Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam


meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan
kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif, efisien dan tepat sasaran.
Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen
yang masuk dalam pelayanan diantara perawat dokter atau tim kesehatan lain
yang satu dengan yang lain saling menunjang. Sistem ini akan memberikan
kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada
di masyarakat.

Pembangunan kesehatan merupakan bentuk aktivitas dalam rangka


mengisi kemerdekaan bangsa supaya dapat mewujudkan masyarakat yang
sehat dan kuat. Salah satunya adalah dengan melakukan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah sebuah kegiatan yang
diberikan kepada individu maupun masyarakat oleh pemerintah dengan
tujuan untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit individu maupun
masyarakat.

Pelayanan kesehatan dapat berbentuk pelayanan individu yang


dilakukan oleh dokter praktik maupun pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh sebuah organisasi. Semua jenis pelayanan kesehatan tersebut pada
umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memberikan pelayanan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan maupun
masyarakat.

Sebelum Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Perawatan


Kesehatan Utama (PHC), Indonesia telah mengembangkan berbagai bentuk
Puskesmas di beberapa daerah. Berdasarkan penelitian pada tahun 1976

1
diketahui bahwa 200 masyarakat kegiatan kesehatan berbasis (CBHA) telah
diterapkan dan dilaksanakan dalam masyarakat seiring waktu, Puskesmas
telah berkembang pesat dalam berbagai bentuk CBHA dan salah satu dari itu
dicatat sebagai Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Aktivitas itu meliputi
lima program utama, yaitu keluarga perencanaan, kesehatan ibu dan anak,
perbaikan gizi, imunisasi dan diare pencegahan. Selain Posyandu, ada rumah
sakit bersalin desa (VMH) yang dikelola oleh bidan desa sebagai cara untuk
membuat kesehatan ibu dan anak dekat dengan masyarakat jasa CBHA dapat
tumbuh secara progresif karena didukung oleh pusat kesehatan. Namun,
CBHA pergi ke penurunan ketika krisis moneter pada tahun 1997 meledak
yang mengakibatkan multi-dimensi krisis. Krisis menciptakan reformasi total
dalam banyak aspek, termasuk di sektor kesehatan. Meskipun penting,
desentralisasi menguasai aspek yang paling pembangunan, Termasuk sektor
kesehatan. Ini telah benar-benar mengubah model perencanaan, yang
sebelumnya adalah sentralisasi menjadi tergantung pada masing-masing
kabupaten. Ini memiliki implikasi pada prioritas pengaturan masing-masing
kabupaten. Banyak perhatian lebih pada pemerintah daerah aspek kuratif
daripada promotif dan tindakan pencegahan. Setelah euforia demokrasi
berakhir, semua sektor termasuk kesehatan mulai menghidupkan kembali dan
merevisi prioritas mereka untuk skala yang lebih baik. Pada tingkat visi misi
pusat dan nilai-nilai Depkes dirumuskan dan dijelaskan ke 4 strategi utama
yaitu:

1. Untuk mengaktifkan dan memberdayakan masyarakat hidup sehat

2. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan


berkualitas

3. Untuk meningkatkan sistem informasi surveilans, monitoring dan


kesehatan

4. Untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan

2
Semua strategi di atas terkait dengan Primary Health Care, dua yang
pertama pada nomor 1 dan 2 erat terkait dengan perawatan kesehatan primer.
Hal itu menunjukkan peran pentingnya Primary Health Care dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana cara dan menerapkan pelayanan kesehatan berprinsip


pencegahan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan pelayanan kesehatan


berprinsip pencegahan

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui apa itu Kedokteran Keluarga beserta perannya

2. Mengetahui cara kerja pelayanan kedokteran keluarga

3. Mengetahui karakteristik pelayanan kedokteran keluarga

4. Mengetahui asas – asas yang terdapat dalam kedokteran keluarga

5. Mengetahui praktek kedokteran keluarga

6. Mengetahui genogram

7. Mengetahui pengaruh keluarga terhadap kesehatan

8. Mengetahui pengaruh kesehatan terhadap keluarga

9. Mengetahui karakteristik pelayanan kesehatan

10. Mengetahui pelayanan yang berbasis pencegahan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dokter Keluarga

Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam


bidang profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang
mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga.

Dokter Keluarga memiliki peran sebagai berikut :

1. Pengaplikasi ilmu kedokteran klinik dan ilmu perilaku, dilengkapi ilmu


kedokteran mutakhir
2. Memantapkan pelayanan kesehatan primer dan sistem rujukan
3. Pengendali biaya:
a. Efektifitas pelayanan kesehatan
b. Efektifitas sumber daya kesehatan
c. Edukasi kesehatan
d. Pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Mengembalikan pelayanan kesehatan yang rasional dan manusiawi

2.2 Pelayanan Dokter Keluarga

Pelayanan Dokter Keluarga adalah pelayanan kesehatan/asuhan medis


yang didukung oleh pengetahuan kedokteran terkini secara menyeluruh
(holistik), paripurna (komprehensif), terpadu, berkesinambungan yang
memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung
jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur
atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit
tertentu.

4
Tujuan dari pelayanan dokter keluarga yaitu terselesaikannya masalah
kesehatan keluarga dan terciptanya keluarga yang partisipatif, sehat sejahtera
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.

Pada pelayanan dokter keluarga memiliki indikator keberhasilan dalam


pelayanan kesehatannya sebagai berikut :

1. Meningkatnya status kesehatan keluarga dengan peningkatan kesehatan


fisik, mental, dan sosial seluruh anggota keluarga
2. Meningkatnya peran serta setiap anggota keluarga khususnya
penanggung jawab keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan
dirinya, sosial maupun lingkungan keluarganya
3. Adanya kemampuan keluarga untuk mengatasi permasalahannya.

2.3 Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga

Pelayanan Dokter Keluarga memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Didukung oleh pengetahuan kedokteran mutakhir


2. Dilakukan secara paripurna (comprehensive), terpadu (integrated),
menyeluruh (holistic), berkesinambungan (sustainable)
3. Melayani penderita tidak hanya sebagai orang per orang melainkan
sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat
sekitarnya
4. Melayani penderita tidak memandang umur, jenis kelamin dan sesuai
dengan kemampuan yang ada
5. Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan
mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin
6. Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.

5
2.4 Asas-Asas Dalam Pelayanan Dokter Keluarga

Dalam pelayanan dokter keluarga seyogyanya memenuhi standar pelayanan


kedokteran yang bermutu dan berasaskan:

1. Hukum dan etika profesi, serta moral dan spiritual


2. Ilmu pengetahuan dan ketrampilan teknis kedokteran mutakhir
3. Bersifat paripurna, terpadu, menyeluruh, bersinambung
a. Paripurna (Comprehensive) Tersedianya semua langkah-langkah
pelayanan kesehatan:
- Promotif (peningkatan dan pembinaan)
- Preventif (pencegahan dan perlindungan khusus)
- Kuratif (deteksi dini dan tindakan segera)
- Pencegahan cacat lebih lanjut (terapi, konsultasi, dan rujukan)
- Rehabilitatif (pemulihan, pengendalian, evaluasi)
b. Terpadu (Integrated) Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dalam
bentuk interaksi antara Dokter, Pasien dan Keluarga serta melibatkan
seluruh komunitas masyarakat disekitarnya.
c. Menyeluruh (Holistic) Dilaksanakan pelayanan kesehatan yang
meliputi semua aspek kehidupan Pasien sebagai manusia seutuhnya
yang meliputi aspek-aspek :
- Biologis
- Psikologis
- Sosial
- Spiritual
d. Berkesinambungan (Sustainable) Pelayanan kesehatan merupakan
upaya terus menerus untuk meningkatkan fungsi keluarga sesuai
dengan sumber-sumber yang dimiliki.
4. Pendekatan yang manusiawi dan rasional
5. Manfaat (memberikan manfaat yang sebesar-besarnya)

6
6. Partisipasi keluarga (kehidupan PJPK dalam wawasan keluarga)
7. Peduli pencegahan (Paradigma Sehat)

2.5 Praktek Dokter Keluarga

Bentuk praktek dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas tiga
macam :

1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit


(hospital based)
Pada bentuk pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah
sakit. Untuk ini dibentuklah suatu unit khusus yang diserahkan tanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Unit khusus ini
dikenal dengan nama bagian dokter keluarga (departement of family
medicine), semua pasien baru yang berkunjung ke rumah sakit,
diwajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut ternyata
membutuhkan pelayanan spesialistis, baru kemudian dirujuk kebagian
lain yang ada dirumah sakit.
2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga
(family clinic)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut
dengan nama klinik dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya
klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga
mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari
rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family
clinic).
Lazimnya klinik dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja
sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan
rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama
tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri

7
(solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice).
Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah
klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya
merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga. Pada klinik
dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajemen
yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter
keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat- alat
praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan
dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan,
manajemen personalia serta manajemen system informasi yang sama
pula.
3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga
(family practice)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk
pelayanan dokter keluarga ini sama dengan pelayanan dokter keluarga
yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter
yang menyelenggarakan praktek, menerapkan prinsip-prinsip pelayanan
dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang diselenggarakanya.
Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedakan pula atas dua macam.
Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo
practice). Kedua praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara
berkelompok (group practice).

2.6 Genogram

Genogram adalah suatu alat bantu berupa peta skema (visual map) dari
silsilah keluarga pasien yang berguna bagi pemberi layanan kesehatan untuk
segera mendapatkan informasi tentang nama anggota keluarga pasien,
kualitas hubungan antar anggota keluarga. Genogram merupakan gambaran

8
biopsikososial pohon keluarga, yang mencatat tentang siklus kehidupan
keluarga, riwayat sakit di dalam keluarga serta hubungan antar anggota
keluarga.
Di dalam genogram berisi : nama, umur, status menikah, riwayat
perkawinan, anak-anak, keluarga satu rumah, penyakit-penyakit spesifik,
tahun meninggal, dan pekerjaan. Juga terdapat informasi tentang hubungan
emosional, jarak atau konflik antar anggota keluarga, hubungan penting
dengan profesional yang lain serta informasi-informasi lain yang relevan.
Dengan genogram dapat digunakan juga untuk menyaring kemungkinan
adanya kekerasan (abuse) di dalam keluarga.
Genogram idealnya diisi sejak kunjungan pertama anggota keluarga, dan
selalu dilengkapi (update) setiap ada informasi baru tentang anggota keluarga
pada kunjungan-kunjungan selanjutnya. Dalam teori sistem keluarga
dinyatakan bahwa keluarga sebagai sistem yang saling berinteraksi dalam
suatu unit emosional. Setiap kejadian emosional keluarga dapat
mempengaruhi atau melibatkan sediktnya 3 generasi keluarga. Sehingga
idealnya, genogram dibuat minimal untuk 3 generasi. Dengan demikian,
genogram dapat membantu dokter untuk :
1. Mendapat informasi dengan cepat tentang data yang terintegrasi antara
kesehatan fisik dan mental di dalam keluarga
2. Pola multigenerasi dari penyakit dan disfungsi

2.7 Pengaruh Keluarga Terhadap Kesehatan

Kesehatan dan penyakit selalu berhubungan dengan:


1. Kepribadian
2. Gaya hidup
3. Lingkungan fisik
4. Hubungan antar manusia

9
Dalam hal ini keluarga adalah tempat pembentukan individu sehingga
keempat hal di atas dimulai dari dalam keluarga. Keluarga memiliki pengaruh
yang besar terhadap kesehatan, antara lain:
1. Penyakit Keturunan
a. Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor
lingkungan (fungsi-fungsi keluarga lainnya)
b. Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan keluarga)
c. Perlu marriage counseling dan screeaning
2. Perkembangan Bayi dan Anak
a. Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi-fungsi yang
“sakit”, akan mengganggu perkembangan fisik dan perilaku
3. Penyebaran Penyakit
a. Penyakit infeksi
b. Penyakit neurosis
4. Pola Penyakit dan Kematian
a. Hidup membujang/bercerai mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian
5. Proses Penyembuhan Penyakit
a. Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada keluarga dengan
fungsi keluarga yang “sehat” lebih baik dibandingkan pada keluarga
dengan fungsi keluarga yang “sakit”

2.8 Pengaruh Kesehatan Terhadap Keluarga

1. Bentuk Keluarga

a. Infertilitas membentuk: keluarga inti tanpa anak


b. Penyakit jiwa (kelainan seksual: homoseksual) jika membentuk
keluarga : keluarga non-tradisional

10
2. Fungsi Keluarga
a. Jika kesehatan kepala keluarga (pencari nafkah) terganggu mengganggu
fungsi ekonomi dan / fungsi pemenuhan kebutuhan fisik keluarga
b. Jika kesehatan ibu rumah tangga terganggu mengganggu fungsi afektif
dan fungsi sosialisasi
3. Siklus Kehidupan Keluarga
a. Infertilitas: tidak mengalami siklus kehidupan keluarga yang lengkap
b. Jika kesehatan suami istri memburuk kematian cepat masuk ke dalam
“tahap lenyapnya keluarga”

2.9 Karakteristik Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kedokteran menyeluruh mempunyai beberapa karakteristik


pokok, yang jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat macam.
Keempat macam karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Jenis pelayanan yang diselenggarakan
Pelayanan kedokteran yang menyeluruh tidak membatasi diri pada
satu jenis pelayanan kedokteran saja, tetapi mencakup semua jenis
pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat. Untuk ini,banyak
pembagian jenis pelayanan yang pernah dikemukakan. Dua diantaranya
yang dipandang penting adalah:
a. Ditinjau dari kedudukannya dalam system kesehatan
Jika ditinjau dari kedudukannya dalam sistem kesehatan, pelayanan
kedokteran dibedakan atas tiga macam, yaitu : pelayanan kedokteran
tingkat pertama (primary medical care), pelayanan kedokteran tingkat
kedua (secondary medical care), serta pelayanan kedokteran tingkat
ketiga (tertiary medical care). Pelayanan kedokteran menyeluruh
adalah pelayanan kedokteran yang mencakup ketiga tingkat pelayanan
kedokteran di atas.

11
b. Ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit
Jika ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit, pelayanan
kedokteran dibedakan atas lima macam (Leavel and Clark, 1953).
Kelima macam pelayanan kedokteran tersebut adalah peningkatan
derajat kesehatan (health promotion), pencegahan khusus (specific
protection), diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and
promt treatment), pembatasan cacat (disability limitation), serta
pemulihan kesehatan (rehabilitation). Pelayanan kedokteran
menyeluruh adalah pelayanan kedokteran yang mencakup kelima
macam pelayanan kedokteran di atas.
2. Tata cara pelayanan
Pelayanan kedokteran menyeluruh tidak diselenggarakan secara
terkotak-kotak (fragmented) dan ataupun terputus-putus, tetapi
diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan
(continous). Pengertian pelayanan terpadu adalah pelayanan kedokteran
harus berada dalam suatu pengorganisasian yang utuh. Sedangkan,
pengertian pelayanan berkesinambungan ada dua macam, yaitu:
a. Berkesinambungan dalam arti pemenuhan kebutuhan pasien
Seseorang yang berada dalam keadaan sehat membutuhkan pelayanan
peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit. Tetapi
apabila telah jatuh sakit ia membutuhkan pelayanan pengobatan.
Sedangkan bagi yang telah sembuh dari penyakit, mungkin
memerlukan pelayanan pemulihan. Kesemua jenis pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan ini harus tersedia secara
berkesinambungan.
b. Berkesinambungan dalam arti waktu penyelenggaraan
Pelayanan berkesinambungan yang dimaksudkan di sini adalah
pelayanan yang harus tersedia pada setiap saat yang dibutuhkan.
Pelayanan kedokteran yang tidak tersedia pada setiap saat, bukanlah
pelayanan kedokteran berkesinambungan.

12
3. Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan
Penyelenggaraan pelayanan kedokteran menyeluruh tidak
memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan atau masalah
kesehatan yang disampaikan penderta saja, tetapi juga pada penderita
sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan berbagai factor lingkungan
yang mempengaruhinya. Adanya perhatian yang bersifat menyeluruh ini
dipandang penting, bukan saja untuk lebih mempertajam diagnosis
penyakit, tetapi juga pada waktu mencari jalan keluar untuk mengatasi
penyakit tersebut.
4. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan
Perumusan masalah dan atau penetapan cara penyelesaian masalah
kesehatan yang dihadapi penderita pada pelayanan kedokteran
menyeluruh, tidak didekati hanya dari satu sisi saja, tetapi dari semua sisi
yang terkait (comprehensive approach). Sisi yang dimaksudkan di sini
mencakup bidang yang amat luas sekali. Yang terpenting diantaranya
adalah sisi fisik, mental, dan sosial. Yang secara keseluruhan disebut
dengan pendekatan holistic (holistic approaches).
Jika keempat karakteristik pelayanan kedokteran menyeluruh ini
diperhatikan, mudah dipahami bahwa yang dimaksud dengan pelayanan
kedokteran menyeluruh tersebut tidak lain adalah pelayanan kedokteran
yang mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang ada di
masyarakat, pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan,
memusatkan perhatiannya kepada pasien sebagai manusia seutuhnya,
serta pendekatan pelayanannya dilakukan secara holistik.

2.10 Pelayanan Yang Berprinsip Pada Pencegahan

Pencegahan didefinisikan sebagai upaya peningkatan dan pemeliharaan


kesehatan atau menghindari berjangkitnya penyakit. Upaya ini bertujuan
untuk menghilangkan atau mengurangi risiko, diagnosis dini, pengobatan
cepat, membatasi terjadinya komplikasi, termasuk dalam upaya ini adalah

13
penyakit iatrogenic, dan penyesuaian yang maksimal terhadap kecacatan.
Peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk memantau masyarakat yang
sehat untuk belajar cara-cara atau kebiasaan hidup sehat dan untuk
bertanggung jawab terhadap kesehatannya masing-masing.
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi upaya-upaya untuk mencegah
berjangkitnya suatu penyakit. Hasil upaya ini adalah penyakit tidak
berjangkit. Upaya-upaya pencegahan primer terdiri dari:
a. Pendidikan untuk mengubah faktor-faktor gaya hidup yang
diketahui berhubungan dengan terjadinya penyakit. Misalnya,
kebiasaan merokok, makan dengan gizi sehat seimbang,
mengurangi minum-minuman beralkohol, olah raga.
b. Sterilisasi alat-alat bedah dan alat-alat medis yang lain.
c. Pemberantasan, misalnya upaya pemberantasan nyamuk untuk
mencegah penyakit malaria.
d. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi tertentu.
e. Sanitasi, misalnya penyediaan air bersih, dan pembuangan limbah
dan sampah industri yang efisien,
f. Pembuatan undang-undang atau peraturan untuk menjamin upaya-
upaya pencegahan primer dilakukan dengan benar.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder terdiri dari upaya-upaya untuk menghentikan
atau memperlambat proses terjadinya suatu penyakit. Upaya ini pada
umumnya dilakukan dengan pengukuran-pengukuran untuk mendeteksi
penyakit pada stadium dini, misalnya pada fase presimtomatik (fase
subklinis) sehingga pengobatan dapat dimulai sebelum proses patologi
yang irreversible terjadi, contoh:
a. Diketahuinya hipertensi secara dini melalui pemeriksaan rutin (uji
saring/screening) terhadap pasien-pasien memungkinkan
pemberian pengobatan selama fase presimtomatik dari proses
perjalanan penyakit.

14
b. Uji saring untuk kanker leher rahim memungkinkan pengobatan
dysplasia atau suatu kondisi premaligna leher rahim.
c. Mamografi untuk mengetahui terjadinya kanker payudara.
d. Endoskopi untuk mengetahui terjadinya polip pada usus besar.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier terdiri dari upaya manajemen suatu penyakit
(yang telah terjadi) untuk mengurangi terjadinya cacat (kelemahan).
Upaya ini pada umumnya dilakukan dengan melakukan proses
rehabilitasi, yang memungkinkan pasien diperbaiki kondisinya ke
tingkat yang paling optimal, akibat terjadinya kerusakan atau perubahan
yang irreversible. Misalnya seorang pasien yang menderita stroke
karena darah tinggi, mungkin dapat dilakukan upaya perbaikan dengan
mengubah gaya hidup yang berguna melalui upaya rehabilitasi yang
memadai.

Dapat diketahui adanya garis batas yang jelas antara pencegahan primer
dan sekunder, dan antara pencegahan sekunder dan pencegahan tertier,
meskipun untuk terminologi yang terakhir pada umumnya digunakan pada
usia lanjut dan orang-orang cacat. Secara konseptual, kedokteran kuratif
mempunyai kesamaan dengan pengertian pencegahan sekunder dan tertier,
sedangkan upaya-upaya kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan
upaypencegahan kompleks dibanding upaya kedokteran. Sebagai dokter
umum, peran seorang dokter dalam upaya pencegahan dapat dibedakan
dalam dua kegiatan, yaitu:
1. Mengenal faktor-faktor pencegahan yang berpengaruh terhadap proses
terjadinya penyakit dan menentukan upaya penanggulangannya.
2. Melakukan upaya-upaya pencegahan. Dalam hal ini baik
karenatanggung jawabnya sebagai individu atau sebagai anggota
masyarakat seorang dokter dapat membantu upaya pencegahan melalui
pendidikan, memberikan tekanan politis atau bekerja sama dengan
kelompok masyarakat.

15
Praktik Kedokteran Pencegahan Oleh Dokter Umum
1. Langkah pertama dalam melaksanakan upaya pencegahan adalah
mengetahui penyakit-penyakit khusus apakah yang dapat dicegah dan
seberapa besar kemungkinannya. Berilah penjelasan tentang faktor-
faktor penghambatnya, misalnya sumber daya manusia, teknologi dan
biaya yang harus dipikul oleh masyarakat. Semua penyakit
mempunyai potensi untuk dapat dicegah, tetapi mungkin kurang
realistis untuk melakukan pencegahan pada semua jenis penyakit.
Penyakit-penyakit yang mungkin dapat dicegah dapat dikelompokkan
berdasarkan penyebabnya. Dapat dibedakan dalam beberapa kategori
sebagai berikut:
- Kelainan-kelainan genetik
- Kondisi-kondisi yang timbul selama kehamilan dan persalinan
- Kelainan-kelainan pertumbuhan
- Kecelakaan
- Infeksi
- Ketergantungan
- Kelainan kepribadian
- Penyakit-penyakit akibat kerja
- Penyakit pembuluh darah premature
- Neoplasma
- Kelemahan oleh karena cacat
- Beberapa penyakit lain, misalnya divertikulosis.
Mortalitas adalah satu-satunya indikator yang reliable untuk
mengukur keberhasilan upaya-upaya pencegahan. Keadaan ini dapat
diurutkan berdasarkan penyebab kematian prematur dibandingkan
dengan umur seseorang yang hilang sebelum berusia 70 tahun, sebagai
berikut:
- Kecelakaan, keracunan dan kekerasan 29%
- Neoplasma 19%
- Penyakit-penyakit kardiovaskuler 17%

16
- Kondisi-kondisi perinatal 10%
- Kelainan congenital 7%
Keadaan diatas memberikan sedikit perspektif yang berbeda terhadap
upaya pencegahan dan alasan-alasan mengapa upaya-upaya otoritas
pelayanan kesehatan masyarakat dan dokter praktik tidak selalu
seiring sejalan. Upaya-upaya pencegahan yang sering dilakukan pada
praktik kedokteran adalah sebagai berikut:
- Pendidikan, peningkatan derajat kesehatan, pendidikan kesehatan
dan penyuluhan tentang penyakit.
- Uji saring (pemeriksaan penapisan)
- Surveilans
- Intervensi, imunisasi, modifikasi kepribadian dan pencegahan
terhadap obat-obatan.
- Rehabilitasi
2. Pemanfaatan peluang secara optimal untuk pencegahan
Upaya pencegahan primer dapat dilakukan pada praktik umum dengan
memanfaatkan beberapa peluang pada keadaan klinis berikut:
- Pelayanan antenatal
- Pelayanan postnatal
- Konseling bagi orang-orang yang bepergian ke luar negeri
- Mengunjungi bayi dan orang tuanya
- Pada saat krisis atau adanya potensi terjadi krisis
- Pemeriksaan pra nikah
The Royal College of General Practitioners (UK) telah
mengidentifikasikan tujuh peluang untuk melakukan upaya
pencegahan, yaitu:
- Keluarga berencana
- Pelayanan antenatal
- Imunisasi
- Kesehatan ibu dan anak
- Mengurangi kebiasaan merokok

17
- Deteksi dan manajemen peningkatan tekanan darah
- Menangani korban perampokan
3. Angka kesakitan dan angka kematian
Suatu pemahaman tentang pola morbiditas dan mortalitas dalam
masyarakat modern merupakan hal yang sangat penting dalam
perencanaan program-program pencegahan. Penyakit-penyakit infeksi
dengan angka kesakitan dan angka kematian tinggi pada masa lalu,
seperti tuberkulosis, sifilis, cacar, influenza, difteria dan infeksi
streptokokus, telah mengalami banyak penurunan, tetapi penyakit-
penyakit lain menjadi semakin meningkat jumlahnya sejalan dengan
meningkatnya umur harapan hidup.
Penyakit dengan angka kesakitan tinggi pada masyarakat modern
adalah aterosklerosis (pengerasan dinding pembuluh arteria),
malignansi(kanker), HIV, dan penyakit iatrogenik (penyakit yang
disebabkan\kelalaian dokter). Penyakit-penyakit tersebut dan
penyebab umum kematian merupakan fokus kegiatan dan tujuan
program-program pencegahan. Hal tersebut sangat berguna
memfokuskan pada perubahan-perubahan angka kejadian penyakit
pada masa lalu untuk menilai hasil upaya pencegahan dan peningkatan
derajat kesehatan dalam periode yang sama. Tujuannya adalah untuk
melengkapi dan menyempurnakan dengan memperbarui strategi yang
sedang berjalan, misalnya pencegahan terhadap kematian yang
disebabkan penyakit jantung koroner dan kecelakaan kendaraan
bermotor, dan untuk melakukan evaluasi daerah-daerah khusus,
misalnya angka kematian suku Aborigin, infeksi HIV, kanker, bunuh
diri, dan asma.

18
BAB III
PENUTUP

Dokter keluarga adalah seorang dokter yang mengabdikan dirinya dalam


bidang profesi kedokteran khusus di bidang kedokteran keluarga yang memberi
pelayanan kesehatan/asuhan medis secara menyeluruh (holistik), paripurna
(komprehensif), terpadu, berkesinambungan dengan memusatkan pelayanan
kepada keluarga sebagai suatu unit agar terselesaikannya masalah kesehatan
keluarga dan terciptanya keluarga yang partisipatif, sehat sejahtera badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara
sosial dan ekonomi.

Pelayanan yang berprinsip pencegahan didefinisikan sebagai upaya


perawatan pencegahan agar terwujudnya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
atau menghindari berjangkitnya penyakit yang bertujuan untuk menghilangkan
atau mengurangi risiko, diagnosis dini, pengobatan cepat, membatasi terjadinya
komplikasi.

19
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, M. T., A. Novitasari, dan M. Riza S. 2015. Buku Ajar Kedokteran
Keluarga, (Online). Diakses pada tanggal 30 September 2018.
(http://repository.unimus.ac.id/290/1/BUKU%20ajar%20kedokteran
%20keluarga.pdf)
Buchari, L. 2011. Strategi Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Primer,
(Online), Vol. 1, No. 3. Diakses pada tanggal 28 September 2018.
(jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/download/2/1/)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Implementasi Primary Health
Care di Indonesia, (Online). Diakses pada tanggal 28 September
2018. (http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=1558)
Liansyah, T. M. dan H. Kurniawan. 2015. Pentingnya Komunikasi dalam
Pelayanan Kesehatan Primer, (Online), Vol. 15, No. 2. Diakses pada
tanggal 28 September 2018.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=428793&val=3
947&title=PENTINGNYA%20KOMUNIKASI%20DALAM%20PE
LAYANAN%20KESEHATAN%20PRIMER)
Prasetyawati, A. E. 2015. Kedokteran Kelarga dan Wawasannya, (Online).
Diakses pada tanggal 29 September 2018.
(http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KEL
UARGA_.pdf)
Wahyuni, A. S. 2003. Pelayanan Dokter Keluarga, (Online). Diakses pada
tanggal 30 September 2018. (http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-
arlinda%20sari.pdf)

20

Anda mungkin juga menyukai