II.1 TUJUAN
Untuk menggambarkan profil melintang dan memanjang suatu daerah (dalam hal ini
jalan raya ).
3
2) Letakkan alat waterpass diatas kepala statif dan dikuatkan dengan skrup pengunci kepala
statif
3) Buatlah sumbu kesatu alat waterpass tegak lurus atau vertikal dengan memutar ketiga
skrup penyetel alat dengan pertolongan nivo kotak
4) Buatlah garis arah nivo tegak lurus sumbu kesatu ( sumbu tegak ) dan sumbu kesatu
benar-benar tegak lurus.
Nivo dilihat kalau tidak seimbang, diseimbangkan dengan memutar skrup A dan B.
Putar teropong 900 dari kedudukan 1 dan 2 sehingga tegak lurus skrup AB, nivo
diseimbangkan dengan skrup C saja.
1) Pada alat
2) Dari luar
3) Dari si pengamat
Profil memanjang dan melintang dapat digambarkan bila perbedaan tinggi titik-titik
tinjau utama diketahui atau dapat dihitung. Profil memanjang diperlukan untuk membuat trase
jalan raya, rel, saluran air dan lain-lain, yang merupakan potongan tegak lapangan yang
diperoleh dari jarak dan beda tinggi titik-titik diatas dataran. Profil melintang dapat digunakan
pada penggambaran potongan jalan dan lainnya, yang dibuat tegak lurus sumbu proyek dan
dibuat pada tempat-tempat penting.
Dengan waterpass, satu titik acuan sudah diketahui tingginya maka titik lainnya dapat
dihitung. Jarak-jarak A, B, C, D, E dan F dapat diukur sebagai titik penggambaran profil
memanjang ialah titik tengah jalan atau as jalan (central line). Profil melintang juga digambar
dengan cara yang sama. Untuk penggambarannya, tentukan titik a, b, c, d, e, f, g, h, i, j dan
seterusnya, kemudian dihitung beda tinggi antar titik berdasakan titik acuan semula. Semakin
rapat jarak antar potongan melintang akan menggambarkan situasi jalan yang lebih jelas. Pada
prakteknya jarak antar profil melintang akan ditentukan tiap 100 m, 60 m, 30 m. Jarak antar titik
profil melintang dapat diukur dengan meteran.
4
II.3 PERALATAN
1) Waterpass
2) Rambu Ukur
3) Meteran
4) Payung
5) Kompas
6) Kapur
1) Menentukan 6 profil yang membagi jalan menjadi 5 ruas jalan dan diberi nama profil
1, 2, 3, 4, 5 ( gambar diatas ). Ukur jarak tiap profil ( 1m dari as jalan tiap profil )
dengan meteran.
2) Memulai dari titik a dari profil 1, meletakkan waterpass antara 1 dan 2, dan memasang
pada statif dan mengatur nivo sampai pesawat siap dioperasikan. Untuk profil 1,
meletakkan baak pada titik a, membidik dan membaca benang atas, tengah, bawah.
Catat setiap pembacaan, demikian seterusnya untuk titik lain pada profil 1. Mengukur
jarak antar titik ( melintang ) pada profil 1 dengan meteran dan mencatat. Selanjutnya
untuk profil 2, dilakukan sama seperti profil 1.
3) Memindahkan alat pada ruas antara 3-4 (titik B) dan alat disetel kembali. Bidik dahulu
central line profil 2, baca benang atas, tengah, dan bawah. Titik ini merupakan titk
ikat.
4) Alat dipindahkan pada ruas antara 5-6, alat distel kembali. Kembali central line profil
4, catat pembacaan benangnya. Selanjutnya, prosedurnya sama seperti profil
sebelumnya.
5
II.5 DATA , ANALISA DAN HASIL
6
104
C 99 198 10 138,5
94
3
178
173,3 346 10 138,5 0,743 +184,168
D
168
93,8
D 88,8 177,6 10 134,5
83,8
4
175,1
E 170,1 340,2 10 134,5 0,813 +183,355
165,1
125,5
E 121 242 9 137
116,5
5
137,4
F 132,9 265,8 9 137 0,119 +183,236
128,4
7
Perhitungan Titik Tinggi Pada Potongan Melintang A
Pembacaan Baak Beda Tinggi (m)
Tempat Titik Ba =... Jarak Tinggi Titik
2 bt =
Alat Tinjau Bt =... (m) (m)
ba + bb + -
Bb =...
162
A1 157 314 +185,012
152
1,00
159,8
A2 154,8 309,6 0,022 +185,034
149,8
0,04
164
A3 159 318 0,042 +184,992
154
0,55
163,2
A4 158,2 316,4 0,008 +185
153,2
4,8
142,5
A0 136,7 273,4 0,215 +185,215
130,9
5,3
1 137,5
A5 130,7 261,5 0,06 +185,275
124
0,09
130,1
A6 124 248 0,067 +185,342
117,9
0,13
130,2
A7 124 248 0 +185,342
117,8
0,24
155,7
A8 149 298 0,25 +185,092
142,3
0,20
155,6
A9 148,8 297,6 0,002 +185,094
142
0,24
8
132,5
A10 125,7 251,4 0,231 +185,325
118,9
0,10
133
A11 126,2 252,4 0,005 +185,32
119,4
9
Perhitungan Titik Tinggi Pada Potongan Melintang B
Pembacaan Baak Beda Tinggi (m)
Tinggi
Tempat Titik Ba = ... Jarak
2 bt = Titik
Alat Tinjau Bt = ... (m) + -
ba + bb (m)
Bb =...
140
B1 135,1 270,2 +185,0875
130,2
1,00
141,5
B2 136,7 273,5 0,016 +185,0715
132
0,03
144
B3 139,5 279 0,028 +185,0435
135
0,47
143,2
B4 123,85 247,7 0,1565 +185,2
104,5
2,37
142,1
B0 137,05 274,1 0,132 +185,068
132
3,04
1 148,2
B5 141,6 283,2 0,0455 +185,1135
135
0,03
140,5
B6 133,9 267,8 0,077 +185,8835
127,3
0,13
140,6
B7 134 268 0,001 +185,8825
127,4
0,35
175,4
B8 168,9 337,8 0,349 +185,5335
162,4
0,17
175
B9 168,4 336,8 0,005 +185,5385
161,8
0,35
10
142,2
B10 135,1 271,2 0,333 +185,8715
129
0,13
142
B11 135,4 270,8 0,003 +185,8685
128,8
11
Perhitungan Titik Tinggi Pada Potongan Melintang C
12
Perhitungan Titik Tinggi Pada Potongan Melintang D
13
Perhitungan Titik Tinggi Pada Potongan Melintang E
14
Perhitungan Titik Tinggi Pada Potongan Melintang F
15
II.6 KESIMPULAN
1) Dari hasil praktikum di dapat perbedaan tinggi tampang melintang dari jalan dimana
terdapat saluran air dan permukaan tanah yang tidak rata yang dapat ditentukan
perbedaan tinggi lokasi
2) Dari kedua praktikum ini kita dapat mengetahui relief dari suatu jalan sehingga dapat
menentukan permukaan jalan mana yang semestinya ditambal guna memperoleh suatu
jalan yang ideal.
16