id
Disusun sebagai syarat pelaksanaan Tugas Akhir, guna memperoleh gelar Ahli
Madya dan sebagai sarana mahasiswa untuk menerapkan disiplin ilmu di bidang
Teknologi Hasil Pertanian
Disusun Oleh :
Tiara Kustiningrum
H 3108103
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
LAPORAN
TUGAS AKHIR
”Pengendalian Mutu dan Penerapan Konsep HACCP
Keripik Tempe Di UKM Wahyu Jaya”
Menyetujui,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan yang lebih lanjut.
Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya,
dan dapat menambah wawasan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Penulis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Kanyataan hari ini adalah mimpi kemarin, dan mimpi hari ini adalah kenyataan
hari esok. (Hasan Albana)
Bila sesuatu yang terjadi tidak sama dengan apa yang kita senangi maka
senangilah apa yang terjadi.
PERSEMBAHAN
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. x
ABSTRAK .................................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................... 3
II. LANDASAN TEORI
A. Keripik Tempe ............................................................................. 4
B. Bahan Pembuatan Tempe
1. Bahan Utama
a. Kedelai ............................................................................... 5
2. Bahan Tambahan
a. Ragi .................................................................................... 7
b. Air ...................................................................................... 8
C. Bahan Pembuatan Keripik Tempe
1. Bahan Utama
a. Tempe Kedelai ................................................................... 8
2. Bahan Tambahan
a. Tepung Beras ..................................................................... 12
b. Minyak Goreng Sawit ........................................................ 12
c. Bumbu
commit to user
1. Bawang Putih ............................................................... 13
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Syarat Mutu Keripik Tempe Goreng ...................................................... 5
Tabel 2.2. Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Kedelai dan Tempe.................. 10
Tabel 4.1. Komposisi Bahan Pembuatan Tempe dan Keripik Tempe .................. 34
Tabel 4.2 Pengawasan dan Pengendalian Mutu Bahan Baku .............................. 39
Tabel 4.3 Pengawasan dan Pengendalian Mutu Proses Produksi ....................... 40
Tabel 4.4 Perbandingan Mutu Keripik Tempe dengan SNI.................................. 42
Tabel 4.5 Deskripsi Produk Keripik Tempe ......................................................... 48
Tabel 4.6 Analisis Bahaya Bahan Baku Pembuatan Keripik Tempe .................... 49
Tabel 4.7 Identifikasi Bahaya ............................................................................... 50
Tabel 4.8 Penetapan Penentuan CCP Bahan Baku ............................................... 52
Tabel 4.9 Penetapan Penentuan CCP Proses Produksi ......................................... 54
Tabel 4.10 Rencana HACCP ................................................................................ 56
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Biji Kedelai ........................................................................................ 6
Gambar 2.2. Bawang Putih ................................................................................... 14
Gambar 2.3. Garam Yodium ................................................................................. 15
Gambar 2.4. Daun Jeruk Purut .............................................................................. 17
Gambar 2.5. Kemiri .............................................................................................. 17
Gambar 2.6. Ketumbar .......................................................................................... 19
Gambar 2.7. Penyedap Rasa ................................................................................. 20
Gambar 2.8. Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP Menurut
CAC ................................................................................................. 26
Gambar 2.9. Pohon Keputusan Penentuan Titik Kendali Kritis atau CCP ........... 27
Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Tempe Kedelai.............................. 36
Gambar 4.2 Diaram Alir Proses Pembuatan Keripik Tempe ................................ 37
Gambar 4.3 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Mentah .............. 47
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tiara Kustiningrum1
Ir. Windi Atmaka, M.S2 Esti Widowati, S.Si., M.P3
ABSTRAK
Keripik tempe adalah keripik yang terbuat dari tempe yang diiris tipis kemudian
lumuri adonan yang terbuat dari tepung beras dan penambahan bumbu kemudian
digoreng sampai kering. Pengendalian mutu ini dilakukan pada bahan, proses produksi
dan produk akhirnya. Selain itu, konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
perlu diterapkan pada bahan, proses produksi dan produk akhir pembuatan keripik tempe.
Pengendalian mutu produk akhir dilakukan dengan menganalisis yang dibandingkan
dengan parameter mutu menurut SNI Nomor 01-2602-1992 (untuk produk akhir).
Parameter analisis yang digunakan adalah kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar asam
lemak bebas (FFA), cemaran logam (pb dan Cu), dan cemaran mikroba (kapang). Hasil
pelaksanaan praktek Quality Control menunjukkan bahwa proses pembuatan keripik
tempe di awali dari proses penerimaan bahan baku yang meliputi kedelai, air sumur, ragi,
tepung beras, penyedap rasa, minyak goreng sawit, telur dan bumbu (bawang putih,
ketumba, kemiri, daun jeruk purut, dan garam yodium). Selanjutnya proses perebusan I,
pencucian, pembelahan biji, perendaman, perebusan II, penirisan, peragian dan
fermentasi, pengadukan, pengemasan, pengirisan tempe, penghalusan bumbu, pembuatan
adonan, penggorengan, dan pengemasan. Pengendalian mutu yang diterapkan meliputi
penetapan spesifikasi bahan baku yang digunakan, pengendalian setiap tahapan proses
produksi, dan pengendalian produk akhir. Hasil analisis produk akhir keripik tempe
menunjukkan bahwa kadar air, kadar abu, kadar protein, dan cemaran logam memenuhi
standar mutu yang diinginkan oleh produsen. Sedangkan hasil analisis kadar asam lemak
bebas (FFA) dan cemaran mikroba (kapang) tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan. Hasil analisis kadar asam lemak bebas (FFA) adalah 7,61575% dan cemaran
logam (kapang) adalah 1,2 x 105 sehingga berpengaruh terhadap keamanan produk
keripik tempe yang dihasilkan. Konsep HACCP yang dibuat bertujuan untuk
meminimalisasi timbulnya bahaya dan menjaga keamanan produkkeripik tempe yang
dihasilkan. Tahapan proses yang dianggap CCP dan perlu adanya pemantauan khusus
adalah proses penerimaan bahan baku dan pengemasan.
commit to user
xi
PENGENDALIAN MUTU DAN PENERAPAN KONSEP HACCP
KERIPIK TEMPE DI UKM WAHYU JAYA
Tiara Kustiningrum1
Ir. Windi Atmaka, M.S2 Esti Widowati, S.Si., M.P3
ABSTRAK
Keripik tempe adalah keripik yang terbuat dari tempe yang diiris tipis kemudian
lumuri adonan yang terbuat dari tepung beras dan penambahan bumbu kemudian digoreng
sampai kering. Pengendalian mutu ini dilakukan pada bahan, proses produksi dan produk
akhirnya. Selain itu, konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) perlu
diterapkan pada bahan, proses produksi dan produk akhir pembuatan keripik tempe.
Pengendalian mutu produk akhir dilakukan dengan menganalisis yang dibandingkan dengan
parameter mutu menurut SNI Nomor 01-2602-1992 (untuk produk akhir). Parameter analisis
yang digunakan adalah kadar air, kadar abu, kadar protein total, kadar asam lemak bebas
(FFA), cemaran logam (pb dan Cu), dan cemaran mikroba (kapang). Hasil pelaksanaan
praktek Quality Control menunjukkan bahwa proses pembuatan keripik tempe di awali dari
proses penerimaan bahan baku yang meliputi kedelai, air sumur, ragi, tepung beras, penyedap
rasa, minyak goreng sawit, telur dan bumbu (bawang putih, ketumba, kemiri, daun jeruk
purut, dan garam yodium). Selanjutnya proses perebusan I, pencucian, pembelahan biji,
perendaman, perebusan II, penirisan, peragian dan fermentasi, pengadukan, pengemasan,
pengirisan tempe, penghalusan bumbu, pembuatan adonan, penggorengan, dan pengemasan.
Pengendalian mutu yang diterapkan meliputi penetapan spesifikasi bahan baku yang
digunakan, pengendalian setiap tahapan proses produksi, dan pengendalian produk akhir.
Hasil analisis produk akhir keripik tempe menunjukkan bahwa kadar air, kadar abu, kadar
protein, dan cemaran logam memenuhi standar mutu yang diinginkan oleh produsen.
Sedangkan hasil analisis kadar asam lemak bebas (FFA) dan cemaran mikroba (kapang) tidak
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Hasil analisis kadar asam lemak bebas (FFA)
adalah 7,61575% dan cemaran logam (kapang) adalah 1,2 x 105 sehingga berpengaruh
terhadap keamanan produk keripik tempe yang dihasilkan. Konsep HACCP yang dibuat
bertujuan untuk meminimalisasi timbulnya bahaya dan menjaga keamanan produkkeripik
tempe yang dihasilkan. Tahapan proses yang dianggap CCP dan perlu adanya pemantauan
khusus adalah proses penerimaan bahan baku dan pengemasan.
Tiara Kustiningrum1
Ir. Windi Atmaka, M.S2 Esti Widowati, S.Si., M.P3
ABSTRAK
The keripik tempe is keripik made from tempe which sliced attenuate later dough
bedraggled making from rice powder and addition of flavour later fried until drying. In
making keripik tempe need the existence of quality control. This quality control conducted
raw material and additional materials, production process and product finally. Besides,
Hazard Analysis Critical Control Point concept ( HACCP) to be applied process of keripik
tempe. Quality control final product with analysing compared to parameter quality of
according to SNI Number 01-2602-1992 ( for the finally product). The parameters of test
analysis used included: water level, ash level, protein level, free fatty acid (FFA) level, metals
contamination (P b and Cu), and microbe contamination (molt).
The result of quality control practical implementation shows that the cake
manufacturing process begins from the raw material receiving process including soybean,
well water, yeast, rice powder, flavoring agent, oil palm, egg dan flavours (garlic, coriander,
candlenut, purut orange leaf, and iodine salt). Furthermore, the process poaching I, washery,
bisection of seed, perendaman, poaching II, penirisan, fermentation, mixing, packaging,
tempe slicing, attenuation of flavours, making of dough, frying, and packaging. Quality
control applied includes specifying the raw material used, controlling each stage of
production process, and controlling the cake final product storage. The result of analysis on
keripik tempe final product shows that the water level, ash level, fat level, and metal
contamination fulfill wanted quality standard by producer. Meanwhile the result of analysis
on free fatty acid (FFA) level and mikcrobe contamination (molt) not fulfill standard quality
of which have been specified. The result on free fatty acid (FFA) level analysis is 7,61575%
and microbe contamination (molt) analysis is 1,2 x 105 affecting the safety of keripik tempe
product yielded. The HACCP concept is made to minimize the danger emerging and to keep
the safety of keripik tempe product yielded. The process stage considered as CCP and need
to be monitoring is the raw material receiving process and packaging.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh
masyarakat indonesia dan telah digemari oleh masyarakat di dunia. Tempe
dapat dibuat dari berbagai bahan yaitu kedelai, koro dan melanding.
Masyarakat pada umumnya mengenal tempe yang dibuat dari kedelai
(Kasmidjo, 1990).
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan
menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi
kedelai di Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu dan 10%
dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap dan lain-lain). Konsumsi
tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini sekitar 6,45 kg.
Tempe selain harganya murah dan terjangkau di kalangan masyarakat,
makanan ini sangat kaya akan protein nabati (Astawan, 2004).
Tempe yang baik adalah tempe yang tampak kompak, seluruh
bahan diselaputi miselia kapang yang berwarna putih, tidak bernoda hitam
akibat timbulnya spora, tidak berlendir, mudah diiris, tidak busuk dan
tidak berbau amonia. Sebagai makanan tradisional, tempe kedelai
berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas karena tempe
mengandung antioksidan alami yang diproduksi oleh kapang tempe.
Antioksidan tersebut sudah teridentifikasi dan dikenal dengan nama
genestein, daidzein, dan trihidroksiisoflavon. Oleh karena itu dapat
menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit
degeneratif (jantung koroner, diabetes militus, kanker, dan lain-lain)
(Astawan, 2003).
Ada 2 macam tempe yang dijual dipasaran yaitu tempe dengan
kemasan plastik dan kemasan daun. Produk tempe ini termasuk jenis
produk yang tidak dapat tahan lama. Oleh karena itu, saat ini tempe telah
dapat dijumpai dalam produk
commityang berbeda yaitu tempe yang dibuat
to user
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
keripik atau yang sering dikenal dengan keripik tempe. Keripik tempe
adalah jenis makanan ringan hasil olahan tempe kedelai. Keripik tempe ini
berbentuk lempengan/irisan tipis yang digoreng dengan penambahan
tepung dan bumbu (SNI, 1992). Keripik tempe sering dijadikan lauk
maupun camilan oleh masyarakat. Selain rasanya enak, harganya juga
terjangkau. Proses pembuatan keripik tempe ini sangat sederhana yaitu
pengirisan tempe, pembuatan adonan, pemasakan/penggorengan,
penirisan, dan pembungkusan.
Persaingan antarindustri pangan saat ini semakin meningkat. Hal
ini disebabkan karena masyarakat menginginkan pangan tidak hanya enak
dan bergizi, namun juga aman dikonsumsi dari segi kimia, fisik, dan
biologis. Hal ini membuat industri dan bisnis pangan menghadapi masalah
mutu dan keamanan pangan yang serius. Karena banyak para produsen
atau pembuat makanan banyak yang tidak memperhatikan mengenai
keamanan makanan melainkan memikirkan bagaimana memperoleh laba
yang banyak. Oleh karena itu, proses produksi yang baik harus diikuti
dengan pengendalian dan pengawasan mutu serta keamanan di industri
pangan menjadi hal yang penting untuk diterapkan. Dengan demikian
diperlukan suatu sistem konsep dan jaminan keamanan mutu pangan yang
dirancang untuk meminimumkan kesalahan dalam proses produksi dan
resiko bahaya keamanan pangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan mengenai pengawasan makanan atau jaminan keamanan
pangan yang disebut pengendalian mutu dan Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) bahan, proses, produk akhir yang merupakan
suatu tindakan yang efektif untuk menjamin keamanan pangan, perbaikan
kualitas, khususnya pada proses pembuatan keripik tempe dan upaya yang
dapat dilakukan untuk menghasilkan produk keripik tempe yang aman
untuk dikonsumsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan
1. Menambah ilmu dan pengalaman bagi mahasiswa D-III Teknologi
Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
agar dapat menerapkan ilmu yang didapat di bangku kuliah dengan
praktek yang dijumpai di lapangan.
2. Membuat evaluasi pengendalian mutu pada keripik tempe sebagai
penentu kualitas pada bahan baku, proses produksi dan produk akhir
keripik tempe.
3. Membuat konsep HACCP pada keripik tempe mulai dari bahan baku
sampai proses produksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keripik Tempe
Keripik tempe adalah keripik yang terbuat dari tempe yang diiris tipis
kemudian lumuri adonan yang terbuat dari tepung beras dan penambahan
bumbu kemudian digoreng sampai kering. Keripik tempe adalah tempe tipis
yang digoreng kering seperti kerupuk. Teksturnya kering dan renyah. Apabila
disimpan ditempat kering dan bersih, keripik tempe dapat tahan disimpan
sampai beberapa minggu. Misalnya dipak dalam kantong plastik, kaleng, atau
stoples yang tertutup rapat dan tidak terkena pengaruh udara lembab (Sarwono,
2005).
Keripik atau kripik adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari
umbi-umbian, buah-buahan atau sayuran yang digoreng di dalam minyak
nabati. Untuk menghasilkan rasa yang gurih dan renyah biasanya dicampur
dengan adonan tepung yang diberi bumbu rempah tertentu. Secara umum
keripik dibuat melalui tahap penggorengan, tetapi ada pula dengan hanya
melalui penjemuran, atau pengeringan. Keripik dapat berasa dominan asin,
pedas, manis, asam, gurih, atau paduan dari kesemuanya. Menurut SNI (1992),
keripik tempe goreng adalah makanan yang dibuat tempe kedelai (Glycine
max) berbentuk lempengan/irisan tipis yang digoreng dengan atau tanpa
penambahan tepung dan bumbu. Syarat Mutu Keripik Tempe Goreng dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
berbentuk polong. Bijinya bulat lonjong seperti kedelai biasa dan kulit
bijinya sangat tebal sehingga embrio dan keping biji dapat terlindung lebih
baik dibandingkan biji kedelai biasa (Sarwono, 2005).
Menurut Snyder and Kwon (1987), secara fisik setiap kedelai
berbeda dalam hal warna, ukuran dan komposisi kimianya. Perbedaan
secara fisik dan kimia tersebut dipengaruhi oleh varietas dan kondisi
kedelai tersebut dibudidayakan. Klasifikasi bawang putih menurut Wawan
(2006) adalah
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminoceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
miselium kapang bercampur dengan aroma lezat dari asam amino bebas
dan aroma yang ditimbulkan karena penguraian lemak makin lama
fermentasi berlangsung, aroma yang lembut berubah menjadi tajam
karena terjadi pelepasan amonia. Warna putih disebabkan adanya miselia
jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak
juga disebabkan oleh miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara
biji-biji kedelai tersebut. Terjadinya penurunan komponen-komponen
aroma miselium kapang bercampur dengan aroma lezat dari asam amino
bebas dalam kedelai menyebabkan terbentuknya flavor spesifik setelah
fermentasi (Kasmidjo, 1990).
Tempe yang dibuat dari kedelai merupakan tempe yang paling
dikenal luas dan paling banyak dimanfaatkan orang untuk lauk makanan.
Tempe kedelai yang murni dari biji kedelai tanpa campuran bahan lain.
Selain tempe kedelai, ada juga yang membuat tempe dari bahan lain,
contohnya tempe benguk yang dibuat dari biji benguk, tempe lamtoro
dari biji lamtoro, tempe gembus dibuat dari bahan bungkil tahu, tempe
bungkil dari bungkil kacang tanah atau tempe bongkrek dari bungkil
kelapa (Sarwono, 2005).
Proses pembuatan tempe dapat diawali dengan perebusan kacang
kedelai ± 2 jam dan dibiarkan dalam air perebus tanpa api ± 24 jam.
Kemudian kulit bijinya dibuang dan direbus kembali selama setengah
jam, lalu ditiriskan untuk didinginkan. Setelah cukup dingin dicampur
bibit tempe dan dibentuk menjadi lempengan-lempengan tipis, dibungkus
daun pisang atau dalam kantung plastik yang dilubangi supaya panas
dapat keluar dengan uap air yang terjadi. Tempe dibiarkan mengalami
fermentasi selama 24 jam maka terjadilah hasil olahan tempe yang
diliputi benang-benang jamur secara merata. Campuran untuk membuat
tempe dapat ditambah tepung atau ampas tahu supaya pertumbuhan
jamur lebih baik (Sediaoetama, 1999).
Daya tahan tempe juga dipengaruhi oleh temperatur ruang tempat
penyimpanan. Pada suhucommit
rendahto(<25
useroC), proses metabolisme peragian
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
bercampur dengan aroma lezat dari asam amino bebas dan aroma yang
ditimbulkan karena penguraian lemak makin lama fermentasi
berlangsung, aroma yang lembut berubah menjadi tajam karena terjadi
pelepasan ammonia dalam tempe selama berlangsungnya proses
fermentasi.
Tempe dengan kualitas baik memiliki ciri-ciri berwarna putih bersih
yang merata pada permukaannya, memiliki stuktur yang homogen dan
kompak, serta berasa, berbau atau beraroma khas tempe. Tempe dengan
kualitas buruk ditandai dengan permukaannya yang basah, struktur tidak
kompak, adanya bercak bercak hitam, adanya bau amonia dan alkohol,
serta beracun (Astawan, 2004).
2. Bahan Tambahan
1) Tepung beras
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau
sangat halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk
keperluan penelitian, rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung
yang berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari gandum,
tapioka dari singkong, maizena dari jagung, dan lain-lain. Ada juga
tepung yang berasal dari hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan.
Tepung beras terbuat dari beras yang digiling/dihaluskan. Warnanya
putih. Biasanya digunakan untuk membuat kue-kue tradisional, misal kue
lapis, kue mangkok, kucur, rempeyek, dan lain-lain. Manfaat tepung
beras ini seratnya ini mampu menyerap air dan dapat lebih lama tinggal
di dalam lambung, sehingga memperlambat timbulnya rasa lapar
(Nurhayati, 2011).
Beras yang akan dibuat tepung, sebelum ditumbuk atau digiling
lebih dulu direndam dalam air kapur selama satu jam. Tepung beras yang
akan dipakai untuk adonan keripik tempe harus baru dan berasal dari
beras padi berumur dalam (padi yang dipanen pada saat umur lebih dari
165 hari dan termasuk varietas lokal). Fungsi tepung adalah untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Species : Allium sativum.
putih adalah sumber kalsium, fosfor, dan selenium yang baik. Selain
itu, bawang putih juga merupakan sumber vitamin C, vitamin B6, dan
mangan yang sangat baik (Kurniawati, 2010).
b. Garam yodium (NaCl)
Garam beryodium (Gambar 2.3) adalah garam yang telah
diperkaya atau telah mengalami fortifikasi dengan Kalium Iodat
(KIO3) sebanyak 30–80 ppm. Yodium berperan penting untuk
membantu perkembangan kecerdasan atau kepandaian pada anak.
Yodium juga dapat membatu mencegah penyakit gondok, gondong
atau gondongan. Yodium berfungsi untuk membentuk zat tirosin yang
terbentuk pada kelenjar tiroid (Rahayu, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.5 Kemiri (Ramada, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
satunya yang diidentifikasi untuk suatu penerapan yang spesifik atau mungkin
berbeda jenisnya.
Critical Control Points (CCP) atau titik kendali kritis (TKK) adalah
suatu titik tahap atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan sehingga
bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan, atau dikurangi sampai
tingkat yang dapat diterima. Penetapan TTK atau CCP dilakukan setelah
melalui tahap analisis bahaya, yaitu analisis resiko ditandingkan peluang
kejadian yang apakah titik, tahap, atau prosedur tersebut memiliki bahaya
signifikan atau tidak. Jika bahaya signifikan, tahap selanjutnya adalah
menganalisis dengan pohon keputusan Codex untuk menentukan apakah
bahaya signifikan tersebut merupakan CCP/TTK atau bukan. Analisis bahaya
dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control Point-
HACCP) merupakan sistem yang dapat menjamin keamanan pangan (Thaheer,
2005).
Secara umum HACCP digunakan untuk menetapkan suatu bingkai atau
sistem untuk menjalankan bagaimana implementasi dari prosedur HACCP di
setiap sektor yang dapat digunakan untuk mengembangkan jaminan setiap
rantai penyediaan mulai dari prosedur penyediaan pangan mentah atau proses
penyediaan makanan sampai ke konsumen. Pada setiap perusahaan atau
industri makanan menggunakan sistem HACCP sebagai salah satu sistem dan
erat kaitannya dengan sistem yang lain seperti Good Manufacturing Practices
(GMP), International Organization for Standardization (ISO) dan standar-
standar lain yang berlaku di negara bersangkutan dengan tujuan untuk
menjamin kualitas makanan (Van der Spiegel et al, 2003).
Pada prinsipnya, HACCP merupakan sistem manajemen untuk
menghindarkan atau mencegah makanan dari bahaya biologis (termasuk
mikrobiologis), kimia, dan fisik. Secara sederhana, sistem ini dapat diterapkan
dengan langkah awal mengidentifikasi potensi bahaya dan dilanjutkan dengan
tahapan pengendalian supaya resiko yang muncul dari bahaya tersebut dapat
dihilangkan atau ditekan. Pendekatan HACCP terdiri atas tujuh prinsip
commit to user
(Djafaar dan Rahayu, 2007), yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
commit
Gambar 2.8. Langkah Penyusunan to user
dan Implementasi Sistem HACCP Menurut
CAC
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
Ya Tidak
Tidak
BAB III
TATA LAKSANA PELAKSANAAN
A. Pelaksana
Tiara Kustiningrum H3108103
Program studi : D-III Teknologi Hasil Pertanian
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan pembuatan Tugas Akhir ini dilakukan di UKM Keripik
Tempe Wahyu Jaya di Desa Sruwoh Andong Boyolali pada bulan April 2011
sampai Juli 2011.
C. Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan praktek quality control menggunakan beberapa
metode, yaitu:
1. Pengumpulan data secara langsung.
a. Observasi
Yaitu melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi dan
kegiatan yang ada di lokasi industri kecil menengah.
b. Wawancara
Yaitu melaksanakan wawancara secara langsung dengan pekerja yang
berkaitan dengan masing-masing proses mulai dari bahan baku sampai
menjadi produk akhir.
2. Pengumpulan Data secara Tidak Langsung
a. Studi Pustaka
Yaitu mencari dan mempelajari pustaka yang relevan mengenai
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan.
b. Dokumentasi dan Pencatatan Data
Yaitu mendokumentasikan dan mencatat data atau hasil - hasil yang ada
pada pelaksanaan kegiatan.
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
31
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
bumbu, tepung beras, minyak goreng dan plastik dibeli di pasar tradisional
kacangan yang terletak tidak jauh dari UKM. Kedelai disimpan didalam karung
berbahan plastik dan diletakkan ditempat kering, tidak lembab dan sejuk
supaya terhindar dari jamur. Kedelai yang sudah diproses menjadi tempe
disimpan di tempat yang kering dan agak lembab supaya dapat mempercepat
fermentasi oleh ragi. Tepung beras, bumbu-bumbu, minyak goreng dan kayu
bakar disimpan ditempat kering. (Untuk bawang putih yang dipilih yaitu utuh
dan tidak busuk. Garam yang digunakan yaitu garam yang beryodium, bewarna
putih, dan tidak terdapat benda asing. Daun jeruk purut dipilih yang tidak
terkena gigitan ulat atau serangga. Sedangkan kemiri dan ketumbar dipilih
yang utuh-utuh, tidak pecah-pecah dan dilihat dari kenampakannya tidak
terdapat kapang). Sedangkan untuk tepung beras harus putih, tidak tengik, dan
hal yang diperhatikan kemasan dan tanggal kadaluarsanya. Minyak goreng
sawit hal yang diperhatikan dilihat dari kenampakannya yaitu bau tidak tengik
dan warna jernih.
E. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi per hari kerja pada UKM ini sebesar kurang lebih 30
kg kedelai untuk membuat tempe kedelai. Dari 30 kg kedelai dihasilkan 5 buah
tempe dalam kemasan plastik berukuran 3 meter untuk dijual sebagai tempe
kedelai, dan 2 buah tempe dalam kemasan plastik berukuran 3 meter untuk
bahan baku pembuatan keripik tempe. Pembuatan tempe untuk produksi
keripik tempe harus lebih padat untuk mencegah supaya tempe tidak hancur
saat diiris. Pada pembuatan keripik tempe dari 3 meter tempe dapat dihasilkan
180 kemasan dengan berbagai harga. Keripik tempe yang dihasilkan tiap
harinya tergantung pesanan dari konsumen dan permintaan pasar.
F. Sarana Produksi
Untuk memperlancar proses produksi perusahaan mempunyai mesin
pembelah kedelai. Mesin ini menggunakan bahan bakar solar. Prinsip mesin
pembelah biji adalah untuk membelah biji menjadi dua bagian dengan cara
memotong dibagian tengah biji kedelai. Kapasitas mesin ini hanya 2-3 kg
commit
kedelai, tetapi pembelahan biji to user
kedelai dilakukan secara terus menerus.
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Sehingga proses pembelahan biji memerlukan waktu yang agak lama. Sarana
yang lain yang mendukung, yaitu keberadaan sumber air sumur yang letaknya
ada di lokasi UKM yang dilengkapi dengan kran, sumber air sumur letaknya 15
km dari saptic tank, air sumur digunakan untuk proses produksi, pencucian alat
dan sebagainya. Bahan bakar yang digunakan untuk proses produksi adalah
kayu bakar. Karena kayu merupakan hal penting, maka UKM ini membeli
dalam jumlah yang besar. Kayu bakar dibeli di pasar tradisional sebanyak 1
kibik atau 1 mobil cold kecil. Kayu bakar ini dapat digunakan sampai satu
bulan.
G. Proses Produksi
1. Alat dan bahan yang digunakan
Alat yang digunakan dalam produksi keripik tempe adalah wajan
untuk menggoreng, baskom untuk wadah adonan pencelup tempe, pisau
untuk mengiris, cobek untuk menghaluskan bumbu-bumbu, sotel untuk
membolak-balik tempe yang digoreng, peniris (kreneng) digunakan untuk
meniriskan kedelai, serta kayu bakar dan tungku untuk menggoreng keripik
tempe. Pada proses produksi di UKM ini menggunakan alat-alat tradisional
untuk pembuatan produknya. Pada penggorengannya masih menggunakan
tungku bakar.
Bahan yang digunakan dalam produksi keripik tempe adalah tempe
kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan keripik tempe dan tempe
kedelai ini diproduksi sendiri oleh UKM. Bahan tambahan yaitu tepung
beras sebanyak 5 kg merk rose brand karena tepung beras yang digunakan
dapat membuat keripik menjadi renyah dan tidak mudah melempem,
minyak goreng sawit sebanyak 6-7 kg, dan bumbu-bumbu seperti bawang
putih 20 siung, ketumbar 1/2 ons, kemiri 1 ons, telur 2 butir, garam
beryodium, daun jeruk 15-20 lembar dan penyedap rasa merk sasa 1
bungkus/1000 gram. Bahan-bahan tersebut digunakan untuk pembuatan
keripik tempe dari 2 buah tempe dalam kemasan plastik berukuran 3 meter
menjadi 180 bungkus keripik tempe. Semua bahan baku yang digunakan
commit
untuk pembuatan keripik tempe to user
dibeli di pasar tradisional. Alasan produsen
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
membeli bahan baku utama dan bahan tambahan di pasar karena harga
bahan di pasar lebih murah dan bahan lebih lengkap. Penyimpanan bahan-
bahan yang digunakan disimpan di tempat kering dan sejuk dalam wadah
plastik. Komposisi bahan pembuatan tempe dan keripik tempe dapat dilihat
di tabel 4.1.
Tabel 4.1 Komposisi bahan pembuatan tempe dan keripik tempe
Bahan Komposisi
Kedelai 30 kg
Tempe kedelai 2 buah plastik ukuran 3 meter
Tepung beras 5 kg
Minyak goreng 6-7 kg
Bawang putih 20 siung
Ketumbar 0,5 ons
Kemiri 1 ons
Telur 2 butir
Daun jeruk 15-20 lembar
Penyedap rasa 1 bungkus/1000 g
Garam Secukupnya
Sumber : UKM wahyu jaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
Kedelai 30 kg
Perebusan II (± 2 jam)
Penirisan (± 5 jam)
Inokulasi Ragi
Pengadukan
Pembungkusan
Fermentasi 96 jam
Tempe kedelai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
Keripik tempe
H. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu bertujuan untuk menjaga kelangsungan proses
produksi dan mengetahui kelemahan pada proses produksi sehingga dapat
dilakukan perbaikan supaya diperoleh produk yang sesuai dengan kualitas yang
diharapkan. Produk yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam perusahaan. Sedangakan pengawasan mutu
adalah merupakan suatu program atau kegiatan yang tidak dapat terpisahkan
dengan dunia industri pangan, yaitu dunia usaha yang meliputi proses produksi,
commit
pengolahan, dan pemasaran produk. to user
Proses pengendalian mutu dilakukan mulai
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
digunakan yaitu garam yang beryodium, bewarna putih, dan tidak terdapat
benda asing. Daun jeruk purut dipilih yang tidak terkena gigitan ulat atau
serangga. Sedangkan kemiri dan ketumbar dipilih yang utuh-utuh, tidak
pecah-pecah. Sebagian besar pengendalian mutu dilakukan dengan
pengamatan secara visual. Pengawasan dan pengendalian mutu dapat dilihat
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Pengawasan dan Pengendalian Mutu Bahan Baku
Bahan baku Pengawasan Pengendalian mutu
Kedelai Kedelai yang dipilih adalah biji kedelai
Pengontrolan pada saat
yang yang tidak rusak, biji tidak penerimaan bahan baku,
keriput, biji berwarna kuning cerah, penyimpanan biji kedelai bebas
ukuran biji kedelai besar, bebas daridari air dan ditempat yang
kotoran, dan biji kedelai kering. kering, apabila kedelai basah
harus dijemur dibawah sinar
matahari sampai kedelai
kering.
Air sumur Air sumur yang digunakan harus yang Sumber air harus jauh (15 m)
bersih dari kotoran, tidak berbau, tidak dari saptic tank, jauh dari
berwarna, jernih, dan tidak mempunyai buangan limbah.
rasa.
Ragi Pembelian ragi tempe hal yang harus Apabila ragi tidak berbentuk
diperhatikan adalah kemasan ragi dan powder, tidak
tanggal kadaluarsanya, serta berwarna putih, tidak
kenampakan ragi yaitu ragi harus menggumpal, tidak berjamur
berbentuk powder, berwarna putih, maka ragi tidak dapat
tidak menggumpal, dan tidak berjamur. digunakan.
Tepung beras Memperhatikan kriteria tepung harus Penyimpanan tepung harus
dan penyedap putih, tidak tengik, sedangkan untuk ditempat yang kering dan tidak
rasa penyedap rasa yang harus diperhatikan terlalu lama penyimpanannya
yaitu kemasan dan tanggal dan tepung harus langsung
kadaluarsanya. digunakan.
dapat tahan lama. Sebaliknya makin tinggi kadar air dalam bahan, makin
cepat mikroorganisme berkembang biak sehingga proses pembusukan
akan berlangsung lebih cepat. Karena kandungan air dalam bahan
makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan
mikroba (Winarno, 2004).
Prinsip analisis kadar air adalah menguapkan air yang ada dalam
bahan dengan cara pemanasan, kemudian menimbang bahan sampai berat
konstan (0,02 g) yang berarti semua air sudah diuapkan (Sudarmadji dkk,
1996).
Hasil analisis kadar air keripik tempe dapat dilihat pada tabel 4.4.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kadar air hasil uji pada keripik
tempe sebesar 2,10895% dan pada SNI syarat mutunya maksimal 3%
sehingga kadar air pada keripik tempe ini sudah sesuai dengan syarat
mutu SNI 01-2602-1992 keripik tempe goreng. Kadar air yang dihasilkan
pada uji keripik tempe ini membuat keripik tempe menjadi lebih awet/
tahan lama dan tidak cepat melempem karena kadar air produk rendah/
sedikit.
2. Analisis kadar abu (cara kering)
Abu (mineral) adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu
bahan organik, kadar abu suatu bahan tergantung bahan dan cara
pengabuannya. Abu merupakan salah satu faktor yang menentukan
kualitas suatu bahan. Prinsip kerja dari penentuan kadar abu adalah
dengan mengoksidasikan (pembakaran) semua zat organik pada suhu
tinggi, yaitu sekitar 500-600oC dan kemudian melakukan penimbangan
zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji dkk,
1996). Hasil analisis kadar abu keripik tempe dapat dilihat pada tabel
4.4. Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kadar abu hasil uji pada
keripik tempe sebesar 2,67635% dan pada SNI syarat mutunya maksimal
3,0% sehingga kadar abu pada keripik tempe ini sudah sesuai dengan
syarat mutu SNI 01-2602-1992 keripik tempe goreng. Kadar abu yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.3 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku
1. Deskripsi Produk
Tahapan pertama dalam aplikasi HACCP adalah identifikasi atau
pendiskripsian produk. Deskripsi produk adalah rincian informasi lengkap
mengenai produk akhir. Pendeskripsian produk keripik tempe menurut
UKM berupa jenis produk, merk produk, slogan, dan alamat UKM.
Deskripsi produk keripik tempe dapat dilihat di tabel 4.5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
2. Analisis Bahaya
Proses pengumpulan dan penilaian informasi mengenai bahaya dan
keadaan sampai dapat terjadinya bahaya, untuk menentukan yang mana
berdampak nyata terhadap keamanan pangan, dan harus ditangani dalam
rencana HACCP (Thaheer, 2005). Menurut SNI (1998), suatu sistem yang
mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang nyata bagi
keamanan pangan. Analisis resiko dan potensi bahaya dalam suatu proses
produksi sangat penting dilakukan. Resiko bahaya yang mungkin timbul
dari suatu proses produksi meliputi bahaya kimia, fisika dan biologi yang
menyebabkan makanan tidak aman untuk dikonsumsi. Analisa bahaya
bahan baku pembuatan keripik tempe dapat dilihat pada tabel 4.6.
Pada kedelai bahaya biologi yang ditimbulkan adalah kapang, khamir.
Kapang, khamir yang terdapat pada kedelai dapat dicegah dengan kontrol
pemasok, penyimpanan ditempat yang kering dan tidak lembab. Pada air
bahaya biologi yang ditimbulkan yaitu cemaran mikroba, hal ini dapat
dilakukan perebusan, pemberian filter (penyaring) pada saluran air, pengecekan
mutu air setiap awal produksi. Tepung beras bahaya biologi yang ditimbulkan
adalah jamur, kapang, dan bahaya fisika yang ditimbulkan yaitu terdapat
cemaran benda asing, hal ini dapat dicegah dengan cara memperhatikan
tepung yang digunakan harus dikemas dalam wadah tertutup rapat dan
disimpan ditempat kering. commit to usergoreng bahaya yang ditimbulkan
Pada minyak
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
yaitu terjadi kontaminasi dari benda asing, hal ini dapat dicegah dengan cara
penyimpanan harus ditempat dan diwadah tertutup. Sedangkan pada bawang
putih, ketumbar, kemiri, telur, daun jeruk, dan garam yodium bahaya biologi
yang ditimbulkan yaitu kapang, terdapat kontaminasi dari benda asing, dan
salmonella pada telur, cara pengendaliannya dengan cara kontrol bahan
dengan cara sortasi serta penyimpanan di tempat yang kering dan tidak
lembab, sedangkan pada telur pemilihan telur yang akan digunakan harus
utuh, tidak retak, dan cara menghilangkan kontaminasi benda asing dengan
dilakukan pencucian.
Tabel 4.6 Analisis bahaya bahan baku pembuatan Keripik Tempe
Bahan Bahaya Cara Pencegahan
Baku Biologi Kimia Fisika
Kedelai Kapang, Residu Kontaminasi Kontrol pemasok, penyimpanan
Khamir pestisida benda asing ditempat yang kering dan tidak
(kerikil, jagung) lembab, dilakukan sortasi, dan
pencucian untuk
menghilangkan bahaya kimia.
Air sumur Cemaran Kontaminasi Dilakukan perebusan,
mikroba E. benda asing Pemberian filter (penyaring)
coli (plastik, lumut, pada saluran air, pengecekan
batu) mutu air setiap awal produksi.
Tepung Jamur, Kontaminasi Tepung yang digunakan harus
beras Kapang benda asing dikemas dalam wadah tertutup
(serangga) rapat dan disimpan ditempat
kering.
Minyak Kontaminasi Penyimpanan harus ditempat
goreng - - benda asing (air, yang kering dan diwadah
sawit rambut) tertutup.
Bawang Kapang - Kontaminasi Kontrol bahan dengan cara
putih benda asing sortasi serta
(tanah) Penyimpanan ditempat yang
kering dan tidak lembab
Ketumbar Kapang - Kontaminasi Kontrol bahan dengan cara
benda asing sortasi serta
(tanah) Penyimpanan ditempat yang
kering dan tidak lembab
Kemiri Kapang - Kontaminasi Kontrol bahan dengan cara
benda asing sortasi serta
(tanah) Penyimpanan ditempat yang
kering dan tidak lembab
Telur - Kontaminasi Pemilihan telur yang akan
Salmonella benda asing digunakan harus utuh, tidak
commit (kotoran)
to user retak, tidak ada embrio, tidak
kopyor, pencucian
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
3. Identifikasi bahaya
Tabel 4.7 Identifikasi bahaya
Tahap proses Bahaya Penyebab Potensi bahaya Resiko Cara
(B/K/F) bahaya Peluang Keparahan (T/S/R) pengendalian
(T/S/R) (T/S/R)
Penerimaan F: Adanya F: S S R Keadaan kedelai
bahan baku benda asing Kesalahan kering, Sortasi,
kedelai B:adanya sortasi Penyimpanan biji
racun B:penyimpa T T T ditempat yang
mikotoksin nan yang kering,
K: Masih salah Pencucian yang
adanya K: T S T bersih
pestisida penggunaan
pestisida
yang
berlebihan
Perebusan I F:adanya F:Kesalahan R R R Pengecekan
benda asing sortasi secara manual
(rambut)
Pencucian dan F: adanya F:Kesalahan R R R Pengecekan
Perendaman benda asing sortasi secara manual
(rambut)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
4. Penetapan CCP
CCP atau Titik Kendali Kritis sebagai suatu langkah atau prosedur
dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat
dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai ke batas yang dapat diterima.
Penetapan titik kendali kritis ini dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9.
Tabel 4.8 Penetapan CCP Bahan Baku
Bahan baku Bahaya potensial Apa bahan mentah Apa bahan Keterangan
mungkin PENANGANA/
MENGANDUNG PENGOLAHAN
/ SENSITIF (termasuk cara
bahan berbahaya mengkonsumsi)
(biologis, kimia, dapat
fisika) menghilangkan
atau mengurangi
bahaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengendalian mutu bahan baku utama dan bahan tambahan pada
pembuatan tempe dan keripik tempe dilakukan dengan pengamatan
secara visual. Pengendalian mutu proses produksi terdiri dari
penerimaan bahan baku, perebusan I, pencucian, pembelahan biji,
perendaman, perebusan II, penirisan, inokulasi/fermentasi,
pengadukan, pengemasan, pengirisan tempe, penghalusan bumbu,
pembuatan adonan pencelup, penggorengan, dan pembungkusan.
Sedangkan pengendalian mutu produk akhir yaitu dengan cara
melakukan uji pada produk akhir meliputi analisis kadar air, kadar abu,
kadar protein total, kadar asam lemak bebas (FFA), cemaran logam (pb
dan Cu), dan cemaran mikroba (kapang).
2. Pada hasil uji karakteristik kimia dan cemaran mikroba (kapang)
keripik tempe, hasil ujinya tidak sesuai dengan SNI 01-2602-1992,
yaitu asam lemak bebas (FFA) (7,61575%), dan cemaran mikroba
(kapang) (1,2x105 CFU/g).
3. Pada pembuatan konsep HACCP pada proses pembuatan keripik tempe
yang termasuk CCP yaitu pada proses penerimaan bahan baku dan
pengemasan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sehingga
didapatkan saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya pada proses pengadukan ragi sebaiknya kedelai dibagi
menjadi 3 bagian untuk 30 kg kedelai, supaya ragi yang dicampur
dengan kedelai homogen/tercampur rata.
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
commit to user