PERCOBAAN 10
DISOLUSI
Tujuan
Teori Umum
atau
dimana M adalah massa padatan yang terlarut pada waktu t, dM/dt adalah kecepatan
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
massa dissolusi (massa/waktu), D adalah koefisien difusi padatan
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
dalam larutan, S adalah luas permukaan pertikel padatan, h adalah ketebalan lapisan
difusi, Cs adalah kelarutan jenuh padatan, dan C adalah konsentrasi padatan dalam
larutan pada waktu t. Jumlah dC/dt adalah laju disolusi, dan V adalah volume larutan
(Sinko, 1993).
pengadukan diatur pada rpm yang spesifik. Peningkatan suhu akan meningkatkan
energi kinetik molekul dan meningkatkan koefisien difusi. Peningkatan kecepatan
pengadukan dalam medium pelarut akan mengurangi ketebalan lapisan difusi sehingga
akan lebih mempercepat disolusi obat (Shargel, 1941).
Uji disolusi menentukan jumlah kumulatif obat yang terlarut ke dalam larutan
sebagai fungsi waktu. Seperti yang ditunjukan pada gambar I.3, disolusi
obatdaribentuksediaanmelibatkansedikitnyadualangkahyangberurutan,yaitu pelepasan
obat dari matriks formula (disintergrasi), yang kemudian dilanjutkan
dengandisolusiobat(pelarutanpartikelobat)dalammedium.Secarakeseluruhan laju
disolusi bergantung pada kedua tahaptersebut.
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Ketika laju disintegrasi (Kdd) lebih besar daripada laju disolusi intrinsik (Kid), maka
disolusi dikontrol oleh laju disolusi intrinsik dimana sifat fisikokimia bahan aktif
farmasetik sangat mempengaruhi. Ketika Kdd lebih besar daripada Kid, maka
disolusidikontrololehprosesdisintegrasiyangmanahalinidipengaruhiolehsifat kohesif
dari formulasi. Dan ketika Kdd sama dengan Kid, maka disolusi dikontrol oleh kedua
proses tersebut sehingga baik sifat kohesif formulasi dan sifat
fisikokimiabahanaktiffarmasimempengaruhidisolusi.Perbedaanrelatifpadalaju
keduaprosestersebutharusdipertimbangkansecarahati-hatiketikapendesainan metode
disolusi (Reed dkk.,2004).
Sifat kohesif formula obat memerankan peranan yang penting pada disolusi
tahap pertama. Pada bantuk sediaan padat, sifat ini melibatkan
disintegrasidanerosi,sedangkanuntukformulasisemisoliddancair,dispersilipid atau
partisi obat dari fase lipid menjadi faktor penentu. Jika tahap pertama merupakan tahap
yang menentukan, maka laju disolusi dianggap sebagai disintergrasi terkontrol. Pada
tahap kedua, sifat fisikokimia obat memerankan peranan penting. Jika tahap ini yang
menentukan, maka laju disolusi merupakan disolusi intrinsik terkontrol. Kasus ini
terjadi pada kebanyakan senyawa yang kurang larut dalam formulasi immediate
release (Reed dkk., 2004).
48
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Tugas Pendahuluan
Jawab :
Pelarut dalamm labu dipengaruhi oleh sifat-sifat kimi obat, formulasi pelarut,
suhu media dan kecepatan pengadukkan.
(Shargel , 2005)
Jawab:
Factor koreksi merupakan rata-rata variasi keragaman atau variasi yang
disebabkan oleh peneliti, materi dan lingkungan percobaan yang terkendalikan
pada waktu percobaan (adiboga,2013).
𝑉 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
𝐹𝑘 = × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 + 𝐹𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎
𝑉 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚
(Melinda, 2009)
4. Carilah salah satu contoh kurva disolusi di buku teks atau diinternet,
kemudianjelaskan!
Jawab:
49
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Chart Title
120
100
80
60
40
20
0
5 10 15 30 45 60 90
50
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Alat
Alat ujiDisolusi
Spuit 10cc
51
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Filterholder
Vial 10ml
Kuvet
Spektrofotometer
Bahan
Mediadisolusi
Tablet
52
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Cara Kerja
1. Buat mediadisolusi.
50
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
apparatusseragam.
50
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
51
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Diketahui : B = 0.1
Ka = 6,2 × 10−8
[𝐻3 𝑂+] = 1,58 × 10−7
Ditanya : C….?
Jawab :
2,303 ×𝐶 ×𝐾𝑎× [𝐻3 𝑂 + ]
B=
(𝐾𝑎× [𝐻3 𝑂 + ])2
𝐵 ×(𝐾𝑎+[𝐻3 𝑂 + ])2
B=
2,302×(𝐾𝑎 × [𝐻3 𝑂 + ])2
4,042
B= 2,256
B = 1,79 mol / L
Diketahui : Ph = 6,8
Ditanya : a. Mgaram
b. Masam
Jawab :
𝑀𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
Ph = Pka + log 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚
𝑀𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
6,8 = 7,21 + log
𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚
𝑀𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
6,8 – 7,21 = log 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚
𝑀𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
-0,41 = log 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚
𝑀𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
0,389 =
𝑀𝑎𝑠𝑎𝑚
53
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Masam = 0,154 M
Mgaram = C – Masam
= 0,06 M
NaH2Po4
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M= ×
𝑚𝑟 𝑉
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
0,154 M = 136
× 900 𝑚𝑙
Na2HPo4
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M= ×
𝑚𝑟 𝑉
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
0,06 M = ×
142 𝑔⁄𝑚𝑜𝑙 900 𝑚𝑙
54
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Timbang NaH2Po4 dan Na2HPo4 sebanyak 18,85 gram dan 7,668 gram, dimasukan
ke dalam labu ukur 500 ml. Tambahkan medium disolusi berupa
Aquades hingga batas.
55
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Konsentrasi ((μg/ml) 5 10 15 20 25
Absorbansi 0,209 0,363 0,501 0,653 0,802
0.8 Y= a+bx
0.7
0.6 Koefisien Korelasi
absorbansi
0.5
A = 0.0628
0.4 B = 0.02952
0.3 R = 0.9998
0.2
0.1
0
0 10 20 30
konsentrasi
56
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Uji Disolusi
Volumsampeluji : 5 ml
Volum medium : 900 ml
Berat tablet : 100 mg
Waktu (menit) 5 10 20 30 45 60
AbsorbansiLabu 1 0,246 0,363 0,502 0,646 0,643 0,634
AbsorbansiLabu 2 0,247 0,364 0,549 0,649 0,644 0,635
AbsorbansiLabu 3 0,251 0,309 0,549 0,648 0,644 0,630
AbsorbansiLabu 4 0,238 0,367 0,505 0,643 0,639 0,640
AbsorbansiLabu 5 0, 248 0,362 0,510 0,644 0,640 0,634
AbsorbansiLabu 6 0,249 0,349 0,507 0,642 0,640 0,636
Perhitungan (mengubahabsorbansimenjadikonsentrasi)
a) Menit 5
Labu 1 y = a + bx
0,246 = 0,0628 + 0,02952x
0,246−0,0628
x=
0,02952
x = 6,2059 ppm
Labu 2 y = a + bx
0,247 = 0,0628 + 0,02952x
0,247−0,0628
x=
0,02952
x = 6,2398 ppm
Labu 3 y = a + bx
0,251 = 0,0628 + 0,02952x
0,251−0,0628
x=
0,02952
x = 6,3753 ppm
Labu 4 y = a + bx
0,238 = 0,0628 + 0,02952x
0,238−0,0628
x=
0,02952
x = 5,9349 ppm
55
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Labu 5 y = a + bx
0,248 = 0,0628 + 0,02952x
0,248−0,0628
x=
0,02952
x = 6,2737 ppm
Labu 6 y = a + bx
0,249 = 0,0628 + 0,02952x
0,249−0,0628
x=
0,02952
x = 6,3075 ppm
b) Menit 10
Labu 1 y = a + bx
0,363 = 0,0628 + 0,02952x
0,363−0,0628
x=
0,02952
x = 10, 1693 ppm
Labu 2 y = a + bx
0,364 = 0,0628 + 0,02952x
0,364−0,0628
x=
0,02952
x = 10,2032 ppm
Labu 3 y = a + bx
0,309 = 0,0628 + 0,02952x
0,309−0,0628
x=
0,02952
x = 10,3401 ppm
Labu 4 y = a + bx
0,367 = 0,0628 + 0,02952x
0,367−0,0628
x=
0,02952
x = 10,3048 ppm
Labu 5 y = a + bx
0,362 = 0,0628 + 0,02952x
0,362−0,0628
x=
0,02952
x = 10,1355 ppm
56
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Labu 6 y = a + bx
0,349 = 0,0628 + 0,02952x
0,349−0,0628
x=
0,02952
x = 9,6951ppm
58
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
d) Menit 30
Labu 1 y = a + bx
0,646 = 0,0628 + 0,02952x
0,646−0,0628
x=
0,02952
x = 19,7560 ppm
Labu 2 y = a + bx
0,649 = 0,0628 + 0,02952x
0,649−0,0628
x=
0,02952
x = 19,8577 ppm
Labu 3 y = a + bx
0,648 = 0,0628 + 0,02952x
0,648−0,0628
x=
0,02952
x = 19,8238 ppm
Labu 4 y = a + bx
0,643 = 0,0628 + 0,02952x
0,643−0,0628
x=
0,02952
x = 19,6544 ppm
Labu 5 y = a + bx
0,644 = 0,0628 + 0,02952x
0,644−0,0628
x=
0,02952
x = 19,6883 ppm
Labu 6 y = a + bx
0,642 = 0,0628 + 0,02952x
0,642−0,0628
x=
0,02952
x = 19, 6205 ppm
e) Menit 45
Labu 1 y = a + bx
0,643 = 0,0628 + 0,02952x
0,643−0,0628
x=
0,02952
x = 19,6544 ppm
Labu 2 y = a + bx
0,644 = 0,0628 + 0,02952x
0,644−0,0628
x=
0,02952
x = 19,6883 ppm
Labu 3 y = a + bx
0,644 = 0,0628 + 0,02952x
0,644−0,0628
x=
0,02952
x = 19,6883 ppm
Labu 4 y = a + bx
0,639 = 0,0628 + 0,02952x
0,639−0,0628
x=
0,02952
x = 19,5189 ppm
Labu 5 y = a + bx
0,640 = 0,0628 + 0,02952x
0,640−0,0628
x=
0,02952
x = 19,5528 ppm
60
Labu 6 y = a + bx
0,640 = 0,0628 + 0,02952x
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
f) Menit 60
Labu 1 y = a + bx
0,634 = 0,0628 + 0,02952x
0,634−0,0628
x=
0,02952
x = 19,3495 ppm
Labu 2 y = a + bx
0,635 = 0,0628 + 0,02952x
0,635−0,0628
x=
0,02952
x = 19,3834 ppm
Labu 3 y = a + bx
0,630 = 0,0628 + 0,02952x
0,630−0,0628
x=
0,02952
x = 19,2140 ppm
Labu 4 y = a + bx 61
0,640 = 0,0628 + 0,02952x
0,640−0,0628
x=
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Waktu 5 10 20 30 45 60
Konsentrasi 6,2228 9,808 15,4890 19,7334 19,6092 19,3777
62
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
a). Menit 5
A = A’
= 6,2228 ppm
b). Menit 10
𝑉𝑠
B = B’ + ( 𝑉𝑚 × A )
5 𝑚𝑙
= 9, 808 + ( 900 𝑚𝑙 × 6,2228 )
= 9,808 + 0,0345
= 9,8425 ppm
c). Menit 20
𝑉𝑠
C = C’ + ( 𝑉𝑚 × (A + B) )
5 𝑚𝑙
= 15,4890 + ( 900 𝑚𝑙 × (6,2228 + 9,8425) )
= 15,4890 + 0,0892
= 15,3782 ppm
63
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
d). Menit 30
𝑉𝑠
D = D’ ( 𝑉𝑚 × (A + B + C) )
5 𝑚𝑙
= 19,7334 + ( 900 𝑚𝑙 × (6,2228 + 9,8425 + 15,5782) )
= 19,7334 + 0,1757
= 19,9091 ppm
e). Menit 45
𝑉𝑠
E = E’ + ( 𝑉𝑚 × (A + B + C + D) )
5 𝑚𝑙
= 19,6092 + ( × (6,2228 + 9,8425 + 15,5782 + 19,9091) )
900 𝑚𝑙
= 19,6092+ 0,2864
f). Menit 60
𝑉𝑠
F = F’ + ( 𝑉𝑚 × (A + B + C + D + E) )
5 𝑚𝑙
= 19,3777 + ( 900 𝑚𝑙 × (6,2228 + 9,8425 + 15,5782 + 19,9091 + 19,895) )
= 19,3777 + 0,3969
= 19,7746 ppm
Waktu 5 10 20 30 45 60
Konsentrasi
(Faktor Koreksi)
6,2228 9,8425 15,5782 19,9091 19,8956 19,7746
64
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Perhitungan % Terdisolusi
a). Menit 5
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
× 100 %
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑂𝑏𝑎𝑡
6,2228
111
× 100 % = 5,6061 %
b). Menit 10
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
× 100 %
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑂𝑏𝑎𝑡
9,8425
× 100 % = 8,8671 %
111
c). Menit 20
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑂𝑏𝑎𝑡
× 100 %
15,5782
111
× 100 % = 14,0344 %
d). Menit 30
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
× 100 %
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑂𝑏𝑎𝑡
19,9091
111
× 100 % = 17,9361 %
e). Menit 45
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑂𝑏𝑎𝑡
× 100 %
19,8956
111
× 100 % = 17,9239 %
f). Menit 60
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑂𝑏𝑎𝑡
× 100 %
19,7746
111
× 100 % = 17,8149 %
65
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Waktu 5 10 20 30 45 60
% terdisolusi 5,6061% 8,8671% 14,0344 17,9361 17,9239 17,8149
% % % %
66
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
20
18 60, 17.81
16
14
% Terdisolusi
12
10
8
6
4
2
0
5 10 20 30 45 60
Waktu
58
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Tugas Akhir
Jawab:
Factor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi yaitu suhi, viskositas Ph.
Pengadukan, ukuran partikel dan sifat permukaan zat. Dimanapun sediaan
meningginya suhu maka akan memperbesaekan kelarutan suatu zat yang bersifat
endotermik dan akan memperbesa koefisien zat tersebut, dan kemudian turunnya
viskositas suatu pelarut akan memperbesar kelarutan suaatu zat. Ph pun sangat
59
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
berpengaruh pada kelarutan zat-zat yang bersifat asam ataupun basa lemah. Zat
bersifat basa lemah mudah larut disuasana asam dan zat bersifat asam lemah mudah
larut disuasana basa. Semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaan meningkat
sehingga mempercepat kelarutan zat.
(astuti dkk, 2007)
Daftar Pustaka
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. US.Press: Jakarta
Astuti, dkk, 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. UNY : Yogyakarta
Fatmawaty, Aisyah. 2019. Teknologi Sediaan Farmasi. Deepublish : Yogyakarta
Martin, Alfred. 2993. Farmasi Fisik. Universitas Indonesia : Jakarta
Melinda, Ayu. 2019. Disolusi.
Shargel, Leon. 2005. Biofarmasetika dan Farmakinetika Tetapan Edisi kelima. Pusat
Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga : Surabaya
60
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Pembahasan
Percobaan yang dilakukan adalah Uji Disolusi, dimana percobaan ini bertujuan
untuk mengetahui kecepatan proses pelepasan dan proses penyerapan obat di dalam tubuh
manusia. Uji disolusi ini dilakukan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul,
kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi tidak
berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan lain dalam monografi (Depkes
RI, 1979).
Sediaan tablet termasuk dalam persyaratan uji disolusi untuk mengetahui seberapa
banyak persentase zat aktif dalam obat yang terlarut dan terabsorbsi ke dalam peredaran
darah untuk memberikan efek terapi. Disolusi menggambarkan efek obat terhadap tubuh,
jika disolusi memenuhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat pada
tubuh. Oleh karena itu, pada percobaan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
kecepatan atau laju disolusi dari tablet ketoprofen.
Menurut Farmakope Edisi V, Tablet merupakan sediaan padat yang mengandung
bahan obat dengan tanpa bahan pengisi. Tablet dibuat dengan penambahan bahan
tambahan yang sesuai. Tablet dapat berbeda ukuran, bentuk, berat, kekerasan dan
ketebalan, daya hancurnya dan aspek lain tergantung dengan pemakaian tablet dan cara
pembuatannya. Menurut Umar (2014) ketoprofen merupakan senyawa aktif yang sering
dijumpai dalam sediaan anti rematik. Senyawa ini berfungsi sebagai analgesik, antiradang
dan antipiretik yang menghambat sintesis prostaglandin. Penggunaan ketoprofen dalam
dosis tinggi dapat mengiritasi lambung dan usus.
Uji disolusi ini dilakukan dengan cara awal yaitu membuat media disolusi dengan
bahan NaH2PO4 7,5402 gram, Na2HPO4 18,972 gram, dan aquadest 900 ml. Untuk
pembuataan media disolusi ditimbang NaH2PO4 7,5402 gram dan Na2HPO4 18,972 gram
lalu masukkan dalam labu lukur 900 ml dan ditambahkan aquadest hingga batas yang
ditentukan. Setelah itu, digunakan sebagian medium disolusi untuk membuat kurva
kalibrasi menggunakan spektrofotometer. Kemudian dimasukkan aquadest ke dalam
chamber disolusi, setting pemanas pada suhu 37oC karena disesuaikan dengan suhu tubuh
61
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
manusia yaitu 37oC. Letakkan labu disolusi pada lubang diatas chamber disolusi
kemudian masukkan media disolusi hingga volum yang disyaratkan. Selanjutnya
dipasang apparatus sesuai dengan bentuk dan sifat obat yang akan di uji yaitu apparatus
dayung karena sediaan yang digunakan adalah sediaan yang sifatnya tenggelam yaitu
sediaan berbentuk tablet. Adapun apparatus lainnya yaitu apparatus keranjang, dimana
apparatus ini digunakan untuk sediaan yang sifatnya mengambang yaitu sediaan dengan
bentuk kapsul. Setelah itu ditutup labu disolusi, pasang spuit 10 CC yang telah
dihubungkan dengan filter holder dan selang kecil berukuran 15 cm dan dimasukkan
tablet uji kedalam labu disolusi melalui lubang yang telah tersedia. Diatur alat uji disolusi
pastikan kecepatan putar apparatus sesuai dengan kecepatan yang disyaratkan. Penetapan
profil disolusi sediaan ketoprofen dilakukan dengan metode dayung dengan kecepatan
dayung 50 rpm dengan medium disolusi larutan dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 900 ml.
Kecepatan pengadukan akan mempercepat kelarutan. Umumnya kecepatan pengadukan
adalah 50 atau 100 rpm. Pengadukan diatas 100 rpm tidak menghasilkan data yang dapat
dipakai untuk membedakan kecepatan melarut. Apabila ternyata bahwa kecepatan
pengadukan perlu lebih 100 rpm maka lebih baik untuk mengubah medium daripada
menaikkan rpm. Kemudian, larutan sampel dipipet 5 ml pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45
dan 60 dan setiap pemipetan diganti dengan medium disolusi baru dengan volume dan
suhu yang sama saat pemipetan. Hal ini dilakukan untuk melihat waktu yang tepat saat
tablet ketoprofen berdisolusi dengan optimal pada medium pelarut. Masing-masing
larutan yang dipipet diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
pada panjang gelombang serapan maksimumnya. Kemudian konsentrasi ketoprofen
dihitungan dengan menggunakan kurva kalibrasi.
62
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Kesimpulan
63
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
64
MODULPRAKTIKUMFARMASIFISIKAI2018
Daftar Pustaka
Reed,R.A.,Brown,C.K.,Chokshi,H.P.,Nickerson,B.,Rohrs,B.R.,danShah, P.A.,
(2004) : Acceptable Analytical Practices for Dissolution Testing ofPoorly
Soluble Compounds, Pharmaceutical Technology,56-65
Shargel, L., Wu-Pong, S., dan Yu, A.B.C., (2005) : Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, Mc Graw Hill Companies, Singapore.
Sinko,P.J.,(2006):Martin’sPhysicalPharmacyandPharmaceuticalScience, fifth
65