Bioter
Bioter
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produktivitas primer adalah laju produksi karbon organik per satuan waktu yang
merupakan hasil penangkapan energi matahari oleh tumbuhan hijau untuk diubah menjadi
energi kimia melalui fotosintesis, Odum (1993) dalam Pitoyo (2001). Produktivitas primer
kotor adalah jumlah total fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan dalam jangka waktu
tertentu. Sedangkan produktivitas primer bersih adalah besarnya sintesis senyawa karbon
organik selama proses fotosintesis dikurangi besarnya aktivitas total respirasi pada terang dan
gelap dalam jangka waktu tertentu, Folkowski dan Raven (1997) dalam Pitoyo (2001).
Besarnya produktivitas primer suatu perairan mengindikasikan besarnya ketersediaan nutrien
terlarut Krismono dan Kartamihardja (1995) dalam Pitoyo (2001).
Produktivitas primer dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan metode
panenan, oksigen, karbon dioksida, klorofil, dan metode isotop dengan menggunakan C14
Michael (1984) dalam Sitorus (2009). Metode panenan cocok untuk ekosistem pertanian,
metode botol gelap dan botol terang untuk pengukuran oksigen, metode pH dan metode
klorofil untuk mengukur kadar klorofil, metode isotop dan metode CO2 cocok untuk
ekosistem perairan Sitorus (2009). Metode yang umum digunakan di dalam mengukur nilai
produktivitas primer adalah ,etode oksigen, yang dapat mengukur produktivitas secara tidak
langsung. Pemlihan metode ini terutama didasarkan atas sifatnya yang praktis dan mudah
dilakukan. Metode oksigen dengan mengguakan botol terang-gelap pertama kali dilakukan
oleh Gaarder dan Gran pada tahun 1927, Odum (1971) dalam Sitorus (2009).
Jika produktivitas suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang
lama makan hal itu menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika perubahan yang
dramatis maka menunjukkan telah terjadi perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi
perubahan yang penting dalam interaksi di antara organisme penyusun ekosistem. Terjadinya
perbedaan produktivitas pada berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya
factor pembatas dalam setiap ekosistem. Factor yang paling penting dalam pembatasan
produktivitas bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungannya
(Campbell, 2002).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diakukan penyusunan makalah terkait dengan
Produktivitas Primer untuk mengetahui lebih jelas mengenai Cara Mengukur, faktor-faktor
yang mempengaruhi, dan produktivitas perairan pantai dan pesisir.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian produktivitas primer ?
2. Apa saja Metode untuk mengukur produktivitas primer ?
3. Faktor-Faktor Apa saja yang yang mempengaruhi produktivitas primer ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui definisi produktivitas primer
2. Untuk mengetahui metode dalam mengukur produktivitas primer
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Produksifitas Primer
Produktivitas primer merupakan hasil dari proses fotosintesis fitoplankton dan
tumbuhan air dimana di dalam air akan dihasilkan senyawa organik dan oksigen yang sangat
dibutuhkan oleh organisme akuatik (Sinurat, 2009). Di dalam suatu ekosistem dikenal adanya
produsen dan konsumen, sehingga juga dikenal adanya produktivitas oleh produsen dan
produktivitas oleh konsumen (Djumara, 2007).
Produktivitas primer merupakan laju penambatan energi yang dilakukan oleh produsen.
Menurut Campbell (2002), Produktivitas primer menunjukkan jumlah energi cahaya yang
diubah menjadi energi kimia oleh autotrof suatu ekosistem selama suatu periode waktu
tertentu. Total produktivitas primer dikenal sebagai produktivitas primer kotor
(grossprimaryproductivity, GPP). Tidak semua hasil produktivitas ini disimpan sebagai bahan
organik pada tubuh organisme produsen atau pada tumbuhan yang sedang tumbuh, karena
organisme tersebut menggunakan sebagian molekul tersebut sebagai bahan bakar organik
dalam respirasinya. Dengan demikian, produktivitas primer bersih (net primaryproductivity,
NPP) sama dengan produktivitas primer kotor dikurangi energi yang digunakan oleh
produsen untuk respirasi (Rs):
NPP = GPP – Rs
Produksi primer yang menumpuk pada produsen atau tumbuhan selama suatu periode
tertentu merupakan biomasa tumbuhan. Sebagian dari biomasa ini akan diganti melalui
proses dekomposisi dan sebagian lagi tetap disimpan dalam waktu yang lebih lama sebagai
materi yang berdaur hidup (lifecycle). Jumlah akumulmateri organik yang hidup pada suatu
waktu disebut StandingCropBiomass (biomasa hasil bawaan). Dengan demikian jelas bahwa
biomasa berbeda dengan produksi (produktivitas). Produktivitas komunitas bersih merupakan
laju penyimpanan materi organik oleh produsen, yang tidak digunakan (dimakan) oleh
heterotrof (herbivora). Jadi produktivitas komunitas bersih merupakan sisa produktivitas
primer sesudah dikurangi yang digunakan (dikonsumsi) oleh herbivora (Mahmuddin, 2009).
Di lingkungan perairan Indonesia Produksi bagi ekosistem merupakan proses
pemasukan dan penyimpanan energy dalam ekosistem. Pemasukan energy dalam ekosistem
yang dimaksud adalah pemindahan energy cahaya menjadi energy kimia oleh produsen.
Sedangkan penyimpanan energy yang dimaksudkan adalah penggunaan energy oleh
konsumen dan mikroorganisme. Laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem disebut
sebagai produktivitas.
2.2 Macam-macam motode
Cara–cara untuk menentukan produktivitas primer adalah sangat penting mengingat
proses ini memiliki arti ekologi yang sangat nyata. Sebagian besar pengukurannya di lakukan
secara tidak langsung , berdasarkan pada : jumlah substansi yang di hasilkan, atau jumlah
matrial yang di pakai, atau jumlah hasil sampingannya. Satu hal yang perlu di ingat bahwa
proses fotosintesis berada dalam keseimbangan dengan respirasi. Produktivitas harus diukur
selama waktu yang tepat , karena terdapat perbedaan metabolisme selama siang dan malam
hari. Perbedaan metabolisme juga terjadi antar musim, oleh sebab itu disarankan pengukuran
energi ini dalam skala tahunan. Beberapa cara penentuan produktivitas primer adalah sebagai
berikut .
2.2.1 Metode penuaian
Cara ini di tentukan berdasarkan berat pertumbuhan dari tumbuhan. Dapat dinyatakan
secara langsung berat keringnya atau kalori yang terkandung, tetapi keduanya dinyatakan
dalam luas dan priode waktu tertentu. Metode ini mengukur produktivitas primer bersih.
Metode penuaian ini sangat cocok dan baik pada ekosistem daratan, dan biasanya untuk
vegetasi yang sederhana. Tetapi dapat pula di gunakan untuk ekosistem lainya dengan syarat
tumbuhan tahunan predominan dan tidak terdapat rerumputan. Untuk ini paling baik
mencuplik produktivitas pada satu seri percontohan(cuplikan)selama satu musim tumbuh.
Metode ini merupakan metode paling awal dalam mengukur produktivitas primer.
Caranya adalah dengan memotong bagian tanaman yang berada diatas permukaan tanah, baik
pada tumbuhan yang tumbuh di tanah maupun yang didalam air. Bagian yang di potong
selanjutnya dipanaskan sampai seluruh airnya hilang atau beratnya konstan. Materi tersebut
ditimbang, dan prodiktivitas primer di nyatakan dalam biomassa per unit area per unit waktu,
misalnya sebagai gram berat kering/ m2 /tahun.metode ini menunjukkan perubahan berat
kering selama priode waktu tertentu. Metode penuianmemeng tidak cocok untuk mengukur
produktivitas primer fitoplankton, karena ada beberapa kesalahan misalnya perubahan
biomasa yang terjadi tidak hanya diakibatkan oleh produktivitas tetapi juga berkurangnya
fitoplankton oleh hewan – hewan pada tropik diatasnya, atau mungkin jumlah fitoplankton
berubah karena gerakan air dan pengadukan.
Metode penuaian ini sangat sederhana, meskipun memiliki potensi – potensi kesalahan-
kesalahan : sistim akar harus termasuk dalam perhitungan, dan adanya hewan herbivora.
2.2.2 Metode penentuan oksigen
Oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis, sehingga ada hubungan erat
antara produktifvitas dengan oksigan yang di hasilkan oleh tumbuhan. Tetapi harus di ingat
sebagian oksigen di manfaatkan oleh tumbuhan tersebut dalam proses respirasi, dan harus di
perhitungkan dalam penentuan produktivitas.
Metode ini sangat cocok dalam menentukan produktivitas primer ekosistem perairan,
dengan fitoplankton sebagai produsennya. Dua contoh air yang mengandung ganggang di
ambil pada kedalaman yang relatif sama. Satu contoh di simpan di dalam botol bening dan
satunya lagi pada botol yang di cat hitam. Kandungan oksigen dari kedua botol tadi
sebelumnya ditentukan, kemudian di simpan dalam air yang sesuai dengan kedalaman dan
tempat pengambilan air tadi. Kedua botol tadi di biarkan selama satu sampai 12 jam. Selama
itu akan terjadi perubahan kandungan oksigen di kedua botol tadi. Pada botol yang hitam
terjadi proses respirasi yang menggunakan oksigen, sedangkan pada botol yang bening akan
terjadi baik fotosintesis maupun respirasi. Diasumsikan respirasi pada kedua botol relatif
sama. Dengan demikian produktivitas pada ganggang dapat di tentukan. Metode-metode ini
memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu hanya dapat di lakukan pada produsen mikro dan
asumsi respirasi pada kedua botol tadi sama adalah kurang tepat.
2.2.3 Metode pengukuran karbondioksida
Karbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis oleh tumbuhan dapat di pergunakan
sebagai indikasi untuk produktivitas primer. Dalam hal ini seperti juga pada metode
penentuan oksigen proses respirasi harus di perhitungkan. Metode ini cocok untuk tumbuhan
darat dan dapat di pakai pada suatu organ daun, seluruh bagian tumbuhan dan bahkan satu
komunitas tumbuhan. Ada dua tehnik atau metode utama yaitu :
Metode ruang tertutup
Biasanya di gunakan untuk sebagian atau seluruh tumbuhan kecil (herba,perdu pendek).
Dua contoh di pilih dan di usahakan satu sama lainnya relatif sama. Satu contoh di simpan
dalam kontainer bening dan satunya lagi di simpan dalam kontainer gelap (tertutup lapisan
hitam). Udara dibiarkan keluar- masuk pada kedua kontainer melalui pipa yang sudah di atur
sedenikian rupa dan mempergunakan pengisapan udara dengan kecepatan aliran udara
tertentu. Konsentrasi karbondioksida yang masuk dan keluar kontainer di pantau. Dengan
cara ini karbondioksida yang di pakai dalam fotosintesis dapat dihitung, yaitu sama dengan
jumlah yang di hasilkan dalam kontainerr gelap di tambah dengan jumlah yang di pakai
dalam kontainer bening/terang. Dalam kontainer gelap terdapat produksi karbondioksida
sebagai hasil respirasi, dan pada kontainer bening karbondioksida di pakai dalam proses
fotosintesis daan juga adanya produksi akibat adanya respirasi. Metode ini juga memiliki
kelemahan seperti pada metode dengan penentuan oksigen dan meningkatnya suhu dalam
kontainer (seperti rumah kaca) sehingga mempengaruhi proses fotosintesis dan respirasi.
Metode aerodinamika
b) Cahaya
Cahaya merupakan sumber energy primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki peran
yang sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena hanya dengan energy cahaya
tumbuhan dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin fotosintesis dalam tubuhnya. Hal ini
berarti bahwa wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya
matahari tahunan akan memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih panjang sehingga
mendukung peningkatan produktivitas primer.
Pada ekosistem terestrial seperti hutan hujan tropis memilik produktivitas primer yang
paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar matahari
tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan iklim sedang, Wiharto (2007).
Sedangkan pada eksosistem perairan, laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada
ketersediaan cahaya dalam perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan
mengalami penurunan jika perairan berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
g) Herbivora
Herbivora adalah faktor biotik yang mempengaruhi produktivitas vegetasi. Sekitar 10
% dari produktivitas vegetasi darat dunia dikonsumsi oleh herbivora biofag. Persentase ini
bervariasi menurut tipe ekosistem darat (Barbour et al 1987). Namun demikian McNoughton
dan Wolf (1998) mengemukakan akibat yang ditimbulkan oleh herbivore pada produktivitas
primer sangat sedikit sekali diketahui. Bahkan hubunga antar herbivore dan produktivitas
primer bersih kemungkinan bersifat kompleks, di mana konsumsi sering menstimulasi
produktivitas tumbuhan sehingga meningkat mencapai tingkat tertentu yang kemudian dapat
menurun jika intensitasnya optimum.
Jordan (1985) dalam Wiharto (2007) walaupun defoliasi pada individu pohon secara
menyeluruh sering sekali terjadi, hal ini disebabkan oleh tingginya keanekaragaman di daerah
hutan hujan tropis. Selain itu, banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap
herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jika dikonsumsi oleh herbivora
memberi efek yang kurang baik bagi herbivora.
h) DO (Dissolved Oxygen).
Disolved oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan.
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan,
terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebahagian besar organisme air.
Kelarutan oksigen sangat dipengaruhi terutama oleh faktor suhu. Kelarutan maksimum
oksigen di dalam air terdapat pada suhu yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi ini akan
menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air. Dengan peningkatan suhu akan
menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah
akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut semakin tinggi.
Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara
melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Pengaruh
oksigen terlarut terhadap fisiologi organisme air terutama adalah dalam proses respirasi. Nilai
oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman. Fluktuasi ini
selain dipengaruhi oleh perubahan temperatur juga dipengaruhi oleh aktifitas fotosintesis dari
tumbuhan yang menghasilkan oksigen. nilai DO yang berkisar antara 5,45-7,00 mg/l cukup
baik bagi proses kehidupan biota perairan. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya
berkisar antara 6-8 mg/l.
Barbour, M.G., J.H Burk dan W.P Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. The
Banjamin/Cumming Publishing Company Ins, California
Campbell, N A., J.B Reece., L.G Mitchell. 2002.Biolog(terjemahan) Jilid III. Jakarta:
Erlangga
Djumara,2007. Modul 3 : Sumber Daya Alam Lingkungan Terbarukan dan Tidak Terbarukan
Diklat Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah. Jakarta : Environmental
Assesment and management
Jordan, C.F.1995. Nutrient Cycling in Tropical Ecosystem. John Wiley and Sons, New York
Mcnaughton, S.J., L.L Wolf. 1998. Ekologi Umum (Terjemahan). UGM Press. Yogyakarta
Sitorus, M.2009. Hubungan Nilai Produktivitas Primer dengan Konsentrasi Klorofil a dan
Faktor Fisik Kimia di Perairan Danau Toba, Balige, Sumatera Utara. USU. Medan.
Thesis
Wiharto, M.2007.Produktivitas Vegetasi Hutan Hujan Tropis. Buletin Plasma Nutfah. 13 (2)