 maka secara simultan variabel
Tangerang Selatan
60
Tangerang Selatan
2. H0 : Tidak terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara Etos Kerja
Tangerang Selatan
HA : Terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara Etos Kerja dengan
Selatan
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Anwar Prabu Mangku Negara. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, PT. Remaja Rodakarya, Bandung.
61
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 2015. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta :
Erlangga.
Dessler, Gary. 2012. Human Resource Management. New Jersey : John Willey
and sons.
Denny Rachmat (2013). Pengaruh Disiplin kerja Karyawan Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan Pada PT.Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Cabang Bandung
Ritel. Jurnal Ekonomi Bisnis, 14(3), hal 216-217
Edward Tanujaya. 2016. management, edisi kelima jilid satu, Erlangga, Jakarta.
Henry Simamora. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi III, STIE
YKPN, Yogyakarta.
Ika Ruhana (2016). Pengaruh Disiplin kerja karyawan terhadap motivasi dan
kinerja (studi pada karyawan pt perkebunan nusantara x (pg watoetoelis)
sidoarjo) Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13 (2), hal. 151-161.
62
Komag Ardana (2012). Pengaruh Disiplin kerja dan kompensasi terhadap kepuasan
kerja dan kinerja karyawan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Bandung.
Jurnal riset ekonomi, manajemen, bisnis dan akuntansi Vol 4, No 3 (2012):
JE Vol. 4 No. 3 Hal. 102-221
Malayu S.P. Hasibuan. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi
aksara, Jakarta.
Maria Ulfa (2012). Pengaruh kompensasi terhadap motivasi kerja dan kinerja
karyawan (studi pada karyawan auto 2000 malang sutoyo). Jurnal Ekonomi,
21 (3), hal. 20-25
Nanang Rifai (2012). Pengaruh Disiplin kerj penempatan kerja terhadap motivasi
kerja dan kinerja karyawan Pada bank syariah mandiri cabang malang.
Jurnal manajemen sumber daya manusia, VOL. 6, NO. 1, April 2012: 42-
48
Susi Pujianti (2014). Pengaruh Disiplin kerja Kerja Terhadap Motivasi Kerja
Karyawan Pada PT.Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Medan. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, 10 (2), hal. 124-135.
Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : prenada media
grup.
Steers, Richard. M., Porter Lyman. W. 2015. Motivation and Work Behavior .
Fifth edition. New Jersey McGraw-Hill, inc.
Veitzhal Rivai dan ella Jauvani.2014. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan : Dari Perusahaan Ke Praktik, Edisi ke-1, Rajawali pers,
Jakarta.
Wirawan. 2012. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia : Teori Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
64