Pengaruh Keputusan Investasi
Pengaruh Keputusan Investasi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Didalam dunia modern saat ini, seorang manajer perusahaan dituntut untuk
dapat memainkan peranan yang penting dalam kegiatan operasi, pemasaran, dan
pembentukan strategi perusahaan secara keseluruhan. Karena manajer perusahaan
adalah kunci kesuksesan suatu perusahaan. Perusahaan sebagai entitas ekonomi
lazimnya memiliki tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka
pendek perusahaan bertujuan memperoleh laba secara maksimal dengan
menggunakan sumber daya yang ada, sementara dalam jangka panjang tujuan
utama perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan utama
perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran para pemegang saham. Bagi perusahaan yang sudah go public
memaksimalkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimalkan harga pasar
saham (Sudana, 2011:7). Semakin Tinggi harga saham menandakan semakin
tinggi kekayaan pemilik. Nilai perusahaan yang maksimal dapat memberikan
kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham meningkat,
sehingga investor akan memilih berinvestasi pada perusahaan dengan nilai
perusahaan yang maksimal. Nilai pemegang saham akan meningkat apabila nilai
perusahaan meningkat, yang ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang
tinggi kepada pemegang saham.
Nilai perusahaan adalah nilai yang mencerminkan berapa harga yang
bersedia dibayar oleh investor untuk suatu perusahaan. Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi. Kurang cermatnya perusahaan dalam
mengaplikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan
menyebabkan beberapa perusahaan sering kali gagal dalam meningkatkan nilai
perusahaan. Hal tersebut membuat kinerja perusahaan dipandang buruk oleh
investor.
Struktur kepemilikan menjelaskan komitmen dari pemiliknya untuk
menyelamatkan perusahaan. Menurut Wahyudi & Pawesti (2006) Struktur
kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya
perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh dalam mencapai tujuan perusahaan
yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya
kontrol yang mereka miliki. Semakin bertambahnya saham yang dimiliki manajer
melalui kepemilikan manajerial akan memotivasi kinerja manajemen karena
mereka merasa memiliki andil dalam perusahaan baik itu dalam pengambilan
keputusan dan bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambil karena ikut
sebagai pemegang saham perusahaan sehingga kinerja manajemen semakin baik
dan berpengaruh pada peningkatan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial
(insider ownership) diukur sesuai proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh
manajerial (Iturriaga, et al. 2001).
Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam kegiatan
perusahaan dan mempunyai pengaruh cukup besar terhadap nilai perusahaan
(Adler, 2004 dalam Purnamasari, 2009). Dalam fungsi keuangan inilah
maksimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, banyak shareholder yang menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada
para profesional yang bertanggung jawab mengelola perusahaan, yang disebut
manajer. Manajer memegang peranan penting dalam memaksimalkan nilai
sebuah perusahaan. Manajer perusahaan dihadapkan pada keputusan keuangan
yang meliputi keputusan investasi (investment decision), keputusan pendanaan
(investment decision), dan keputusan yang menyangkut pembagian laba dalam
bentuk dividen (Van Horne, 2001). Ketiga keputusan tersebut saling berkaitan dan
setiap keputusan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan yang
lainnya serta kombinasi yang optimal atas ketiganya akan memaksimumkan nilai
perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran kekayaan
pemegang saham (Hasnawati, 2005).
Investasi adalah komitmen sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan
memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di
masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait
dengan investasi tersebut. Jatmiko Wibowo dan Indri Erkaningrum (2002)
menyatakan bahwa keseimbangan financing cost (biaya pendanaan) mendorong
perusahaan yang mempunyai investasi besar cenderung mempunyai leverage yang
tinggi. Semakin besar kesempatan investasi semakin besar perusahaan
menggunakan dana eksternal khususnya hutang.
Keputusan dividen dapat dianggap sebagai salah satu komitmen
perusahaan untuk membagikan sebagian laba bersih yang diterima kepada para
pemegang saham (Suad Husnan, 2005).Dividen tersebut yang menjadi alasan oleh
investor ketika mereka menanamkan dana untuk investasi. Apabila perusahaan
menyimpan laba ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan
sebagai dividen akan menjadi kecil, sebaliknya jika perusahaan lebih memilih
untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan mengurangi
porsi laba ditahan dan mengurangi sumber dana intern, namun tentu saja akan
meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Dengan demikian aspek
penting dari keputusan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai
diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan perusahaan.
Keputusan pendanaan mencakup penentuan sumber dana eksternal dan
internal. Sumber dana eksternal dapat diperoleh dari hutang dan ekuitas baru,
sedangkan sumber dana internal diperoleh dari laba ditahan. Penentuan laba
ditahan terkait dengan keputusan dividen, sehingga keputusan pendanaan dan
keputusan dividen menjadi saling terkait (Kaaro, 2003). Keputusan pendanaan
dalam penelitian ini menggunakan indikator Book to equity ratio (BDE), book
debt to assets ratio (BDA), long term debt equity ratio (MDE) dan market debt
equity ratio (MDE) (Hasnawati, 2005). Semakin baik keputusan pendanaan yang
dilakukan perusahaan akan semakin berdampak positif bagi peningkatan nilai
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Prapaska (2012) dengan judul “Analisis
Pengaruh Tingkat Profitabilitas, Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Dan
Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di
BEI Tahun 2009-2010“, menunjukkan hasil penelitian adalah tingkat profitabilitas
dan keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan
variabel keputusan pendanaan dan kebijakan deviden berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Efni dan Hadiwidjojo dkk (2011)
dengan judul ”Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Deviden
: Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Sektor Properti dan Real
Estate di Bursa Efek Indonesia)”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa kebijakan deviden yang dimediasi oleh resiko pada sektor properti dan
real estat di Bursa Efek Indonesia. Dengan pendekatan analisis jalur diperoleh
beberapa temuan yang penting yaitu keputusan investasi berpengaruh terhadap
nilai perusahaan namun tidak berpengaruh terhadap resiko perusahaan. Keputusan
pendanaan hanya berpengaruh terhadap nilai perusahaan bila keputusan
pendanaan mampu menurunkan resiko perusahaan (resiko bisnis, resiko keuangan
dan resiko pasar). Kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
baik secara langsung maupun melalui resiko perusahaan. Ini menunjukkan bahwa
variabel resiko hanya memediasi keputusan pendanaan. Dari ketiga macam
keputusan tersebut ternyata keputusan investasi memberikan keputusan paling
utama pada nilai perusahaan.
Penelitian oleh Fenandar (2012) dengan judul “Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Keputusan
Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan, Kebijakan
Dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai
Perusahaan.SedangkanKeputusan Pendanaan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Nilai Perusahaan.
Penelitian berikutnya oleh Sukirni (2012) dengan judul “Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden Dan Kebijakan Hutang
Analisis Terhadap Nilai Perusahaan” menunjukkan hasil (1) variabel yang
berhubungan dengan kepemilikan manajerial secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan. (2) kepemilikan institusi berpengaruh signifikan
Variabel adalah positif pada nilai perusahaan. (3) Kebijakan dividen variabel tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. (4) efek utang
Variabel Kebijakan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. (5)
Kepemilikan Manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, dan
kebijakan hutang bersama-sama mempengaruhi nilai perusahaan.
Penelitian mengenai nilai perusahaan sebagai tolak ukur terhadap
kemakmuran pemegang saham telah beberapa kali dilakukan. Variabel
independen yang dipergunakan beragam akan tetapi dari hasil penelitian tentang
Kepemilikan Manajerial serta Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen sebagai bentuk keputusan keuangan, masih terdapat ketidak
konsistenan hasil penelitian. Peneliti termotivasi melakukan penelitian ini untuk
menguji konsistensi hasil penelitian terdahulu. Berdasarkan berbagai hal yang
telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan
judul “Struktur Kepemilikan dan Keputusan Keuangan terhadap
Kemakmuran Pemegang Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Brealey dan Myers (1991) dalam Mulianti (2010), pecking order theory
menyatakan bahwa :
a. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan).
b. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang
ditargetkan dengan berusaha menghindari pembayaran deviden secara
drastis.
c. Kebijakan deviden yang relatif segan untuk dirubah, disertai dengan
fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga
mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi
kebutuhan dana untuk investasi meskipun pada kesempatan yang lain
mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan
investasi maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual
sekuritas yang dimiliki.
d. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu
yaitu dimulai dari penerbitan obligasi kemudian diikuti oleh sekuritas
berkarakter opsi (obligasi konversi), baru akhirnya penerbitan saham baru
apabila masih belum mencukupi.
Sumber dana internal lebih disukai daripada sumber dana eksternal karena
dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu membuka diri lagi dari
sorotan investor luar. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang (obligasi)
daripada ekuitas (penerbitan saham) karena biaya emisi obligasi lebih murah
daripada biaya emisi saham baru.
Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur struktur
pendanaan adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER menunjukkan perbandingan
antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui
ekuitas (Brigham dan Houston, 2001).
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen
dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh
(Brigham, 1999: 92).
3.1.2 Variabel Independen
3.1.2.1. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan diproksikan dengan insider ownership. Insider
ownership adalah prosentase saham yang dimiliki oleh insider, seperti manajer
atau direktur, besarnya dapat dihitung sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
CPA/BVA =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Debt to Equity Ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Kebijakan dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini
yang akan dibayarkan sebagai dividen daripada ditahan untuk diinvestasikan
kembali dalam perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Kebijakan dividen
dalam penelitian ini dikonfirmasi dalam bentuk Dividend Payout Ratio (DPR).
Menurut Brigham dan Houston (2001), rasio pembayaran dividen adalah
persentase laba dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas.
Tabel 3.1
Dasar Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < DW < di
Tidak ada autokorelasi positif No decision di ≤ DW ≤ du
Tidak ada autokorelasi negati Tolak 4 – d i < DW < 4
Tidak ada autokorelasi negati No decision 4 – du ≤ DW ≤ 4 - di
Tidak ada autokorelasi, positif Tidak Tolak du < DW < 4 - du
atau negatif
3.7.3 Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier
berganda. Adapun model regresinya adalah sebagai berikut:
Dimana:
𝑌𝑌 = ROA sebagai pengukur kinerja perusahaan
𝑎 = konstanta
𝑏1 = koefisien regresi dari kepemilikan manajerial
𝑏2 = koefisien regresi dari kepemilikan institusional
𝑏3 = koefisien regresi dari kepemilikan publik
𝑏4 = koefisien regresi dari ukuran perusahaan
𝑋1 = struktur kepemilikan manajerial
𝑋2 = struktur kepemilikan institusional
𝑋3 = struktur kepemilikan publik
𝑋4 = ukuran perusahaan 𝑒𝑒 = kesalahan / gangguan
Hasil persamaan regresi ini dipakai untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan t test dengan tingkat keyakinan 90 %. Uji hipotesis dilakukan
dengan uji 𝑡𝑡. Uji 𝑡𝑡 digunakan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian
ini bisa dilakukan dengan melihat 𝑝 – 𝑣alue dari masing-masing variabel. Apabila
𝑝 – 𝑣alue dari masing-masing variabel. p - value < 0% maka hipotesis diterima
dan apabila >10% maka hipotesis ditolak (Ghozali,2006).
Sedangkan uji 𝐹 digunakan untuk menguji apakah variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen secara keseluruhan. Jika nilai 𝐹 dihitung
lebih besar dari 𝐹 table maka artinya 𝐹 hitung signifikan artinya hipotesis dapat
diterima. Dan jika nilai 𝐹 hitung lebih kecil dari 𝐹 tabel berarti 𝐹 hitung tidak
signifikan artinya hipotesis ditolak. Selain itu bila dilihat dari nilai probabilitas,
maka probabilitas < 0,1 maka 𝐻0 diterima. Dan bila probabilitas > 0,1 berarti H0
ditolak.