Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
diketahui bahwa 200 masyarakat kegiatan kesehatan berbasis (CBHA) telah
diterapkan dan dilaksanakan dalam masyarakat seiring waktu, Puskesmas
telah berkembang pesat dalam berbagai bentuk CBHA dan salah satu dari itu
dicatat sebagai Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Aktivitas itu meliputi
lima program utama, yaitu keluarga perencanaan, kesehatan ibu dan anak,
perbaikan gizi, imunisasi dan diare pencegahan. Selain Posyandu, ada rumah
sakit bersalin desa (VMH) yang dikelola oleh bidan desa sebagai cara untuk
membuat kesehatan ibu dan anak dekat dengan masyarakat jasa CBHA dapat
tumbuh secara progresif karena didukung oleh pusat kesehatan. Namun,
CBHA pergi ke penurunan ketika krisis moneter pada tahun 1997 meledak
yang mengakibatkan multi-dimensi krisis. Krisis menciptakan reformasi total
dalam banyak aspek, termasuk di sektor kesehatan. Meskipun penting,
desentralisasi menguasai aspek yang paling pembangunan, Termasuk sektor
kesehatan. Ini telah benar-benar mengubah model perencanaan, yang
sebelumnya adalah sentralisasi menjadi tergantung pada masing-masing
kabupaten. Ini memiliki implikasi pada prioritas pengaturan masing-masing
kabupaten. Banyak perhatian lebih pada pemerintah daerah aspek kuratif
daripada promotif dan tindakan pencegahan. Setelah euforia demokrasi
berakhir, semua sektor termasuk kesehatan mulai menghidupkan kembali dan
merevisi prioritas mereka untuk skala yang lebih baik. Pada tingkat visi misi
pusat dan nilai-nilai Depkes dirumuskan dan dijelaskan ke 4 strategi utama
yaitu:
2
Semua strategi di atas terkait dengan Primary Health Care, dua yang
pertama pada nomor 1 dan 2 erat terkait dengan perawatan kesehatan primer.
Hal itu menunjukkan peran pentingnya Primary Health Care dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia.
1.3 Tujuan
6. Mengetahui genogram
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Tujuan dari pelayanan dokter keluarga yaitu terselesaikannya masalah
kesehatan keluarga dan terciptanya keluarga yang partisipatif, sehat sejahtera
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
5
2.4 Asas-Asas Dalam Pelayanan Dokter Keluarga
6
6. Partisipasi keluarga (kehidupan PJPK dalam wawasan keluarga)
7. Peduli pencegahan (Paradigma Sehat)
Bentuk praktek dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas tiga
macam :
7
(solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice).
Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah
klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya
merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga. Pada klinik
dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajemen
yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter
keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat- alat
praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan
dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan,
manajemen personalia serta manajemen system informasi yang sama
pula.
3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga
(family practice)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk
pelayanan dokter keluarga ini sama dengan pelayanan dokter keluarga
yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter
yang menyelenggarakan praktek, menerapkan prinsip-prinsip pelayanan
dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang diselenggarakanya.
Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedakan pula atas dua macam.
Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo
practice). Kedua praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara
berkelompok (group practice).
2.6 Genogram
Genogram adalah suatu alat bantu berupa peta skema (visual map) dari
silsilah keluarga pasien yang berguna bagi pemberi layanan kesehatan untuk
segera mendapatkan informasi tentang nama anggota keluarga pasien,
kualitas hubungan antar anggota keluarga. Genogram merupakan gambaran
8
biopsikososial pohon keluarga, yang mencatat tentang siklus kehidupan
keluarga, riwayat sakit di dalam keluarga serta hubungan antar anggota
keluarga.
Di dalam genogram berisi : nama, umur, status menikah, riwayat
perkawinan, anak-anak, keluarga satu rumah, penyakit-penyakit spesifik,
tahun meninggal, dan pekerjaan. Juga terdapat informasi tentang hubungan
emosional, jarak atau konflik antar anggota keluarga, hubungan penting
dengan profesional yang lain serta informasi-informasi lain yang relevan.
Dengan genogram dapat digunakan juga untuk menyaring kemungkinan
adanya kekerasan (abuse) di dalam keluarga.
Genogram idealnya diisi sejak kunjungan pertama anggota keluarga, dan
selalu dilengkapi (update) setiap ada informasi baru tentang anggota keluarga
pada kunjungan-kunjungan selanjutnya. Dalam teori sistem keluarga
dinyatakan bahwa keluarga sebagai sistem yang saling berinteraksi dalam
suatu unit emosional. Setiap kejadian emosional keluarga dapat
mempengaruhi atau melibatkan sediktnya 3 generasi keluarga. Sehingga
idealnya, genogram dibuat minimal untuk 3 generasi. Dengan demikian,
genogram dapat membantu dokter untuk :
1. Mendapat informasi dengan cepat tentang data yang terintegrasi antara
kesehatan fisik dan mental di dalam keluarga
2. Pola multigenerasi dari penyakit dan disfungsi
9
Dalam hal ini keluarga adalah tempat pembentukan individu sehingga
keempat hal di atas dimulai dari dalam keluarga. Keluarga memiliki pengaruh
yang besar terhadap kesehatan, antara lain:
1. Penyakit Keturunan
a. Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi) dan faktor
lingkungan (fungsi-fungsi keluarga lainnya)
b. Muncul dalam perkawinan (tahap awal dan siklus kehidupan keluarga)
c. Perlu marriage counseling dan screeaning
2. Perkembangan Bayi dan Anak
a. Jika dibesarkan dalam lingkungan keluarga dengan fungsi-fungsi yang
“sakit”, akan mengganggu perkembangan fisik dan perilaku
3. Penyebaran Penyakit
a. Penyakit infeksi
b. Penyakit neurosis
4. Pola Penyakit dan Kematian
a. Hidup membujang/bercerai mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian
5. Proses Penyembuhan Penyakit
a. Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada keluarga dengan
fungsi keluarga yang “sehat” lebih baik dibandingkan pada keluarga
dengan fungsi keluarga yang “sakit”
1. Bentuk Keluarga
10
2. Fungsi Keluarga
a. Jika kesehatan kepala keluarga (pencari nafkah) terganggu mengganggu
fungsi ekonomi dan / fungsi pemenuhan kebutuhan fisik keluarga
b. Jika kesehatan ibu rumah tangga terganggu mengganggu fungsi afektif
dan fungsi sosialisasi
3. Siklus Kehidupan Keluarga
a. Infertilitas: tidak mengalami siklus kehidupan keluarga yang lengkap
b. Jika kesehatan suami istri memburuk kematian cepat masuk ke dalam
“tahap lenyapnya keluarga”
11
b. Ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit
Jika ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit, pelayanan
kedokteran dibedakan atas lima macam (Leavel and Clark, 1953).
Kelima macam pelayanan kedokteran tersebut adalah peningkatan
derajat kesehatan (health promotion), pencegahan khusus (specific
protection), diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and
promt treatment), pembatasan cacat (disability limitation), serta
pemulihan kesehatan (rehabilitation). Pelayanan kedokteran
menyeluruh adalah pelayanan kedokteran yang mencakup kelima
macam pelayanan kedokteran di atas.
2. Tata cara pelayanan
Pelayanan kedokteran menyeluruh tidak diselenggarakan secara
terkotak-kotak (fragmented) dan ataupun terputus-putus, tetapi
diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan
(continous). Pengertian pelayanan terpadu adalah pelayanan kedokteran
harus berada dalam suatu pengorganisasian yang utuh. Sedangkan,
pengertian pelayanan berkesinambungan ada dua macam, yaitu:
a. Berkesinambungan dalam arti pemenuhan kebutuhan pasien
Seseorang yang berada dalam keadaan sehat membutuhkan pelayanan
peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit. Tetapi
apabila telah jatuh sakit ia membutuhkan pelayanan pengobatan.
Sedangkan bagi yang telah sembuh dari penyakit, mungkin
memerlukan pelayanan pemulihan. Kesemua jenis pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan ini harus tersedia secara
berkesinambungan.
b. Berkesinambungan dalam arti waktu penyelenggaraan
Pelayanan berkesinambungan yang dimaksudkan di sini adalah
pelayanan yang harus tersedia pada setiap saat yang dibutuhkan.
Pelayanan kedokteran yang tidak tersedia pada setiap saat, bukanlah
pelayanan kedokteran berkesinambungan.
12
3. Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan
Penyelenggaraan pelayanan kedokteran menyeluruh tidak
memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan atau masalah
kesehatan yang disampaikan penderta saja, tetapi juga pada penderita
sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan berbagai factor lingkungan
yang mempengaruhinya. Adanya perhatian yang bersifat menyeluruh ini
dipandang penting, bukan saja untuk lebih mempertajam diagnosis
penyakit, tetapi juga pada waktu mencari jalan keluar untuk mengatasi
penyakit tersebut.
4. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan
Perumusan masalah dan atau penetapan cara penyelesaian masalah
kesehatan yang dihadapi penderita pada pelayanan kedokteran
menyeluruh, tidak didekati hanya dari satu sisi saja, tetapi dari semua sisi
yang terkait (comprehensive approach). Sisi yang dimaksudkan di sini
mencakup bidang yang amat luas sekali. Yang terpenting diantaranya
adalah sisi fisik, mental, dan sosial. Yang secara keseluruhan disebut
dengan pendekatan holistic (holistic approaches).
Jika keempat karakteristik pelayanan kedokteran menyeluruh ini
diperhatikan, mudah dipahami bahwa yang dimaksud dengan pelayanan
kedokteran menyeluruh tersebut tidak lain adalah pelayanan kedokteran
yang mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang ada di
masyarakat, pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan,
memusatkan perhatiannya kepada pasien sebagai manusia seutuhnya,
serta pendekatan pelayanannya dilakukan secara holistik.
13
penyakit iatrogenic, dan penyesuaian yang maksimal terhadap kecacatan.
Peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk memantau masyarakat yang
sehat untuk belajar cara-cara atau kebiasaan hidup sehat dan untuk
bertanggung jawab terhadap kesehatannya masing-masing.
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi upaya-upaya untuk mencegah
berjangkitnya suatu penyakit. Hasil upaya ini adalah penyakit tidak
berjangkit. Upaya-upaya pencegahan primer terdiri dari:
a. Pendidikan untuk mengubah faktor-faktor gaya hidup yang
diketahui berhubungan dengan terjadinya penyakit. Misalnya,
kebiasaan merokok, makan dengan gizi sehat seimbang,
mengurangi minum-minuman beralkohol, olah raga.
b. Sterilisasi alat-alat bedah dan alat-alat medis yang lain.
c. Pemberantasan, misalnya upaya pemberantasan nyamuk untuk
mencegah penyakit malaria.
d. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi tertentu.
e. Sanitasi, misalnya penyediaan air bersih, dan pembuangan limbah
dan sampah industri yang efisien,
f. Pembuatan undang-undang atau peraturan untuk menjamin upaya-
upaya pencegahan primer dilakukan dengan benar.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder terdiri dari upaya-upaya untuk menghentikan
atau memperlambat proses terjadinya suatu penyakit. Upaya ini pada
umumnya dilakukan dengan pengukuran-pengukuran untuk mendeteksi
penyakit pada stadium dini, misalnya pada fase presimtomatik (fase
subklinis) sehingga pengobatan dapat dimulai sebelum proses patologi
yang irreversible terjadi, contoh:
a. Diketahuinya hipertensi secara dini melalui pemeriksaan rutin (uji
saring/screening) terhadap pasien-pasien memungkinkan
pemberian pengobatan selama fase presimtomatik dari proses
perjalanan penyakit.
14
b. Uji saring untuk kanker leher rahim memungkinkan pengobatan
dysplasia atau suatu kondisi premaligna leher rahim.
c. Mamografi untuk mengetahui terjadinya kanker payudara.
d. Endoskopi untuk mengetahui terjadinya polip pada usus besar.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier terdiri dari upaya manajemen suatu penyakit
(yang telah terjadi) untuk mengurangi terjadinya cacat (kelemahan).
Upaya ini pada umumnya dilakukan dengan melakukan proses
rehabilitasi, yang memungkinkan pasien diperbaiki kondisinya ke
tingkat yang paling optimal, akibat terjadinya kerusakan atau perubahan
yang irreversible. Misalnya seorang pasien yang menderita stroke
karena darah tinggi, mungkin dapat dilakukan upaya perbaikan dengan
mengubah gaya hidup yang berguna melalui upaya rehabilitasi yang
memadai.
Dapat diketahui adanya garis batas yang jelas antara pencegahan primer
dan sekunder, dan antara pencegahan sekunder dan pencegahan tertier,
meskipun untuk terminologi yang terakhir pada umumnya digunakan pada
usia lanjut dan orang-orang cacat. Secara konseptual, kedokteran kuratif
mempunyai kesamaan dengan pengertian pencegahan sekunder dan tertier,
sedangkan upaya-upaya kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan
upaypencegahan kompleks dibanding upaya kedokteran. Sebagai dokter
umum, peran seorang dokter dalam upaya pencegahan dapat dibedakan
dalam dua kegiatan, yaitu:
1. Mengenal faktor-faktor pencegahan yang berpengaruh terhadap proses
terjadinya penyakit dan menentukan upaya penanggulangannya.
2. Melakukan upaya-upaya pencegahan. Dalam hal ini baik
karenatanggung jawabnya sebagai individu atau sebagai anggota
masyarakat seorang dokter dapat membantu upaya pencegahan melalui
pendidikan, memberikan tekanan politis atau bekerja sama dengan
kelompok masyarakat.
15
Praktik Kedokteran Pencegahan Oleh Dokter Umum
1. Langkah pertama dalam melaksanakan upaya pencegahan adalah
mengetahui penyakit-penyakit khusus apakah yang dapat dicegah dan
seberapa besar kemungkinannya. Berilah penjelasan tentang faktor-
faktor penghambatnya, misalnya sumber daya manusia, teknologi dan
biaya yang harus dipikul oleh masyarakat. Semua penyakit
mempunyai potensi untuk dapat dicegah, tetapi mungkin kurang
realistis untuk melakukan pencegahan pada semua jenis penyakit.
Penyakit-penyakit yang mungkin dapat dicegah dapat dikelompokkan
berdasarkan penyebabnya. Dapat dibedakan dalam beberapa kategori
sebagai berikut:
- Kelainan-kelainan genetik
- Kondisi-kondisi yang timbul selama kehamilan dan persalinan
- Kelainan-kelainan pertumbuhan
- Kecelakaan
- Infeksi
- Ketergantungan
- Kelainan kepribadian
- Penyakit-penyakit akibat kerja
- Penyakit pembuluh darah premature
- Neoplasma
- Kelemahan oleh karena cacat
- Beberapa penyakit lain, misalnya divertikulosis.
Mortalitas adalah satu-satunya indikator yang reliable untuk
mengukur keberhasilan upaya-upaya pencegahan. Keadaan ini dapat
diurutkan berdasarkan penyebab kematian prematur dibandingkan
dengan umur seseorang yang hilang sebelum berusia 70 tahun, sebagai
berikut:
- Kecelakaan, keracunan dan kekerasan 29%
- Neoplasma 19%
- Penyakit-penyakit kardiovaskuler 17%
16
- Kondisi-kondisi perinatal 10%
- Kelainan congenital 7%
Keadaan diatas memberikan sedikit perspektif yang berbeda terhadap
upaya pencegahan dan alasan-alasan mengapa upaya-upaya otoritas
pelayanan kesehatan masyarakat dan dokter praktik tidak selalu
seiring sejalan. Upaya-upaya pencegahan yang sering dilakukan pada
praktik kedokteran adalah sebagai berikut:
- Pendidikan, peningkatan derajat kesehatan, pendidikan kesehatan
dan penyuluhan tentang penyakit.
- Uji saring (pemeriksaan penapisan)
- Surveilans
- Intervensi, imunisasi, modifikasi kepribadian dan pencegahan
terhadap obat-obatan.
- Rehabilitasi
2. Pemanfaatan peluang secara optimal untuk pencegahan
Upaya pencegahan primer dapat dilakukan pada praktik umum dengan
memanfaatkan beberapa peluang pada keadaan klinis berikut:
- Pelayanan antenatal
- Pelayanan postnatal
- Konseling bagi orang-orang yang bepergian ke luar negeri
- Mengunjungi bayi dan orang tuanya
- Pada saat krisis atau adanya potensi terjadi krisis
- Pemeriksaan pra nikah
The Royal College of General Practitioners (UK) telah
mengidentifikasikan tujuh peluang untuk melakukan upaya
pencegahan, yaitu:
- Keluarga berencana
- Pelayanan antenatal
- Imunisasi
- Kesehatan ibu dan anak
- Mengurangi kebiasaan merokok
17
- Deteksi dan manajemen peningkatan tekanan darah
- Menangani korban perampokan
3. Angka kesakitan dan angka kematian
Suatu pemahaman tentang pola morbiditas dan mortalitas dalam
masyarakat modern merupakan hal yang sangat penting dalam
perencanaan program-program pencegahan. Penyakit-penyakit infeksi
dengan angka kesakitan dan angka kematian tinggi pada masa lalu,
seperti tuberkulosis, sifilis, cacar, influenza, difteria dan infeksi
streptokokus, telah mengalami banyak penurunan, tetapi penyakit-
penyakit lain menjadi semakin meningkat jumlahnya sejalan dengan
meningkatnya umur harapan hidup.
Penyakit dengan angka kesakitan tinggi pada masyarakat modern
adalah aterosklerosis (pengerasan dinding pembuluh arteria),
malignansi(kanker), HIV, dan penyakit iatrogenik (penyakit yang
disebabkan\kelalaian dokter). Penyakit-penyakit tersebut dan
penyebab umum kematian merupakan fokus kegiatan dan tujuan
program-program pencegahan. Hal tersebut sangat berguna
memfokuskan pada perubahan-perubahan angka kejadian penyakit
pada masa lalu untuk menilai hasil upaya pencegahan dan peningkatan
derajat kesehatan dalam periode yang sama. Tujuannya adalah untuk
melengkapi dan menyempurnakan dengan memperbarui strategi yang
sedang berjalan, misalnya pencegahan terhadap kematian yang
disebabkan penyakit jantung koroner dan kecelakaan kendaraan
bermotor, dan untuk melakukan evaluasi daerah-daerah khusus,
misalnya angka kematian suku Aborigin, infeksi HIV, kanker, bunuh
diri, dan asma.
18
BAB III
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, M. T., A. Novitasari, dan M. Riza S. 2015. Buku Ajar Kedokteran
Keluarga, (Online). Diakses pada tanggal 30 September 2018.
(http://repository.unimus.ac.id/290/1/BUKU%20ajar%20kedokteran
%20keluarga.pdf)
Buchari, L. 2011. Strategi Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan Primer,
(Online), Vol. 1, No. 3. Diakses pada tanggal 28 September 2018.
(jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/download/2/1/)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Implementasi Primary Health
Care di Indonesia, (Online). Diakses pada tanggal 28 September
2018. (http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=1558)
Liansyah, T. M. dan H. Kurniawan. 2015. Pentingnya Komunikasi dalam
Pelayanan Kesehatan Primer, (Online), Vol. 15, No. 2. Diakses pada
tanggal 28 September 2018.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=428793&val=3
947&title=PENTINGNYA%20KOMUNIKASI%20DALAM%20PE
LAYANAN%20KESEHATAN%20PRIMER)
Prasetyawati, A. E. 2015. Kedokteran Kelarga dan Wawasannya, (Online).
Diakses pada tanggal 29 September 2018.
(http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KEL
UARGA_.pdf)
Wahyuni, A. S. 2003. Pelayanan Dokter Keluarga, (Online). Diakses pada
tanggal 30 September 2018. (http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-
arlinda%20sari.pdf)
20